Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah proses audit terdapat proses pengujian, diantaranya adalah


pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi pada siklus penjualan
dan penagihan. Kedua jenis pengujian tersebut merupakan bagian dari tahap II
dalam proses audit. Setelah memahami kedua pengujian tersebut maka proses audit
selanjutnya adalah melanjutkan ketahap III dan berfokus pada prsedur analitis
substantive dan pengujian perincian saldo dalam siklus penjualan dan penagihan.
Dalam pembahasan ini akan mengilustrasikan betapa pentingnya bagi auditor
untuk memilih bukti yang tepat dalam melakukan verifikasi saldo akun terhadap
siklus penjualan dan penagihan, setelah menentukan batas salah saji yang dapat
diterima, menjalankan prosedur identifikasi risiko untuk menilai risiko
pengendalian dan risiko yang tak terhindarkan, serta melakukan pengujian
pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.
Dalam siklus penjualan dan penagihan ini akan membahas mengenai desain
untuk prosedur analisis substantive dan pengujian perincian saldo dari dua akun
kunci neraca pada siklus tersebut, yaitu piutang dagang dan cadangan kerugian
piutang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, penulis mengemukakan latar


belakang masalah sebagai berikut :
 Akun-akun dan kelompok transaksi apa saja yang ada dala siklus penjualan
dan penerimaan kas?
 Bagaimana fungsi bisnis dalam siklus dan dokumen serta catatan terkait
dalam siklus penjualan dan penagihan?

1
 Bagaimana perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi penjualan?
 Seperti apa retur dan pengurangan harga penjualan?
 Bagaimana peran pengendalian internal dalam pengujian dan pengendalian
substantif atas transaksi untuk penerimaan kas?
 Bagaiman pengujian audit atas piutang tak tertagih?
 Seperti apa pengendalian internal tambahan atas akun neraca?
 Bagaimana dampak dari hasil pengujian atas transaksi?

1.3 Tujuan

Tujuan berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas yaitu:


 Mengidentifikasi akun-akun serta transaksi dalam siklus penjualan dan
penerimaan kas
 Mengetahui fungsi-fungsi bisnis dalam siklus dan dokumen serta catatan
terkait dalam siklus penjualan dan penagihan
 Memahami perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi penjualan
 Mengetahui mekanisme retur dan pengurangan harga penjualan
 Memahami peran pengendalian internal dalam pengujian dan pengendalian
substantif atas transaksi untuk penerimaan kas
 Mengeahui pengujian audit atas piutang tak tertagih
 Mengetahui pengendalian internal tambahan atas akun neraca
 Mengetahui dampak dari hasil pengujian atas transaksi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Akun-akun dan Kelompok Transaksi dalam Siklus Penjualan dan


Penerimaan Kas

Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah


mengevaluasi apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang diterima
umum.

Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui


berbagai akun dalam siklus penjualan dan penagihan. gambar tersebut

3
menunjukkan bahwa lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan
penaguhan antara lain:
1. Penjualan ( penjualan tunai dan kredit )
2. Penerimaan kas
3. Retur dan pengurangan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Estimasi beban piutang tak tertagih

Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap


transaksi dan jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam
salah satu dari dua akun neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk
pitang tak tertagih. Untuk mudahnya, kita mengasumsikan bahwa ada
pengendalian internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun penjualan
kredit.

2.2 Fungsi-fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan Terkait

Siklus penjualan dan penagihan (sales and collection cycle) melibatkan


keputusan serta proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan barang
dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk dijual. Hal ini
diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan
konversi bahan atau menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas. Delapan
fungsi bisnis untuk siklus penjualan dan penagihan (business function for
the sales and collection cycle) ditunjukkan pada kolom ketiga gambar diatas.
Fungsi fungsi itu selalu terjadi pada setiap perusahaan ketika mencatat lima
kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan. Berdasarkan “Fungsi
Bisnis" tersebut amati bahwa empat proses yang pertama adalah untuk mencatat
penjualan, sementara setiap kelas transaksi lainnya hanya memasukkan satu
fungsi bisnis. Dalam bagian ini, kita akan menjelaskan masing-masing dari
delapan fungsi bisnis itu dan menggambarkan dokumen serta catatan umum
untuk setiap fungsi, yang disajikan pada kolom keempat gambar diatas.

4
Sebelum dapat menilai risiko pengendalian dan merancang pengujian
pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi, auditor harus memahami
fungsi bisnis dan dokumen serta catatan suatu perusahaan. Permintaan
pelanggan atas barang akan mengawali siklus secara keseluruhan. Secara legal,
siklus tersebut merupakan penawaran untuk membeli barang dengan syarat
tertentu. Penerimaan pesanan pelanggan sering kali diikuti dengan pembuatan
pesanan penjualan.

1. Pesanan Pelanggan (Customer Onder)


Pesanan pelanggan adalah permintaan akan barang dagang yang
diajukan oleh pelanggan. Pesanan tersebut dapat diterima melalui telepon,
surat, formulir tercetak yang telah dikirimkan kepada calon pelanggan atau
pelanggan yang sudah ada, melalui tenaga penjualan, pesanan pelanggan
yang diajukan secara elektronik melalui Internet, atau hubungan jaringan
lainnya antara pemasok dan pelanggannya.
2. Pesanan Penjualan (Sales Order)
Pesanan penjualan adalah dokumen untuk mengomunikasikan
deskripsi, kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang yang dipesan
oleh pelanggan. Dokumen tersebut sering kali digunakan untuk
menunjukkan persetujuan kredit dan otorisasi pengiriman.Sebelum barang
dikirim, orang yang berwenang harus menyetujui kredit bagi pelanggan
yang akan melakukan penjualan secara kredit. Praktik pemberian kredit
yang lemah ini sering kali menghasilkan piutang ragu-ragu yang berlebihan
dan piutang usaha yang mungkin saja tidak dapat ditagih. Indikasi
diberikannya persetujuan kredit atas pesanan penjualan sering kali juga
berfungsi sebagai persetujuan untuk mengirimkan barang. Dalam beberapa
perusahaan, komputer secara otomatis akan menyetujui penjualan kredit
berdasarkan batasan kredit yang telah disetujui sebelumnya yang terdapat
pada file induk pelanggan. Komputer memungkinkan penjualan dilanjutkan
hanya jika pesanan penjualan yang diusulkan ditambah saldo pelanggan
yang ada lebih kecil dari batas kredit yang ada pada file induk.

5
Fungsi yang penting ini merupakan titik awal siklus di mana
perusahaan akan menyerahkan asset. Sebagian perusahaan mengakui
penjualan ketika barang telah dikirim. Dokumen pengiriman dibuat pada
waktu pengiriman, yang dapat dilakukan secara otomatis dengan komputer,
berdasarkan informasi pesanan penjualan. Dokumen pengiriman, yang
sering kali berupa salinan bill of lading, sangatlah penting untuk menagih
jumlah yang sesuai dengan yang dikirim kepada pelanggan. Perusahaan
yang menyelenggarakan catatan persediaan perpetual juga dapat
memperbaharuinya berdasarkan catatan pengiriman.
3. Dokumen Pengiriman
Dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang menunjukkan
deskripsi barang dagang, kuantitas yang dikirimkan, dan data yang relevan
lainnya. Perusahaan mengirimkan dokumen pengiriman yang asli kepada
pelanggan dan menyimpan satu atau lebih salinannya. Dokumen
pengiriman juga berfungsi sebagai signal untuk menagih pelanggan dan
dapat secara elektronik atau bentuk kertas.
Salah satu jenis dokumen pengiriman adalah bill of lading, yang
merupakan kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pengiriman barang
antara pembawa dan penjual. Sering kali bill of lading hanya memasukkan
jumlah kotak atau pon yang dikirim, bukan rincian yang lengkap mengenai
kuantitas dan deskripsi barang. Bill of lading sering kali dikirimkan secara
elektronik, ketika barang telah dikirimkan, dan secara otomatis akan
membuat faktur penjualan yang terkait serta ayat jurnal dalam jurnal
penjualan. Banyak perusahaan menggunakan bar code dan komputer tangan
untuk mencatat pengeluaran persediaan dari gudang. Informasi ini akan
digunakan untuk mempfrbaharui catatan persediaan perpetual.
Karena merupakan cara untuk memberi informasi kepada pelanggan
mengenai jumlah yang akan ditagih atas barang yang dibelinya, penagihan
pelanggan harus dilakukan dengan benar dan atas dasar tepat waktu. Aspek
paling penting dari penagihan adalah:
 Semua pengiriman telah ditagih (kelengkapan = completeness)

6
 Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali (keterjadian =
occurrence)
 Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat (keakuratan =
accuracy)
Menagih jumlah yang tepat sangat tergantung pada beban yang
dikenakan kepada pelanggan atas kuantitas yang dikirimkan dengan harga
yang telah disetujui, yang mencakup pertimbangan untuk ongkos angkut,
asuransi, dan syarat pembayaran. Dalam sebagian besar sistem, penagihan
pelanggan mencakup menyiapkan beberapa salinan faktur penjualan dan
memperbaharui secara simultan fle transaksi penjualan, file induk piutang
usaha, dan file induk buku besar umum untuk penjualan serta piutang usaha.
4. Faktur Penjualan
Faktur penjualan adalah dokumen yang menunjukkan deskripsi dan
kuantitas barang yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan
data yang relevan lainnya. Faktur penjualan merupakan metode untuk
menunjukkan kepada pelanggan jumlah penjualan dan tanggal jatuh tempo
pembayaran. Perusahaan mengirimkan yang asli kepada pelanggan, dan
menyimpan satu atau lebih salinannya. Secara khusus, komputer akan
membuat secara otomatis faktur penjualan setelah nomor pelanggan,
kuantitas, tujuan barang dikirim, dan syarat penjualan dimasukkan.
5. File Transaksi Penjualan
File transaksi penjualan adalah file yang dihasilkan komputer yang men
cantumkan semua transaksi penjualan yang diproses oleh sistem akuntansi
selama suatu periode, seperti sehari, seminggu, atau sebulan. File tersebut
mencantumkan semua informasi yang akan dimasukkan ke dalam sistem
dan informasi tentang transaksi, seperti nama pelanggan, tanggal, atau
klasifikasi jumlah,klasifikasi setiap klasifikasi akun, tenaga penjual atau
wiraniaga, dan tingkat komisi. File itu juga dapat mencantumkan retur dan
Pengurangan penjualan atau dapat menjadi file terpisah bagi transaksi
tersebut.

7
Informasi yang ada dalam file transaksi penjualan akan digunakan untuk
membuat berbagai catatan, listing, atau laporan, tergantung pada kebutuhan
tersebut dapat mencantumkan jurnal penjualan. File induk piutang usaha,
dan transaksi bagi saldo akun atau divisi tertentu.
6. Jurnal Penjualan atau Listing
Jurnal penjualan atau listing merupakan listing atau laporan yang
dibuat dari file transaksi penjualan yang biasanya mencantumkan nama
pelanggan, tanggal, jumlah, dan klasifikasi akun atau klasifikasi bagi setiap
transaksi, seperti divisi atau lini produk. Jurnal terseut juuga
mengidentifikasi apakah penjualan itu merupakan penjualan tunai atau
piutang usaha. Jurnal atau listing biasanya dibuat satu bulan tetapi dapat
juga mencakup setiap periode waktu.Transaksi yang sama yang dicatat
dalam jurnal atau listing juga diposting secara simultan ke buku besar umum
dan, jika dilakukan secara kredit, ke file induk piutang usaha, Jurnal atau
listing juga dapat mencantumkan retur dan tersebut.
7. File Induk Piutang Usaha
File induk piutang usaha merupakan file komputer yang digunakan
penjualan individual, penerimaan kas, serta retur dan pengurangan
penjualan bagi setiap pelanggan dan untuk mempertahankan saldo akun
pelanggan. File induk ini diperbaharui dari file transaksi komputer
penjualan, retur dan pengembalian penjualan, serta penerimaan kas. Total
saldo akun individual dalam file induk sama dengan total saldo piutang
usaha pada buku besar umum. Printout dari file induk piutang usaha
menunjukkan, menurut pelanggan, saldo awal ppiutang usaha, setiap
transaksi penjualan, retur dan pengurangan penjualan, penerimaan kas, serta
saldo akhir.
8. Neraca Saldo Piutang Usaha
Daftar atau laporan ini menunjukkan jumlah piutang dari setiap
pelanggan pada suatu titik waktu. Laporan tersebut dibuat langsung dari
induk piutang usaha, dan biasanya merupakan neraca saldo menurut umur
(aged trial balance) yang mencantumkan saldo yang beredar dan jumlah

8
hari piutang yang telah beredar, menurut kategori hari (seperti kurang 30
hari, 31 hingga 60 hari, dan seterusnya).
9. Laporan Bulanan
Laporan bulanan Ini merupakan dokumen yang dikirimkan melalui
surat atau secara elektronik kepada setiap pelanggan yang menunjukkan
saldo awal piutang usahanya, jumlah dan tanggal setiap penjualan,
pembayaran kas yang diterima memo kredit yang diterbitkan, dan saldo
akhir yang jatuh tempo. Pada intinya, merupakan salinan dari bagian file
induk piutang usaha pelanggan.
10. Remittance Advice
Remittence Advice adalah dokumen yang dikirimkan kepada
pelanggan dan biasanya dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran
kas. Remittance advice menunjukan nama pelanggan, nomor faktur
penjualan, dan julah faktur. Remittance digunakan sebagai catatan diterima
untuk memungkinkan kas tersebut dapat segera disetor dan untuk
memperbaiki pengembalian atas aktiva. Jika pelanggan tidak menyertakan
advice dengan pembayaran, seringkali orang yang membuka surat
membuatnya pada saat itu juga.
11. Prelisting Penerimaan Kas
Prelisting Penerimaan kas ini merupakan daftar yang disusun ketika
kas diterima oleh seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab untuk
mencatat penjualan, piutang usaha, atau kas, yang tidak memiliki akses ke
catatan akuntansi. Daftar ini digunakan untuk memverifikasi apakah kas
diterima telah dicatat dan waktu. Banyak perusahaan memanfaatkan bank
untuk memroses penerimaan dari para pelanggan. Beberapa perusahaan
menggunakan lockbox mana para pelanggan mengirimkan pembayaran
langsung alamat yang ditentukan oleh bank. Pihak bank bertanggung jawab
membuka semua penerimaan, membuat catatan atas semua pembayaran
pelanggan yang diterima langsung ke alamat lockbox, dan menyetorkan
penerimaan itu ke rekening bank perusahaan atas dasar tepat waktu. Dalam
kasus lainnya, penerimaan dikirim secara elektronik dari rekening bank

9
pelanggan ke rekening bank perusahaan melalui transfer dana elektronik
(electronic funds transfer EF). Ketika pelanggan membeli barang dengan
kartu kredit, penerbit kartu kredit akan menggunakan EFT untuk
mentransfer dana ke rekening bank perusahaan. Pada sistem lockbox dan
transaksi EFT pihak bank memberikan informasi kepada perusahaan untuk
membuat ayat jurnal penerimaan kas dalam catatan akuntansi.
12. File Transaksi Penerimaan Kas
File transaksi penerimaan kas ini adalah file yang dihasilkan
komputer yang mencantumkan semua transaksi penerimaan kas yang
diproses oleh sistem akuntansi selama suatu periode, seperti satu hari, satu
minggu, atau satu bulan. File ini mencantumkan jenis informasi yang sama
seperti file transaksi penjualan.
13. Jurnal Penerimaan Kas Listing
Listing atau laporan ini berasal d file atau transaksi penerimaan kas
dan mencantumkan semua transaksi selama suatu periode waktu. Transaksi
yang sama, termasuk semua informasi yang relevan, juga akan dimasukkan
ke dalam file induk piutang usaha dan buku besar.

Pemrosesan dan Pencatatan Retur dan Pengurangan Penjualan

Apabila seorang pelanggan merasa tidak puas dengan barang yang


dibelinya, seringkali penjual menerima retur barang atau memberikan
pengurangan harga. Perusahaan akan menyiapkan laporan penerimaan atas
barang yang diretur dan mengembalikannya ke gudang. Retur dan pegurangan
penjualan dicatat dalam file transaksi retur dan pengurangan, serta file induk
piutang usaha. Memo kredit menyangkut retur penjualan dan pengurangan akan
diterbitkan untuk membantu menyelenggarakan pengendalian dan untuk
memfasilitasi pencatatan.

1. Memo Kredit adalah dokumen yang mengindikasikan pengurangan jumlah


dari pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga. Memo kredit

10
sering kali mengambil bentuk umum yang sama seperti faktur penjualan,
tetapi mendukung pengurangan piutang usaha dan bukan kenaikan.
2. Jurnal Retur dan Pengurangan Penjualan Ini adalah jurnal yang
digunakan untuk mencatat retur dan pengurangan penjualan. Jurnal ini
memiliki fungsi yang sama seperti jurnal penjualan. Banyak perusahaan
mencatat transaksi tersebut dalam jurnal penjualan dan bukan dalam jurnal
yang terpisah.

Penghapusan Piutang Usaha Tak Tertagih

Tanpa memandang kinerja departemen kredit, beberapa pelanggan


belum membayar tagihannya. Setelah menyimpulkan bahwa suatu jumlah
tertentu tidak dapat ditagih, perusahaan harus menghapusnya. Biasanya, hal ini
terjadi setelah pelanggan mengajukan kebangkrutan atau penagihan piutangnya
diserahkan kepada agen penagihan. Akuntansi yang benar akan mensyaratkan
penyesuaian untuk piutang tak tertagih tersebut.

1. Formulir Otorisasi Piutang Tak Tertagih Ini adalah dokumen yang


digunakan dalam lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas
menghapus sautau piutang usaha sebagai tak tertagih. Karena perusahaan
diperkirakan tidak dapat menagih 100% penjualannya, prinsip-prinsip
akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat beban piutang tak
tertagih sebesar jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih.

11
2.3 Perancangan Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Subtantif atas
Transaksi Penjualan

Dalam memutuskan pengujian substantif atas transaksi, auditor sering kali


menggunakan beberapa prosedur bagi setiap audit tanpa memandang
situasinya, sementara yang lainnya tergantung pada kelayakan pengendalian
dan hasil pengujian pengendalian. Pada kolom kelima Tabel 14-2, pengujian
substantif atas transaksi terkait dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi dalam kolom pertama dan dirancang untuk menentukan apakah ada
salah saji moneter bagi tujuan terssebut. Prosedur audit yang digunakan
dipengaruhi oleh pengendalian internaldan pengujian pengendalian untuk
tujuan tersebut. Materialitas, hasil tahun sebelumnya, dan faktor fakto lainnya
yang dibahas pada Bab 9 (di Jilid 1) juga mempengaruhi prosedur yang
digunakan.
Menentukan prosedur pengujian substantif atas transaksi penjualan yang
tapat relatif sulit karena sangat bervariasi tergantung pada situasinya. Tabel 14-
2 menyajikan prosedur pengujian substantif atas transaksi berdasarkan tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi penjualan. Perhatikan bahwa beberapa
prosedur audit telah memenuhi lebih dari satu tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi ( Sebagai contoh, prosedur audit (13b) dimasukkan untuk tiga
tujuan).
Paragraf berikut akan membahas prosedur audit pengujian substantif atas
transaksi yang hanya dilakukan jika ada situasi tertentu yang memerlukan
perhatian audit khusus, seperti jika ada definisi atau kelemahan pengendalian
internal.
Mencatat Penjualan yang Terjadi
Untuk tujuan ini auditor memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin
terjadi :
1. Penjualan dimasukkan kedalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah
dilakukan.
2. Penjualan dicatat lebih dari satu kali

12
3. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai
penjualan.

Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau
kecurangan, sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan.
Konsekkuensi potensial dari tiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar karena
akan menimbulkan lebih saji (overstatement) aset dan laba.
Melebihsajikan penjualan secara tidak sengaja umumnya lebih mudah
ditemukan ketimbang yang disebabkan oleh kecurangan. Biasanya lebih saji
yang tidak disengaja juga terjadi pada piutang usaha, yang dapat dideteksi oleh
klien dengan mengirimkan laporan bulanan kepada pelanggan. Salah saji yang
tidak disengaja sering kali ditemukan dengan mudah oleh auditor pada akhir
tahun melalui prosedur konfirmasi. Dalam lebih saji yang disebabkan oleh
kecurangan, para pelaku akan berusaha menutupi lebih saji tersebut sehingga
lebih sulit bagi auditor untuk menemukannya. Pengujian substantif atas
transaksi mungkin diperlukan untuk mengungkapkan penjualan yang
dilebihsajikan dalam situasi tersebut.
Pengujian substantif atas transaksi yang sesuai untuk menguji tujuan
keterjadian tergantung pada apakah auditor yakin bahwa salah saji mengkin
akan terjadi. Banyak auditor akan melakukan pengujian substantif atas transaksi
untuk tujuan keterjadian hanya jika mereka yakin bahwa ada definisi
pengendalian. Karena itu, sifat dari pengujian tergantung pada sifat salah saji
yang potensial sebagai berikut :

1. Penjualan Dicatat Sementara Pengiriman Tidak Pernah Dilakukan


Auditor dapat memvouching ayat jurnal tertentu dalam jurnal penjualan ke
salinan pengiriman dan dokumen pendukung lainnyayang terkait untuk
memastikan bahwa penjualan tersebut benar benar terjadi. Jika auditor
meras khawatir dengan kemungkinan adanya salinan dokumen pengiriman
fiktif, dia harus menelusuri jumlahnya ke catatan persedian perpetual untuk
menguji apakah persediaan telah berkurang.

13
2. Penjualan Dicatat Lebih Dari Satu Kali Penjualan duplikat dapat
ditentukan dengan mereview secara numeris daftar transaksi penjualan yang
dicatat untuk melihat apakah ada nomor yang sama atau duplikat. Auditor
juga dapat menguji pembatalan dokumen pengiriman yang tepat.
Pembatalan yang tepat dapat menurunkan kemungkinan bahwa dokumen
pengiriman akan digunakan untuk mencatat penjualan lainnya.
3. Pengiriman Dilakukan kepad Pelanggan Fiktif Biasanya jenis
kecurangan ini hanya akan terjadi jika orang yan mencatat penjualan juga
mengotorisasi pengiriman. Pengendalian internal yang lemah akan sulit
mendeteksi pengiriman fiktif ini, seperti pengiriman ke lokasi lain
perusahaan. Untuk menguji apakah ada pelanggan fiktif, auditor dapat
menelusuri informasi tentang pelanggan pada faktur penjualan ke file induk
pelanggan. Kecurangan pendapatan ini dikenal sebagai “penjualan pura-
pura atau sham sales”.
Pendekatan yang efektif lainnya untuk mendeteksi ketiga jenis salah
saji transaksi penjualan yang baru saja dibahas adalah dengan menelusuri
kredit dalam file induk piutang usaha ke sumbernya. Jika piutang telah
benar-benar ditagih secara tunai atau barang dikembalikan, penjualan sudah
pasti terjadi sebelumnya. Jika kredit adalah untuk penghapusan piutang tak
tertagih atau memo kredit, atau jika piutang masih belum dibayar pada saat
audit, hal ini dapat mengindikasikan bahwa transaksi penjualan dicatat
dengan tidak tepat. Auditor harus memeriksa dokumen pengiriman dan
pesanan pelanggan untuk menentukan apakah ada dukungan yang memadai
bahwa suatu transaksi penjualan telah benar benar terjadi.
Standar auditing menunjukkan bahwa biasanya auditor harus
mengedentifikasi pengakuan pendapatan yang tidak layak sebagai resiko
kecurangan. Namun, pengujian substantif atau transaksi untuk pengakuan
pendapatan yang tidak layak hanya akan diperlukan jika auditor meras
khawatir dengan kecurangan yang diakibatkan oleh pengendalian yang
tidak memadai.

14
4. Transaksi Penjualan yang ada Telah Dicatat Dalam banyak audit, tidak
ada pengujian substantif atas transaksi yang dilakukan untuk tujuan
kelengkapan menyangkut lebih saji aset dan laba mendapat perhatian yang
lebih besar dalam audit transaksi penjualan ketimbang yang menyangkut
kurang saji. Jika pengendaliannya tidak memadai, maka jika klien tidak
melakukan penelusuran internal yang independen dari dokumen pengiriman
ke jurnal penjualan, pengujian substantif mungkin akan diperlukan.

LAPORAN COSO Studi dilakukan oleh Committeeof Sponsoring


MENGIDENTIFIKASI Organizations of the Treadway Commission
TEKNIK-TEKNIK (COSO) menganalisis pelaporan keuangan yang
UNTUK curang milik perusahaan publik A.S selama periode
MENYALAHSAJJIKAN 1998-2007. Studi ini menemukan bahwa 61 persen
PENDAPATAN dari 347 kasus yang diperiksa melibatkan
SECARA CURANG perusahaan yang secara curang menyalahsajikan
pendapatan dengan menggunakan berbagai teknik
termasuk berikut ini :

 Penjualan pura-pura (sham sales). Untuk


menutupi kecurangan, menajmen seringkali
memalsukan catatan persediaan, catatan
pengiriman dan faktur demi mencatat
penjualan. Dalam beberapa kasus,
perusahaan mencatat penjualan barang yang
dikirim ke alamat lain atau palsu perusahaan.
 Penjualan kondisonal. Transaksi ini dicatat
sebagai pendapatan meskipun penjualan
melibatkan kontijensi yang belum
diselesaikan atau syarat penjualannya
kemudian diamandemen dengan side letter
agreement

15
 Round-tripping atau mencatat pinjaman
sebagai penjualan. Dalam beberapa kasus,
menajemen mencatat hasil pinjaman sebagai
penjualan. Dalam kasus lainnya, perusahaan
mencatat penjualan dengan cara mengirim
barang ke pelanggan fiktif dan kemudian
memberikan dana kepada pelanggan itu
untuk membayar kembali ke perusahaan.
 Transaksi bill and hold. Beberapa perusahaan
secara tida tepat dengan menagih pelanggan
dimuka melalui suatu perjanjian untuk
“menahan” (hold) barang hingga pelanggan
siap menerima barang tersebut.
 Pendapatan prematur sebelum semua syarat
penjualan dipenuhi. Biasanya ini melibatkan
pencatatan penjualan setelah barang dikirim
ke pelanggan.
 Pisah-batas penjualan yang tidak tepat. Demi
meningkatkan pendapatan, catatan akuntansi
dibiarkan terbuka melampaui tanggal neraca
untuk mencatat penjualan periode akuntansi
berikutnya dalam periode berjalan
 Pengiriman yang tidak terotorisasi.
Pendapatan dilebihsajikan dengan mengirim
barang yang tidak pernah dipesan oleh
pelanggan atau dengan mengirim produk
cacat dan mencatat pendapatan pada harga
penuh, bukan harga diskon
 Penjualan konsinyasi. Pendapatan dicatat
atas pengiriman konsinyasi atau pengiriman
barang bagi pelanggan atas dasar coba-coba

16
Sumber : Fraudulent Financial Reporting :1998-
2007, An Analysis of U.S, Public Companies, COSO,
New York, 2010 (www.coso.org).

Untuk menguji pengiriman yang belum ditagih, auditor dapat


meneusuri dokumen pengiriman tertentu dari file yang ada di departemen
pengiriman ke salinan faktur penjualan dan jurnal penjualan yang terkait.
Untuk melakukan pengujian yang bermakna dengan menggunakan prosedur
ini, auditor harus yakin bahwa semua dokumen pengiriman telah
dimasukkan dalam file. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa urusan
numerisdokumen. Sasaran perangkat lunak audit yang dihasilkan, seperti
ACL atau IDEA, Dapat digunakan untuk mengedentifikasi secara efisien
salinan dan gap urutan numeris catatan elektronik.
5. Arah Pengujian Auditor harus memahami perbedaan antar menelusuri dari
dokumen sumber ke jurnal dan memvouching dari jurnal kembali ke
sumber. Pengujian yang pertama adalah untuk transaksi yang dihilangkan
(tujuan kelengkapan); sementara yang kedua adalah untuk transaksi yang
tidak ada (tujuan keterjadian).
Untuk menguji tujuan keterjadian, auditor dapat mengawalinya
dengan memilih sampel nomor faktur dari jurnal dan memvochingnya ke
salinan faktur penjualan, dokumen pengiriman, dan pesanan pelanggan.
Dalam menguji tujuan kelengkapan, biasanya auditor memulai dengan
memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri ke salinan faktur
penjualan serta jurnal penjualan sebagai pengujian penghilangan.
Ketika merancang prosedur audit untuk tujuan keterjadian dan
kelengkapan, titik awal pengujian merupakan hal yang sangat penting. Ini
disebut sebagai arah pengujian dan dilustrasikan dalam gambar. Sebagai
Conntoh, jika auditor ingin mengecek tujuan keterjadian tetapi melakukan

17
pengujian ke arah yang salah ( dari dokumen pengiriman ke jurnal), akan
ada definisi audit yang serius. Dalam menguji empat tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi lainnya, arah pengujian biasanya tidak relevan.
Sebagai contoh, keakuratan atau akurasi transaksi penjualan dapat diuji
dengan menguji salinan faktur penjualan ke dokumen pengiriman atau
sebaliknya.
6. Penjualan Dicatat dengan Akurat Pencatatan yang akurat atau transaksi
penjualan harus memperhatikan hal-hal berikut :
 Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
 Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
 Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi
Biasanya auditor melakukan pengijian substantif atas transaksi pada
setiap audit untuk memastikan bahwa masing masing dari ketiga sapek
keakuratan tersebut telah dilakukan dengn benar dengan menghitung
kembali informasi dalam catatan akuntasi dan membandingkan informasi
pada dokumen yang berbeda. Secara umum, auditor membandingkan harga
pada salinan faktur penjualan dengan daftar harga yang disetujui,
menghitung kembali perkalian serta penjumlahan atau footing. Dan
membandingkan rincian pada faktur dengan catatan pengiriman
menyangkut deskripsi, kuantitas, serta identifikasi pelanggan. Sering kali,
auditor juga memeriksa pesanan pelanggan dan pesanan pengajuan untuk
informasi yang sama.
Perbandingan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk tujuan keakuratan adalah contoh yang baik mengenai
bagaimana waktu audit dapat dihemat jika ada pengendalian internal yang
efektif. Jadi, pengujian pengendalian untuk tujuan ini hampir tidak
memerlukan waktu karena hanya melibatkan pemeriksaan atas bukti awal
atau lainnya dari verifikasi internal. Jika pengendalian ini efektif, ukuran
sampel untuk pengujian substantif atas transaksi dapat dikurangi, sehingga
menghasilkan penghematan yang signifikan.

18
Gambar 14-4 Arah Pengujian Pengendalian

Pesanan Dokumen Salinan Jurnal Buku Besar File Induk


Pelanggan Pengiriman Faktur Penjualan Umum Piutang
Penjualan Usaha

Kelengkapan Keterjadian
Dimulai Dimulai

Ketika faktur penjualan dihitung dan diposting secara otomatis oleh


komputer, auditor akan dapat mengurangi pengujian substantif atas
transaksi untuk tujuan keakuratan. Jika auditor menentukan bahwa
komputer telah diprogram secara akurat dan file induk daftar harga sudah
diotorisasi dan benar, perhitungan faktur yang terinci dapat dikurangi atau
dihilangkan. Dalam kasus ini, auditor berfokus pada penentuan bahwa ada
pengendalian komputer yang efektif untuk memastikan bahwa komputer
telah diprogram secara layak dan belum diganti sejak diuji oleh auditor.
Pengujian pengendalian akan berfokus pada otorisasi dan keakuratan atau
akurasi perubahan dalam file induk daftar harga.
7. Transaksi Penjualan Dimasukkan dengan Benar dalam File Induk dan
Diikhtisarkan dengan Benar Pencantuman semua transaksi penjualan
dengan benar ke dalam file induk piutang usaha merupakan hal yang penting
karena keakuratan catatan tersebut akan mempengaruhi kemampuan klien
untuk menagih piutang yang beredar. Demikian juga, jurnal penjualan harus
dijumlahkan dan diposting dengan benar ke Buku Besar Umum agar laporan
keuangan menjadi teapt. Pada sebagian besar penugasan, auditor melakukan
beberapa uji keakuratan klerikal, seperti memfooting jurnal dan menelusuri

19
total serta rinciannya ke buku besar umum dan file induk untuk mengecek
apakah ada kesalahan atau kecurangan ketika memproses transaksi
penjualan. Sejauh mana pengujian semacam itu diperlukan akan ditentukan
oleh kualitas pengendalian internal. Perangkat lunak audit tergeneralisasi
akan memungkinkan pengujian yang efisien atas keakuratan jurnal dan
catatan elektronik.
Menelusuri dari jurnal penjualan ke file induk biasanya dilakukakn
sebagai bagian dari pemenuhan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi lainnya, tetapi memfooting jurnal penjualan dan menelusuri
totalnya je buju besar umum dilakukan sebagai prosedur yang
terpisah.Pengujian posting dan pengikhtisaran berbeda dengan pengujian
untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi lainnya karena
memasukkan jurnal footing, catatan file induk, dan buku besar, serta
menelusuri dari salah satu ke yang lainnya di antara ketiga item tersebut.
Apabila footing dan perbandingan dibatasi pada ketiga catatan
tersebut, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi adalah posting dan
pengikhtisaran. Apabila jurnal, file induk, atau buku besar ditelusuri ke atau
dari sebuah dokumen, tujuannya adalah salah satu dari kelima tujuan
lainnya, yang tergantung pada apa yang diverifikasi. Sebagai ilustrasi,
ketika auditor membandingkan jumlah yang tercantum pada salinan faktur
penjualan dengan jurnal penjualan atau ayat jurnal file induk, ini merupakan
prosedur tujuan audit keakuratan. Ketika auditor menelusuri ayat jurnal dari
jurnal penjualan ke file induk, ini merupakan prosedur posting dan
pengikhtisaran.
8. Penjualan yang Dicatat Diklasifikasikan dengan Benar Meskipun hal ini
tidak begitu mengganggu dalam penjualan ketimbang dalam beberapa
siklus transaksi lainnya, auditor masih harus memperhatikan apakah
transaksi tealah dibebankan ke akun buku besar umum yang benar.
Dalam kasus penjualan tunai dan kredit, karyawan perusahaan tidak boleh
mendebet piutang usaha untuk penjualan tunai atau mengkredit penjualan
untuk penagihan piutang. Mereka juga tidak boleh mengklasifikasikan

20
penjualan aset operasi, seperti bangunan, sebagai penjualan. Bagi
perusahaan yang menerbitkan laporan laba rugi per segmen, klasifikasi yang
tepat merupakan hal yang penting.
Auditor sering kali menguji klasifikasi penjualan yang tepat sebagai
bagian dari pengujian keakuratan. Mereka memeriksa dokumen pendukung
untuk menentukan klasifikasi yang tepat atas transaksi tertentu dan
membandingkannya dengan akun aktual dimana hal itu akan dibebankan.
9. Penjualan Dicatat Pada Tanggal yang Benar Penjualan harus ditagih dan
dicatat segera selatah pengiriman dilakukan untuk mencegah penghilangan
transaksi yang tidak disengaja dari catatan dan untuk memastikan bahwa
penjualan telah dicatat pada periode yang tepat. Transaksi yang dicatat
secara tepat waktu juga kecil kemungkinannya mengandung salah saji.
Ketika auditor melakukan prosedur pengujian substantif atas transaksi
untuk keakuratan, mereka sering kali membandingkan tanggal pada bill of
lading tertentu atau dokumen pengiriman lainnya dengan tanggal pada
salinan faktur penjualan terkait, jurnal penjualan dan file induk piutang
usaha. Perbedaan yang signifikan menunjukkan masalah pisah batas (cutoff)
yang potensial.

Dalam mengkonversi program audit format perancangan (design format


audit program) menjadi program audit format kinerja (performance format
audit program), prosedur itu akan digabungkan. Ini akan mencapai hal-hal
berikut :
 Mengeliminasi prosedur duplikat.
 Memastikan bahwa ketika dokumen tertentu diperiksa, semua prosedur
yang akan dilakukan terhadap dokumen tersebut telah dilakukan pada saat
itu.
 Memungkinkan auditor untuk melakukan prosedur dengan cara yang paling
efektif. Sebagai contoh dengan menfooting jurnal dan mereview jurnal
untuk pos-pos tidak biasa terlebih dahulu, auditor akan memperoleh
perpektif yang lebih baik dalam melakukan pengujian yang terinci.

21
2.4 Retur dan Pengurangan Penjualan

Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan
klien untuk mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk
memproses memo kredit yang telah digambarkan bagi penjualan, dengan dua
perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah materialitas. Dalam banyak hal,
retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat
mengabaikannya.
Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan kejadian. Untuk retur
dan pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian
transaksi yang tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari
penagihan piutang usaha yang ditutupi oleh retur atau pengurangan penjualan
fiktif. (Walaupun biasanya auditor lebih menekankan tujuan keterjadian untuk
transaksi retur dan pengurangan penjualan, tujuan kelengkapan juga merupakan
hal yang penting terutama dalam menguji saldo akun untuk menentukan apakah
retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir tahun).
Secara alami, tujuan lainnya tidak boleh diabaikan. Akan tetapi, karena
tujuan dan metodologi untuk mengaudit retur dan pengurangan penjualan pada
intinya sama seperti untuk penjualan, kami tidak memasukkan studi yang
mendalam mengenai hal tersebut. Jika anda ingin mengaudit retur dan
pengurangan penjualan, anda harus dapat menerapkan logika yang sama untuk
mendapatkan pengendalian, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif
atas transaksi yang sesuai guna memverifikasi jumlahnya.

22
2.5 Pengendalian Intern, Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian
Subtantif atas Transaksi untuk Penerimaan Kas

Memahami Pengendalian Internal


Siklus yang rentan terhadap fraud membuat pengendalian internal sebagai
penangkal utama. Bahkan, penangkal fraud satu-satunya. Pilihannya sederhana
Rely on Internal Cobtrol or Resign from the Audit, itulah sketsa audit mengenai
City Finance (CF). Pengendalian internal menjadi penentu karena CF adalah
emiten dipasar modal Amerika Serikat. CF adalah klien terbesar salah satu Big
Four yang dilayani oleh kantor di Pittburgh.
CF adalah onglomerat dibidang keuangan hamper 1.000 kantor di AS dan
Kanada. Accounting CF terdiri dari satu juta piutang dagang dan memproses
jutaan transaksi penjualan dan transaksi lainnya per tahun. Cf mempunyai
sisitem check and balance yang canggih dimana catatan accounting disemua
cabang direkonsiliasi ke data processing controls secara harian, yang kemudian
direkonsiliasi dengan rekening bank eksternal secara bulanan. Proses
rekonsiliasi menemukan indikasi kondisi out of balance yang signifikan,
prosedur untuk mencari pemecahan masalah berfungsi secara otomatis.
Bagaimana auditor memahami pengendalian internal? dengan menggunakan
salah satu pendekatan umum untuk penjualan, auditor mempelajari bagan arus
klien, menyiapkan kuesioner tentang pengendalian internal, dan melaksanakan
pengujian penjualan.

Menilai Risiko Pengendalian Yang Direncanakan


Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami
pengendalian internal untuk menilai risiko pengendalian. Terdapat 4 langkah
yang penting dalam penilaian ini :
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai risiko pengendalian.
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan
kelemahannya bagi penjualan.

23
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan.
4. Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengedalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan. Langkah
ini sangat penting karena mempengaruhi keputusan yang akan diambil
auditor baik mengenai pengujian pengendalian maupun pengujian
substantive. Keputusan ini merupakan keputusan yang sangat subjektif.

Berikut ini beberapa aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan.


Pengetahuan mengenai aktivitas pengendalian tersebut sangat membantu dalam
mengidentifikasi pengendalian kunci beserta kelemahannya bagi penjualan.
1. Pemisahan tugas yang memadai
2. Otorisasi yang tepat
3. Dokumen dan catatan yang memadai
4. Dokumen yang telah di pranomori
5. Laporan bulanan
6. Prosedur vertical internal

Pengujian atas Pengendalian

Merancang Pengujian Pengendalian untuk Penjualan

Pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian pengendalian harus dirancang


untuk memverifikasi keefektifannya. Dalam sebagian besar audit, relative
mudah menentukan sifat pengujian pengendalian dari sifat pengendalian
tersebut. Sebagai contoh, jika pengendalian internal adalah untuk
menandatangani pesanan pelanggan setelah kreditnya disetujui, pengujian
pengendalian adalah untuk memeriksa apakah pesanan pelanggan telah
ditandatangani dengan benar. Pengujian pengendalian yang sesuai untuk
pemisahan tugas biasanya terbatas pada pengamatan auditor atas aktivitas.

24
Pengujian Subtantif atas Transaksi untuk Penerimaan

Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian


pengendalian substantive atas transaksi penerimaan kas seperti yang digunakan
untuk penjualan. Prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka kerja
yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya
diterapkan bagi penerimaan kas. Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut ini:
1. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
2. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang
digunakan untuk mendukung pengurangan risiko pengendalian.
3. Merancang pengujian substantif atas transaksi untuk menguji salah saji
moneter bagi setiap tujuan.

Bagian penting dari tanggung jawab auditor ketika mengaudit penerimaan kas
adalah mengidentifikasi defisiensi pengendalian internal yang meningkatkan
kemungkinan terjadinya kecurangan.
1. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat
Penggelapan kas yang paling sulit dideteksi oleh auditor adalah ketika hal
tersebut terjadi sebelum kas dicatat dijurnal penerimaan kas atau lsiting kas
lainnya, terutama jika penjualan dan penerimaan kas dicatat secara serentak.
2. Penyiapan bukti penerimaan kas
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan
kas yang dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah
bukti penerimaan kas.
3. Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha
Lapping piutang usaha adalah penundaan ayat jurnal penagihan piutang
usaha untuk menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan
oleh seorang yang menangani penerimaan kas kemudian memasukkannya
kedalam sistem komputer, lalu menunda pencatatan penerimaan kas dari
satu pelanggan dan menutupi kekurangannya dengan penerimaan kas

25
lainnya, yang selanjutnya dituutpi dengan penerimaan dari pelanggan yang
ketiga beberapa hari kemudian. Pemisahan tugas ini dapat dicegah dengan
mudah melalui pemisahan tugas dan kebijakan cuti wajib bagi karyawan
yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan kas kedalam
sisitem.

2.6 Pengujian Audit untuk Penghapusan Piutang Tak Tertagih

Sama seperti halnya retur penjualan dan pengurangan harga, perhatian


utama auditor dalam mengaudit penghapusan piutang tak tertagih adalah
kemungkinan adanya personel klien yang menutupi pencurian dengan
menghapus piutang yang sebelumnya sudah tertagih (tujuan keterjadian).
Pengendalian utama untuk mencegah kecurangan ini adalah dengan melakukan
otorisasi penghapusan piutang yang tepat oleh manajemen yang berwenang
setelah penyelidikan secara menyeluruh atas alasan pelanggan yang tidak
mampu melunasi piutang tersebut.
Umumnya, verifikasi akun-akun piutang yang dihapus memakan waktu
yang relatif singkat. Biasanya, auditor menguji apakah terdapat persetujuan
penghapusan piutang dari pejabat yang tepat. Untuk suatu sampel akun piutang
yang dihapus, juga biasanya penting bagi auditor untuk memeriksa
korespondensi di arsip klien yang mengindikasikan bahwa piutang tersebut
memang tidak dapat ditagih. Dalam beberapa kasus, auditor juga memeriksa
laporan kredit seperti laporan yang diterbitkan oleh Dun & Bradstreet.
Setelah auditor telah menyimpulkan bahwa penghapusan akun di jurnal
umum sudah tepat, beberapa unsur harus ditelusuri ke arsip utama piutang
dagang untuk menguji apakah penghapusan tersebut telah dicatat dengan
memadai.
Estimasi beban piutang tak tertagih, yang merupakan kelompok transaksi
kelima dalam siklus penjualan dan penagihan, nyata-nyata terkait dengan
penghapusan piutang tak tertagih. Namun, karena estimasi piutang tak tertagih
bergantung pada saldo akhir tahun piutang dagang, auditor mengevaluasi

26
estimasi ketidaktertagihan sebagai bagian dari pengujian terperinci atas saldo
akun piutang dagang.

2.7 Pengendalian Intern Tambahan atas Transaksi Neraca

Jika IC untuk golongan transaksi efektif dan pengujian substantif


mendukung maka kemungkinan salah saji L/K berkurang. Mungkin ada IC yang
berkaitan secara langsung dengan akun yang belum diidentifikasi sebagai
bagian pengujian pengendalian atau pengujian substantif atas transaksi. Siklus
Penjualan dan Penerimaan Kas paling tidak berdampak pada 3 tujuan audit :
1. Realizable value. Penting karena kolektibilitas piutang sering merupakan pos
utama L/K dan merupakan masalah sejumlah kasus tentang tanggungjawab
akuntan. Pengendalian yang lazim : persetujuan kredit, penyiapan neraca
saldo A/R secara periodik untuk ditelaah dan ditindaklanjuti dan
kebijaksanaan penghapusan piutang tak tertagih.
2. Hak & Kewajiban. Pengendalian dengan penggunaan akuntan yang
kompeten
3. Penyajian dan pengungkapan. Pengendalian dengan penggunaan akuntan
yang kompeten.

2.8 Dampak dari hasil Pengujian atas Transaksi

Hasil dari pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi memiliki


pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian
subtantif atas rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh
pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi dalam siklus
penjualan dan penagihan adalah saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak
tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.
Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian subtantif
atas transaksi, auditor harus menganalisis setiap pengecualian, baik dalam audit
perusahaan public maupun nonpublic, untuk menentukan penyebab dan

27
implikasi dari pengecualian itu terhadap penilaian resiko pengendalian, yang
mungkin mempengaruhi risiko deteksi yang didukung dan pengujian subtantif
terkait yang tersisa. Metodologi dan implikasi dari analisis pengecualian akan
dijelaskan secara lebih gambling pada bab berikutnya.
Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan
pengujian subtantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah
terhadap konfirmasi piutang usaha. Jenis konfirmasi, ukuran sampel, dan
penetapan waktu pengujian semuanya juga terpengaruh.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perancangan


pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk lima
kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan, termasuk penjualan,
penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang
usaha tak tertagih, serta beban piutang tak tertagih. Secara konseptual,
metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substansif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi dan
mencakup langkah – langkah berikut :
 Memahami pengendalian internal
 Menilai resiko pengendalian yang direncanakan
 Menentukanluas pengujian pengendalian
 Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas
transaksi untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi,
auditor berfokus pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan
sebagai senjata untuk mengurangi resiko pengendalian. Pertama, auditor
mengidentifikasi pengendalan internal, jika ada, untuk setiap tujuan, auditor
kemudian menentukan luas pengujian pengendalian yang harus dilakukan.
Auditor juga merancang pengujian substansif atas transaksi bagi setiap
kelas transaksi untuk menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah
dicatat dengan benar. Seperti pengujian pengendalian, pengujian substansif,
atas transaksi juga dirancang untuk setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi. Setelah perancangan pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transkasi bagi setiap tujuan audit dan kelas
transaksi selesai, auditor mengorganisasikan prosedur audit ke dalam
program audit format kerja.

29
DAFTAR PUSTAKA

Randol J. ELDER. Alvin A. Arens. Mark S. Beasley 2011. Audit Dan Jasa
Assurance pendekatan terintegritas Jilid 2, Jakarta: ERLANGGA

Tuanakotta, Theodorus M. 2015. Audit Kotemporer. Jakarta: Salemba Empat.

30

Anda mungkin juga menyukai