KESEHATAN DI INDONESIA
Disusun oleh:
Dosen Pembimbing:
2018
1.1. PENDAHULUAN
Politik merupakan gejala yang tak terelakkan, senantiasa hadir di sekitar kita. Ia
menstrukturkan kehidupan kita. Tetapi kajian tentang politik tidaklah semutlak prakteknya
dalam kenyataan. Andaikata benar, ilmu politik “lebih ilmiah” daripada praktek politik dan
nasib para pelaku yang berkuasa bukanlah semata-mata hasil kesempatan murni dan lelucon
sejarah ketimbang politik dalam pengertian praktis.
Visi dari kebijakan kesehatan yang telah dibuat pemerintah di Indonesia adalah Departemen
Kesehatan sebagai penggerak pembangunan kesehatan menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Pandangan klasik
Kelembagaan
Kekuasaan
Fungsionalisme
Konflik
Selain itu pada konsep fungsionalisme dari kegiatan politik tersebut, ilmu politik
sebagai kegiatan untuk merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan umum dalam
penentuan kebijakan publik bagi masyarakat luas, termasuk di dalamnya adalah kebijakan
kesehatan.
Seperti yang dipetik pada UU kesehatan no 23 tahun 1992 pada Bab V yaitu Bab
tentang tugas dan tanggung jawab yakni pada pasal-pasal yang akan dijabarkan di bawah ini:
Pasal 6
upaya kesehatan.
Pasal 7
Pasal 8
tetap terjamin.
Pasal 9
masyarakat.
Pada pasal terakhir pada Bab ini disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dimana upaya-upaya yang dilakukan
pemerintah dalam hal ini adalah dengan membuat kebijakan-kebijakan kesehatan yang
diwakilkan oleh menteri kesehatan lalu kebijakan tersebut disampaikan kepada presiden.
Contohnya dalam penetapan anggaran untuk kesehatan, menteri kesehatan mengajukan
rancangan anggaran kepada presiden yang kemudian akan dibahas bersama DPR karena
dalam penetapan Anggaran Belanja Negara DPR mempunyai wewenang dalam menyetujui
maupun menolak terhadap rancangan yang diajukan tersebut.
Contoh lainnya adalah dalam kebijakan pemerintah terhadap pertambahan penduduk yang
semakin meningkat setiap tahunnya yaitu dengan menggalangkan program Keluarga
Berencana (KB) dimana masyarakat dianjurkan agar hanya mempunyai dua anak. Begitupula
kebijakan kepada pegawai negeri sipil terhadap program ini yakni pemerintah hanya
menanggung Asuransi Kesehatan dari peserta Askes, istri peserta dan hanya dua anak , anak
pertama dan kedua.
Pemerintah merupakan lembaga politik yang resmi. Di mana ada asap, di situ ada api.
Di mana ada pemerintah, di situ ada politik. Di mana ada politik, di situ ada kekuasaan
Oleh karena itu, kebijakan yang dihasilkan merupakan produk dari serangkaian
interaksi elit kunci dalam setiap detil proses pembuatan kebijakan termasuk tarik-menarik
kepentingan antara aktor, interaksi kekuasaan, alokasi sumber daya dan bargaining position di
antara elit yang terlibat.
Proses pembentukan kebijakan tidak dapat menghindar dari upaya individual atau
kelompok tertentu yang berusaha mempengaruhi para pengambil keputusan agar suatu
kebijakan dapat lebih menguntungkan pihaknya. Semua itu, merupakan manifestasi dari
kekuatan politik (power) untuk mempertahankan stabilitas dan kepentingan masing-masing
aktor. Bahkan tak jarang terjadi pula intervensi kekuasaan dan tarik-menarik kepentingan
politis dari pemegang kekuasaan atau aktor yang memiliki pengaruh dalam posisi politik.
Dunia
Negara mana yang tidak ingin warga negara nya memiliki derajat kesehatan yang
tinggi? Semua kepala negara rela memperjuangkan status kesehatan warganya guna lebih
produktif dan berguna bagi negaranya. Perubahan dan keinginan untuk berubah dan
menuju masyarakat yang kurang sehat menuju masyarakat yang sehat dan produktif itu
merupakan salah satu dari kegiatan politik. Ya, tentu saja kesehatan berkaitan erat dengan
politik. Aksi dari kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah sebuah ekspresi dari ideologi
politik.
Derajat kesehatan lebih merupakan dampak proses yang panjang dari keputusan politik
yang diputuskan oleh pemerintah dan pihak yang berwenang. Dalam proses pengambilan
Di Indonesia sendiri, banyak sekali politik kesehatan yang terjadi. Sebagai contoh:
Pertama, keputusan yang diputuskan oleh pemerintah DKI Jakarta pada tahun 2006 yang
ini sangat sulit diambil karena dalam memutuskan haruslah mempertimbangkan dampak
positif dan negatif. Pihak yang dirugikan dalam hal keputusan ini adalah pihak yang
memelihara unggas di lahan yang sempit atau lahan yang kurang memadai. Mereka
tingkat penyebaran virus flu burung. Seperti diketahui, pada tahun 2006, DKI Jakarta
banyak terjadi kasus flu burung akibat banyak warga nya yang memelihara unggas dekat
dengan pemukiman. Karena pada flu burung, virus tersebut mudah tersebar melalui udara.
Kalau pemukiman warga dekat dengan kandang unggas yang terjangkit, maka bukan hal
yang tak mungkin kalau banyak warga sekitar tempat tersebut akan terjangkit flu burung.
Dengan mempertimbangkan dampak tersebut, keputusan ini dibuat untuk meningkatkan
keputusan ini pro terhadap kesehatan karena semua orang sudah pasti tahu mengenai
dampak negatif dari rokok. Namun, bagi perokok yang dalam hal ini bersifat aktif merasa
dirugikan karena hak nya untuk merokok merasa dikekang. Maka, muncullah persepsi
„Hak asasi bagi para perokok‟. Selain perokok, para penjual rokok disekitar tempat umum
tersebut juga merasa dirugikan. Karena pendapatan mereka menurun karena larangan
tersebut. Seharusnya para perokok tersebut juga memperhatikan dampak bagi orang-orang
disekitar merka yang tidak merokok dan tidak mementingkan ego nya sendiri untuk
menikmati kepuasaan batin. Tanpa mereka sadari, mereka yang tidak merokok juga ikut
menghisap racun dari rokok tersebut. Maka dari itu, pemerintah yang pro terhadap
Ketiga, keputusan politik tingkat Kabupaten terjadi di Banyumas pada tahun 80‟an.
Keputusan ini melarang untuk melakukan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi
tempe bongkrek. Ini merupakan satu-satunya keputusan yang dilakukan di Indonesia. Dan
menganggap pelanggaran budaya. Karena tempe bongkrek adalah warisan turun menurun
dari nenek moyang. Pada tahun tersebut, angka kematian yang disebabkan oleh keracunan
tempe bongkrek sangat tinggi. Masyarakat Banyumas yang sangat menggemari tempe
bongkrek, mati keracunan akibat racun yang dihasilkan dari fermentasi tempe tersebut.
Akhirnya pemerintah pada zaman itu melarang tempe bongkrek demi aspek keselamatan.
Pada faktanya, Tempe bongkrek adalah makanan Indonesia yang dibuat oleh fermentasi
kue gepeng kelapa atau residu santan Rhizopus oligosporus. Dari hasil fermentasi ini,
menghasilkan racun asam toxoflavin, atau yang biasa disebut asam bongkrek. Penelitian
menunjukkan pengaruh konsentrasi lipid dan jenis asam lemak pada produksi asam
bongkrek oleh B.cocovenenans diperiksa dengan menambahkan jumlah yang berbeda dari
lemak kelapa atau asam lemak bebas individu untuk defatted dan disterilkan dengan media
B.cocovenenans dan diinkubasi pada 30 derajat celcius selama 5 hari dan jumlah asam
bongkrek terbentuk diukur dengan HPLC. Konsentrasi lemak kelapa dari 10 % atau
pertumbuhan yang meningkat. 40-50% lemak kelapa menghasilkan sebanyak 1,4 mg/asam
bongkrek pada tingkat yang sama. Dari delapan asam lemak jenuh diuji, hanya laurat
(12:0), milistrat (14:0), dan palmitat (16:0) asam merangsang produksi terdeteksi jumlah
toksin. Ketika empat asam lemak bebas 18-karbon dengan derajat yang berbeda dari
kejenuhan dibandingkan, sejumlah besar asam bongkrek (2,62 mg/g berat kering) yang
diproduksi hanya dengan asam oleat (18:1). Dari data penelitian tersebut, menunjukkan
bahwa konsentrasi dan jenis lipid dalam substrat sangat penting untuk pembentukan asam
bongkrek. dengan banyaknya racun yang dihasilkan, maka dapat dikatakan bahwa tempe
bongkrek adalah makanan beracun. Namun, disisi lain, tempe bongkrek mempunyai nutrisi
yang baik bagi tubuh yaitu dari kandungan nutrisi tiap 100 gram tempe bongkrek bernilai
119 kalori, protein 4,4 gram, lemak 3,5 gram, karbohidrat 18,3 gram, kalsium 27 miligram,
fosfor 100 miligram, zat besi 2,6 miligram, vitamin B1 0,08 miligram. Mengenai
keputusan tersebut, akhirnya setelah disahkan maka angka kematian akibat tempe
bongkrek semakin berkurang karena masyarakat sudah mulai sadar mengenai dampak dari
Keempat, selain Indonesia, negara lain juga membuat kebijakan politik yang
dengan cara membakar batubara ketika parlemen sedang bersidang. Bagi masyarakat, ini
sangat merugikan. Terlebih ketika musim dingin, maka masyarakat tersebut akan
kedinginan. Namun, aturan adalah aturan. Dan Inggris salah satu negara yang sangat tertib
Kelima, Negara Taiwan yang melarang untuk makanan Indonesia masuk ke negaranya.
Makanan Indonesia yang notabene nya berbahasa Indonesia dilarang masuk oleh
pemerintah Taiwan. Mengapa? Karena pada dasarnya, pemerintah Taiwan tidak ingin
warga negara nya menjadi mengerti dan paham mengenai bahasa Indonesia dan budaya
Indonesia itu sendiri. Hal itu sangat disayangkan oleh pemerintah Indonesia, karena
membawa aspek budaya dalam bidang yang tidak menyangkut sama sekali dengan budaya.
Hal ini murni dari hubungan perdagangan antar negara. Seharusnya pemerintah Taiwan
1.3. PENUTUP
Jadi dari analisis tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa politik
berpengaruh dalam penetapan kebijakan kesehatan karena kegiatan kepemerintahan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara merupakan kegiatan politik
termasuk juga dalam bidang kesehatan, yang dimana orang-orang yang bekerja dalam
pemerintahan merupakan wakil-wakil dari partai politik.
Dapat diambil contoh yaitu pada kebijakan penetapan anggaran belanja negara untuk
sektor kesehatan, dikatakan kegiatan politik karena kebijakan tersebut berkaitan dengan
penyelenggaraan negara dalam hal ini pada sektor kesehatan.
Namun dewasa ini proses pembentukan kebijakan tidak dapat menghindar dari upaya
individual atau kelompok tertentu yang berusaha mempengaruhi para pengambil keputusan
agar suatu kebijakan dapat lebih menguntungkan pihaknya. Sehingga makna politik tersebut
sudah semakin negatif karena terkadang kejam, licik, dan menghalalkan segala cara demi
keuntungan pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuddin, Nazaruddin. 1995. Pengantar Ilmu Politik. Rajawali Press : Jakarta
Suharto, Edi. 2008. Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik bagi Masyarakat dengan
Kebutuhan, Disampaikan pada Focused Group Discussion (FGD) “Kajian Penerapan
Pelayanan Khusus (Service for Customers with Special Needs) pada Sektor Pelayanan
Publik, Lembaga Administrasi Negara, Sahira Butik Hotel.
http://www.kebijakankesehatan.co.cc
http://www.lfip.org
http://www.phmovement.org
1