Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERSAMAAN SCHROEDINGER

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah


Fisika Kuantum

Disusun Oleh:
KELOMPOK

SITI SYARAH (4163321002)


DHITA THIVANI L. HUTABARAT (4163321005)
HENI DILLA PRAMADANTI (4163321010)
IVANA ANGELIA BR. TARIGAN (4163321012)
LIZA SABRINA (4163321014)
ROSVINA SIBURIAN (4163321027)
SARTIKA DEWI HUTABARAT (4163321028)

PENDIDIKAN FISIKA KELAS A (EKSTENSI)


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulisan makalah ini dapat dikerjakan dan diselesaikan.Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S.
selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika Kuantum yang telah membimbing
penyelesaian tugas ini.
Makalah ini berjudul Persamaan Schroedunger. Penulisannya bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum dan meningkatkan
pemahaman pembaca tentang persamaan Schroedinger. Mungkin, makalah ini
tidak luput dari kekurangannya. Oleh karena itu, saran konstruktif yang berguna
untuk penyempurnaan isi makalah ini, akan disambut dengan senang hati.
Akhir kata, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa
memberi motivasi dan bantuan kepada penulis sehingga penulisan makalah ini,
dapat dirampungkan.

Medan, 25 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Prinsip Ketidakpastian ............................................................................. 3
2.2 Persamaan Schroedinger .......................................................................... 5
2.3 Persamaan Schroedinger Bebas Waktu .................................................... 8
2.4 Persamaan Schroedinger Dengan Waktu ................................................. 9
2.5 Kebolehjadian ......................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gelombang zat, atau gelombang pengarah (pemandu) telah menjadi bagian
khasanah ilmu Fisika pada tahun 1925 dengan ditandai oleh munculnya hipotesa
de-Broglie. Hipotesa tentang gelombang pengarah sangat diilhami oleh studi
mengenai gerak elektron dalam atom Bohr. Gelombang zat yang senantiasa
menyertai gerak suatu zarah melengkapkan pandangan tentang dualisme zarah
gelombang. Dengan demikian perbedaan antara cahaya dan zarah, atau lebih
tegasnya antara gelombang dan zarah menjadi hilang. Gelombang cahaya dapat
berperilaku sebagai zarah, sebaliknya zarah dapat berperilaku sebagai gelombang.
Pandangan semacam itu sangat berbeda dengan persepsi manusia tentang gejal-
gajal fisik konkret yang dialami nya sehari-hari. Sejak abad ke-20 teori-teori
klasik mulai dipertanyakan kesahihannya untuk dipergunakan di tingkat atom
yang sub-atom. Satu tahun setelah postulat de-Broglie disebarluaskan seorang ahli
fisika dari Austria, Erwin Schrodinger berhasil merumuskan suatu persamaan
diferensial umum untuk gelombang de-Broglie dan dapat ditunjukkan pula
kesahihannya untuk berbagai gerak elektron. Persamaan diferensial ini yang
selanjutnya dikenal sebagai persamaan gelombang Schrodinger sebagai pembuka
jalan ke arah perumusan suatu teori mekanika kuantum yang komprehensip dan
lebih formalistik.
Pada tahun 1927, satu tahun setelah Schrodinger merumuskan persamaan
gelombangnya, Heisenberg merumuskan suatu prinsip yang bersifat sangat
fundamental. Prinsip ini dirumuskan pada waktu orang sedang sibuk mempelajari
persamaan Schrodinger dan berusaha keras untuk dapat memahami maknanya.
Pada tahun 1926, Heisenberg juga muncul dengan suatu cara baru untuk
menerangkan garis-garis spektrum yang dipancarkan oleh sistem atom.
Pendekatannya sangat lain, karena yang digunakannya adalah matriks. Hasil yang
diperoleh dengan cara ini sama dengan apa yang diperoleh melalui persamaan
Schrodinger. Mekanika kuantumnya Heisenberg dikenal sebagai mekanika

1
matriks. Secara kronologis prinsip Heisenberg muncul sesudah dirumuskannya
persamaan Schrodinger. Tetapi sebagai suatu prinsip teoritik hal itu merupakan
suatu hal yang fundamental, dan dapat disejajarkan dengan teori kuantum
Einstein, postulat de-Broglie, dan postulat Bohr. Oleh karenanya dalam
pembahasannya prinsip Heisenberg ditampilkan lebih dahulu dari persamaan
Schrodinger. Teori Planck tentang radiasi thermal, teori einstein tentang foton,
teori Bohr tentang atom Hidrogen, dan postulat de-Broglie tentang gelombang zat,
serta prinsip Heisenberg dikenal sebagai teori kuantum lama. Dalam teori
kuantum lama terkandung hampir semua landasan bagi suatu teori yang dapat
menguraikan perilaku sistem-sistem fisika pada tingkat atom dan sub-atom.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, adapun rumusan
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip ketidakpastian?
2. Apa yang dimaksud dengan persamaan Schroedinger?
3. Bagaimana persamaan Schroedinger bebas waktu?
4. Bagaimana persamaan Schroedinger dengan waktu?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan dari
pembuatan makalah adalah sebagai berikut:
1. Memahami prinsip ketidakpastian.
2. Memahami persamaan Schroedinger.
3. Memahamai persamaan Schroedinger bebas waktu.
4. Memahami persamaan Schroedinger dengan waktu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Ketidakpastian


Efek dualitas gelombang-partikel dapat dijumpai pada hal pengukuran:
secara simultan koordinat x dan komponen x dari momentum linier dari suatu
partikel mikroskopik. Suatu berkas partikel dengan momentum p, berjalan
sepanjang arah y, dan berkas tersebut kemudian jatuh pada celah sempit. Di
belakang celah tersebut ditempatkan suatu plat fotografik. Perhatikan gambar 1.

Gambar 1. Difraksi elektron oleh suatu celah

Partikel yang melewati celah dengan lebar w memiliki ketidakpastian w


pada koordinat x. Bila penyebaran disepanjang celah x adalah ∙x = w.
Sepanjang partikel makroskopik memiliki sifat gelombang, mereka akan
terdifraksi oleh suatu celah menghasilkan (sebagai berkasi sinar) suatu pola
difraksi pada suatu lempeng. Tinggi dari grafik pada gambar 1 adalah suatu
ukuran dari banyak partikel yang mencapai suatu titik yang diberikan. Pola
difraksi mengindikasikan bahwa suatu partikel yang didifraksikan oleh celah, arah
dari geraknya berubah sebagai bagian dari momentum yang dipindahkan pada
arah x. Komponen x dari momentum diberikan oleh proyeksi dari vektor
momentum pada arah-x. Suatu partikel dibelokkan ke arah atas dengan sudut 

3
memiliki momentum p sin . Suatu partikel yang dibelokkan ke arah bawah
dengan sudur  akan memiliki momentum sebesar –p sin . Maka arah dari
pembelokkan partikel memiliki rentang - sampai  dimana  adalah sudut
untuk minimum pertama pada pola difraksi, kita kan mengambil ½ dari
penyebaran nilai momentum dari pusat puncak difraksi pusat sebagai ukuran dari
ketidak pastian px pada komponen momentum x: px = p sin 

Maka pada celah, dimana pengukuran dibuat,

xpx  pw sin 

Sudut  dimana difraksi minimum pertama terjadi siap dihitung. Kondisi untuk
minimum pertama adalah perbedaan dari jarak tempuh dari partikel melewati
celah pada ujung atas dan partikel melewati pusat celah sama dengan ½ , dimana
 adalah panjang gelombang dari gelombang. Gelombang yang berasal dari atas
celah kemudian secara pasti keluar dari fase sedangkan gelombang dari pusat
celah; keduanya juga saling meniadakan. Gelombang yang berasal dari suatu titik
pada celah pada jarak d di bawah titik tengah celah dan gelommbang yang berasal
dari jarak d di bawah bagian atas dari celah. Penggambaran AC pada gambar 2.
menunjukkan bahwa AD = CD, kita memiliki perbedaan dari panjang jejak
sebagai BC. Jarak dari celah ke lempeng besar dibandingkan dengan lebar celah.

Gambar 2. Perhitungan difraksi minimum pertama

4
Maka AD dan BD hampir parallel. Ini membuat sudut ACD sudut kearah kanan
dan maka BAC = . Perbedaan jejak BC kemudian 1
2 w sin  . Bila BC = ½ ,

maka nilai w sin  =  dan persamaan (1.5) menjadi xpx  p . Panjang

gelombang  diberikan oleh hubungan de Broglie   h / p , maka xpx  h .

Bila ketidakpastian belum secara tepat didefinisikan, tanda kesamaan adalah tidak
benar-benar menunjukkan kepastian, maka sebaiknya kita akan tulis

xpx  h

Mengindikasikan bahwa perkalian dari ketidakpastian pada x dan px ada pada


orde besaran konstanta Planck.
Walaupun telah didemostrasikan hanya untuk satu set eksperimen,
validitasnya adalah umum. Tidak masalah apa usaha yang dibuat, dualitas
gelombang-partikel dari ‘partikel’ mikroskopik membuat suatu batasan terhadap
kemampuan untuk mengukur secara simultan posisi, akurasi berkurang untuk
penentuan momentum. (Pada gambar 1 sin  = /w, makapenyempitan celah akan
meningkatkan penyebaran pada pola difraksi.) Keterbatasan ini disebut dengan
prinsip ketidakpastian yang ditemukan pada tahun 1927 oleh Werner
Heisenberg.
Dikarenakan dualitas gelombang-partikel, pekerjaan-pekerjaan
pengukuran disertai deengan gangguan-gangguan yang tidak terkontrol yang juga
ikut diukur. Kita akan memulai dengan partikel yang memiliki nilai tepat dari px
(nol); dengan pemaksaan terhadap celah, kita mengukur koordinat-x dari suatu
partikel pada akurasi w, tetapi pengukuran ini akan menghasilkan suatu
ketidakpastian kedalam nilai px suatu partikel. Pengukuran selalu merubah
keadaan dari sistem.

2.2 Persamaan Schroedinger


Erwin Schrodinger (1887-1961), merumuskan teori mekanika gelombang,
yang menggambarkan perilaku partikel kecil yang membentuk segi materi
gelombang. Pembuktian mekanika gelombang, Schrodinger meneruskan

5
penemuan Louis de Broglie yaitu elektron atau partikel memiliki sifat gelombang
yang tidak memiliki posisi tertentu di dalam ruang. Persamaan dinamika Newton
yang sedianya untuk menjelaskan gerak elektron digantikan oleh persamaan
Schrodinger yang menyatakan fungsi gelombang untuk elektron. Untuk model
atom pada prinsip ini disebut model atom mekanika kuantum.
Persamaan Schrödinger menghasilkan seperangkat fungsi keadaan yang
bergantung pada tiga bilangan kuantum n, l, ml.yn,l,ml dinyatakan maps out
probabilitas lokasi elektron. Fungsi ini ditunjukkan sebagai orbital-orbital.

Posisi dan keberadaan elektron di dalam atom dinyatakan sebagai


peluang terbesar elektron di dalam atom. Pada gambar atom diatas,Ψ elektron
mengandung tiga bilangan kuantum yang jika ditentukan akan diperoleh hasil
berupa orbital. Ketiga bilangan kuantum ini adalah bilangan kuantum utama,
orbital, dan magnetik. Ψ2 menggambarkan rapatan muatan elektron atau peluang
menemukan elektron pada suatu titik dalam atom. Ketiganya digambarkan dalam
proyeksi 3 dimensi :
Ψ *Ψdx dy dz
probabilitas keberadaan elektron pada waktu t tertentu dalam volume dx dydz di
sekitar titik (x, y, z); Ψ* adalah konjugat dari Ψ. Jadi persamaan Schrodinger tidak
menentukan posisi elektron melainkan memberikan probabilitas bahwa ia akan
ditemukan di sekitar posisi tertentu. Kita juga tidak dapat mengatakan secara pasti

6
bagaimana elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan momentum
elektron dibatasi oleh prinsip ketidakpastian Heisenberg.
Persamaan gelombang partikel (misalnya elektron) yang bergerak dalam
satu arah (misalnya arah x) diberikan oleh:
Persamaan gelombang partikel (misalnya elektron) yang bergerak dalam
satu arah (misalnya arah x) diberikan oleh:
(-h2/8π2m)(d2Ψ /dx2) + VΨ = EΨ
m adalah massa elektron, V adalah energi potensial sistem sebagai fungsi
koordinat, dan Ψ adalah fungsi gelombang.
Contoh paling sederhana persamaan Schrödinger adalah sistem satu
elektron dalam potensialkotak satu dimensi. Misalkan enegi potensial V elektron
yang terjebak dalam kotak (panjangnya a) adalah 0 dalam kotak (0 < x < a) dan, di
luar kotak. Persamaan Schrödinger di dalam kotak menjadi:
d2Ψ /dx2 = (-8π2mE/h2)Ψ
Ψ = 0 di x = 0 dan x = a
Persamaan berikut akan didapatkan sebagai penyelesaian persamaan-
persamaan di atas:
Ψ (x) = (-2/a)sin(n π x/a)
Perlu diingat bahwa n muncul secara otomatis. Persamaan gelombang Ψ
sendiri tidak memiliki maknafisik. Kuadrat nilai absolut Ψ, Ψ2, merupakan
indikasi matematis kebolehjadian menemukan elektron dalam posisi tertentu, dan
dengan demikian sangat penting sebab nilai ini berhubungan dengan kerapatan
elektron. Bila kebolehjadian menemukan elektron pada posisi tertentu
diintegrasikan di seluruh ruang aktif, hasilnya harus bernilai satu, atau secara
metematis:
∫Ψ 2dx = 1
Energinya (nilai eigennya) adalahE = n2h2/8ma2; n = 1, 2, 3...
Jelas bahwa nilai energi partikel diskontinyu.
Perbedaan pokok antara mekanika klasik dengan mekanika kuantum
terletak pada cara penggambarannya. Dalam mekanika klasik, masa depan partikel
dapat ditentukan berdasarkan keadaan awal (kedudukan awal, momentum awal)

7
serta gaya-gaya yang bekerja padanya melalui hukum kedua Newton. Artinya
dengan menyelesaikan secara matematis dari hukum kedua Newton, maka bisa
diketahui dengan pasti kedudukan dan momentum partikel untuk setiap saat.
Dalam mekanika kuantum ketentuan tentang keadaan masa depan partikel
seperti pada mekanika klasik tidak mungkin diperoleh, karena kedudukan dan
momentum awal tidak dapat diperoleh dengan ketelitian yang cukup.

2.3 Persamaan Schroedinger Bebas Waktu


Dalam banyak situasi energi potensial sebuah partikel tidak bergantung
dari waktu secara eksplisit, gaya yang bereaksi padanya, jadi juga V, hanya
berubah terhadap kedudukan partikel.
Jika hal itu benar, persamaan Schrodinger dapat disederhanakan dengan
meniadakan ketergantungan terhadap waktu t. Fungsi gelombang partikel bebas
dapat ditulis

ini berarti, Ψ merupakan perkalian dari fungsi bergantung waktu e-(iE/h)t dan fungsi
yang bergantung kedudukan ψ. Kenyataanya, perubahan terhadap waktu dari
semua fungsi partikel yang mengalami aksi dari gaya jenuh mempunyai bentuk
yang sama seperti pada partikel bebas.
Persamaan keadaan jenuh schrodinger dalam satu dimensi

Persamaan keadaan jenuh schrodinger dalam tiga dimensi

Pada umumnya kita dapat memperoleh suatu fungsi gelombang Ψ yang


tidak saja memenuhi persamaan dan syarat batas yang ada tetapi juga
turunannmya jenuh, berhingga dan berharga tunggal dari persamaan keadaan

8
jenuh Schrodinger. Jika tidak, sistem itu tidak mungkin berada dalam keadaan
jenuh.
Jadi kuantitas energi muncul dalam mekanika gelombang sebagai unsur
wajar dari teori dan kuantitas energi dalam dunia fisis dinyatakan sebagai jejak
universal yang merupakan ciri dari semua sistem yang mantap.
Persamaan gelombang partikel bebas

Ambil persamaan Schrodinger yang bergantung waktu,

Analog terhadap persamaan schrodinger adalah tali terbentang yang


panjangnya L yang keduanya terikat.

2.4 Persamaan Schroedinger Dengan Waktu


Dalam mekanika kuantum, fungsi gelombang Ψ bersesuaian dengan
variabel gelombang y dalam gerak gelombang umumnya. Namun, Ψ bukanlah
suatu kuantitas yang dapat diukur, sehingga dapat berupa kuantitas kompleks.
Karena itu, kita akan menganggap Ψ dalam arah x dinyatakan oleh :

9
Sehingga :

Persamaan di atas merupakan penggambaran matematis gelombang


ekuivalen dari partikel bebas yang berenergi total E dan bermomentum p yang
bergerak dalam arah +x. Namun, pernyataan fungsi gelombang Ψ hanya benar
untuk partikel yang bergerak bebas.
Sedangkan untuk situasi dengan gerak partikel yang dipengaruhi berbagai
pembatasan untuk memecahkan Ψ dalam situasi yang khusus, kita memerlukan
persamaan Schrodinger.
Pendekatan Schrodinger disebut sebagai mekanika gelombang. Persamaan
Schrodinger dapat diperoleh dengan berbagai cara, tetapi semuanya mengandung
kelemahan yang sama yaitu persamaan tersebut tidak dapat diturunkan secara
ketat dari prinsip fisis yang ada karena persamaan itu sendiri menyatakan sesuatu
yang baru dan dianggap sebagai satu postulat dari mekanika kuantum, yang dinilai
kebenarannya atas dasar hasil-hasil yang diturunkan darinya.
Persamaan Schrodinger diperoleh mulai dari fungsi gelombang partikel
yang bergerak bebas. Perluasan persamaan Schrodinger untuk kasus khusus
partikel bebas (potensial V = konstan) ke kasus umum dengan sebuah partikel
yang mengalami gaya sembarang yang berubah terhadap ruang dan waktu
merupakan suatu kemungkinan yang bisa ditempuh, tetapi tidak ada satu cara pun
yang membuktikan bahwa perluasan itu benar.
Yang bisa kita lakukan hanyalah mengambil postulat bahwa persamaan
Schrodinger berlaku untuk berbagai situasi fisis dan membandingkan hasilnya
dengan hasil eksperimen. Jika hasilnya cocok, maka postulat yang terkait dalam
persamaan Schrodinger sah, jika tidak cocok, postulatnya harus dibuang dan
pendekatan yang lain harus dijajaki.

10
dimana energi potensial partikel V merupakan fungsi dari x, y, z dan t.
Dalam kenyataanya, persamaan Schrodinger telah menghasilkan ramalan
yang sangat tepat mengenai hasil eksperimen yang diperoleh. Pada rumus terakhir
diatas hanya bisa dipakai untuk persoalan non relativistik dan rumusan yang lebih
rumit jika kelajuan partikel yang mendekati cahaya terkait.
Karena persamaan itu bersesuaian dengan eksperimen dalam batas-batas
berlakunya, kita harus mengakui bahwa persamaan Schrodinger menyatakan suatu
postulat yang berhasil mengenai aspek tertentu dari dunia fisis.
Betapapun sukses yang diperoleh persamaan Schrodinger, persamaan ini
tetap merupakan postulat yang tidak dapat diturunkan dari beberapa prinsip lain,
dan masing-masing merupakan rampatan pokok, tidak lebih atau kurang sah
daripada data empiris yang merupakan landasan akhir dari postulat itu. Penjabaran
Persamaan Schrodinger bergantung waktu.
ψ ~ (identik) dengan y dalam gerak gelombang umum
ψ : menggambarkan keadaan gelombang kompleks yang tak dapat terukur

Maka

Energi totalnya

11
Persamaan gelombangnya menjadi

Kita tahu bahwa energi total

12
2.5 Kebolehjadian
Kebolehjadian memainkan peranan dalam mekanika kuantum. Pada seksi
ini, kita mengulas matematika dari kebolehjadian.
Terdapat banyak kontroversi mengenai definisi yang sesuai dari
kebolehjadian. Satu definisi adalah sebagai berikut: Jika suatu eksperimen
memiliki n keboleh jadian keluaran yang sama, m darinya merupakan keberadaan
dari kejadian tertentu A, maka Kebolehjadian dari A adalah m / n . Catatan bahwa
definisi tersebut adalah melingkar, selama kemungkinan keluaran sama,
Kebolehjadian adalah apa yang kita definisikan. Suatu asumsi sederhana bahwa
kita mengenali keluaran yang mungkin sama. Suatu definisi alternatif adalah
berdasarkan pengerjaan eksperimen yang dilakukan beberapa kali. Andaikan kita
melakukan ekperimen sebanyak N kali dan dalam M dari N tersebut terjadi
kejadian A. Maka keboleh jadian A didefinisikan sebagai:

M
lim
N  N

Maka, jika kita melemparkan koin berulang-ulang, fraksi dari gambar kepala akan
mendekati ½ sejauh kita menambah jumlah dari lemparan koin.
Sebagai contoh, bila kita mengambil kartu secara random dan menghitung
keboleh jadian dari gambar hati. Terdapat 52 kartu dan keluaran yang sama adalah
52. Jika terdapat 13 gambar hati, maka terdapat 13 keluaran yang dikehendaki.
Sehingga m
n  13
54  4
1
. Maka kebolehjadian untuk gambar hati tersebut adalah ¼.
Kadangkala kita menghendaki keboleh jadian dua kejadian yang
berhubungan yang kedua terjadi. Sebagai contoh, kita menghendaki keboleh
jadian dari dua kartu bergambar hati dari 52 kartu yang akan dibagikan pada dua
kesempatan, dengan asumsi kita tidak menggantikan kartu pertama yang telah
dibagikan. Terdapat 52 kebolehjadian keluaran pada pertama kali kartu dibagikan
dan kemudian 51 kemungkinan pada saat kartu kedua akan dibagikan. Kita
memiliki 52  51 buah keboleh jadian keluaran. Kemudian terdapat 13 gambar hati
pada kesempatan pertama dan 12 kesempatan kedua. Maka kebolehjadian untuk
1312
dua kesempatan tersebut adalah 5251
=1/7. Perhitungan ini mengilustrasikan

13
teorema bahwa Kebolehjadian dua kesempatan A dan B adalah kebolehjadian
dari kesempatan A dikalikan dengan kondisi kebolehjadian dari kesempatan B,
dengan mengasumsikan bahwa A terjadi, maka kebolehjadian-nya dapat dihitung.
Maka jika A adalah kebolehjadian kartu bergambar hati pada kesempatan
13
penarikan pertama, kebolehjadiannya adalah 52
. Sedangkan kebolehjadian pada
12
kesempatan kedua adalah 51
, karena tinggal 12 gambar hati yang masih tersisa.
12
Maka, seperti yang dihitung sebelumnya kebolehjadiannya adalah 13
5251

Mekanika kuantum berhubungan dengan kebolehjadian yang melibatkan


variabel kontinyu, sebagai contoh, koordinat x. Bila kita berbicara tentang partikel
yang berada pada suatu titik, x = 0.5000… karena terdapat sejumlah titik yang
tidak terbatas di sepanjang sumbu x dan untuk setiap pengukuran tertentu,
kebolehjadian untuk mendapatkan tepat 0.500 akan makin kecil. Kebalikannya
bila kita berusaha untuk menemukan suatu partikel pada suatu rentang sepanjang
sumbu-x, misalnya x sampai x + dx. Dx merupakan unsur tak hingga dari panjang.
Kebolehjadian ini proporsional terhadap panjang pada rentang kecil, dx dan
bervariasi untuk wilayah yang berbeda pada sumbu-x. Maka kebolehjadian untuk
partikel ditemukan diantara x dan x + dx adalah sama dengan g(x) dx, dimana
g(x) adalah beberapa fungsi yang menunjukkan bagaimana kebolehjadian akan
bervariasi disepanjang sumbu-x. Fungsi g(x) disebut dengan kerapatan
kebolehjadian, yang merupakan kebolehjadian per satuan panjang. Bila
kebolehjadian merupakan bilangan nyata, bilangan non-negatif, g(x) haruslah
fungsi nyata disetiap tempat yang non-negatif. Fungsi gelombang  dapat saja
negatif dan bernilai kompleks dan bukan kerapatan kebolehjadian. Mekanika

kuantum memprostulatkan bahwa kerapatan kebolehjadian diberikan oleh  .


2

Apakah yang dimaksud dengan kebolehjadian dimana suatu partikel


berada pada beberapa wilayah terbatas dari ruang a  x  b ? Untuk menentukan

kebolehjadian, kita menambahkan kebolehjadian  dx dalam menemukan suatu


2

partikel disemua wilayah yang terbentang diantara a dan b. Hal ini hanya
merupakan definisi dari integral terbatas

14
b

 dx  Pr(a  x  b)
2

dimana Pr melambangkan kebolehjadian. Suatu kebolehjadian 1 mewakili


kepastian. Bila kepastian tersebut merupakan suatu partikel disemua tempat
disepanjang sumbu-x, kita memiliki keperluan

 dx  1
2

x

dimana  memenuhi (1.23) disebut normalisasi. Untuk keadaan stasioner


x
   dx  1
2 2 2
dan
x

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Walaupun telah didemostrasikan hanya untuk satu set eksperimen,
validitasnya adalah umum. Tidak masalah apa usaha yang dibuat, dualitas
gelombang-partikel dari ‘partikel’ mikroskopik membuat suatu batasan
terhadap kemampuan untuk mengukur secara simultan posisi, akurasi
berkurang untuk penentuan momentum. (Pada gambar 1 sin  = /w,
makapenyempitan celah akan meningkatkan penyebaran pada pola difraksi.)
Keterbatasan ini disebut dengan prinsip ketidakpastian.
2. Persamaan dinamika Newton yang sedianya untuk menjelaskan gerak
elektron digantikan oleh persamaan Schrodinger yang menyatakan fungsi
gelombang untuk elektron.
3. Dalam banyak situasi energi potensial sebuah partikel tidak bergantung dari
waktu secara eksplisit, gaya yang bereaksi padanya, jadi juga V, hanya
berubah terhadap kedudukan partikel. Jika hal itu benar, persamaan
Schrodinger dapat disederhanakan dengan meniadakan ketergantungan
terhadap waktu t. Fungsi gelombang partikel bebas dapat ditulis

4. Perluasan persamaan Schrodinger untuk kasus khusus partikel bebas


(potensial V = konstan) ke kasus umum dengan sebuah partikel yang
mengalami gaya sembarang yang berubah terhadap ruang dan waktu
merupakan suatu kemungkinan yang bisa ditempuh, tetapi tidak ada satu cara
pun yang membuktikan bahwa perluasan itu benar.

16
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat positif dan
membangun, maka dari itu untuk memperbaiki semua sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Atkins. 1992. Physical Chemistry, Third Edition. New York: John Willey and
Son.
Castellan G. 1983. Physical Chemistry, Third Efition. New York: Addition
Wesley Publishing Company.
Sakurai, J.J. dan Jim Napolitano. 1994. Modern Quantum Mechanics (2nd
Edition). London: Pearson Education Inc.
Sudiarta, I Wayan. 2012. Mekanika Kuantum. Mataram: Universitas Mataram.
Sutopo. 2003. Pengantar Fisika Kuantum. Malang: JICA.

18

Anda mungkin juga menyukai