Asher Juniar*
10-2011-201
*Alamat Korespondensi:
Asher Juniar
Pendahuluan
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah besar
yang sudah terdapat sejak lahir. Perkataan struktural menyingkirkan aritmia jantung. Perlu
diingatkan bahwa tidak semua penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah
lahir, tidak jarang penyakit jantung bawaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien
berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun.
Prevalensi penyakit jantung bawaan dapat pula dipengaruhi oleh kemajuan ilmu
kedokteran itu sendiri. Misalnya, sekarang lebih banyak bayi berat badan rendah yang dapat
hidup akibat perawatan yang lebih baik.
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan
dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah
defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-
15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi
fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling
sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah
tumbuh.
o Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
o Skoliosis (ke arah kanan)
o Serangan sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas
kusmaul,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
o Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
o Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
Perkusi
o Perkusi dinding dada bayi dan anak kecil biasanya tidak memberi informasi
yang akurat mengenai besar dan bentuk jantung. Inspeksi dan palpasi yang
cermat dapat memberikan informasi yang lebih baik. Pada anak besar dan
dewasa muda dapat dilakukan perkusi yang cermat untuk menentukan bentuk
dan besar jantung. Namun pemeriksaan foto toraks yang mudah dilakukan
dimana-mana merupakan cara terbaik untuk menentukan besar dan bentuk
jantung.
Auskultasi
o Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal ,
Bisingnya ada 2 macam, yaitu : bising sistolik keras dengan nada tinggi
terdengar terkeras pada sela iga 4 linea parasternalis kiri yang merupakan
bising VSD dan bising sistolik ejeksi dengan nada sedang, berbentuk
fusiform, dengan amplitudo maksimum pada akhir sistol dan berakhir dekat
suara ke-2. bising ejeksi sistolik ini adalah bising stenosis pulmonal,
intensitasnya bervariasi berbanding terbalik dengan derajat stenosis pulmonal.
karena tekanan sistolik antara ventrikel kanan dan kiri hampir sama. Pada
serangan anoksia bising menghilang (aliran darah ke paru sangat sedikit/tidak
ada)
o Bunyi jantung I keras (penutupan trikuspid yang kuat).
o Bunyi jantung II terpisah dengan komponen pulmonal yang lemah.1,2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
Working diagnosis
Tetralogi Fallot (TF)
Etiologi
TF adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah
kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum septum
intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit
Epidemiologi
Tetralogi Fallot adalah kelainan jantung sianotik paling banyak yang tejadi pada 5
dari 10.000 kelahiran hidup. TF umumnya berkaitan dengan kelainan jantung lainnya
seperti defek septum atrial. 4-8
Patofisiologi
TF adalah golongan PJB sianotik yang terbanyak ditemukan yang terdiri dari 4
kelainan, yaitu VSD tipe perimembranus subaortik, aorta overriding, PS infundibular
dengan atau tanpa PS valvular dan hipertrofi ventrikel kanan. Frekuensi TF lebih kurang
Manifestasi Klinis
Pada stenosis pulmonal ringan, bayi dapat datang dengan gagal jantung kongesti
karena adanya shunt dari kiri ke kanan setinggi ventrikel. Karena tekanan pada ventrikel
kanan masih lebih rendah dari ventrikel kiri (stenosis pulmonal yang ringan). Hal ini akan
menyebabkan terjadinya hipertrofi dinding ventrikel kanan termasuk hipertrofi dari
infundibulum ventrikel kanan. Akibat proses hipertrofi infundibulum dan proses
pertumbuhan anak itu sendiri, baru akan menimbulkan gejala sianosis pada kurang lebih
usia satu tahun. Sehingga sianosis tidak langsung tampak saat bayi baru lahir. Sianosis
akan sangat mencolok pada mukosa bibir dan mulut serta ujung jari kaki dan tangan.
Pada stenosis pulmonal berat, pada awalnya sirkulasi darah ke paru masih
memiliki pasokan dari duktus arteriosus. Tetapi bila duktus arteriosus tertutup segera
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan Tetralogi Fallot adalah memberikan segera pasokan darah ke
pulmonal dengan segera untuk mencegah hipoksia, baik itu dengan terapi bedah dan terapi
medik.
Oksigenisasi dan pengaturan suhu tubuh yang normal sangat penting selama
observasi. Hipoksia berat dapat berlanjut pada syok, gagal nafas, dan asidosis yang dapat
mengurangi angka harapan hidup pada bayi setelah prosedur bedah. Suhu dingin akan
meningkatkan kebutuhan bayi akan oksigen sehingga mempersulit tubuh bayi yang sudah
mengalami keterbatasan penyaluran oksigen. Hipoksia juga dapat menyebabkan
hipoglikemia pada bayi sehingga kadar gula darah juga harus dipantau.
Bila terjadi serangan hipoksik dapat dilakukan,
a. Menempatkan bayi dalam keadaan knee-chest position, dan memastikan tidak ada
pakaian ketat.
b. Oksigenasi
c. Injeksi morfin subkutan dengan dosis tidak lebih dari 0,2mg/kg.
d. Tes darah dapat dilakukan ketika anak sudah membaik, karena pengambilan darah
segera saat serangan dapat membuat anak semakin gelisah.
e. Bila terjadi asidosis metabolik (PO2 arterial dibawah 40mmHg) koreksi cepat dengan
pemberian natrium bikarbonat iv. Pantau pH darah dengan seksama agar tidak terjadi
asidosis ulang.
f. Pemberian propanolol (0,1-0,2mg/kgBB) dapat memebantu mengatasi serangan berat
dengan takikardi.
Komplikasi
Pada bayi dengan tetralogi fallot , kemungkinan abses otak dan endokarditis
bakterialis dapat terjadi. Gejala kurang gizi juga dapat menyertai karena asupan nutrisi
yang kurang. 1-6
Pencegahan
Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan
embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar
dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
Faktor Prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
Pronogsis
Tanpa operasi prognosis buruk, rata-rata hanya mencapai umur 15 tahun tetapi hal ini
semuanya tergantung pada besar kelainannya. Ancaman pada anak dengan TF adalah
abses otak pada umur 2-3 tahun. Gejala neurologis disertai dengan demam dan
leukositosis patut dicurigai sebagai abses otak. 1-6
Jika bayi dengan TF ada gangguan neurologis lebih cenderung untuk didiagnosis
trombosis pembuluh darah otak daripada abses otak. Anak dengan TF lebih mudah
mengalami pendarahan karena berkurangnya trombosit dan fibrinogen serta kemungkinan
untuk timbul endokarditis bakterialis selalu ada. 1-6
Daftar Pustaka
1. Behrman Richard E. Vaughan Victor. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi-2. Jakarta: ECG;
2005. hal: 726-733.
2. Latief Abdul, Napitupulu Partogi M. Pudjiadi Antonius, Ghazali M.V. Putra Sukman
Tulus. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta : Universitas Indonesia; 2007. hal: 725-728.
3. Rubenstein David, Wyne David, Bradley John. Kedokteran Klinis. Edisi-6. Jakarta:
Erlangga; 2007. hal: 329-334.
4. Ilmu kesehatan anak. Cetakan kesebelas. Jakarta : Percetakan Infomedika Jakarta. 2007.
5. Stoll BJ, et al (May 2003). Nelson Textbook of Pediatrics 18th edition: Chapter 429-
Cyanotic kongenital heart disease. USA: Saunders company.2007.pg:1906-25.
6. Rudolph A.M, Hoffman J.I.E, Rudolph C. Buku ajar pediatri volume 3 edisi 20:Sistem
sirkulasi. Jakarta:EGC.2006.h:1603-64.
7. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchell RN. Robbins Basic Pathology. 8th
ed.Congenital heart disease. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.p.382-87.