Anda di halaman 1dari 17

RESUME AUDIT KEUANGAN SEKTOR KOMERSIAL TENTANG

PENJUALAN DAN PIUTANG USAHA

KELAS 5-16 D III AKUNTANSI

ANGGOTA KELOMPOK :

ANNISAA NABILAH RACHMAN ( 5 )


FAISAL ( 13 )
GRACE SARAH HUTAPEA ( 14 )
GRACIA MONICA SILALAHI ( 15 )
KINANTI NASYWA CANDRA ( 21 )

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

2020/2021
PENDAHULUAN

Ketergantungan suatu audit sangat besar pada pengendalian internal dalam siklus
penjualan dan penagihan yang mengharuskan auditor untuk melakukan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi yang ekstensif. Auditor harus
mengetahui kapan harus bergantung pada pengendalian internal dan kapan tidak. Penilaian
risiko pengendalian dan perancangan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas
transaksi bagi setiap kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan perlu dilakukan.
Diperlukan pengetahuan kelas transaksi dari siklus penjualan dan penagihan serta saldo akun
yang ada dalam perusahaan tipikal. Selain itu diperlukan pemahamam dokumen dan catatan
yang digunakan dalam siklus penjualan dan penagihan sebelum mempelajari penilaian risiko
pengendalian dan perancangan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas
transaksi bagi setiap kelas transaksi transaksi secara mendalam
I. AKUN DAN KELAS TRANSAKSI DALAM SIKLUS PENJUALAN SERTA
PENAGIHAN

Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi
apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai
dengan standar akuntansi.

Ada lima kelas transaksi dalam


siklus penjualan dan penagihan
( classes of transactions in the sales
and collection cycle):

1. Penjualan (penjualan tunai dan


kredit).

2. Penerimaan kas.

3. Retur dan pengurangan penjualan.

4. Penghapusan piutang tak tertagih.

5. Estimasi beban piutang tak tertagih.

Kecuali penjualan tunai, setiap transaksi dan jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan
dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan
untuk piutang tak tertagih. Untuk mudahnya, kita mengasumsikan bahwa ada pengendalian
internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun penjualan kredit.

II. FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS DAN DOKUMEN SERTA CATATAN


TERKAIT

Ada delapan fungsi bisnis untuk siklus penjualan dan penagihan (business function for the
sales and collection cycle). Sebelum dapat menilai risiko pengendalian dan merancang
pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi, auditor hams memahami
fungsi bisnis dan dokumen serta catatan suatu perusahaan.

1. Pemrosesan Pesanan Pelanggan

Permintaan pelanggan atas barang akan mengawali siklus secara keseluruhan. Secara
legal, siklus tersebut merupakan penawaran untuk membeli barang dengan syarat
tertentu. Penerimaan pesanan pelanggan sering kali diikuti dengan pembuatan
pesanan penjualan. Dokumen atau catatannya berpa pesanan pelanggan dan pesanan
penjualan. Pesanan Pelanggan ( Customer Order) adalah permintaan akan barang
dagang yang diajukan oleh pelanggan. Pesanan tersebut dapat diterima melalui
telepon, surat, formulir tercetak. Pesanan Penjualan (Sales Order) adalah dokumen
untuk mengomunikasikan deskripsi, kuantitas, clan informasi terkait mengenai
barang yang dipesan oleh pelanggan. Dokumen tersebut sering kali digunakan untuk
menunjukkan persetujuan kredit clan otorisasi pengiriman.

2. Pemberian Kredit

Sebelum barang dikirim, orang yang berwenang hams menyetujui kredit bagi
pelanggan yang akan melakukan penjualan secara kredit. Indikasi diberikannya
persetujuan kredit atas pesanan penjualan sering kali juga berfungsi sebagai
persetujuan untuk mengirimkan barang. Praktik pemberian persetujuan kredit yang
lemah ini sering kali menghasilkan piutang ragu-ragu yang berlebihan clan piutang
usaha yang mungkin saja tidak dapat ditagih.

3. Pengiriman Barang

Merupakan titik awal siklus di mana perusahaan akan menyerahkan aset.


Sebagian besar perusahaan mengakui penjualan ketika barang telah dikirim.
Dokumen pengiriman dibuat pada waktu pengiriman, yang dapat dilakukan secara
otomatis dengan komputer, berdasarkan informasi pesanan penjualan. Dokumen
pengiriman, yang sering kali berupa salinan bill of lading, sangatlah penting untuk
menagih jumlah yang sesuai dengan yang dikirim kepada pelanggan. Perusahaan
yang menyelenggarakan catatan persediaan perpetual juga dapat memperbaharuinya
berdasarkan catatan pengiriman.

Bill of Lading menunjukkan deskripsi barang dagang, kuantitas yang


dikirimkan, clan data yang relevan lainnya. Perusahaan mengirimkan dokumen
pengiriman yang asli kepada pelanggan clan menyimpan satu atau lebih salinannya.
Dokumen pengiriman juga berfungsi sebagai signal untuk menagih pelanggan clan
dapat secara elektronik atau bentuk kertas.

4. Penagihan Pelanggan dan Pencatatan Penjualan

Merupakan cara untuk memberi informasi kepada pelanggan mengenai jumlah yang
akan ditagih atas barang yang dibelinya. Aspek paling penting dari penagihan adalah:

• Semua pengiriman telah ditagih (kelengkapan = completeness)

• Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali (keterjadian = occurrence)

• Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat (keakuratan = accuracy).

Dokumen dan catatan pada fungsi ini antara lain :


- Faktur penjualan adalah dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas
barang yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan data yang relevan
lainnya.

- File Transaksi Penjualan. Merupakan file yang dihasilkan komputer yang


mencantumkan semua transaksi penjualan yang diproses oleh sistem akuntansi
selama suatu periode, seperti sehari, seminggu, atau sebulan. File itu juga dapat
mencantumkan retur dan pengurangan penjualan atau clapat menjadi file terpisah
bagi transaksi tersebut.

- Jurnal Penjualan atau Listing. Mengidentifikasi apakah penjualan itu


merupakan penjualan tunai atau piutang usaha.

- File Induk Piutang Usaha. Merupakan file komputer yang digunakan untuk
mencatat penjualan individual, penerimaan kas, serta retur dan pengurangan
penjualan bagi setiap pelanggan dan untuk mempertahankan saldo akun
pelanggan.

- Neraca Saldo Piutang Usaha. Daftar atau laporan ini menunjukkan jumlah
piutang dari setiap pelanggan pada suatu titik waktu.

- Laporan Bulanan. Merupakan salinan dari bagian file induk piutang usaha
pelanggan.

5. Pemrosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas

Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas meliputi penerimaan, penyetoran, dan


pencatatan kas, yang mencakup uang tunai, cek, dan transfer dana elektronik Di sini
hal yang paling penting adalah kemungkinan terjadinya pencurian. Pencurian dapat
terjadi sebelum penerimaan dicatat atau setelah pencatatan dilakukan. Jadi semua
penerimaan kas harus disetorkan atau didepositokan ke bank dengan jumlah yang
benar secara tepat waktu dan dicatat dalam file transaksi penerimaan kas. Dokumen
atau catatan dalam fungsi ini antara lain :
- Remittance advice adalah dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan
biasanya dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas.

- Prelisting Penerimaan Kas. Merupakan daftar yang disusun ketika kas diterima
oleh seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan,
piutang usaha, atau kas, dan yang tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.

- File Transaksi Penerimaan Kas, adalah file yang dihasilkan komputer yang
mencantumkan semua transaksi penerimaan kas yang diproses oleh sistem
akuntansi selama suatu periode, seperti satu hari, satu minggu, atau satu bulan.

- Jurnal Penerimaan Kas atau Listing. Laporan ini berasal dari file transaksi
penerimaan kas dan mencantumkan semua transaksi selama suatu periode waktu.

6. Pemrosesan dan Pencatatan Retur dan Pengurangan Penjualan

Retur dan pengurangan penjualan dicatat dalam file transaksi retur penjualan dan
pengurangan, serta file induk piutang usaha. Memo kredit menyangkut retur
penjualan dan pengurangan akan diterbitkan untuk membantu menyelenggarakan
pengendalian dan untuk memfasilitasi pencatatan. Memo kredit adalah dokumen yang
mengindikasikan pengurangan jumlah dari pelanggan akibat retur barang atau
pengurangan harga. Jurnal Retur dan Pengurangan Penjualan adalah jurnal yang
digunakan untuk mencatat retur dan pengurangan penjualan.

7. Penghapusan Piutang Usaha Tak Tertagih

Biasanya, hal ini terjadi setelah pelanggan mengajukan kebangkrutan atau penagihan
piutangnya diserahkan kepada agen penagihan. Dokumen yang digunakan Formulir
Otorisasi Piutang Tak Tertagih adalah dokumen dalam lingkungan internal untuk
menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha sebagai tak tertagih.

8. Penyediaan Piutang Tak Tertagih

Karena perusahaan diperkirakan tidak dapat menagih 100% penjualannya,


prinsipprinsip akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat beban piutang tak
tertagih sebesar jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
II. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI PENJUALAN

Seperti yang digambarkan pada gambar diatas, metodologi untuk merancang


pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penjualan terdiri atas beberapa
tahapan, yaitu:
A. Memahami Pengendalian Internal
Auditor dapat memahami pengendalian internal dengan menggunakan salah
satu pendekatan umum untuk penjualan, auditor mempelajari bagan arus klien,
menyiapkan kuesioner tentang pengendalian internal, clan melaksanakan pengujian
penjualan walkthrough.
B. Menilai Risiko Pengendalian yang Direncanakan
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami
pengendalian internal untuk menilai risiko pengendalian. Terdapat empat langkah
yang penting dalam penilaian ini, meliputi:
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai risiko pengendalian
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci clan
kelemahannya bagi penjualan
3. Auditor lalu mengaitkan pengendalian dan kelemahan dengan tujuan
4. Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian clan kelemahannya bagi setiap tujuan.
Menentukan Luas Pengujian Pengendalian

Selanjutnya auditor akan menguji beberapa pengendalian internal, meliputi:


1. Pemisahan tugas yang memadai
Pemisahan tugas yang memadai dapat membantu mencegah berbagai
jenis salah saji (misstatement) baik akibat kesalahan maupun penipuan atau
kecurangan. Contohnya manajemen menolak akses ke kas bagi siapa pun
yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi penjualan dan
penerimaan kas ke dalam komputer.
2. Otorisasi yang Tepat
Auditor akan memeriksa otorisasi pada tiga titik kunci:
• Kredit harus diotorisasi dengan tepat sebelum penjualan dilakukan.
• Barang harus dikirim hanya setelah otorisasi yang tepat diberikan.
• Harga, termasuk syarat dasar, ongkos angkut, dan diskon, harus
diotorisasi.

3. Dokumen dan Catatan yang Memadai


Karena setiap pemsahaan memiliki sistem penerimaan, pemrosesan,
dan pencatatan transaksi yang unik, auditor mungkin sulit mengevaluasi
apakah setiap prosedur klien telah dirancang untuk pengendalian maksimum.
Akan tetapi, prosedur pencatatan yang memadai harus sudah tersedia
sebelum sebagian besar tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dapat
dipenuhi.
4. Dokumen yang Telah Dipranomori
Hal ini dapat mencegah kegagalan dalam menagih atau mencatat
penjualan dan terjadinya penagihan serta pencatatan duplikat
5. Laporan Bulanan
Pengiriman laporan bulanan mempakan pengendalian yang
bermanfaat karena mendorong para pelanggan untuk segera merespons jika
ada saldo yang dinyatakan dengan tidak benar.
6. Prosedur Verifikasi Internal
Program komputer atau personil yang independen harus mengecek
bahwa pemrosesan dan pencatatan transaksi penjualan memenuhi setiap
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Contohnya termasuk akuntansi
untuk urutan numeris dokumen yang telah dipranomori, mengecek atas
keakuratan penyiapan dokumen, dan mereview laporan untuk pos-pos tidak
biasa atau tidak benar.

C. Menentukan Luas Pengujian Pengendalian


Untuk audit perusahaan publik, auditor harus melaksanakan pengujian yang
ekstensif atas pengendalian kunci dan mengevaluasi dampak kelemahannya terhadap
laporan auditor mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Luas
pengujian pengendalian dalam audit pemsahaan nonpublik tergantung pada
keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat
diandalkan untuk mengurangi risiko pengendalian. Dalam menentukan tingkat
keandalan pengendalian, auditor juga mempertimbangkan kenaikan biaya pengujian
pengendalian dibandingkan dengan penurunan pengujian substantif yang potensial.
Tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah akan meningkatkan pengujian
pengendalian untuk mendukung risiko pengendalian yang lebih rendah, dengan
kenaikan risiko deteksi dan penurunan jumlah pengujian substantif yang sebanding.

D. Merancang Pengujian Pengendalian untuk Penjualan


Untuk setiap pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian pengendalian
hams dirancang untuk memverifikasi keefektifannya. Dalam sebagian besar audit,
relatif mudah menentukan sifat pengujian pengendalian dari sifat pengendalian
tersebut. Sebagai contoh, jika pengendalian internal adalah untuk menandatangani
pesanan pelanggan setelah kreditnya disetujui, pengujian pengendalian adalah untuk
memeriksa apakah pesanan pelanggan telah ditandatangani dengan benar.
E. Merancang Pengendalian Substanstif atas Transaksi Penjualan
III. MENCATAT PENJUALAN YANG TERJADI

• Terdapat tiga kemungkinan salah saji:


1.Penjualan dimasukkan dalam jurnal, sementara pengiriman tidak pernah dilakukan
2. Auditor mendeteksi dengan mem-vouching ayat jurnal tertentu ke salinan pengiriman dan
dokumen yang membuktikan penjualan benar-benar terjadi.
3.Penjualan dicatat lebih dari satu kali
Auditor mendeteksi dengan mereview secara numeris daftar transaksi penjualan guna
memastikan transaksi dicatat tidak lebih dari satu kali.Pengiriman dilakukan kepada
pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan
Auditor mendeteksi dengan menelusuri informasi tentang pelanggan pada faktur penjualan ke
file induk pelanggan.
Salah saji 1 dan 2 bisa karena kesalahan atau kecurangan, sementara salah saji 3 selalu
karena kecurangan. Tetapi dalam praktiknya lebih sering ditemukan salah saji secara tidak
sengaja. Salah saji secara tidak sengaja dapat dideteksi dengan mengirimkan laporan bulanan
ke pelanggan. Sementara untuk kecurangan, lebih sulit dideteksi karena akan ditutup-tutupi
oleh pelaku. Pengujian substantif hanya dilakukan apabila auditor yakin ada defisiensi
pengendalian.

● Transaksi penjualan yang ada telah dicatat


Keseringannya, tidak ada pengujian substantif atas transaksi untuk tujuan
kelengkapan. Untuk menguji pengiriman yang
belum ditagih, auditor dapat menelusuri dokumen pengiriman tertentu dari file yang
ada di departemen pengiriman ke
salinan faktur penjualan dan jurnal penjualan yang terkait
● Arah pengujian
Menelusuri dari dokumen sumber ke jurnal: untuk mendeteksi transaksi yang
dihilangkan
Memvouching dari jurnal kembali ke dokumen: untuk mendeteksi transaksi yang
tidak ada
● Penjualan dicatat dengan akurat
Harus memperhatikan hal-hal beriktu:
- Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
- Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang dikirim
- Mencatat dengan akura jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi
Secara umum, auditor membandingkan harga pada salinan faktur penjualan dengan
daftar harga yang disetujui, menghitung kembali perkalian serta penjumlahan atau footing,
dan membandingkan rincian pada faktur dengan catatan pengiriman menyangkut deskripsi,
kuantitas, serta identifikasi pelanggan.
● Transaksi penjualan dimasukkan dengan benar dalam file induk dan diikhtisarkan
dengan benar
Auditor melakukan beberapa uji keakuratan klerikal, seperti memfooting jurnal dan
menelusuri total serta rinciannya ke buku besar umum dan file induk untuk mengecek apakah
ada kesalahan atau kecurangan ketika memroses transaksi penjualan.

● Penjualan yang dicatat diklasifikasikan dengan benar


Auditor sering kali menguji klasifikasi penjualan yang tepat sebagai bagian dari pengujian
keakuratan. Mereka memeriksa dokumen pendukung untuk menentukan klasifikasi yang
tepat atas transaksi tertentu dan membandingkannya dengan akun aktual di mana hal itu akan
dibebankan.

● Penjualan dicatat pada tanggal yang benar


Transaksi yang dicatat secara tepat waktu juga kecil kemungkinannya
mengandung salah saji. Ketika auditor
melakukan prosedur pengujian substantif atas transaksi untuk keakuratan, mereka sering
kali membandingkan tanggal pada bill
of lading tertentu atau dokumen pengiriman lainnya dengan tanggal pada salinan faktur
penjualan terkait, jurnal penjualan,
dan file induk piutang usaha.
● Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
● Pengendalian kunci yang ada
Manajemen merancang pengendalian internal atas penjualan untuk mencapai
enam tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi. Jika pengendalian yang diperlukan untuk memenuhi salah satu tujuan
tidak memadai, kemungkinan salah
saji yang terkait dengan tujuan tersebut akan meningkat, tanpa memandang pengendalian
untuk tujuan yang lainnya.
● Pengujian pengendalian
Bagi setiap pengendalian, harus ada setidaknya satu pengujian pengendalian untuk
memverifikasi keefektifannya.
● Defisiensi
Defisiensi yang diidentifikasi oleh auditor mengindikasikan tidak adanya
pengendalian yang efektif. Auditor harus
mengevaluasi defisiensi pengendalian dengan mempertimbangkan salah saji potensial
yang mungkin terjadi dan setiap
pengendalian lainnya
● Pengujian substantif
Pengujian ini membantu auditor untuk menentukan apakah ada salah saji
moneter dalam transaksi penjualan.
Mungkin terjadi suatu prosedur audit yang tidak efektif, sehingga dapat mengkonversi
program audit format perancnagan
menjadi program audit format kinerja. Hal tersebut akan mencapai hal-hal berikut:
1. Mengeliminasi prosedur duplikat.
2. Memastikan bahwa ketika dokumen tertentu diperiksa, semua prosedur yang akan
dilakukan terhadap dokumen tersebut telah dilakukan pada saat itu.
3. Memungkinkan auditor untuk melakukan prosedur dengan cara yang paling efektif.
Sebagai contoh, dengan memfooting jurnal clan mereview jurnal untuk pos-pos tidak
biasa terlebih dahulu, auditor akan memperoleh perspektif yang lebih baik dalam
melakukan pengujian yang terinci.

RETUR DAN PENGURANGAN PENJUALAN


Dalam banyak hal, retur clan pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga
auditor dapat mengabaikannya. Untuk retur dan pengurangan penjualan, umumnya auditor
menekankan pada pengujian transaksi yang tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian
kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif.
IV. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI PENERIMAAN KAS

Prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan
untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas. Berdasarkan tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut:

• Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit.

• Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk


mendukung pengurangan risiko pengendalian.

• Merancang pengujian substantif atas transaksi untuk menguji salah saji moneter bagi
setiap tujuan.

Pengujian pengendalian bergantung pada pengendalian yang diidentifikasi oleh


auditor, seberapa andal pengendalian itu akan mengurangi penilaian risiko pengendalian, dan
apakah perusahaan yang sedang diaudit merupakan perusahaan publik. Bagian penting dari
tanggung jawab auditor ketika mengaudit penerimaan kas adalah mengidentifikasi defisiensi
pengendalian internal yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kecurangan.

1. Menentukan Apakah Kas yang Diterima Telah Dicatat

Jenis penggelapan kas yang paling sulit dideteksi auditor adalah ketika hal tersebut
terjadi sebelum kas dicatat dijurnal penerimaan kas atau listing kas lainnya, terutama jika
penjualan dan penerimaan kas dicatat secara serentak atau simultan. Untuk mencegah jenis
kecurangan ini, perusahaan mengimplementasikan pengendalian internal sesuai bisnis yang
digeluti.

Sebagai contoh, pengendalian untuk toko ritel di mana kas diterima oleh orang yang
sama dengan yang menjual barang dagang dan memasukkan penerimaan kas ke register kas
harus berbeda dengan pengendalian untuk perusahaan di mana semua penerimaan diterima
melalui pos beberapa minggu setelah penjualan dilakukan.

Jadi menelusuri dari remittance advice atau prelisting penerimaan kas yang telah
dipranomori ke jurnal penerimaan kas dan catatan pembantu piutang usaha sebagai pengujian
substantif atas pencatatan kas aktual yang diterima merupakan praktik yang normal.
2. Penyiapan Bukti Penerimaan Kas

Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang
dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas (proof of
cash receipts). Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam jurnal
penerimaan kas selama suatu periode tertentu, seperti satu bulan, akan direkonsiliasi dengan
deposito atau setoran aktual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama.

Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan penerimaan kas yang
belum dicatat dalam jurnal atau lamanya waktu melakukan setoran, tetapi dapat membantu
mengungkapkan penerimaan kas yang telah dicatat namun belum disetorkan, deposit atau
setoran yang belum dicatat, pinjaman yang belum dicatat, pinjaman bank yang didepositkan
langsung ke rekening bank, dan salah saji yang serupa.

3. Pengujian untuk Mengungkapkan Lapping Piutang Usaha

Lapping piutang usaha (lapping of account receivable) adalah penundaan ayat jurnal
penagihan piutang usaha untuk menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan
oleh seseorang yang menangani penerimaan kas dan kemudian memasukkannya ke dalam
sistem komputer. Penggelapan ini sebenarnya dapat dicegah melalui pemisahan tugas dan
kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan
kas ke dalam sistem. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah,
dan tanggal yang ditunjukkan pada remittance advice dengan ayat jurnal penerimaan kas dan
salinan slip setoran terkait.

A. PENGUJIAN AUDIT UNTUK MENGHAPUS PIUTANG TAK TERTAGIH

Pengendalian yang penting untuk mencegah kecurangan dalam penghapusan piutang


tak tertagih adalah pemberian otorisasi yang tepat oleh tingkat manajemen yang ditunjuk
hanya setelah melalui penyelidikan menyeluruh mengenai alasan pelanggan tidak mampu
membayar. Biasanya, verifikasi atas penghapusan piutang hanya memerlukan waktu yang
relatif singkat. Yaitu, auditor hanya memeriksa persetujuan oleh orang yang tepat.

Menyangkut sampel piutang yang dihapus, biasanya auditor juga harus memeriksa
korespondensi dalam file klien yang menyatakan ketidaktertagihannya. Setelah auditor
menyimpulkan bahwa penghapusan piutang oleh ayat jurnal umum sudah benar, pos tertentu
harus ditelusuri ke file induk piutang usaha untuk menguji apakah penghapusan telah dicatat
dengan benar.
B. PENGENDALIAN INTERNAL TAMBAHAN ATAS SALDO AKUN DAN
PENYAJIAN SERTA PENGUNGKAPAN

Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun dan penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai bagian
dari pengujian pengendalian atau pengujian substantif atas transaksi. Untuk siklus penjualan
dan penagihan, hal tersebut kemungkinan besar akan mempengaruhi tujuan yang terkait
dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak serta kewajiban dan empat tujuan penyajian
serta pengungkapan.

Nilai yang dapat direalisasi adalah tujuan audit yang terkait dengan saldo yang
penting bagi piutang usaha karena kolektibilitas piutang sering kali mempakan pos laporan
keuangan yang penting. Hal ini telah menjadi suatu isu pada sejumlah kasus kewajiban
akuntan. Karena itu, biasanya auditor menetapkan risiko yang melekat yang tinggi untuk
tujuan nilai realisasi.

Dua pengendalian lainnya adalah:

• Penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodik untuk review dan
tindak lanjut oleh personil manajemen yang tepat.

• Kebijakan menghapus piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin lagi
untuk ditagih.

Hak dan kewajiban serta penyajian dan pengungkapan hampir bukan merupakan
masalah yang signifikan bagi piutang usaha. Karena itu, personil akuntansi yang kompeten
biasanya sudah mempakan pengendalian yang cukup bagi tujuan audit tersebut.

C. PENGARUH HASIL PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian substantif atas
rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang
usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.

Jika hasil pengujian tidak memuaskan, auditor harus melakukan pengujian substantif
tambahan atas penjualan, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang tak tertagih,
dan pemrosesan penerimaan kas. Auditor perusahaan publik juga harus mempertimbangkan
dampak hasil pengujian yang tidak memuaskan terhadap audit pengendalian internal atas
pelaporan keuangan.

Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas


transaksi, auditor harus menganalisis setiap pengecualian untuk menentukan penyebab dan
implikasi dari pengecualian itu terhadap penilaian risiko pengendalian, yang mungkin
mempengaruhi risiko deteksi yang didukung dan pengujian substantif terkait yang tersisa.

Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah terhadap konfirmasi
piutang usaha.

IKHTISAR

Bab ini membahas perancangan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan, termasuk
penjualan, penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang usaha tak
tertagih, serta beban piutang tak tertagih.

Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan


pengujian substantif atas transaksi adalah sama dan mencakup langkah-langkah berikut:

• Memahami pengendalian internal

• Menilai risiko pengendalian yang direncanakan

• Menentukan luas pengujian pengendalian

• Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk


memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi, auditor
berfokus pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan sebagai senjata untuk
mengurangi risiko pengendalian. Dalam audit perusahaan nonpublik, keputusan untuk
melakukan pengujian pengendalian didasarkan pada keefektifan pengendalian dan sejauh
mana auditor bermaksud mengandalkannya untuk mengurangi risiko pengendalian.

Auditor juga merancang pengujian substantif atas transaksi bagi setiap kelas transaksi
untuk menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah dicatat dengan benar. Seperti
pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi juga dirancang untuk setiap
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Setelah perancangan pengujian pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi bagi setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai,
auditor mengorganisasikan prosedur audit ke dalam program audit format kinerja. Tujuan dari
program audit ini adalah untuk membantu auditor menyelesaikan pengujian audit secara
efisien.

Anda mungkin juga menyukai