Anda di halaman 1dari 1

BAB III

KASUS

A. Pengantar/Prolog
Salah satu tuntutan reformasi yang digulirkan sejak tahun 1998 adalah dibangunnya suatu
sistem ketatanegaraan Indonesia yang berbasis secara murni dan konsekuen pada paham
kedaulatan rakyat dan Negara hukum (rechstaat). Karena itu, dalam konteks penguatan
sistem hukum yang diharapkan mampu membawa rakyat Indonesia mencapai tujuan
bernegara yang di cita-citakan, maka perubahan atau amandemen UUD 1945 merupakan
langkah strategis yang harus dilakukan dengan seksama oleh bangsa Indonesia. Berbicara
tentang sistem hukum tentunya tidak terlepas dari persoalan politik hukum atau rechts
politiek, sebab politik hukumlah yang menentukan sistem hukum yang bagaimana yang
dikehendaki(Wiratma, 2002:140). Politik hukum adalah kebijakan dasar yang menentukan
arah, bentuk, dan isi hukum yang akan dibentuk (Wahjono, 1983:99). Kebijakan dasar
tersebut adalah Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 (UUD1945) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN 2004-2009). Dengan demikian UUD 1945
atau konstitusi Republik Indonesia menentukan arah politik hukum Negara Kesatuan
Republik Indonsia yang berfungsi sebagai hukum dasar tertulis tertinggi untuk
dioperasionalisasikan bagi pencapaian tujuan Negara. Beberapa saat yang lalu, muncul
berbagai usulan agar lembaga negara di kaji ulang keberdaannya, sekaligus kewenangan dan
kedudukannya dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Karena sejak reformasi,
kelembagaan negara kita tidak jelas desainnya. Masing-masing tidak taat “Pakem”
konstitusionalismenya. Pemerintah selalau mengatakan bahwa setelah adanya amandemen
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 kita menganut antara lain prinsip check and balances.
Tetapi kenyataannya, prinsip itu tidak sepenuhnya di ikuti dalam sistem yang kita bangun
melalui perubahan UUD 1945. Bahkan belakangan muncul persoalan tumpang tindih
kewenangan antar lembaga negara, misalnya Komisi Yudisial ( KY ) dengan Mahkamah
Agung ( MA ), Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ), dengan kepolisian dan kejaksaan.
Selain itu, pemerintah mengeluarkan berbagai inovasi baru dengan melahirkan komisi-
komisi negara baik sebagai lembaga negara independen maupun lembaga yang tidak
independen. Padahal belum pernah dilakukan kajian yang komprehensif terhadap kinerja
lembaga-lembaga negara atau instrumen negara selama ini. Dalam hal ini, di antara sekian
banyak problem ketatanegaraan yang terjadi di indonesia, kami akan fokus kepada kasus
sengketa lembaga negara antara Presiden dengan DPR dan Komisi Yudisial dengan
Mahkamah Agung.

B. Posisi Kasus Sengketa MA & KY

Anda mungkin juga menyukai