Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kertas kerja (Working Paper) merupakan mata rantai yang


menghubungkan catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu , kertas kerja
merupakan alat penting dalam profesi akuntan public. Dalam proses auditnya
auditor harus mengumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti seperti data
akuntansi meliputi jurnal , buku besar , buku pembantu , serta buku pedoman
akuntansi , memorandum dan catatan tidak resmi. Untuk mendukung simpulan
dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk kepentingan pengumpulan
dan pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja. SA Seksi 339 kertas
kerja memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja dalam
audit atas laporan keuangan atau perikatan auditor lainnya, berdasarkan seluruh
standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi kertas kerja ?


2. Apa isi kertas kerja ?
3. Apa tujuan pembuatan kertas kerja ?
4. Bagaimana kepemilikan kertas kerja dan kerahasiaan informasi dalam
kertas kerja ?
5. Apa faktor-faktor yang harus di perhatikan oleh auditor dalam pembuatan
kertas kerja yang baik ?
6. Apa tipe kertas kerja ?
7. Bagimana hubungan antara berbagai tipe kertas kerja ?
8. Bagaimana pemberian indeks pada kertas kerja ?
9. Bagaimana metode pemberian indeks kertas kerja ?
10. Bagaimana susunan ketas kerja ?
11. Bagaimana pengarsipan kertas kerja ?
2

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kertas kerja


2. Untuk mengetahui isi kertas kerja.
3. Untuk mengetahui Tujuan pembuatan kertas kerja.
4. Untuk mengetahui kepemilikan kertas kerja dan kerahasiaan informasi
dalam kertas kerja.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus di perhatikan oleh auditor
dalam pembuatan kertas kerja yang baik.
6. Untuk mengetahui tipe kertas kerja.
7. Untuk mengetahui hubungan antara berbagai tipe kertas kerja.
8. Untuk mengetahui pemberian indeks pada kertas kerja.
9. Untuk mengetahui metode pemberian indeks kertas kerja.
10. Untuk mengetahui susunan kertas kerja.
11. Untuk mengetahui pengarsipan kertas kerja
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kerta Kerja

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja


sebagai berikut: “Kertas kerja adalah catatan-catatn yang diselenggarakan oleh
auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang
dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya
sehubungan dengan auditnya.” Contoh kertas kerja adalah program audit hasil
pemahaman terhadap pengndalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi,
representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau
komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Data kertas kerja dapat disimpan
dalam pita magetik, film, atau media yang lain. Dalam SA 339 dikemukakan
bahwa kertas kerja biasanya berisi dukumentasi yang memperlihatkan :

1. Pemeriksaan telah direncanakan dan di supervise dengan baik, yang


menunjukan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal telah
diperoleh untuk merancangkan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang telah dilakuan.
3. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah di terapkan
dan pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti yang
kompeten yang cukup sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menunjukan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

Menurut IBK.Bayangkara kertas kerja audit (KKA) merupakan catatan-


catatan yang dibuat dan data-data yang dikumpulkan auditor secara sistematis
pada saat melaksanakan tugas audit. Untuk memberikan gambaran yang lengkap
terhadap proses audit, KKA harus mencerminkan langkah-langkah audit yang
ditempuh :
4

1. rencana audit
2. pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas system control
internal
3. prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh dan
kesimpulan yang dicapai.
4. penelahaan kertas kerja audit oleh penyedia
5. laporan audit
6. tindak lanjut dari tindakan perbaikan

2.2 Tujuan pembuatan kertas kerja audit, yaitu :

1. mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan audit kertas kerja


audit dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya dan
merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
2. menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya. auditor
dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya,
jika di kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan
mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor
dalam auditnya
3. mengkoordinasikan dan mengorganisasi semua tahap audit. audit yang
dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang
dilaksanakan dalam brbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit
tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk kertas
kerja. Pengorganisasian dan pengkordinasian bebagai tahap audit tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.
4. memberikan pedoman dalam audit berikutnya. dari kertas kerja dapat
diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya jika
dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode
akuntansi yang berlainan. Auditor memerlukan informasi mengenai sifat
usaha klien, catatan akuntansi klien dan pengendalian intern klien serta
rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu.
5

Jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar


laporan keuangan yang lalu.

2.3 Current File dan Permanent File

Current file :

Arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan tahun berjalan,


informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat untuk tahun yang
diperiksa.Contoh : Neraca saldo, Berita acara kas opname, Rekonsiliasi bank,
Rincian piutang, Rincian persediaan Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain.

Permanent file :
Merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami perubahan.
Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode pengauditan.
Contoh : Akte pendirian,Accounting manual (pedoman akuntansi), Kontrak
kontrak, Notulen rapat.
Tujuan permanent file :
(1) Sebagai acuan yang digunakan untuk pemeriksaan tahun-tahun mendatang.
(2) Memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staff
yang baru pertamakali menangani pemeriksaan laporan keuangan.
(3) Untuk menghindari pengulangan pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun
ke tahun.

2.4 Kriteria yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Kertas Kerja Yang Baik

Ada lima kriteria yang harus diperhatikan :

1. Lengkap

 Berisi semua imformasi yang pokok, menentuakn komposisi semua data


penting yang dicamtumkan dalam kertas kerja.
 Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Artinya kertas kerja
harus jelas dapat berbicara sendiri, harus berisi imformasi yang lengkap,
6

tidak berisi imformasi yang belum jelas atau pertanyaan yang belum
dijawab.

2. Teliti

Dalam pembuatan kerja, akuntan harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan


dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan
perhitungan.

3. Ringkas

Kertas kerja harus dibatasi pada imformasi yang pokok-pokok saja yang relevan
dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan serta disajikan dengan ringkas . untuk
menghindari rincian-rincian yang tidak perlu. Analisis yang perlukan oleh seorang
akuntan harus merupakan peringkasan dan penapsiran data dan bukan hanya
merupakan penyalinan catatan klien kedalam kertas kerja.

4. Jelas

Kejelasan dalam imformasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas kerja
perlu diusahakan oleh akuntan. Penggunaan ini istilah yang menimbulkan arti
ganda perlu dihindari. Penyajian imformasi secara sistematik perlu dilakukan.

5. Rapi

Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas kerja
akan membantu akuntan senior dalam menela’ah hasil pekerjaan stafnya serta
memudahkan memperoleh imformasi dari kertas kerja tersebut.

2.5. Program Kerja Audit

Program Kerja Pemeriksaan (PKP) adalah rancangan prosedur dan teknik


audit yang disusun secara sistematis yang harus diikuti/ dilaksanakan oleh
Auditor/ Pemeriksa dalam kegiatan audit untuk mencapai tujuan audit.
7

Konsep PKP disiapkan oleh Ketua Tim, kemudian Pengendali Teknis


mereview untuk memberikan tambahan informasi dan arahan. Setelah itu PKP
direview kembali oleh Pengendali Mutu untuk disetujui.

Tujuan dan Manfaat Program Kerja Pemeriksaan :


a. Sarana pemberian tugas kepada tim Audit;
b. Sarana pengawasan pelaksanaan audit secara berjenjang mulai dari
Ketua Tim sampai Pengendali Mutu.
c. Pedoman Kerja/pegangan bagi auditor/pemeriksa.
d. Landasan untuk membuat ikhtisar/ ringkasan hasil audit.
e. Sarana untuk mengawasi mutu audit.

2.6. Prodesur Audit

Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan taknik
yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit.
Jenis – Jenis Prosedur Audit :
1. Prosedur Analitis
Terdiri dari kegiatan yang mempelajari dan membandingkan data yang
memiliki hubungan.Prosedur analitis mengahsilkan bukti analitis.
2. Menginspeksi
Meliputi kegiatan pemeriksaan secara teliti atau pemeriksaan secara
mendalam atas dokumen catatan atau pemeriksaan fisik atas sumber-
sumber berwujud. Dengan cara ini auditor dapat membuktikan keaslian
suatu dokumen.
3. Mengkonfirmasi
Adalah suatu bentuk pengajuan pertanyaan yang memungkinkan auditor
untuk mendapatkan informasi langsung dari sumber independent dari luar
perusahaan.
4. Mengajukan pertanyaan
Hal ini bisa dilakukan secar lesan ataupun tertulis.Pertanyaan bisa
8

dilakukan kepada sumber intern pada perusahaan klien atau pada pihak
luar.
5. Menghitung
Penerapan prosedur menghitung yang paling umum dilakukan adalah :
a. Melakukan perhitungan fisik atas barang-barang berwujud
b. Menghitung dokumen bernomor tercetak
Tindakan yang pertama dimaksudkan untuk mengevaluasi bukti
fisik dari jumlah yang ada di tangan sedangkan yang kedua merupakan
cara untuk mengevaluasi bukti dokumen khususnya yang berkaitan dengan
kelengkapan catatan akuntansi.
6. Menelusur
Yang biasa dilakukan adalah :
1. memilih dokumen yang di buat pada saat transaksi terjadi
2. menentukan bahwa dokumen pada transaksi tersebut telah dicatat
dengan tepat dalam catatan akuntansi.
7. Mencocokkan ke dokumen
Kegiatannya meliputi :
1. memilih ayat jurnal tertentu dalam catatan akuntansi
2. mendapatkan dan menginspeksi dokumen tanyg menjadi dasar
pembuatan ayat jurnal tersebut untuk menentukan validasi dan ketelitian
transaksi yang dicatat.
8. Mengamati
Aktivitas ini merupakan kegiatan rutin dari suatu tipe transaksi.
9. Melakukan ulang
Auditor juga bisa melakukan ulang beberapa aspek dalam proses transaksi
tertentu untuk memastikan bahwa proses yang telah dilakukan klien sesuai
dengan prosedur dan kebijakan pengendalian yang telah di tetapkan.

2.7. Teknik Audit

Teknik audit adalah cara yang dipergunakan oleh auditor untuk


memperoleh bukti, berikut adalah teknik yang umum di gunakan oleh auditor :
9

analisis, observasi/pengamatan, permintaan informasi, evaluasi, investigasi,


verifikasi, cek, uji/tes, footing, cross footing, vouching, trasir, scanning,
rekonsiliasi, konfirmasi, bandingkan, inventarisasi, inspeksi.
1. Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk pengujian fisik
adalah :

 Observasi/pengamatan adalah peninjauan dan pengamatan atas suatu


objek secara hati-hati, ilmiah, dan berkesinambungan selama kurun waktu
tertentu untuk membuktikan suatu keadaan atau masalah.
 Inventarisasi/opname adalah pemeriksaan fisik dengan menghitung fisik
barang, menilai kondisinya dan membandingkan dengan saldo menurut
buku, kemudian mencari sebab-sebab terjadinya perbedaan apabila ada.
hasil opname biasanya dituangkan dalam suatu berita acara.
 Inspeksi adalah meneliti secara langsung ketempat kejadian, yang lazim
pula disebut on the spot inspection, yang dilakukan secara rinci dan teliti.

2. Teknik audit untuk bukti dokumen.


Teknik audit yang digunakan untuk mengumpulkan bukti dokumen
adalah :

 Verifikasi Adalah pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran,


ketelitian perhitungan, kesahihan, pembukuan, kepemilikan, dan eksistensi
suatu dokumen.
 Cek adalah menguji kebenaran atau keberadaan sesuatu, dengan teliti.
 Uji/Test uji test adalah penelitian secara mendalam terhadap hal-hal secara
esensial atau penting.
 Footing Adalah menguji kebenaran penjumlahan subtotal dan total dari
atas ke bawah, footing dilakukan terhadap data yang disediakan auditi,
tujuan teknik footing adalah untuk menentukan apakah data atau laporan
yang disediakan auditi dpat diyakini ketepatan perhitungannya.
10

 Vouching adalah menelusuri suatu informasi/data dalam suatu dokumen


dari pencatatan menuju kepada adanya bukti pendukung, atau menelusuri
mengikuti prosedur yang berlaku dari ahasil menuju awal kegiatan.
 Trasir/telusur adalah teknik audit dengan menelusuri suatu bukti
transaksi/kejadian menuju ke penyajian dalam suatu dokumen.
 Scanning adalah penelaahan secara umum dan dilakukan dengan cepat
tetapi teliti, untuk menemukan hal-hal yang tidak lazim atas suatu
informasi. contoh scanning terhadap pengeluaran kas yang lebih besar dari
Rp. 10.000.000
 Rekonsiliasi mencocokan dua data yang terpisah, mengenai hal yang sama
dikerjakan oleh bagian yang berbeda.

3. Teknik audit untuk bukti analisis.


Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti
analisis adalah :

 Analisis memecah atau mengurai data informasi ke dalam unsur-unsur


yang lebih kecil atau bagian-bagian, sehingga dapat diketahui pola
hubungan antar unsur atau unsur penting tersembunyi, analisis terdapat
beberapa diantaranya : analisis rasio biasanya dilakukan atas laporan
keuangan, analisis statistik berfungsi untuk perhitungan statistik melihat
rata-rata, korelasi, kecenderungan maupun kesimpulan lainnya,
perbandingan dengan bagian lain atau unit kerja lain yang diketahui oleh
auditor. teknik ini sering disebut bencmarking membandingkan dengan
unit lain yang sejenis misal nilai kelulusan SD A dengan SD-SD lainnya.
 Evaluasi merupakan cara memperoleh suatu kesimpulan dengan mencari
pola hubungan atau dengan menghubungkan atau merakit berbagai
informasi yang telah diperoleh baik bukti intern maupun ekstern.
 Investigasi adalah suatu upaya untuk mengupas secara intensif suatu
permasalahan melalui penjabaran, penguraian, atau penelitian secara
mendalam. tujuan yaitu memastikan apakah indikasi yang diperoleh dari
teknik audit yang lainnya dilakukanmemang benar terjadi.
11

 Pembandingan yaitu membandingkan data dari satu unit kerja dengan


unit kerja lain, atas hal sama dan periode yang sama atau hal yang sama
dengan periode yang berbeda kemudian ditarik kesimpulan.

4. Teknik audit untuk bukti keterangan


Teknik audit untuk mengumpulkan bukti keterangan adalah :

 Konfirmasi : adalah memperoleh bukti sebagai kepastian bagi auditor,


dengan cara mendapatkan mendapatkan informasi yang sah dari pihak luar
auditi. konfirmasi terdapat konfirmasi positif yaitu konfirmasi yang harus
dijawab secara tertulis oleh pihak luar dan konfirmasi negatifmerupakan
konfirmasi yang meminta jawaban tertulis bila data yang dikonfirmasi
berbeda.
 Permintaan informasi : Permintaan informasi yang dilakukan dengan
tujuan menggali informasi tertentu berbagai pihak yang berkopeten. hal-
hal yang perlu diperhatikan yaitu sumber informasi.

2.8. Risiko dan Materialitas Audit

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari
tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.

Komponen-komponen Risiko Audit. Risiko audit terdiri dari tiga


komponen yaitu :

a. Risiko bawaan (inherent risk).

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau


golongan transaksi suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
terkait.
Perhitungan tentang risiko bawaan membutuhkan pertimbangan
tentang berbagai hal yang bisa berpengaruh terhadap asersi-asersi dari
12

semua atau banyak rekening dan hal-hal yang berhubungan hanya


dengan asersi-asersi untuk rekening tertentu.

b. Risiko Pengendalian (control risk).

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material


yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi
secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern satuan usaha. Risiko
pengendalian adalah fungsi dari keefektifan kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern klien. Keefeektifan pengendalian intern atas
suatu asersi akan mengurangi risiko pengendalian, sebaiknya
ketidakefektifan pengendalian intern akan meningkatkan risiko
pengendalian.Risiko pengendalian tidak akan pernah mencapai nol, karena
pengendalian intern tidak bisa menjamin sepenuhnya bahwa semua salah
saji material akan dapat dicegah atau dideteksi Contoh; pengendalian bisa
menjadi tidak efektif pada saat-saat tertentu karena kesalahan manusia
misalnya karena ketidaktelitian atau karena kelelahan.

c. Risiko deteksi (detection risk)

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi


salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi adalah
suatu fungsi dari keefektifan prosedur auditing dan penerapannya oleh
auditor.

Berbeda dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian, tingkat


risiko deteksi sesungguhnya bisa diubah dan risiko pengendalian, tingkat
risiko deteksi sesungguhnya bisa diubah oleh auditor dengan memodifikasi
sifat, saat, dan luas pengujian substantif yang dilakukan untuk setiap
asersi.
13

Materialitas Audit

Materialitas adalah Besarnya suatu penghilangan atau salah saji


informasi akuntansi yang, dipandang dari keadaan-keadaan yang
melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang
yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi
oleh penghilangan atau salah saji tersebut.

Definisi mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan:

a. Keadaan-keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha


(perusahaan klien).
b. Infromasi yang diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan
pada laporan keuangan yang telah diaudit.

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus


mempertimbangkan materialist pada dua tingkatan yaitu;

a. Tingkat Laporan Keuangan karena pendapatan auditor mengenai


kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo rekening karena auditor melakukan verifikasi ats saldo-
saldo rekening untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh
mengenai kewajaran laporan keuangan.
Materialitas meliputi besarnya salah saji minimum dalam suatu
laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan
keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2.9 Studi Kasus Kertas Kerja Audit Manajemen pada PT. Indojewel

No : 018/KAP/IV/2016
Lampiran : 3 Lembar
Perihal : Laporan Hasil Audit Manajemen
14

Kepada :
Yth. Direktur Utama PT. Indojewel
Di Malang

Kami telah melakukan audit atas Pelatihan Karyawan pada PT. Indojewel
untuk periode tahun 2007/2008. Audit kami tidak dimaksudkan untuk
memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan dan oleh
karenanya kami tidak memberikan pendapat atas laporan HRD tersebut. Audit
kami hanya mencakup bidang Pelatihan Karyawan yang dilaksanakan (terjadi
pada) PT. Indojewel. Audit tersebut dimaksudkan untuk menilai ekonomisasi
(kehematan), efisiensi (daya guna) dan efektivitas (hasil guna) Pelatihan
Karyawan yang dilakukan dan memberikan saran atas kelemahan yang ditemukan
selama audit, hingga diharapkan di masa yang akan datang dapat dicapai
perbaikan atas kekurangan tersebut dan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih
ekonomis, efeisien dan efektif dalam mencapai tujuannya. Hasil audit kami
sajikan dalam bentuk laporan audit yang meliputi:
Bab I : Informasi Latar Belakang
Bab II : Kesimpulan Audit yang Didukung dengan Temuan Audit dan
Rekomendasi
Bab III : Ruang Lingkup Audit

Dalam melaksanakan audit kami telah memeroleh banyak bantuan,


dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak baik jajaran direksi maupun staf
yang berhubungan dengan pelaksanaan audit ini. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih atas kerja sama yang telah terjalin dengan baik ini.
KAP & Management Consultant Rawiatmaja & Partner Tn. Kris Palguna.
15

BAB I
INFORMASI LATAR BELAKANG

PT. Indojewel bergerak di bidang produksi perhiasan berbahan dasar


mutiara dan emas. Mutiara yang digunakan adalah hasil pembudidayaan sendiri
yang terintegrasi dalam rencana bisnis perusahaan, sedangkan emas diperoleh dari
dalam negeri. Desain produk sudah cukup dikenal di pasar, merupakan hasil
pengembangan bagian litbang perusahaan yang dipimpin oleh tenaga ahli di
bidangnya. Perusahaan mempekerjakan 1.500 karyawan tetap dan sekitar 750
karyawan kontrak yang dipekerjakan terutama sebagai staf produksi di divisi
budidaya mutiara dan cleaning service di seluruh divisi perusahaan, dengan
peghasilan rata-rata sebesar 250% dari UMK yang ditetapkan pemerintah.
Perusahaan menerapkan teknologi maju dalam produksi perhiasan dengan
investasi sebesar Rp1,75 triliun untuk membeli peranti keras dan Rp500 miliar
untuk membeli peranti lunak termasuk sistem informasi, yang mengintegrasikan
seluruh divisi ke dalam satu rangkaian operasi dan sistem pelaporan. Pelatihan
karyawan bersifat situasional, sesuai dengan permintaan manajer lini dan sesuai
dengan anggaran yang tersedia.
Susunan direksi Perusahaan adalah sebagai berikut:
Direktur Utama : Tn. Kevin Suparno
Direktur Akuntansi dan Keuangan : Tn. Cecep Mulyadi
Direktur Pemasaran : Nn. Sandra Gultom
Direktur Produksi : Tn. Steve Handayana
Manager SDM : Tn. Syam Nugroho

Sedangkan, tujuan dilakukannya audit adalah untuk:


1. Menilai prosedur Pelatihan Karyawan yang dilakukan Perusahaan.
2. Menilai ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas Pelatihan Karyawan yang
telah dilaksanakan.
3. Memberi berbagai saran atas kelemahan dalam pelaksanaan Pelatihan
Karyawan yang ditemukan
16

BAB II
KESIMPULAN AUDIT DAN REKOMENDASI

Berdasarkan temuan (bukti) yang kami peroleh selama audit yang kami
lakukan, kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Kondisi :
1. Mesin baru yang digunakan perusahaan telah dilengkapi manual
penggunaannya, tetapi untuk memahami manual tersebut dan mampu
menggunakannya sesuai dengan standar manual tersebut perlu dilakukan
pelatihan intensif, dengan mempraktikkannya dilokasi mesin tersebut
dioperasikan. Sementara pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan
klasikal di kelas untuk memahami petunjuk tersebut. Konfirmasi kepada
manajer SDM diperoleh informasi tidak tersedia cukup dana untuk
melanjutkan pelatihan sampai pada praktik lapangan.
2. Perusahaan tidak memiliki rencana pelatihan periodik dan menentukan
program pelatihan berdasarkan permintaan manajer lini yang harus
terealisasi dalam waktu singkat tanpa melalui suatu identifikasi untuk
menentukan pelatihan apa yang sesungguhnya dibutuhkan karyawan.
3. Perusahaan hanya menganggarkan biaya pelatihan sebesar 0,25% selama
satu tahun dari laba bersih setelah pajak tahun sebelumnya. Untuk tahun
2008 biaya pelatihan didasarkan pada laba bersih setelah pajak tahun 2007
yang mencapai sebesar 650,75 miliar.
4. Terjadi penurunan produk gagal sebesar 18% dibanding sebesar 20% pada
tahun lalu (penurunan produk gagal hanya 2% saja).
5. Tidak ada penilaian keberhasilan pelatihan secara formal sehingga tidak
ada dokumen atau catatan yang bisa dipertanggungjawabkan atas penilaian
hasil pelatihan yang telah dilakukan.
6. Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada karyawan yang telah
mengikuti pelatihan tahun 2008 diperoleh temuan sebagai berikut;
17

a. Sebesar 35% dari peserta menjawab bahwa materi pelatihan sesuai


dengan kebutuhannya untuk meningkatkan keterampilan.
b. Sebesar 12,5% peserta menjawab metode pelatihan sesuai dengan
materi pelatihan yang diberikan.
c. Hanya sebesar 35% menjawab keterampilannya meningkat setelah
mengikuti pelatihan
d. Sebesar 80% peserta menjawab bahwa waktu pelatihan terlalu
singkat dan tidak cukup waktu bagi mereka untuk memahami
materi yang diberikan dalam pelatihan tersebut
e. Sebanyak 40% kegagalan produk terjadi dalam proses produksi,
35% pada proses pengepakan, dan 25% pada proses
penggudangan dari keseluruhan biaya kegagalan produk yang
terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp 825,25 juta.
f. Pengembalian produk oleh pelanggan yang terjadi selama tahun
2008 sebesar 7,5% dari total penjualan Rp 7,5 triliun.

Kriteria:
1. Tujuan pelatihan dan pengembangan karyawan harus dirumuskan secara
jelas dan disosialisasikan keseluruh manajer lini. Tujuan pelatihan adalah
untuk:
a. Meningkatkan keterampilan karyawan.
b. Menurunkan kegagalan produk sampai pada tingkat 2,5%.
c. Menurunkan pemborosan penggunaan sumber daya.
d. Menurunkan kecelakaan kerja karyawan serta meningkatkan
motivasi kerja dan kebanggaan karyawan terhadap pekerjaannya.
2. Rencana pelatihan dan pengembangan karyawan harus disusun secara
periodik bersama dengan penyusunan anggaran perusahaan.
3. Program pelatihan dirumuskan berdasarkan hasil identifikasi terhadap
kebutuhan pelatihan sebelum program ditetapkan. Identifikasi meliputi:
18

a. Penentuan jenis dan bentuk keterampilan yang dibutuhkan


karyawan sehingga mampu berkontribusi maksimal kepada
perusahaan.
b. Melakukan penilaian secara periodik untuk mengidentifikasi topik
pelatihan yang tepat.
c. Melakukan penilaian terhadap pelatihan yang telah dilakukan
untuk mendapatkan umpan balik bagi perbaikan pelatihan
berikutnya.
d. Melakukan benchmarking pada industri yang sama yang lebih
berhasil dalam mengelola program pelatihan dan pengembangan.
4. Pengelolaan pelatihan karyawan harus didukung anggaran yang memadai.
5. Laporan biaya kualitas harus terdokumentasi untuk menyediakan
informasi sebagai umpan balik dalam meningktkan kualitas proses dan
produk yang dihasilkan

Penyebab :
1. Pelatihan yang telah dilakukan adalah pelatihan klasikal di kelas untuk
memahami petunjuk (manual), padahal untuk memahami manual tersebut
dan mampu menggunakan sesuai dengan standar manual perlu dilakukan
pelatihan intensif dengan mempraktikkannya dilokasi mesin tersebut
dioperasikan.
2. Rencana pelatihan baru dibuat setelah ada bagian yang membutuhkan
pelatihan.
3. Belum tersedia suatu sistem review dan pelaporan yang terdokumentasi
tentang penilaian efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pelatihan.
4. Dana SDM tidak mencukupi untuk melanjutkan pelatihan karyawan
sampai pada praktik lapangan secara intensif terkait dengan adanya mesin
baru.
5. Kurang terampilnya karyawan dalam mengoperasikan mesin baru
membuat banyak produk yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan
dan akhirnya mengembalikan produk.
19

Akibat :
1. Banyak karyawan menjadi kurang terampil ketika mengoperasikan mesin
baru perusahaan.
2. Tidak ada dokumen/catatan yang bisa dipertanggungjawabkan atas
penilaian hasil pelatihan yang telah dilakukan.
3. Tidak diketahui berapa biaya yang dikeluarkan untuk peningkatan kualitas
proses dan produk yang dihasilkan sehingga tidak ada umpan balik dalam
peningkatan kualitas produk.
4. Banyak bahan yang terbuang karena rusak dalam proses.
5. Banyak tercipta produk yang gagal.
6. Pesanan dari gerai-gerai yang merupakan ujung tombak penjualan semakin
menurun.
7. Terjadi pemborosan biaya produksi sehingga merugikan perusahaan.
8. Banyak produk dikerjakan ulang karena tidak sesuai standar.

Hasil audit yag dilakukan menemukan beberapa kelemahan yang harus


menjadi perhatian manajemen di masa yang akan datang. Kelemahan utama
adalah:
1. Kelemahan yang terjadi pada prosedur pelatihan karyawan yang belum
terencana dengan baik serta kurang terlatihnya karyawan dalam
menggunakan mesin baru
2. Kelemahan yang terjadi pada proses pendokumentasian laporan atas hasil
pelatihan karyawan. Atas keseluruhan kelemahan yang terjadi, maka
diberikan rekomendasi sebagai koreksi atau langkah perbaikan yang bisa
diambil manajemen untuk memperbaiki kelemahan tersebut.

Saran :
1. Perusahaan harus membuat program pelatihan karyawan yang dilakukan
secara periodik dan meningkatkan anggaran untuk mendukung
pengelolaan pelatihan karyawan
20

2. Menurunkan gaji karyawan yang mencapai 250%


3. Perusahaan harus melakukan penilaian terhadap pelatihan karyawan untuk
perbaikan dan melakukan benchmarking pada industri sejenis yang lebih
berhasil dalam mengelola program pelatihan karyawan
4. Perusahaan harus mendokumentasikan laporan biaya kualitas untuk
menyediakan informasi sebagai umpan balik dalam meningkatkan kualitas
proses dan produk yang dihasilkan.
5. Pelatihan intensif dan terjadwal mesti dilakukan oleh karyawan, supaya
mengefisienkan penggunaan sumber daya dalam proses produksi yang
gagal.
6. Memproduksi sedikit terlebih dahulu sampai karyawan menguasai mesin
baru agar tidak terjadi pemborosan sumber daya. Keputusan untuk
melakukan perbaikan atas kelemahan ini sepenuhnya ada pada
manajemen, tetapi jika kelemahan ini tidak segera diperbaiki kami
mengkhawatirkan terjadi akibat yang lebih buruk pada Pelatihan
Karyawan di masa yang akan datang.

BAB III
RUANG LINGKUP AUDIT

Sesuai dengan penugasan yang kami terima, audit yang kami lakukan
hanya meliputi masalah Program Pelatihan Karyawan PT. Indojewel untuk
periode tahun 2007/2008. Audit kami mencakup penilaian atas kecukupan sistem
pengendalian manajemen Program Pelatihan Karyawan, personalia yang bertugas
dalam program pelatihan karyawan, dan aktivitas Program Pelatihan Karyawan itu
sendiri.

DAFTAR RINGKASAN TEMUAN AUDIT

Nama Perusahaan : PT INDOJEWEL


Daftar : Temuan dan Rekomendasi
21

Periode Audit : 2007/2008


No. Kondisi Penyebab Akibat Saran
1. Pelatihan a. Tidak ada a) Terjadi 40% a) Penyusunan
bersifat rencana kegagalan jadwal pelatihan
situasional pelatihan secara produksi karyawan yang
periodik. dilakukan jika ada dilakukan setahun
b. Pelatihan permintaan sekali atau dua kali
disusun berdasar departemen b) Waktu
permintaan b) Karyawan pelatihan dilakukan
departemen tidak menguasai selama ± 1 minggu
yang penggunaan c) Pelatihan
membutuhkan. mesin baru karyawan
c. Waktu c) Karyawan dilaksanakan dengan
pelatihan terlalu mengeluhatas jadwal terstruktur
singkat. kurangnya waktu dan berdasarkan
pelatihan perencanaan yang
jelas..
2. Pelatihan Anggaran tidak Tidak a) Pengiriman
bersifat digunakan maksimalnya perwakilan
klasikal secara efektif produksi karyawan dalam satu
dan efisien. kelompok
beranggotakan 5-10
orang untuk
mengikuti pelatihan
dalam kelas maupun
lapangan di pabrik
pembuatan mesin
baru
b) Pemanggilan
tim pelatihan dari
22

pembuat mesin
untuk melakukan
pelatihan lapangan
di perusahaan
c) Pemilihan
karyawan yang
dilatih dilakukan
secara acak dan
independen
d) Perusahaan
meimilih tim trainer
yang sekaligus
memberikan sesi
training motivation
pada sesi sesi
tertentu
e) Tim trainer
memberikan sesi
outbond untuk
meningkatkan
kerjasama antar
karyawan
3. Penurunan Menurunkan Karyawan tidak Saran auditor sama
produk tingkat memahami secara dengan
gagal kegagalan keseluruhan angka (2)
menjadi sampai pengoperasian
18% 2,5% mesin baru
4. Tidak ada a) Tidak ada a) Manjemen a) Tim panitia
dokumen aturan yang tidak mempunyai pelatihan karyawan
atas hasil menetapkan arsip hasil membuat laporan
23

penilaian perlunya laporan pelatihan karyai hasil pelatihan


atas hasil hasil pelatihan laianatas hasil b) Manajemen
pelatihan karyawan pelatihan wan meminta
b) Manajemen b) Manajemen dokumentasi atas
tidak meminta tidak dapat pelatihan karyawan
laporan. mengetahui pada tim trainer
perkembangan c) Manejemen
karyawan setelah membuat aturan tim
pelatihan panitia trainer
maupun tim trainer
untuk memberikan
laporan hasil
pelatihan serta
laporan
perkembangan
sebelum dan sesudah
pelatihan yang
dilakukan karyawan
24

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kertas kerja didefinisikan sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan


oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan,
informasi yang diperoleh, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan
pelaksanaan penugasan audit yang dilakukannya.

Kertas kerja audit berfungsi sebagai jembatan atau mata rantai yang
menghubungkan antara catatan auditi dengan laporan hasil audit, dan dapatpula
dipergunakan auditor untuk mempertanggung jawabkan prosedur/langkahaudit
yang dilakukannya, mengkoordinir dan mengorganisir semua tahap auditmulai
dari perencanaan sampai pelaporan, dan sebagai dokumen yang dapatdigunakan
oleh auditor berikutnya.

Kertas kerja yang baik harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi,
disimpan dan dijaga kerahasiannya. Agar mudah diakses, lazimnya kertas kerja
audit dikelompokkan dalam berkas permanen (permanent file), berkas berjalan
(current file), berkas lampiran dan berkas khusus.

Anda mungkin juga menyukai