NPM : 0115101233
Kelas : A Seminar Akuntansi Keuangan
MATERI 1
Efektif 1 Januari 2015 yang berlaku di Indonesia secara garis besar akan konvergen
dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang berlaku efektif 1 Januari
2014. DSAK IAI telah berhasil meminimalkan perbedaan antara kedua standar, dari tiga tahun
di 1 januari 2012 menjadi satu tahun di 1 Januari 2015. Ini merupakan suatu bentuk komitmen
Indonesia melalui DSAK IAI dalam memainkan perannya selaku satu-satunya anggota G20 di
kawasan Asia Tenggara.
Selain SAK yang berbasis IFRS, DSAK IAI telah menerbitkan PSAK dan ISAK yang
merupakan produk non-IFRS antara lain, seperti PSAK 28 dan PSAK 38, PSAK 45, ISAK 25
dan ISAK 31. SAK sebagai suatu panduan dalam meningkatkan kualitas informasi yang
dihasilkan dalam laporan keuangan.
Penyusunan dan pencabutan SAK wajib mengikuti due process procedure yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Organisasi Ikatan Akuntan Indonesia.
- Identifikasi isu; konsultasi isu dengan Dewan Konsultatif SAK (DKSAK) (jika
diperlukan); melakukan riset terbatas;
- Pembahasan materi SAK; pengesahan dan publikasi exposure draft;
1. Untuk keseragaman laporan keuangan, laporan keuangan yang relevan dan reliabel.
2. Memudahkan penyusunan laporan keuangan karena ada pedoman baku sehingga
meminimalkan bias dari penyusun.
3. Memudahkan auditor dalam mengaudit.
4. Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterprestasikan dan
membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda.
5. Pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga penyusun tidak dapat menjelaskan
kepada masing-masing pengguna.
1. Entitas tersebut adalah badan usaha yang masih berada dalam proses pendaftaran atau
sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesi. Telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau
sedang dalam proses pengajuan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator
lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.
2. Entitas tersebut menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia bagi sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, entitas dana pensiun, reksadana dan bank
investasi. Semua entitas tersebut memiliki pertanggung jawaban publik.
SAK IFRS wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas publik, seperti Emiten,
perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan BUMN dengan tujuan memberikan informasi
yang relevan bagi user laporan keuangan. Indonesia melakukan adopsi melalui dua tahap.
Tahap pertama 1 Januari 2012 dan proses adopsi tahap kedua efektif 1 januari 2015. Laporan
keuangan menurut SAK IFRS adalah laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
SAK ETAP
SAK untuk entitas tanpa akuntabilitas publik digunakan untuk entitas tanpa
akuntabilitas publik (ETAP). SAK ETAP dikeluarkan pada tanggal 17 Juli 2009. Penerapan
efektif pada penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 januari
2011. Entitas yang termasuk ETAP. Namun memilih menggunakan SAK Umum pada tahun
2011, maka entitas tersebut harus tetap menggunakan SAK Umum secara konsisten di periode-
periode setelahnya. SAK ETAP digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas
tanpa akuntabilitas publik adalah:
SAK ETAP muncul sebagai solusi untuk entitas tanpa akuntabilitas publik. ETAP adalah
tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keaungan untuk tujuan
umum bagi pengguna eksternal seperti kreditur dan lembaga pemeringkat kredit. Perusahaan
kecil dan menengah akan mampu untuk menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat
diaudit, serta mendapatkan opini audit, sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya
untuk mengembangkan usahanya. Badan usaha yang tergolong ke dalam entitas tanpa
akuntabilitas publik yaitu Perorangan, Persekutuan, Firma, Commanditaire
Vernootschap (CV), Perseroan Terbatas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang
signifikan, dan Koperasi.
Entitas yang mempunyai tanggung jawab publik signifikan juga dapat menggunakan SAK
ETAP apabila diizinkan oleh regulator. Laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan keuangan. Laporan keauangan
berdasarkan SAK ETAP terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
1. Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil, menengah, mampu untuk
menyusun laporan keuangannya sendiri, dapat diaudit, dan mendapatkan opini audit,
sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk
pengembangan usaha.
2. Lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK IFRS sehingga lebih mudah dalam
implementasinya
3. Tetap memberikan informasi yang andal dalam penyajian laporan keuangan.
SAK SYARIAH
SAK Syariah untuk digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas
lembaga syariah maupun non lembaga syariah. PSAK Syariah pengembangan dengan model
PSAK Umum namun berbasis syariah dengan acuan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat
secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah.
Laporan Keuangan Syariah adalah suatu laporan keuangan yang dibuat oleh entitas syariah
untuk digunakan sebagai pembanding baik dengan laporan keaungan sebelumnya atau
laporan keuangan entitas syariah lainnya. Komponen laporan keuangan syariah terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan
penggunaan zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan dan catatan atas laporan
keuangan.
Kriteria UMKM
1. Kriteria Usaha Mikro adalah usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
50.000.000,00 – lima puluh juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 – tiga ratus juta
rupiah.
2. Kriteria Usaha Kecil adalah usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
50.000.000,00–lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 –
lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 – tiga ratus juta rupiah sampai
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 – dua setengah milyar rupiah.
3. Kriteria Usaha Menengah adalah usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
Pertanyaan materi 1 :
Kemudian di pasar uang semua bank Nasional termasuk BUMN kurang menghargai dan
memanfaatkan laporan audit atas laporan keuangan nasabah.
Mengapa sampai tidak menghargai?
SAK ETAP
UKM sedangkan penghasilannya masih kurang atau masih kurang pengetahuan mengenai
pelaporan keuangan atau masih sulit mengikuti SAK ETAP bagaimana jika hal tersebut terjadi?
prosedur akuntansi alternatif, baik implisit maupun eksplisit dengan mengingat faktor
comparability dan consistency?
wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas publik, seperti Emiten, perusahaan publik,
perbankan, asuransi, dan BUMN dengan tujuan memberikan informasi yang relevan
bagi user laporan keuangan. Indonesia melakukan adopsi melalui dua tahap.
Dua tahap tersebut apa? Kekurangannya masing-masing apa?
SAK syariah mampu bertahan seiringnya kemajuan menuntut keuntungan yang lebih besar?