Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKA PROFESI DAN HUKUM

KESEHATAN
“ETIKA PADA BIROKRASI ”

Dosen Pembimbing :

Ns. Leni Marlina, S.Kep.,M.Sc

Di Susun Oleh Kelompok 5 :

1. Yosi Sepriana 6. Nurul Haqiqi Daulay


2. Atus Karya Dinata 7. Dina Mardiyah Agustina
3. Fagia Kemala 8. Retno Andriyani
4. Prayoga Permana 9. Weny Gusmita
5. Indri Widya Anggraini

TINGKAT III A

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TA 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas

rahmat, hidayat-Nya serta kekuatan yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikanmakalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi tugas mata kuliah “Etika Profesi dan Hukum Kesehatan” . Dalam

proses penyusunan tulisan ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan,

arahan serta motivasi dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara

tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus

kepada semua yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih belum sempurna.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan penulis berharap

semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, September 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan ............................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Etika Dan Birokrasi ..............................................................

2.2 Pentingnya Etika Birokrasi Dalam Pengembangan Pemerintahan ....

2.3 Etika Birokrasi Yang Seharusnya Dilakukan Oleh Birokrasi Publik .

2.4 Tindakan-Tindakan Yang Harus Dihindari Oleh Birokrasi Serta Sanksi

Yang Akan Diberikan .........................................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................

B. Saran ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai perwujudan amanah negara kemudian dilahirkan Undang-Undang

No. 25 Tahun 2009 yang mengatur tentang Pelayanan Publik. Pada Pasal 1 ayat

(1) disebutkan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan/atau pelayanan administrasif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan

publik. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg

PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik

yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan

publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun

pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan. Pelayanan prima

merupakan terjemahan dari istilah “Excellent Service” yang secara harfiah berarti

pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik. Disebut sangat baik

atau terbaik, karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki

oleh instansi yang memberikan pelayanan, namun nyatanya peraturan tertulis

seperti ini hanyalah pajangan dan tidak ada pengaruhnya bagi para brokrat yang

menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawab mereka sebagai aparatur

negara, kode etik birokrasi terabaikan dalam memberikan pelayanan padahal kode

etik birokrasi yang bisa mengantar para birokrat melakukan tugasnya sesuai

dengan cita-cita bangsa dan negara.

4
Etika Birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan sangat terkait dengan

moralitas dan mentalitas aparat birokrasi dalam melaksanakan tugas-tugas

pemerintahan itu sendiri yang tercermin lewat fungsi pokok pemerintahan , yaitu

fungsi pelayanan, fungsi pengaturan atau regulasi dan fungsi pemberdayaan

masyarakat. Jadi berbicara tentang Etika Birokrasi berarti kita berbicara tentang

bagaimana aparat Birokrasi tersebut dalam melaksanakan fungsi tugasnya sesuai

dengan ketentuan aturan yang seharusnya dan semestinya, pantas untuk dilakukan

dan sewajarnya dimana telah ditentukan atau diatur untuk

ditaati dan dilaksanakan.

Permasalahan yang muncul sekarang ini bagaimana proses penentuan Etika

dalam Birokrasi itu sendiri, siapa yang akan mengukur seberapa jauh etis atau

tidak, bagaimana kondisi saat itu dan daerah tertentu yang mengatakan

bahwa sesuatu dianggap etis saja atau dapat dibenarkan, namun di tempat lain

belum tentu. Dapat dikatakan bahwa Etika Birokrasi sangat

tergantung pada seberapa jauh melanggar di tempat atau daerah mana, kapan

dilakukannya dan pada saat yang bagaimana, serta sanksi apa yang akan

diterapkan sanksi sosial atau moral ataukah sanksi hokum. Semua ini sangat

temporer dan bervariasi di negara kita sebab terkait juga dengan aturan, norma,

adat dan kebiasaan setempat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan konsep etika dan birokrasi?

2. Mengapa Etika Birokrasi penting diperhatikan dalam pengembangan

pemerintahan?

5
3. Bagaimanakah etika birokrasi yang seharusnya dilakukan oleh birokrasi publik?

4. Tindakan-tindakan apa saja yang harus dihindari oleh birokrasi serta sangsi apa

yang akan diberikan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.Untuk mengetahui konsep etika dan birokrasi.

2.Untuk mengetahui pentingnya etika birokrasi diperhatikan dalam

pengembangan pemerintahan.

3. Untuk mengetahui etika birokrasi yang seharusnya dilakukan oleh birokrasi

publik.

4. Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang harus dihindari oleh birokrasi serta

sangsi yang diberikan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Etika dan birokrasi

2.1.1 Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang berarti kebiasaan atau watak

dan dalam bahasa prancis disebut etiquet atau etiket yang dapat diartikan sebagai

kebiasaan atau cara bergaul dan berperilaku yang baik. Secara konsep, etika

dipahami sebagai “suatu sistem nilai yang mengatur mana yang baik dan mana

yang buruk dalam suatu kelompok atau masyarakat ”. Etika menurut Bertens

(1977) “seperangkat nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan

dari seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan

Darwin (1999) mengartikan Etika adalah prinsip-prinsip moral yang disepakati

bersama oleh suatu kesatuan masyarakat, yang menuntun perilaku individu dalam

berhubungan dengan individu lain masyarakat.

2.1.2 Birokrasi

Birokrasi secara etimologis juga berasal dari bahasa Yunani yakni

“Bureau”, yang artinya meja tulis atau tempat bekerjanya para pejabat. Birokrasi

sendiri adalah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan sebagai sarana bagi

pemerintah untuk melaksanakan pelayanan umum sesuai dengan permintaan masy

arakat. Menurut Yahya Muhaimin Birokrasi adalah keseluruhan aparat

pemerintah, baik sipil maupun militer yang bertugas membantu pemerintah (untuk

memberikan pelayanan publik) dan menerima gaji dari pemerintah karena

statusnya itu, sedangkan Hegel melihat, bahwa birokrasi merupakan jembatan

7
yang dibuat untuk menghubungkan antara kepentingan masyarakat dan

kepentingan negara yang dalam saat-saat tertentu berbeda. Oleh sebab itu peran

birokrasi menjadi sangat strategis dalam rangka menyatukan persepsi dan

perspektif antara negara (pemerintah) dan masyarakat sehingga tidak terjadi

kekacauan.

Jadi dari kedua konsep diatas berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat

kami simpulkan bahwa etika birokrasi yaitu tingkah laku para aparat birokrasi itu

sendiri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Aparat Birokrasi secara

kongkrit di negara kita yaitu Pegawai Negeri baik itu Sipil maupun Militer, yang

secara organisatoris dan hierarkis melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing

sesuai aturan yang telah ditetapkan serta memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan.

Darwin (1999) juga mengartikan Etika Birokrasi (Administrasi Negara)

adalah sebagai seperangkat nilai yang menjadi acuan atau penuntun bagi tindakan

manusia dalam organisasi. Dengan mengacu kedua pendapat ini, maka etika

mempunyai dua fungsi, yaitu pertama sebagai pedoman, acuan, referensi bagi

administrasi negara (birokrasi publik) dalam menjalankan tugas dan

kewenangannya agar tindakannya dalam birokrasi sebagai standar penilaian

apakah sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi publik dinilai abik, buruk, tidak

tercela, dan terpuji. Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan

sebagai acuan, referensi, penuntun, bagi birokrasi publik dalam menjalan tugas

dan kewenangannya antara lain, efisiensi, membedakan milik pribadi dengan

milik kantor, impersonal, merytal system, responsible, accountable, dan

responsiveness.

8
2.2 Alasan Mengapa Etika Birokrasi Penting Diperhatikan Dalam

Pengembangan Pemerintahan

Ada beberapa alasan mengapa Etika Birokrasi penting diperhatikan dalam

pengembangan pemerintahan yang efisien, tanggap dan akuntabel, menurut Agus

Dwiyanto, bahwa :

1. Masalah-masalah yang dihadapi oleh birokrasi pemerintah dimasa

mendatang akan semakin kompleks. Modernitas masyarakat yang semakin

meningkat telah melahirkaan berbagai masalah – masalah publik yang semakin

banyak dan komplek dan harus diselesaikan oleh birokrasi pemerintah. Dalam

memecahkan masalah yang berkembang, birokrasi seringkali tidak dihadapkan

pada pilihan – pilihan yang jelas seperti baik dan buruk. Para pejabat birokrasi

seringkali tidak dihadapkan pada pilihan yang sulit, antara baik dan baik, yang

masing – masing memiliki implikasi yang saling berbenturan satu sama lain.

Dalam kasus pembebasan tanah, misalnya pilihan yang dihadapi oleh para pejabat

birokrasi seringkaali bersifat dikotomis dan dilematis. Mereka harus memilih

antara memperjuangkan program pemerintah dan memperhatikan kepentingan

masyarakatnya. Masalah – masalah yang ada dalam “grey area “seperti ini akan

menjadi semakin banyak dan kompleks seiring dengan meningkatnya modernitas

masyarakat. Pengembangan etika birokrasi mungkin bisa fungsional terutama

dalam memberi “ policy guidance” kepada para pejabat birokrat untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

9
2. Keberhasilan pembangunan yang telah meningkatkan dinamika dan

kecepatan perubahan dalam lingkungan birokrasi. Dinamika yang terjadi dalam

lingkungan tentunya menuntut kemampuan birokrasi untuk melakukan

adjustments agar tetap tanggap terhadap perubahan yang terjadi dalam

lingkungannya. Kemampuan untuk bisa melakukan adjustment itu menuntut

discretionary power yang besar. Penggunaan kekuasaan direksi ini hanya akan

dapat dilakukan dengan baik kalau birokrasi memiliki kesadaran dan pemahaman

yang tinggi mengenai besarnya kekuasaan yang dimiliki dan implikasi dari

penggunaan kekuasaan itu bagi kepentingan masyarakatnya. Kesadaran dan

pemahaman yang tinggi mengenai kekuasaan dan implikasi penggunaan

kekuasaan itu hanya dapat dilakukan melalui pengembangan etika birokrasi.

3. Etika diperlukan oleh penyelenggara pemerintahan dan negara termasuk

birokrasi agar mampu menjalankan fungsinya dengan tulus, jujur dan berpihak

pada kepentingan rakyat/masyarakat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi

dinegara demokrasi.

2.3 Bagaimanakah Etika Birokrasi Yang Seharusnya Dilakukan Oleh

Birokrasi Publik?

Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai

acuan, referensi, penuntun bagi birokrasi publik dalam melaksanakan tugas dan

kewenangannya antara lain adalah :

(1) efisiensi, artinya tidak boros, sikap, perilaku dan perbuatan birokrasi publik

dikatakan baik jika mereka efisien;

10
(2) membedakan milik pribadi dengan milik kantor, artinya milik kantor tidak

digunakan untuk kepentingan pribadi;

(3)impersonal, maksudnya dalam melaksanakan hubungan kerjasama antara orang

yang satu dengan lainnya secara kolektif diwadahi oleh organisasi, dilakukan

secara formal, maksudnya hubungan impersonal perlu ditegakkan untuk

menghindari urusan perasaan dari pada unsur rasio dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawab berdasarkan peraturan yang ada dalam organisasi. Siapa yang

salah harus diberi sanksi dan yang berprestasi selayaknya mendapatkan

penghargaan;

(4) merytal system, nilai ini berkaitan dengan rekrutmen dan promosi pegawai,

artinya dalam penerimaan pegawai atau promosi pegawai tidak di dasarkan atas

kekerabatan, namun berdasarkan pengetahuan (knowledge), keterampilan(skill),

sikap (attitude), kemampuan (capable), dan pengalaman(experience), sehingga

menjadikan yang bersangkutan cakap dan profesional dalam menjalankan tugas

dan tanggung jawabnya dan bukanspoil system (adalah sebaliknya);

(5) responsible, nilai ini adalah berkaitan dengan pertanggungjawaban birokrasi

publik dalam menjalankan tugas dan kewenangannya;

(6) accountable, nilai ini merupakan tanggung jawab yang bersifat obyektif, sebab

birokrasi dikatakan akuntabel bilamana mereka dinilai obyektif oleh masyarakat

karena dapat mempertanggungjawabkan segala macam perbuatan, sikap dan sepak

terjangnya kepada pihak mana kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki itu

berasal dan mereka dapat mewujudkan apa yang menjadi harapan publik

(pelayanan publik yang profesional dan dapat memberikan kepuasan publik);

11
(7) responsiveness, artinya birokrasi publik memiliki daya tanggap terhadap

keluhan, masalah dan aspirasi masyarakat dengan cepat dipahami dan berusaha

memenuhi, tidak suka menunda-nunda waktu atau memperpanjang alur

pelayanan.

2.4 Tindakan Yang Harusnya Dihindari Oleh Pejabat Birokrasi Serta Sangsi

Yang Diterimah Oleh Birokrat Yang Melanggar

Paul H. Douglas dalam bukunya “Ethics in Government” yang dikutip

oleh Drs. Haryanto, MA,6 tentang tindakan-tindakan yang hendaknya dihindari

oleh seorang pejabat pemerintah yang juga merupakan aparat Birokrasi, yaitu :

1. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta untuk

keuntungan pribadi dengan mengatasnamakan jabata kedinasan.

2. Menerima segala sesuatu hadiah dari pihak swsta pada saat ia melaksanakan

transaksi untuk kepentinagn dinas.

3. Membicarakan masa depan peluang kerja diluar instansi pada saat it berada

dalam tugas-tugas sebagai pejabat pemerintah.

4. Membocornakan informasi komersial atau ekonomis yang bersifat rahasia

kepada pihak-pihak yang tidak berhak.

5. Terlalu erat berurusan dengan orang-orang diluar instansi pemerintah yang

dalam menjalankan bisnis pokoknya tergantung dari izin pemerintah.

Jenis sangsi atau hukuman yang dapat dijatuhkan kepada Pagawai Negeri

sangatlah bervariasi sesuai tingkat pelanggaran, adapun jenis sangsi tersebut

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 terdiri dari :

12
1. Hukuman disiplin ringan antara lain : - teguran lisan - teguran tertulis -

pernyataan tidak puas secara tertulis.

2. Jenis hukuman disiplin sedang, antara lain : - penundaan kenaikkan gaji berkala

untuk paling lama satu tahun - penurunan gaji sebesar satu kali gaji berkala untuk

paling lama satu tahun. - Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu

tahun.

3. Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari : - penurunan pangkat pada pangkat

yang setingkat lebih rendah paling lama satu tahun. - Pembebasan dari jabatan. -

Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri selaku pegawai

negeri sipil. - Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai pegawai negeri sipil.

Dari sangsi hukuman yang diberikan dan patut diterima bagi siapa saja

pelanggar Etika atau peraturan yang turut mengatur moralitas para aparat birokrasi

di atas, jelaslah bagi kita beratnya sangsi atau hukuamn yang telah ditentukan,

namun sekarang kembali lagi kepada penegakkan sangsi atas pelanggaran Etika

tersebut, apa betul-betul dilaksanakan atau ditegakkan kepada mereka yang

melanggar atau hanya sebatas retorika ataupun sangsi social saja, karena sangsi

social hanya efektif apabila aparat Birokrasi itu berada di tengah-tengah

masyarakat, sementara apabila dalam organisasi Birokrasi harus tegas berupa

sangsi hukuman sesuai peraturan perundang-undangan tersebut di atas.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat juga berhak menentukan kode Etik atau aturan dalam masyarakat

yang juga turut mengatur keberadaan seorang Aparat Birokrasi di lingkungannya.

Kalau memang melanggar harus ada komitmen bersama untuk mentaati aturan

yang ada di tengah-tengah masyarakat. Jadi yang disebut Etika Birokrasi

merupakan norma aturan yang melekat pada anggota atau aparat Birokrasi itu

sendiri dimana pun dan kapan pun dia berada, baik di kantor maupun di tengah-

tengah masyarakat, dia terikat dengan aturan kepegawaian dan aturan norma

dalam masyarakat yang menjadi lansasan Etika dalam bertindak dan berperilaku

dalam melaksanakan tugasnya.Ketika semua etika di dalam suatu birokrasi telah

terimplementasikan dengan baik, maka insyaallah cita-cita mulia dari Van de

Spiegel tentang pemerintahan kita untuk membawa kebahagiaan sebesar-besarnya

baik dunia maupun akhirat tanpa merugikan pihak lain secara tidak sah akan

terwujud.

3.2 Saran

Para birokrat mampu memberikan peranan penting terhadap birokrasi menjadi

sangat strategis dengan menerapkan perilaku yang tidak melanggar kode etik

birokrasi dalam rangka menyatukan persepsi dan perspektif antara negara

(pemerintah) dan masyarakat sehingga tidak terjadi kekacauan dimanapun dan

kapanpun,dan juga dapat berperilaku dalam melaksanakan tugas tanpa merugikan

orang lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Fernanda, M.Soc.Sc, Drs.Desi. 2006.Etika Organisasi Pemerintah: Modul


Pendidikan Dan Pelatihan Prajabatan Golongan III.Jakarta.Lembaga
Administrasi Negara.
 Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Etika Admnistras Negara. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
 Rodlial Ramdhan .wordpress.com/2007/03/16/etika-birokrasi /,Rodlial_
Ramdhan.
 Suryana. Pentingnya etika birokrasi pemerintah dalam Pelayanan publik.
(Online)//http//www//wikipedia.org/wiki.

15

Anda mungkin juga menyukai