Anda di halaman 1dari 7

TEORI AKUNTANSI

SAP 12
“Teori Keagenan”

Dosen Pengampu: Dr. Gerianta Wirawan Yasa, S.E., M.Si.

Oleh:

Putu Mas Diarsi Untari (1607531076)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2018
2.1. Pengertian Agency Theory

Menurut Jensen dan Meckling (1976), menjelaskan:


“Agency relationship as a contract under which one or more person (the principals)
engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves
delegating some decision making authority to the agent”.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.
2.2. Konsep Teori Keagenan
Konsep agency theory mendasarkan pada hubungan antara principal sebagai pemilik atau
pemegang saham, sedangkan manajemen sebagai agent. Principal merupakan pihak yang
memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama principal, sedangkan agen merupakan
pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan perusahaan. Agent berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh principal kepadanya.
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 buah asumsi yaitu:
(a) Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan
diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak
menyukai resiko (risk aversion).
(b) Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai
kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.
(c) Asumsi tentang informasi
Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang
bisa diperjualbelikan.

2.3. Agency Theory dalam Praktik Akuntansi dan Aplikasinya pada Pengelolaan
Perusahaan
Teori keagenan memberikan peranan penting bagi akuntansi terutama dalam menyediakan
informasi setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pasca keputusan. Peranan ini sering
diasosiasikan dengan peran pengurusan (stewardship) akuntansi, dimana seorang agen melapor

1
kepada prinsipal tentang kejadian-kejadian di masa lalu. Inilah yang memberi akuntansi nilai
umpan baliknya selain nilai prediktifnya. Dimana nilai umpan balik menjelaskan bahwa informasi
juga mempunyai peran penting dalam menguatkan atau mengoreksi harapan-harapan sebelumnya.
Informasi mengenai hasil dari suatu keputusan seringkali merupakan masukan kunci dalam
pengambilan keputusan berikutnya. Akuntansi idealnya menyediakan jasa yang sama bagi
investor, dengan memungkinkan mereka untuk menyesuaikan strategi investasi mereka sepanjang
waktu.

Dijelaskan dalam Jensen dan Meckling (1976), Jensen (1986), Weston dan Brigham
(1994), bahwa masalah keagenan dapat terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu:
1. Antara pemegang saham dan manajer
Agency Theory menunjukkan bahwa manajer akan berusaha untuk memaksimalkan utilitas
mereka sendiri dengan mengorbankan para pemegang saham perusahaan. Agen memiliki
kemampuan untuk beroperasi sendiri dan mementingkan kepentingan pribadi daripada
kepentingan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh informasi yang bersifat asimetris (misalnya,
manajer tahu lebih baik dari pemegang saham apakah mereka mampu memenuhi tujuan
pemegang saham) dan ketidakpastian.
2. Antara pemegang saham dan kreditur
Kreditur pada umumnya menghendaki likuidasi perusahaan sehingga mereka dapat segera
menarik dananya dengan cepat. Di lain pihak, manajemen menginginkan perusahaan tetap
eksis sehingga mereka memilih mereorganisasi perusahaan. Pada saat bersamaan, pemegang
saham kemungkinan mencoba mencari pengganti manajer lama yang mau dibayar lebih
rendah meskipun proses tersebut membutuhkan waktu yang lama.

2.4. Masalah Keagenan


Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham
perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan yang hanya
sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan
bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya
keagenan (agency cost). Hampir mustahil bagi perusahaan untuk memiliki zero agency cost dalam
rangka menjamin manajer akan mengambil keputusan yang optimal dari
pandangan shareholders karena adanya perbedaan kepentingan yang besar diantara mereka.

2
Bahkan untuk mencapai kepentingannya sendiri, manajemen bisa bertindak menggunakan
akuntansi sebagai alat untuk melakukan rekayasa. Perbedaan kepentingan antara principal dan
agen atau yang disebut Agency Problem ini, salah satunya disebabkan oleh adanya Asimmetric
Information.
Asimmetric Information (AI), yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena
adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agen. Akibatnya adanya
informasi yang tidak seimbang (asimetri) ini, dapat menimbulkan 2 (dua) permasalahan yang
disebabkan adanya kesulitan principal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-
tindakan agen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut adalah :
(a) Moral Hazard
Moral Hazard merupakan permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal
yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
(b) Adverse Selection
Adverse Selection merupakan suatu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui
apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang
telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Adanya agency problem di atas, menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Biaya
keagenan didefinisikan sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mendorong
manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham daripada berperilaku
mementingkan diri sendiri. Ada tiga jenis utama dari biaya keagenan, yaitu:
(a) Pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit.
(b) Pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara membatasi perilaku manajerial yang
tidak diinginkan.
(c) Biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham dikenakan pembatasan,
seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada permasalahan tertentu, membatasi
kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang meningkatkan kekayaan pemegang
saham.

3
2.5. Cara Menghadapi Masalah Keagenan

Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku dalam sikap
yang memajukan tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan rekomendasi kepada dewan
direksi, yaitu:
1) Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga memotivasi
agen bekerja dengan kepentingan terbaik principal
2) Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka panjang dan agen
diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan kepentingan para pemegang
saham

Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi
konflik kepentingan, yaitu:
1) Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership)
Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan
mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh
manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang
berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer
merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Proses ini dinamakan
dengan bonding mechanism, yaitu proses untuk menyamakan kepentingan manajemen
melalui program mengikat manajemen dalam modal perusahaan.
2) Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax)
3) Meningkatkan sumber pendanaan melalui utang
Adanya utang akan dapat mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh
manajer karena perusahaan harus melakukan pembayaran atas bunga dan pokok pinjaman
secara periodik serta mematuhi ketentuan pada perjanjian utang.
4) Kepemilikan saham oleh Institusi (Institutional holdings)
Adanya kepemilikan saham oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam mengurangi masalah keagenan, yaitu:

4
1) Dengan meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan
manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga
bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase
kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung
jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
2) Dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan hutang.
Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga
meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi, perusahaan memiliki kewajiban
untuk mengembalikan pinjaman dan membayarkan beban bunga secara periodik. Selain itu
penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan menimbulkan konflik keagenan
antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan hutang.
3) Institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al, (1998) menyatakan bahwa
bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders) yaitu institutional
investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan ekuitas (agency
cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat
digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi
atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review Author(s). The
Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1 (Jan., 1989), pp. 57-74
Enterpreneur Muda. 2015. Teori Keagenan (Agency Theory). Diakses pada 27 November 2018,
dari https://www.scribd.com/doc/265704677/Makalah-Teori-Keagenan-doc
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, October, 1976,
V. 3, No. 4, pp. 305-360.

Anda mungkin juga menyukai