Anda di halaman 1dari 2

Budaya bangsa memang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebuah negara.

Bahkan
kedaulatannya. Bagaimana budaya itu tumbuh dan berkembang akan mencerminkan apakah
budaya itu benar-benar menjadi sebuah kepribadian bangsa. Budaya orang Jepang memang
terkenal sangat disiplin. Termasuk di dunia kerja. Sehingga istilah ‘sikap kerja 5 S’ sebenarnya
sudah tidak asing lagi bagi para pekerja di sana, bahkan pelajar/mahasiswa yang memang sedang
belajar mengenai budaya kerja di sana.

Adalah seorang bernama Takashi Osada. Seorang direktur pada Institute of Productive
di Nagoya Jepang. Dia menerbitkan buku yang kurang lebih memaparkan sedikit konsepsi apa
itu sikap kerja 5 S. Buku yang sebenanya sudah cukup lama, terbitan tahun 2000, tetapi isi atau
konten di dalamnya masih bagus menjadi rujukan landasan teori. Meskipun buku ini adalah
terjemahan.

Landasan filosofis 5 S pada mulanya dirancang untuk menghilangkan pemborosan. Sehingga


tercipta utilitas tinggi yang menopang pula tingginya produktivitas. Efisien dan efektif sudah
pasti tercipta. Landasan 5 S bisa dibilang sangat filosofis karena mengandung arti atau makna
mendalam di setiap istilah kata. Beberapa istilah Jepang lain dalam dunia kerja yang selama ini
dikenal yakni Kaizen (penyempurnaan berkesinambungan dengan proses yang sedikit demi
sedikit), sistem Kanban, hingga konsep ideal zero inventory yang menciptakan just in time.
Istilah-istilah tersebut juga mempunyai keterkaitan dengan sikap kerja 5 S. Sikap kerja ini bisa
diterapkan di mana saja, misalnya di kantor (office), lantai produksi bahkan gudang bahan baku.
Tetapi juga tidak menjadi masalah ketika sikap kerja ini diaplikasikan dalam kehidupan pribadi
secara umum. Penulis memang kurang menjelaskan detail dari mana istilah dalam 5 S itu lahir
dan terbentuk. Tetapi cukup detail dalam memberikan gambaran dan contoh nyata.

Seiri

Artinya pemilahan. Seorang profesor dari universitas Kyoto bernama


Yuji Aida mendefinisikan sebagai ‘seni membuang’. Mengapa? Karena dengan adanya
pemilahan maka barang-barang yang tidak terpakai akan terdefinisi dan menjadi tidak terpakai
atau dengan kata lain sudah menjadi sampah. Metode lain yang dipaparkan dalam sikap kerja ini
sebagai rujukan yakni Diagram Pareto (pencetus adalah Vilfredo Pareto) dan metode KJ
(pencetus adalah Jiro Kawakita).

Seiton
Artinya penataan. Contoh sederhananya dengan memberi label barang pada waktu seorang
sekretaris menata inventaris kantor.

Seiso

Artinya adalah pembersihan. Membersihkan berarti memeriksa. Misalnya seorang pekerja


gudang logistik finished goods yang sedang beres-beres membersihkan sampah ketika loading
dan unloading, maka pekerja tersebut harus pula mengecek atau memeriksa jangan sampai
barang yang seharusnya masuk ke gudang secara tidak sengaja terbuang dengan percuma.

Seiketsu

Artinya adalah pemantapan. Sikap ini berawal dari pemeliharaan dan pengendalian. Dengan
adanya pemeliharaan yang berkelanjutan dan diiringi kontrol atau kendali terhadap sikap kerja,
maka seorang pekerja akan mantap dalam bekerja.

Shiketsu

Artinya adalah pembiasaan. Praktek adalah pembelajaran yang paling baik dalam bekerja adalah
learning by doing. Dan hal itu akan tercipta bukan hanya setelah kemantapan tetapi setelah
dilakukan berulang-ulang. Dengan adanya pembiasaan.

Memang terlihat sangat sederhana. Jika dicontohkan di Indonesia maka akan seperti
membiasakan membuang sampah di tempatnya, menata rak buku dan lain sebagainya. Tetapi
pelajaran yang bisa dipetik dari kebudayaan sikap kerja Jepang ini adalah bangsa Jepang sangat
memperhatikan detail dalam berkerja dan sungguh-sungguh. Ada nilai-nilai lain yang dibina dan
diterapkan secara menyeluruh sehingga budaya bangsa tercerminkan. Kelima sikap kerja ini
sebenarnya merupakan sebuah kesatuan yang tak terelakkan. Apabila benar-benar dijadikan
sebuah sikap yang memunculkan kepribadian dan jati diri sebagai orang yang berkeja penuh
profesionalitas.

Anda mungkin juga menyukai