daging franks, bologna, ham dan luncheon yang dibuat dari daging sapi, babi dan unggas.
Daging dapat dicampur dengan berbagai aditif pangan untuk mengembangkan warna, tekstur,
flavor, daya awet dan keamanan. Aditif tersebuat adalah nitrit, garam, dekstrosa, fosfat, sorbat,
eritorbat, susu kering tanpa lemak, protein kedelai, keragenan, dan berbagai jenis bumbu atau
rempah-rempah. Beberapa daging olahan juga mempunyai kandungan lemak yang rendah (kadar
lemak sekitar 2%) mempunyai pH 6.8 karena penambahan fosfat. Produk daging tersebut dapat
mengalami kerusakan oleh bakteri psikofilik Lactobacillus spp. Jenis kerusakan produk olahan
daging yang dikemas hampa udara bergantung pada jenis bakteri.
Kerusakan produk daging karena akumulasi gas CO 2 dan cairan, pembentukan lendir
karena sel bakteri, produksi dekstran oleh bakteri leuconostoc spp. Dan dalam produk yang
mengandung sukrosa atau madu akan timbul bau. Pertumbuhan baktei serratia spp. (Serratia
liquifacience) dalam beberapa produk olahan daging dapat memecahkan asam amino dan
menghasilkan aroma amonia. Pembentukan warna merah muda pada produk daging olahan
rendah lemak dan daging kalkun yang dikemas hampa udara dapat terjadi setelah 5 minggu, yang
disebabkan oleh pertumbuhan beberapa bakteri asam laktat. Beberapa bakteri Lactobacillus spp,
dapat menghasilkan H2O2 dengan cepat pada kondisi penyimpanan aerobik, dan mengoksidasi
nitrosohemokrom yang dibentuk oleh pemanasan nitrosomioglobin menghasilkan metmioglobin
berwarna coklat atau oksidasi porfirin yang berwarna hijau.
Produk olahan daging masak yang tidak dikemas, tidak mengandung karbohidrat yang
dapat beraroma busuk, karena pertumbuhan dan degradasi protein oleh enzim proteolitik bakteri
garam negatif. Khamir dan kapang juga dapat tumbuh pada produk olahan daging masak yang
disimpan lama, sehingga menyebabkan baub tidak sedap, perubahan warna, dan pembentukan
lendir. Warna produk olahaan daging masak juga dapat berubah dari hijau ke abu-abu, karena
pertumbuhan bakteri asam laktat yang mendegradasi H2O2..
14.4 TELUR
Pori-pori kulit telur dan membran dalam telur tidak dapat mencegah masuknya bakteri dan hifa
kapang, khususnya pori-pori yang membesar selama penyimpanan. Peningkatan kelembaban
dapat jumlah bakteri motil yang masuk ke dalam telur. Albumen (putih telur) dan yolk (kuning
telur) mengandung sekitar 0.5-1.0% karbohidrat dan kaya protein , tetapi kandungan nonprotein
nitrogen rendah, selama penyimpanan, pH telur meningkat menjadi basa (pH 9-10). Lisozim
dapat menyebabkan lisis dinding sel mukopeptida bakteri, konalbumin pengikat besi, protein
antivitamin (avidin) pengikat riboflavin dan penghambat enzim protease dalam telur dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Kerusakan kulit telur didominasi oleh bakteri gram negatif
berbentuk batang dari beberapa genus bakteri, termasuk pseudomonas, proteus, alcaligenes,
aeromonas, dan kelompok bakteri koliform (Vanderzant, 1992). Pertumbuhan pseudomonas
fluorescens menyebabkan perubahan warna kehijauan pada albumen, proteus vulgaris
menyebabkan aroma belerang karena H2S pada kuning telur dan pertumbuhan S. mercescens
menyebabkan warna merah. Pencegahan pertumbuhan mikroba pada kuning telur dan putih telur
dapat dilakukan dengan pasteurisasi atau pembekuan. Namun, cairan telur yang disimpan pada
suhu ruang sebelum pasteurisasi dapat ditumbuhi oleh bakteri yang menyebabkan aroma
busuk,asam, atau flavor ikan karena pembentukan trimetilamin.
Telur yang telah dipasteurisasi dan disimpan pada suhu refrigerasi, mempunyai ,masa simpan
yang terbatas. Bakteri gram positif yang tahan terhadap suhu pasteurisasi mendominasi
pertumbuhan bakteri pada produk olahan telur pasteurisasi.
14.6 SUSU
Susu mentah mengandung berbagai jenis mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber.
Komposisi susu sapi terdiri atas 3.2% protein, 4.8% karbohidrat, 3.9% lipida, dan 0.9% mineral.
Selain kasein dan lactabimin, susu mengandung asam amino bebas yang menyediakan sumber
nitrogen yang baik. Laktosa merupakan karbohidrat pertama yang akan di hidrolisis oleh enzim
penghidrolisis laktosa dari mikroorganisme, yaitu galaktosidase atau α-galaktosidase.
Lemak susu dapat dihidrolisis oleh enzim lipase mikroba, sehingga menghasilkan asam lemak
volatil, yaitu asam butirat, kaprik dan kaproat. Mikroba yang terdapat pada susu berpotensi untuk
menyebabkan kerusakan susu dengan metabolisme laktosa, komponen protein, asam lemak tidak
jenuh dan menghidrolisis trigriselda. Populasi bakteri pada susu disimpan pada suhu refrigerasi
selama beberapa hari, setelah pemerahan didominasi oleh bakteri psikrofilik gram negatif
berbentuk batang.
Pseudomonas dan spesies yang tidak menghasilkan enzim laktose, akan memetabolisme
komponen protein sehingga menyebabkan perubahan flavor dan warna susu. Bakteri tersebut
juga menghasilkan enzim lipase yang tahan terhadap pemanasan, yang menyebabkan flavor
ransid. Pertumbuhan bakteri koliform yang mempunyai enzim laktose meghsilkan asam laktat,
asetat, format, CO2 dan H2. Menyebabkan gumpalan buih busa serta susu asam. Beberapa
alcaligenes spp, misalnya A. faecalis dan koliform juga dapat menyebabkan susu berlendir,
karena viskositas eksopolisakarida. Populasi bakteri pada susu mentah yang tidak disimpan pada
suhu refrigerasi, dengan segera didominasi oleh pertumbuhan bakteri mesofilik seperti
lactococcus, lactobacillus, enterococcus, micrococcus, bacilus, clostridium dan koliforms. Secara
umum spesies bakteri penghidrolisis laktosa seperti lactococcus spp, dan lactobacillus spp.
Lebih dominan serta menghasilkan asam untuk dapat menurunkan ph susu dan menghambat
pertumbuhan bakteri. Mikroorganisme lain juga dapat tumbuh dan melakukan proteolisis,
lipolisis,dan membentuk gas. Pertumbuhan kapang dan khamir pada kondisi normal secara
umum tidak terjadi.
Susu pasteurisasi yang disimpan pada suhu refrigerasi mempunyai masa simpan yang terbatas,
karena pertumbuhan bakteri kontaminan psikrofilik. Kerusakan flavor karena pertumbuhan
mikroba tersebut dapat terdeteksi ketika populasi mencapai sekitar 10 6sel/ml. spora bakteri
psikrofilik bacilus spp. Dapat bertahan hidup pada suhu pasteurisasi, bergerminasi dan
melakukan pertumbuhan, serta menyebabkan kerusakan yang dikenal sebagai bitty. Bakeri ini
menghasilkan enzim lesitinase yang menghidrolisis fosfolipid dari globula lemak pada membran,
menyebabkan agregrasi globulalemak yang menempel pada permukaan. Produksi enzim seperti
rennin oleh bakteri psikrofilik bacillus spp. Dan bakteri lain menyebabkan pengentalan atau
penggumpalan susu manis, karena pH susu lebih tinggi dibandingkan dengan asam yang
diperlukan untuk pengasaman susu.
Susu yang diberi perlakuan panas sangat tinggi pada suhu 150 0 C selama beberapa detik,
merupakan produk steril komersial yang hanya berisi spora hidup beberapa bakteri termofilik.
Susu UHT tidak rentan terhadap kerusakan oleh bakteri pada suhu penyimpanan hangat, tetapi
dapat rusak ketika terkena suhu 400C atau lebih tinggi seperti pada pengalengan pangan.
Susu evaporasi, susu kental, dan susu kental manis merupakan jenis produk susu terkonsenterasi
yang rentan terhadap kerusakan mikroba tertentu selama penyimpanan. Semua produk susu
olahan tersebut mengalami perlakuan panas yang cukup untuk mematikan vegetatif
mikroorganisme, serta beberapa spora kapang dan bakteri.
Susu evaporasi adalah susu utuh yang dikondensasikan dengan kandungan 7.5% lemak susu dan
25% total padatan. Susu tersebut dikemas dalam kaleng tertutup dan dipanaskan untuk mencapai
sterilisasi komersial. Pada kondisi pengolahan yang tepat, hanya spora bakteri termofilik yang
dapat bertahan hidup dan ketika susu disimpan pada suhu 430C atau lebih dapat memicu
germinasi dan selanjutnya melakukan pertumbuhan. Pada kondisi tersebut, spesies bakteri
bacillus seperti B. Coagulans dapat menyebabkan koagulasi susu seperti penggumpalan,
pembentukan serpihan dan padatan susu. Susu kental secara umum merupakan susu utuh yang
dikondensasi dengan kandungan 10-12% lemak dan 36% total padatan.
Bakteri termodurik dapat tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada susu yang dipasteurisasi,
kemudian dievaporasi hingga hampa udara pada suhu sekitar 50 0C. Mikroorganisme lain juga
dapat mengkontaminasi selam proses kondensasi tersebut. Susu kental manis mengandung
sekitar 8,5% lemak, 28% total padatan, dan 42% sukrosa. Susu kental manis merupakan susu
utuh yang dipanaskan pada suhu 80-1000C, kemudian dikondensasi pada suhu sekitar 600C
dalam keadaan hampa udara dan dikemas. Kapang seperti penicillium dan aspergillus dapat
tumbuh dibagian permukaan susu jika dalam kemasan terdapat ruang dan oksigen yang cukup.
Mentega mengandung 80% lemak susu tanpa atau dengan pemberian garam. Kualitas
mikrobiologi mentega bergantung pada kualitas krim dan kondisi sanitasi ketika pengolahan.
Pertumbuhan bakteri pseudomonas spp, khamir candida spp, dan kapang geotrichum candidum
pada permukaan mentega dapat menyebabkan flavor yang tidak menyenangkan, seperti busuk,
rancid atau beraroma amis ikan, serta perubahan warna pada permukaan mentega.