TTN
TTN
2. Etiologi
Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau
respiratory distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam
setelah lahir. TTN tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi
pada bayi prematur (paru-paru bayi prematur belum cukup matang) ataupun
bayi cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor
risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir.
Faktor risiko TTN pada bayi baru lahir di antaranya:
1. Lahir secara caesarea
2. Lahir dari ibu dengan diabetes
3. Lahir dari ibu dengan asma
4. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age).
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan,
tekanan sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru
untuk keluar. Perubahan hormon selama persalinan juga berperan pada
penyerapan cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau yang
lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan cesarea tidak
mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal
seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami
penumpukan cairan di paru-paru saat mereka menarik napas untuk
pertama kali.
3. Patofisiologi
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan
bayi tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat
oksigen dari pembuluh darah plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di
paru-paru bayi mulai berkurang sebagai respon dari perubahan hormonal.
Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir (tekanan
mekanis terhadap thoraks). Setelah lahir bayi mengambil napas pertamanya
dan paru-paru terisi udara dan cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan
yang masih tersisa kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap
melalui sistem pembuluh darah atau sistem limfatik. Bayi dengan TTN
mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru atau pengeluaran
cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan untuk
menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan
lebih dalam untuk mendapat cukup oksigen ke paru-paru.
5. Penatalaksanaan
Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di NICU
(perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung, pernapasan
dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pernapasan
menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen
tambahan melalui masker, nasal kanul atau kotak oksigen (headbox). Jika bayi
tetap berusaha keras untuk bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka
continous positive airway pressure (CPAP) dapat digunakan untuk memberikan
aliran udara ke paru-paru. Dengan CPCP bayi mengenakan nasal kanul dan mesin
secara berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk
membantu paru-paru tetap terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat maka
bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi. Nutrisi
dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat sehingga bayi
tidak dapat mengisap, menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada kasus ini
maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan
kadar gula darah bayi tetap terjaga. Dalam 24 - 48 jam proses pernapasan bayi
dengan TTN biasanya akan membaik dan kembali normal dan dalam 72jam semua
gejala TTN sudah tidak ada. Jika keadaan bayi belum membaik maka dokter harus
mencari kemungkinan penyebab lainnya yang mungkin menyertai. Setelah bayi
pulih dari TTN umumnya bayi akan pulih sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi
boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi kepada ibu agar melakukan
observasi dirumah dengan memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti
kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul
segera hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat.
6. Komplikasi
Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin terjadi seperti :
1. Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan nutrisi
pada organ-organ vital (otak, jantung, paru, ginjal).
2. Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian data pasien meliputi identitas, nama, umur, jenis kelamin, alamat,
nama orangtua, pekerjaan orangtua, dll.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan takhipneu ( > 60 x/m ), pernafasan
mendengkur, retraksi subcostal / interkostal, pernafasan cuping hidung,
sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit bernafas
dan sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas mungkin normal kemudian
dengan menurunnya pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernafasan
dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan nafas dapat dilihat dari
penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Terdapatnya tanda dan gejala yang berhubungan dengan syndrome gawat
nafas.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya,, apakah
klien pernah menderita penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya
sindome gawat nafas, apakah bayi lahir premature, BBLR.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
4. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan belum terbentuknya zat
surfaktan dalam tubuh.
2. Resiko tinggi gangguan termoregulasi : hipotermi b.d belum terbentuknya
lapisan lemak pada kulit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menerima nutrisi.
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
http://documents/asuhan-keperawatan-pada-bayi-dengan-transient-tachypnea-of-the-
new-borndocx.html
https://id.scribd.com>mobile>doc>TTN