Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan zaman, arsitektur pun ikut semakin


berkembang pesat. Hal ini tidak lain disebabkan oleh perkembangan
kehidupan manusia. Semakin peradaban manusia berkembang, maka
semakin menuntut perkembangan dunia arsitektur agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup manusia.

Oleh karena itu, demi memenuhi kebutuhan hidup manusia, arsitektur


harus berkembang sesuai dengan jaman dan lokasi keberadaannya. Karena,
pada lokasi yang berbeda, meiliki tingkat peradaban dan kebudayaan yang
berbeda pula. Hal ini sangatlah mempengaruhi perkembangan arsitektur.
Setiap wilayah di dunia, memiliki cirri khas masing-masing, termasuk pula
wilayah Sumatra.

Untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan arsitektur tradisional


suatu daerah di Indonesia maka perlu adanya pembahasan tentang arsitektur
tradisional masa ini. Terkait tentang bahasan ini daerah yang akan digunakan
di dalam bahasan adalah rumah tradisonal dari 10cprovinsi di pulau
Sumatera. Pembahasan ini akam membahas tentang gaya arsitekturnya
mulai dari latar belakang atau filosofi, struktur dan konstruksi, bentuk dan
peruangan, ornament serta ciri khas atau tipologi bangunan tradisional
masing-masing daerah.

Arsitektur Tradisional Sumatra


1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa


permasalahan yaitu:
1. Bagaimana perkembangan rumah tradisional di daerah Sumatra?
2. Bagaimana filosofi atau makna dari rumah tradisional Sumatra?
3. Bagaimana struktur dan konstruksi rumah tradisional Sumatra?
4. Bagaimana peruangan dalam rumah tradisional Sumatra?
5. Apa saja ornament dan ciri khas rumah tradisional Sumatra?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan dari makalah Arsitektur Tradisional Sumatra


ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan rumah tradisonal di
Sumatra
2. Untuk mengetahui filosofi atau makna dari rumah tradisional Sumatra
3. Untuk mengetahui bagaimana struktur dan konstruksi rumah tradisional
Sumatra
4. Untuk mengetahui peruangan dalam rumah tradisional Sumatra
5. Untuk mengetahui ornament dan ciri khas rumah tradisional Sumatra

1.4 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dalam penulisan makalah Arsitektur Indonesia ini


adalah:
1. Dapat mengenal dan mengetahui arsitektur tradisional rumah adat
di daerah Sumatra.

Arsitektur Tradisional Sumatra


2
PEMBAHASAN

2.1 ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMATERA UTARA

Sumatera Utara adalah provinsi dengan populasi penduduk terbanyak


ke-4 di Indonesia. Provinsi yang beribukota di Kota Medan ini dihuni oleh
suku Batak selaku suku mayoritas sekaligus suku aslinya. Suku Batak sendiri
merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia setelah suku Jawa.
Suku Batak terbagi ke dalam beberapa sub suku, di antaranya Batak Toba,
Batak Angkola, Batak Simalungun, Batak Pakpak, dan Batak Mandailing.
Masing-masing sub-suku Batak tersebut diketahui memiliki beberapa
karakteristik budaya yang saling membedakan satu sama lainnya. Salah satu
karakteristik tersebut misalnya dapat kita lihat dari desain rumah adatnya.

2.2 ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMATERA BARAT

a) Latar Belakang & Filosofi

Gambar 3.1 Rumah Gadang

Rumah gadang yang merupakan yang merupakan salah satu


ekspresi arsitektur vernakular Minangkabau mampu mencerminkan
kebijakan penggunaan bahasa arsitektural masyarakat etnis tersebut.

Arsitektur Tradisional Sumatra


3
Adat dan agama tergambar dalam ungkapan, Adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah (Adat bersendi syarak, syarak bersendi
kitabullah). Agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang
diyakini oleh masyarakat Minangkabau. (Ismael, 2007 : 22-24).

Secara garis besar proses pembangunan rumah gadang pada


setiap daerah di kawasan Alam Minangkabau adalah sama, yaitu terdiri
dari tahap perencanaan, pencarian bahan, dan pembangunan. Perbedaan
akan terlihat pada istilah-istilah teknis yang digunakan dalam rangkaian
proses pembangunan dan detail prosesi yang dilakukan.

b) Bentuk dan Peruangan

Secara keruangan, rumah gadang indak baanjuang mempunyai


denah yang sederhana dengan bentuk dasar persegi panjang. Dari muko
ka belakang, rumah terbagi atas empat bagian yang disebut lanjar dimana
satu lanjar adalah jarak antara dua tiang dalam arah depan-belakang.

Keempat lanjar ini masing-masing disebut dengan balai, labuah,


bandua, dan biliak. Sedangkan dari ujuang ke pangka, rumah gadang
terbagi atas ruang dengan jumlah ganjil misalnya lima atau tujuh ruang.
Dimana satu ruang adalah jarak antara dua tiang dalam arah ujung-
pangkal. Biliak hanya mempunyai batas antar biliak sedangkan untuk
batas antara biliak dan bandua biasanya hanya dibatasi oleh tirai.

Arsitektur Tradisional Sumatra


4
Gambar 3.2 Denah Rumah Gadang

Lanjar pertama yaitu balai merupakan ruang yang bersifat umum


atau publik. Lanjar kedua yaitu labuah, bisa dikatakan sebagai area
sirkulasi utama dalam rumah gadang. Lanjar ketiga dan keempat yaitu
bandua dan biliak yang mempunyai lantai yang ditinggikan satu jengkal
lima jari (kira-kira 30 cm) dari lantai pada balai dan labuah.

Rumah gadang merupakan rumah panggung dan terbagi atas


kepala, badan, serta kaki yang pada dasarnya terbentuk dari geometri-
geometri sederhana namun dengan penyelesaian yang terbilang unik
salah satu bentuk yang cukup unik dari rumah gadang adalah atap
gonjongnya.

1. Bentuk atap gonjong

Gambar 3.3 Atap Gonjong

Arsitektur Tradisional Sumatra


5
Ide atau pemikiran yang mendasari bentuk atap gonjong antara lain :
a. Tanduk kerbau, karena kerbau merupakan hewan yang dianggap
sangat erat kaitannya dengan sejarah kemenangan masyarakat
Minangkabau dalam adu kerbau melawan pendatang yang ingin
menduduki wilayah mereka. (Ismael, 2007 : 52).

Gambar 3.4 Atap Gonjong dan Tanduk Kerbau

b. Pucuk rebung (bakal bambu), karena bagi masyarakat Minangkabau


rebung merupakan bahan makanan adat yang selalu ada saat upacara-
upacara adat. Selain itu, bambu dianggap tumbuhan yang sangat
penting dalam konstruksi tradisional. (Ismael, 2007 : 52).

Gambar 3.5 Atap Gonjong dan Pucuk Rebung

c. Alam Minangkabau yang berbukit, terdiri dari punggungan dan


landaian. (Ismael, 2010 : 52).

Gambar 3.6 Garis Lengkung Landaian dan Punggungan yang Menyiratkan Alam
Minangkabau yang Berbukit

Arsitektur Tradisional Sumatra


6
2. Bentuk bangunan yang menyerupai trapesium terbalik merupakan
representasi dari kapal atau perahu layar. Hal ini merupakan kenangan
terkait asal-usul nenek moyang orang Minangkabau yang dianggap
berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar dengan kapal
dari daerah asalnya dan kemudian terdampar di dataran Minangkabau.
(Ismael, 2007 : 52).

c) Struktur dan Konstruksi

 Struktur Pondasi, Kolom, serta Kolong

Pondasi rumah gadang berupa lempengan batu yang tidak ditanam


dalam tanah tetapi diekspos pada permukaan tanah dengan cara
menumpukan tiang kolom pada sebuah batu yang disebut dengan
pondasi umpak.

Gambar 3.7 Pondasi Rumah Gadang

Pada sistem struktur kolom dan balok rumah gadang menggunakan


sistem pasak kayu dimana kolom dan balok disambung atau dirangkai
tanpa menggunakan paku.

Arsitektur Tradisional Sumatra


7
Gambar 3.8 Kolong Rumah ditutupi dengan Kisi-Kisi

 Struktur Lantai

Sistem lantai pada rumah gadang menggunakan sambungan yang


dikenal dengan rasuak. Rasuak adalah kayu yang melintang
mengikuti lebaran rumah. Apabila ada anjungan maka rasuaknya juga
ikut dinaikkan mengikuti ketinggian anjungan.

Gambar 3.9 Struktur Utama dan Struktur Lantai

Arsitektur Tradisional Sumatra


8
 Struktur Atap

Konstruksi atap rumah gadang menggunakan balok-balok pengikat


tiang, di atasnya disusun gording-gording yang lengkung mengikuti
bentuk atap rumah gadang lalu dipasang reng bambu yang diikat
menggunakan rotan.

Gambar 3.10 Konstruksi Atap Rumah Gadang

d) Ornamen
 Kaluak paku (gulungan pucuk pakis muda). Ukiran ini melambangkan
tanggung jawab seorang mamak terhadap kemenakan di rumah orang
tua, juga sebagai ayah di rumah istri.

Gambar 3.11 Ornamen Kaluak Paku Kacang Balimbiang

Arsitektur Tradisional Sumatra


9
 Singo Mandongkak jo Takuak Kacang Goreng (daun kacang goreng).
Ukiran ini menggambarkan bahwa segala sesuatu yang terdapat di alam
memiliki tanda-tanda yang menunjukkan keadaan alam itu sendiri.

Gambar 3.12 Ornamen Singo Mandongkak jo Takuak Kacang Goreng

 Siriah gadang (daun sirih). Ukiran ini menggambarkan konsep-konsep


dalam sistem sosial orang Minangkabau.

Gambar 3.13 Ornamen Siriah Gadang

e) Ciri Khas

- Bentuk dasarnya persegi empat.


- Atapnya melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau, sedangkan
lengkung badan rumah landai seperti badan kapal.
- Bentuk badan rumah gadang yang segi empat yang membesar ke atas
(trapesium terbalik) sisinya melengkung kedalam atau rendah di bagian
tengah, secara estetika merupakan komposisi yang dinamis.
- Jika dilihat pula dari sebelah sisi bangunan (penampang), maka segi
empat yang membesar ke atas ditutup oleh bentuk segitiga yang juga
sisi segitiga itu melengkung ke arah dalam, semuanya membentuk
suatu keseimbangan estetika yang sesuai dengan ajaran hidup
mereka.
- Dilihat pada sisi lain maka rumah gadang adalah rumah panggung,
karena lantainya terletak jauh di atas tanah.

Arsitektur Tradisional Sumatra


10
- Rumah gadang bentuknya yang memanjang tersebut biasanya
didasarkan kepada jumlah ruang dalam bilangan ganjil : 3,5,7,9, dan
ada pula 17 ruang pada masa lalu tetapi sekarang tidak diketemukan
lagi.

PENUTUP

Arsitektur Tradisional Sumatra


11
3.1 KESIMPULAN

Setiap wilayahatau daerah pastilah memiliki ciri khas masing-masing


arsitekturnya, termasuk pula wilayah Sumatera. Pulau Sumatera terdiri dari
10 provinsi antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan
Riau, Sumatera Selatan, Nangroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung,
Jambi, Lampung serta Bengkulu.

Setiap provinsi dari daerah Sumatera pun memiliki rumah


tradisionalnya masing-masing. Dari keseluruhan rumah adat di pulau
Sumatera, dapat dilihat secara langsung bahwa tipologi rumah dari semua
daerah memiliki kesamaan atau tidak berbeda jauh yaitu pada struktur dan
konstruksi bangunan.

Mulai dari bentuk rumah dari atap hingga pondasi menggunakan


struktur yang tidak berbeda jauh, yaitu menggunakan jenis rumah panggung.
Hal ini menandakan adanya keterkaitan hubungan daerah dari rumah-rumah
tradisional yang ada.

3.2 SARAN

Perkembangan arsiektur masa kini sangat mempengaruhi budaya


arsitektur tradisional. Sehingga diperlukan adanya perhatian dan
pengawasan serta pelestarian terhadap rumah-rumah adat di daerah
Indonesia. Seperti halnya pada pulau Sumatera, yang memiliki beragam
rumah tradisional dengan masing-masing keunikannya. Hal tersebut perlu
diperhatikan guna melestarikan arsitektur tradisional budaya Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

 Rumah_adat_batak.pdf Materi Pembelajaran Arsitektur Tradisional

Arsitektur Tradisional Sumatra


12
 Dep. Dikbud, Proyek Inventurisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 1986.

 Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara.

 Kajian Arsitektur Tradisional Daerah Minangkabau. Jurnal Penelitian. Malang:

Universitas Brawijaya

 Yudohusodo, Siswono. 1991. RUMAH UNTUK SELURUH RAKYAT. Jakarta:

INKOPPOL Unit Percetakan Bharakerta.

 Arsitektur Tradisional Lampung & Bengkulu Paper.pdf

 Documen Scribd BANGUNAN-TRADISIONAL-RIAU

 Google Books: Arsitektur Tradisional Riau

 Yosua, Aji. Arsitektur Riau. Materi Pembelajaran.

 https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Bolon

 https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Gadang

 https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Krong_Bade#Bahan-bahan_bangunan

 https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Panggung

 http://www.becaksiantar.com/2013/08/rumah-adat-batak-makna-dan-filosofi.html

 http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1919

 http://budaya-indonesia.org/Rumah-Krong-Bade

 http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/2014/01/26/rumah-aceh-atau-

rumoh-aceh/

 http://www.tradisikita.my.id/2015/10/rumah-adat-bangka-belitung.html

Arsitektur Tradisional Sumatra


13

Anda mungkin juga menyukai