KESEHATAN
“ETIKA PADA BIROKRASI ”
Dosen Pembimbing :
TINGKAT III A
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TA 2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
menyelesaikanmakalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Etika Profesi dan Hukum Kesehatan” . Dalam
arahan serta motivasi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan penulis berharap
Penyusun
2
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
No. 25 Tahun 2009 yang mengatur tentang Pelayanan Publik. Pada Pasal 1 ayat
(1) disebutkan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
merupakan terjemahan dari istilah “Excellent Service” yang secara harfiah berarti
pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik. Disebut sangat baik
atau terbaik, karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki
seperti ini hanyalah pajangan dan tidak ada pengaruhnya bagi para brokrat yang
negara, kode etik birokrasi terabaikan dalam memberikan pelayanan padahal kode
etik birokrasi yang bisa mengantar para birokrat melakukan tugasnya sesuai
4
Etika Birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan sangat terkait dengan
pemerintahan itu sendiri yang tercermin lewat fungsi pokok pemerintahan , yaitu
masyarakat. Jadi berbicara tentang Etika Birokrasi berarti kita berbicara tentang
dengan ketentuan aturan yang seharusnya dan semestinya, pantas untuk dilakukan
dalam Birokrasi itu sendiri, siapa yang akan mengukur seberapa jauh etis atau
tidak, bagaimana kondisi saat itu dan daerah tertentu yang mengatakan
bahwa sesuatu dianggap etis saja atau dapat dibenarkan, namun di tempat lain
tergantung pada seberapa jauh melanggar di tempat atau daerah mana, kapan
dilakukannya dan pada saat yang bagaimana, serta sanksi apa yang akan
diterapkan sanksi sosial atau moral ataukah sanksi hokum. Semua ini sangat
temporer dan bervariasi di negara kita sebab terkait juga dengan aturan, norma,
pemerintahan?
5
3. Bagaimanakah etika birokrasi yang seharusnya dilakukan oleh birokrasi publik?
4. Tindakan-tindakan apa saja yang harus dihindari oleh birokrasi serta sangsi apa
pengembangan pemerintahan.
publik.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang berarti kebiasaan atau watak
dan dalam bahasa prancis disebut etiquet atau etiket yang dapat diartikan sebagai
kebiasaan atau cara bergaul dan berperilaku yang baik. Secara konsep, etika
dipahami sebagai “suatu sistem nilai yang mengatur mana yang baik dan mana
yang buruk dalam suatu kelompok atau masyarakat ”. Etika menurut Bertens
dari seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan
bersama oleh suatu kesatuan masyarakat, yang menuntun perilaku individu dalam
2.1.2 Birokrasi
“Bureau”, yang artinya meja tulis atau tempat bekerjanya para pejabat. Birokrasi
sendiri adalah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan sebagai sarana bagi
pemerintah, baik sipil maupun militer yang bertugas membantu pemerintah (untuk
7
yang dibuat untuk menghubungkan antara kepentingan masyarakat dan
kepentingan negara yang dalam saat-saat tertentu berbeda. Oleh sebab itu peran
kekacauan.
Jadi dari kedua konsep diatas berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat
kami simpulkan bahwa etika birokrasi yaitu tingkah laku para aparat birokrasi itu
kongkrit di negara kita yaitu Pegawai Negeri baik itu Sipil maupun Militer, yang
adalah sebagai seperangkat nilai yang menjadi acuan atau penuntun bagi tindakan
manusia dalam organisasi. Dengan mengacu kedua pendapat ini, maka etika
mempunyai dua fungsi, yaitu pertama sebagai pedoman, acuan, referensi bagi
apakah sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi publik dinilai abik, buruk, tidak
tercela, dan terpuji. Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan
sebagai acuan, referensi, penuntun, bagi birokrasi publik dalam menjalan tugas
responsiveness.
8
2.2 Alasan Mengapa Etika Birokrasi Penting Diperhatikan Dalam
Pengembangan Pemerintahan
Dwiyanto, bahwa :
banyak dan komplek dan harus diselesaikan oleh birokrasi pemerintah. Dalam
pada pilihan – pilihan yang jelas seperti baik dan buruk. Para pejabat birokrasi
seringkali tidak dihadapkan pada pilihan yang sulit, antara baik dan baik, yang
masing – masing memiliki implikasi yang saling berbenturan satu sama lain.
Dalam kasus pembebasan tanah, misalnya pilihan yang dihadapi oleh para pejabat
masyarakatnya. Masalah – masalah yang ada dalam “grey area “seperti ini akan
9
2. Keberhasilan pembangunan yang telah meningkatkan dinamika dan
discretionary power yang besar. Penggunaan kekuasaan direksi ini hanya akan
dapat dilakukan dengan baik kalau birokrasi memiliki kesadaran dan pemahaman
yang tinggi mengenai besarnya kekuasaan yang dimiliki dan implikasi dari
birokrasi agar mampu menjalankan fungsinya dengan tulus, jujur dan berpihak
dinegara demokrasi.
Birokrasi Publik?
acuan, referensi, penuntun bagi birokrasi publik dalam melaksanakan tugas dan
(1) efisiensi, artinya tidak boros, sikap, perilaku dan perbuatan birokrasi publik
10
(2) membedakan milik pribadi dengan milik kantor, artinya milik kantor tidak
yang satu dengan lainnya secara kolektif diwadahi oleh organisasi, dilakukan
menghindari urusan perasaan dari pada unsur rasio dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab berdasarkan peraturan yang ada dalam organisasi. Siapa yang
penghargaan;
(4) merytal system, nilai ini berkaitan dengan rekrutmen dan promosi pegawai,
artinya dalam penerimaan pegawai atau promosi pegawai tidak di dasarkan atas
(6) accountable, nilai ini merupakan tanggung jawab yang bersifat obyektif, sebab
terjangnya kepada pihak mana kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki itu
berasal dan mereka dapat mewujudkan apa yang menjadi harapan publik
11
(7) responsiveness, artinya birokrasi publik memiliki daya tanggap terhadap
keluhan, masalah dan aspirasi masyarakat dengan cepat dipahami dan berusaha
pelayanan.
2.4 Tindakan Yang Harusnya Dihindari Oleh Pejabat Birokrasi Serta Sangsi
oleh seorang pejabat pemerintah yang juga merupakan aparat Birokrasi, yaitu :
1. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta untuk
2. Menerima segala sesuatu hadiah dari pihak swsta pada saat ia melaksanakan
3. Membicarakan masa depan peluang kerja diluar instansi pada saat it berada
Jenis sangsi atau hukuman yang dapat dijatuhkan kepada Pagawai Negeri
12
1. Hukuman disiplin ringan antara lain : - teguran lisan - teguran tertulis -
2. Jenis hukuman disiplin sedang, antara lain : - penundaan kenaikkan gaji berkala
untuk paling lama satu tahun - penurunan gaji sebesar satu kali gaji berkala untuk
paling lama satu tahun. - Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu
tahun.
3. Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari : - penurunan pangkat pada pangkat
yang setingkat lebih rendah paling lama satu tahun. - Pembebasan dari jabatan. -
negeri sipil. - Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai pegawai negeri sipil.
Dari sangsi hukuman yang diberikan dan patut diterima bagi siapa saja
pelanggar Etika atau peraturan yang turut mengatur moralitas para aparat birokrasi
di atas, jelaslah bagi kita beratnya sangsi atau hukuamn yang telah ditentukan,
namun sekarang kembali lagi kepada penegakkan sangsi atas pelanggaran Etika
melanggar atau hanya sebatas retorika ataupun sangsi social saja, karena sangsi
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat juga berhak menentukan kode Etik atau aturan dalam masyarakat
Kalau memang melanggar harus ada komitmen bersama untuk mentaati aturan
merupakan norma aturan yang melekat pada anggota atau aparat Birokrasi itu
sendiri dimana pun dan kapan pun dia berada, baik di kantor maupun di tengah-
tengah masyarakat, dia terikat dengan aturan kepegawaian dan aturan norma
dalam masyarakat yang menjadi lansasan Etika dalam bertindak dan berperilaku
baik dunia maupun akhirat tanpa merugikan pihak lain secara tidak sah akan
terwujud.
3.2 Saran
sangat strategis dengan menerapkan perilaku yang tidak melanggar kode etik
orang lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
15