Anda di halaman 1dari 7

KARAKTERISTIK HASIL UJI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN YANG

DICURIGAI MENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI RSU SURYA HUSADHA


TAHUN 2013

Intan Astariani1, I Wayan Putu Sutirta Yasa2, A.A. Wiradewi Lestari2


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
2
Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK
Tuberkulosis Paru (TB) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan tetap menjadi permasalahan dunia sampai saat ini. Indonesia menduduki
peringkat kelima sebagai negara penyumbang kasus TB dengan prevalensi TB 285 per 100.000
penduduk dengan angka kematian mencapai 27 per 100.000 penduduk. Untuk mengurangi angka
kejadian TB perlu dilakukan suatu pencegahan yang baik dan pengobatan yang tepat untuk
penderita yang sudah terdiagnosis TB. Agar pengobatan tepat, diagnosis TB perlu ditegakkan
sedini mungkin sehingga diperlukan suatu uji diagnostik yang tepat. Uji bakteri tahan asam
(BTA) menjadi metode utama untuk diagnosis TB di negara berkembang. Namun pada data
terbaru ditemukan uji BTA memiliki keterbatasan pada sensitivitas dan spesifisitasnya.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui prevalensi hasil uji BTA pada pada pasien yang dicurigai
TB (suspek TB) dan melakukan uji BTA di RSU Surya Husadha tahun 2013 dan karakteristik
pasien yang melakukan uji BTA tersebut.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional non-eksperimental memakai data
sekunder dari Laboratorium RSU Surya Husadha. Sampel penelitian merupakan seluruh hasil uji
bakteri tahan asam (BTA) pada pasien yang diperiksa di Laboratorium RSU Surya Husadha pada
tahun 2013 yaitu berjumlah 287.
Hasil penelitian didapatkan dari 287 orang yang melakukan uji BTA di RSU Surya Husadha
tahun 2013, pasien yang lengkap mengumpulkan sampel 3 kali sebanyak 257 orang (89.55%)
dan yang tidak lengkap mengumpulkan sampel sebanyak 30 orang (10.45%). Dari pasien dengan
sampel lengkap hasil positif yang menggambarkan prevalensi suspek TB sebanyak 31 orang
(12.06%), hasil negatif sebanyak 219 orang (81.21%), dan yang perlu uji ulang sebanyak 7 orang
(2.72%).

Kata Kunci : tuberkulosis, BTA, Mycobacterium tuberculosis

1
CHARACTERISTIC OF TEST RESULT OF ACID-FAST BACILLUS (AFB) SMEAR
AMONG PATIENTS WHO SUSPECT WITH TUBERCULOSIS IN SURYA HUSADHA
HOSPITAL 2013
ABSTRACT
Lung Tuberculosis is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis and
still become the world problem until today. Indonesia placed the fifth rank as the country with
tuberculosis and the prevalence was 285 cases in 100.000 people with the mortality rate 27 death
in 100.000 people. To reduce the cases of tuberculosis, the best prevention and appropriate
treatment become very important. The diagnosis of tuberculosis must define precisely, so it
needs an accurate diagnostic method. Acid-fast bacillus (AFB) smear test become the primary
method to define tuberculosis diagnostic in developing country, but it has limitation in specificity
and sensitivity.
The aim of this research is to know the prevalence of test result of AFB smear among patients
who suspect with tuberculosis in Surya Husadha Hospital 2013 and the characteristic of the
patients.
This research using cross sectional non-experimental method with secondary data from
Laboratory of Surya Husadha Hospital. The sample was all the test result of acid-fast bacillus
smear among patients who were tested in the Laboratory in 2013. Total of sample was 287.
The result of this research was from 287 patients who had acid-fast bacillus smear in Laboratory
of Surya Husadha Hospital in 2013, the patients who collected their sputum completely was 257
patients (89.55%) and non-completely sputum was 30 patients (10.45%). From the complete
sputum, the positive result which is shows the prevalence of suspect tuberculosis was 31 patients
(12.06%), negative result was 219 patients (81.21%), and the sample who needed retest was 7
patients (2.72%).

Keywords: tuberculosis, acid-fast bacillus smear, Mycobacterium tuberculosis

PENDAHULUAN meninggal karena penyakit tersebut


(940.000 meninggal karena TB dengan HIV-
Tuberkulosis Paru (TB) merupakan penyakit negatif dan 320.000 HIV-positif).2
infeksi kronis yang sering dikaitkan dengan
daerah urban, populasi yang padat dan Sedangkan di Indonesia sendiri menurut
ventilasi bangunan yang buruk. data Pengendalian Tuberkulosis (TB) tahun
Tuberkulosis adalah penyakit yang 2010, prevalensi TB adalah 285 per 100.000
disebabkan oleh Mycobacterium penduduk, sedangkan angka kematiannya 27
1
tuberculosis. per 100.000 penduduk. Indonesia
menduduki peringkat kelima sebagai
TB merupakan salah satu penyakit yang penyumbang kasus TB terbanyak di dunia.
masih tinggi prevalensinya baik di dunia Hal ini membaik dari tahun-tahun
maupun di Indonesia. Tahun 2012, sebelumnya dimana Indonesia menduduki
diestimasikan terdapat 8,7 juta insiden TB di peringkat ketiga di dunia.3
dunia yang setara dengan 125 kasus per
100.000 populasi dan 1,3 juta orang

2
Untuk tetap menurunkan angka kejadian TB sehingga sputum yang mengandung BTA
terutama di Indonesia perlu dilakukan suatu dapat dengan mudah keluar. 6
pencegahan dan pengobatan yang tepat
untuk penderita TB yang sudah terdiagnosis. Pada data terbaru, disebutkan bahwa uji
Untuk dapat melakukan pengobatan yang BTA memiliki keterbatasan yang signifikan
tepat, status penderita TB perlu ditegakkan dalam kinerjanya. Dimana, sensitivitasnya
sedini mungkin. Sehingga, diperlukan uji terganggu jika jumlah bakteri yang
diagnostik TB yang tepat. Diagnosis TB ditemukan kurang dari 5.000 organisme per
dapat ditegakkan selain dari gejala klinis dan ml sampel sputum. Karena pengumpulan
pemeriksaan fisik, juga didasarkan atas hasil dahak yang berulang, beberapa pasien tidak
pemeriksaan mikrobiologi, radiologi, datang kembali untuk pemeriksaan dahak
histopatologi, dan serologi. 1 ulang dan tidak melanjutkan pengobatan.

Pemeriksaan sputum pada orang yang Selain itu pemeriksaan BTA dengan
dicurigai sebagai penderita TB penting mikroskop sangat subjektif terhadap siapa
dilakukan karena dengan ditemukannya yang memeriksa. Namun uji BTA tetap
kuman bakteri tahan asam (BTA), diagnosis menjadi metode utama untuk diagnosis TB
TB sudah dapat dipastikan. Paling tidak paru di negara berkembang. Menurut
diperlukan tiga spesimen sputum konsekutif penelitian pada Journal of Clinical
yang dikumpulkan dengan interval waktu 8 Microbiology, pengecatan BTA memiliki
sampai 24 jam dengan paling tidak satu sensitivitas 67.5% (95% CI, 60.6-73.9) dan
spesimen sputum pada pagi hari. Deteksi spesitifitas 97.5% (95% CI, 97.0-97.9).5
BTA dapat menjadi bukti bakteriologi Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
pertama yang menandakan adanya di Indonesia khususnya di Bali sendiri
mikrobakteria pada spesimen yang mengenai uji BTA pada orang yang
4
dikerjakan. dicurigai menderita TB paru. Dalam
Pemeriksaan ini murah dan mudah penelitian ini membuktikan berapa persen
dikerjakan, tetapi kelemahannya sulit untuk hasil uji BTA yang positif dan negatif di
mendapatkan sputum terutama pada pasien laboratorium klinik RSU Surya Husadha
yang tidak batuk atau batuk tapi tidak tahun 2013.
produktif. Bahan pemeriksaan yang lain
dapat dari cairan pleura, liquor
cerebrospinal, urin, feses, dan jaringan METODE
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).
Tempat dan Waktu Penelitian
Sputum yang akan diperiksa hendaknya
masih segar. 6,7 Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
RSU Surya Husadha selama 3 bulan yaitu
Walaupun sputum sudah didapat, kuman
bulan Januari 2014 sampai Maret 2014.
BTApun kadang sulit ditemukan. Bakteri
TB baru ditemukan jika bronkus yang Rancangan Penelitian
terlibat dalam penyakit ini terbuka ke luar

3
Penelitian ini menggunakan rancangan cross Teknik Pengumpulan Data
sectional non-eksperimental dengan
mengambil data secara retrospektif dari Teknik pengumpulan data pada penelitian
Laboratorium RSU Surya Husadha. ini adalah mengambil data hasil
laboratorium dari seluruh pasien yang
Jenis dan Sumber Data datang untuk melakukan uji BTA ke RSU
Surya Husadha pada tahun 2013 yang
Data yang digunakan berupa data sekunder, diduga menderita TB.
dimana data sekunder merupakan data yang
berupa hasil uji laboratorium pasien yang Analisis Data
diperoleh dari bagian laboratorium RSU Analisis data dilakukan dengan
Surya Husadha. menggunakan perangkat lunak komputer
Populasi Penelitian SPSS 16.0 for windows. Sebelum
menganalisis data, dilakukan data entry
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah dengan coding dan editing, kemudian
semua hasil uji bakteri tahan asam (BTA) dilanjutkan dengan data cleaning sehingga
pada pasien yang diperiksa di Laboratorium diperoleh data yang baik untuk dianalisis.
RSU Surya Husadha. Analisis data dilakukan secara deskriptif
untuk mengetahui gambaran hasil uji BTA
Sampel Penelitian
pada pasien yang dicurigai menderita TB di
Sampel penelitian adalah data hasil uji RSU Surya Husadha pada tahun 2013. Hasil
bakteri tahan asam (BTA) pada pasien yang analisis disajikan dalam bentuk tabel dan
diperiksa di Laboratorium RSU Surya narasi.
Husadha tahun 2013.

Alur Penelitian HASIL


Frekuensi Hasil Uji BTA dan Karakteristik
Penelitian diawali dengan mengajukan Pasien
permohonan izin kepada Direktur RSU Penelitian ini dilakukan di laboratorium
Surya Husadha dan Kepala Unit RSU Surya Husadha dengan jumlah sampel
Laboratorium RSU Surya Husadha dengan 287 data berupa hasil pemeriksaan
mengirimkan surat. Kemudian dilanjutkan laboratorium uji BTA. Kemudian diperoleh
dengan pengambilan data hasil uji BTA prevalensi hasil uji BTA dan prevalensi
pada orang yang dicurigai sebagai penderita karakteristik pasien yang melakukan uji
TB sepanjang tahun 2013 di Laboratorium BTA yang disajikan pada Tabel 1.
Rumah Sakit Surya Husadha. Tahap
selanjutnya adalah mengkaji data yang telah
didapatkan dan menganalisis hasilnya.

4
Tabel 1. Frekuensi Hasil Pemeriksaan Uji BTA dan Karakteristik Pasien Menurut Jenis
Kelamin dan Usia
Uji BTA dan Karakteristik Pasien Frekuensi Persentase (%)
(Orang)
Hasil uji BTA dengan pengumpulan
sampel lengkap (3 kali) 257 89.6
Positif 31 12.1
Negatif 219 81.2
Perlu uji ulang 7 2.7
Hasil uji BTA dengan pengumpulan
sampel 2 kali 11 36.7
Positif 2 kali 3 27.3
Negatif 2 kali 7 63.6
Positif dan Negatif 1 9.1
Hasil uji BTA dengan pengumpulan
sampel 1 kali 18 60
Positif 1 5.6
Negatif 17 94.4
Jenis Kelamin
Laki-laki 22 71.0
Perempuan 9 29.0
Usia
Balita (0-5 tahun) 0 0
Kanak-kanak (5-11 tahun) 0 0
Remaja (12-25 tahun) 9 29.0
Dewasa (26-45 tahun) 11 35.5
Lansia (≥46 tahun) 11 35.5
Jenis kelamin
Laki-laki 557 55.9
Perempuan 439 44.1
Pada penelitian ini didapatkan jumlah pasien Dari sampel yang tidak lengkap, pasien yang
yang uji BTA di RSU Surya Husadha seba- mengumpulkan sampel sebanyak dua kali
nyak 287 orang. Dari jumlah tersebut pasien yaitu 11 orang (36.67%), yang
yang lengkap mengumpulkan sampel mengumpulkan sampel satu kali sebanyak
sebanyak tiga kali adalah sebanyak 257 18 orang (60%), sedangkan teregistrasi
orang (89.55%), dan yang tidak lengkap tetapi tidak mengumpulkan sampel sebanyak
yaitu mengumpulkan dua atau satu kali 1 orang (3.33%). Dari pasien yang
sampel sebanyak 30 orang (10.45%). Dari mengumpulkan sampel sebanyak dua kali,
pasien dengan sampel lengkap, yang yang terdata positif dua kali sebanyak 3
hasilnya positif yaitu sebanyak 31 orang orang (27.27%, ) yang terdata negatif dua
(12.06%), hasil negatif sebanyak 219 orang kali sebanyak 7 orang (63.63%), sedang-
(81.21%), dan yang perlu uji ulang sebanyak kan yang positif sekali dan negatif sekali
7 orang (2.72%). sebanyak 1 orang (9.09%). Dari pasien yang
mengumpulkan data sebanyak satu kali

5
didapatkan hasil positif sebanyak 1 orang sampel dahak karena uji BTA memerlukan
(5,56%) dan negatif sebanyak 17 orang penelitian sampel yang berulang.6
(94,44%).
Selain itu, faktor perancu yang lain adalah
Berdasarkan umur penderita, rata-rata yang jumlah bakteri di sampel sputum bisa kurang
hasil uji BTA-nya positif adalah dari usia dari 5000 ml walaupun ternyata pasien
produktif. Berdasarkan kriteria umur, tersebut positif. Tetapi karena pada sputum
kelompok dewasa dan lansia memiliki yang pasien bawa jumlah bakterinya kurang
persentase yang sama yaitu 35.48% dengan maka pasien terdiagnosis negatif
jumlah penderita 11 orang. Sedangkan berdasarkan uji BTA. Selain itu, tidak semua
kelompok usia remaja terdapat 9 orang pasien mengetahui teknik untuk
dengan hasil BTA yang positif yaitu mengeluarkan sputum sehingga perlu
29.03%. edukasi cara penampungan sputum pada
pasien sebelum pasien menyerahkan sampel
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, dari sputum.6
31 total pasien yang tercatat positif, 22 dian-
taranya yaitu 70.96% laki-laki. Sedangkan 9 Dari jenis kelamin, persentase penderita
diantaranya yaitu 29.03% adalah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
perempuan. perempuan yaitu sebesar 70.96%. Hal ini
dapat dimungkinkan dengan laki-laki yang
PEMBAHASAN lebih banyak melakukan aktivitas sehingga
Dari seluruh hasil penelitian, prevalensi lebih sering terpapar oleh bakteri penyebab
hasil uji BTA selama tahun 2013 di RSU TB. Selain itu terdapat penelitian yang
Surya Husadha yang positif jauh lebih mengaitkan kejadian TB dengan kebiasaan
sedikit dibandingkan dengan hasil uji BTA merokok. Perokok memiliki kerentanan
yang negatif. Dari seluruh pasien yang untuk terinfeksi TB karena pertahanan
melakukan uji BTA, yang lengkap saluran nafasnya melemah akibat merokok.
mengumpulkan sampel sebanyak tiga kali Efek merokok pada paru diantaranya
sejumlah 89.55% sedangkan yang tidak sebagai zat proinflamasi dan imunosupresif
lengkap sebanyak 10.45 %. Dari pasien terhadap kekebalan tubuh.9,10
dengan sampel lengkap, yang hasilnya Dari segi umur penderita, sebagian besar
positif yaitu sebanyak 31 orang (12.06%), penderita yang hasil uji BTA nya positif
hasil negatif sebanyak 219 orang (81.21%), adalah dari kalangan usia produktif yang
dan yang perlu uji ulang sebanyak 7 orang dalam hal ini terdistribusi dengan usia
(2.72%). remaja sebanyak 29.03% dan usia dewasa
Seperti yang dipaparkan pada Buku Ilmu serta lansia dengan persentase yang sama
Penyakit Dalam dengan topik Tuberkulosis yaitu 35.48%. Hal ini dapat terjadi karena
Paru, salah satu faktor yang menyebabkan pada usia produktif aktivitas penderita lebih
keterbatasan kinerja uji BTA adalah pasien banyak sehingga kesempatan untuk terpapar
yang tidak datang kembali membawa bakteri penyebab TB juga semakin besar.
Selain itu angka penularan dalam keluarga

6
juga dapat menambah prevalensi penderita 3. Kementrian Kesehatan Republik
TB dimana dengan riwayat kontak dengan Indonesia. Kompetisi Jurnalistik Tahun
anggota keluarga yang merupakan penderita 2012. 2012; 1-2
TB selama lebih atau sama dengan 3 bulan 4. CDC. Chapter 4 Diagnosis of
dapat meningkatkan angka penularan TB Tuberculosis Disease. 2012; 83-8
yaitu melalui penciuman, pelukan ataupun 5. Alimuddin Z., Mario R., Richard S.,
berbicara langsung.11 Fordham VR. Tuberculosis. The New
England Journal of Medicine. 2013; 745-
9
SIMPULAN 6. Zulfikri A. Asril B. Tuberkulosis. In:
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Pada penelitian ini didapatkan jumlah pasien Publishing. 2009; 2230-4
yang uji BTA di RSU Surya Husadha 7. PPTI. Pedoman Penatalaksanaan TB
sebanyak 287 orang. Dari jumlah tersebut (Konsensus TB). Jakarta: PPTI. 2010; 1-
pasien yang lengkap mengumpulkan sampel 27
tiga kali adalah sebanyak 257 orang 8. Prabha D. Sputum Smear Microscopy in
(89.55%), dan yang tidak lengkap sebanyak Tuberculosis: Is it Still Relevant?. Indian
30 orang (10.45%). Dari pasien dengan J Med Res. 2013; 442-3
sampel lengkap, yang hasil ujinya positif 9. Nita Y.R., Hubungan Dukungan Sosial
yaitu sebanyak 31 orang (12.06%), hasil dengan Kualitas Hidup pada Penderita
negatif sebanyak 219 orang (81.21%), dan Tuber-kulosis Paru (TB Paru) di Balai
yang perlu uji ulang sebanyak 7 orang Pengobatan Penyakit Paru (BP4)
(2.72%). Pada penelitian ini didapatkan Yogyakarta Unit Minggiran.
prevalensi hasil uji BTA dengan hasil positif Perkumpulan Pemberantasan
pada laki-laki lebih banyak dibandingkan Tuberkulosis Indonesia. 2012; 2-4
dengan perempuan. Sedangkan rentang usia 10. Agung A.W. Merokok dan Tuberkulosis.
terbanyak adalah usia produktif. Perkumpulan Pemberantasan
Tuberkulosis Indonesia. 2012; 3-4
11. Rusnoto, Pasihan R., Ari U., Faktor-
DAFTAR PUSTAKA Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian TB Paru Pada Usia Dewasa
1. Setiono A. Uji Diagnostik Pemeriksaan (Studi Kasus di Balai Pencegahan dan
Immunochromatographic Tuberculosis Pengobatan Penyakit Paru Pati).
(ICT TB) Dibandingkan dengan Universitas Diponegoro. 2006; 8-9
Pemeriksaan BTA Sputum pada 12. Suthar H.N., Patel H.D., Singel V.C.
Tersangka Penderita TB Paru di RSUP Clinical Profile of Pulmonary
Dr Kariadi Semarang.Semarang: Tuberculosis in Patients with HIV
Universitas Diponegoro. 2011; 4-6 Infection. NJIRM. 2012; 3(2): 3-9
2. World Health Organization.Global
Tuberculosis Report 2013. 2013; 6-10

Anda mungkin juga menyukai