Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN OTITIS MEDIA SUPURSTIF KRONIK

1. PENGERTIAN
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari
telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai
gangguan pendengaran.(Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Jadi, menurut saya Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau
yang biasa disebut dengan istilah sehari-hari congek. Dalam
perjalanannya penyakit ini dapat berasal dari OMA stadium perforasi yang
berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer,
bening ataupun mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus menerus
lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi pada membran
timpani. Perforasi yaitu membran timpani tidak intake / terdapat lubang
pada membran timpani itu sendiri.
2. ETIOLOGI
Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan
kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan
lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang
terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan
tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil
disebabkan oleh perforasi membran timpani terjadi akibat trauma
telinga tengah. Kuman penyebab biasanya kuman gram positif aerob,
pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman
gram negatif dan kuman anaerob. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus
aureus (26%), Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus
epidermidimis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif
lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah
menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan.
Melalui saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba
Auditorius), infeksi di saluran napas atas yang tidak diobati dengan baik
dapat menjalar sampai mengenai telinga.

1
3. PATOFISIOLOGI

OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna
atau tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang. (Arif Mansjoer, 2001 :
82). Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan
komplikasi berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. (Arif
Mansjoer, 2001 : 82). OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom.
Perforasi terletak marginal, subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan
komplikasi yang berbahaya atau fatal. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Kolesteotoma yaitu suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus, lalu menumpuk. Sehingga
kolesteotoma bertambah besar.

2
PATHWAY OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

3
4. TANDA DAN GEJALA
Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau
gangguan pendengaran. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan
adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara
terus menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau
pada kedua telinga. (www.health central.com, 2004).
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan
encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan
oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau
busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah
oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya
sekretbiasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang
telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif
tidak dijumpai adanya sekret telinga. Sekret yang sangat bau,
berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan
produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna
putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa
secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan
adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda
adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer
berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanyadijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi
sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat
menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak
dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai
bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi
dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan
pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar

4
dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai
tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak
sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang
didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi
kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi
karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau
fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya
labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat
menggambarkan sisa fungsi kohlea.
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat
karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya
ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan
abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya
otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang
komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel
labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang
timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak
atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya
karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan
labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula
merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat
berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga
timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis.
Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo.

5
Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada
membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga
telinga tengah
TANDA KLINIS
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari
kavum timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

5. PENATALAKSANAAN
Menurut Arief Mansjoer terapinya sering lama dan harus berulang-
ulang karena :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus
paranasal
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid
4. Gizi dan kebersihan yang kurang
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka
diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-
5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan
kartikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes
yang dijual di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang
bersifat ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat
tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1
atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila
pasien alergi terhadap penisilin), sebelum tes resistensi diterima.
Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten
terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat. Bila
sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi

6
selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi
secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran
yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat
sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati
terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan,
misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi. Prinsip terapi OMSK
tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila
terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat ialah dengan
melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanopplasti.
Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan
terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat
abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Infeksi telinga tengah dan mastoid. Rongga telinga tengah dan
rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus adantrum.
Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah
berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis di rongga
mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan mastoiditis.
Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi
OMSK.
Jenis pembedahan pada OMSK.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat
dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe
benigna atau maligna, antara lain adalah sebagai berikut :
1. mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy),
2. mastoidektomi radikal,
3. mastoidektomi radikal dengan modifikasi,
4. miringoplasti,
5. timpanoplasti,
6. pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach
tympanoplasty).

7
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya
infeksi atau koleasteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman
operator. Sesuai dengan luasnya infeksi atau luasnya kerusakan
yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis
operasi itu atau modifikasinya.
1. Mastoidektomi sederhana.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan
pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan
operasi ini dilakukan permbersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga
tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.
2. Mastoidektomi Radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga
mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
tengah tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga
ketiga daerah anatomi tersebut menjadi suatu ruangan. Tujuan
operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik
dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran
tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak
diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus
datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi
infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga
dapat menghambat pendidikan atau karier pasien. Modifikasi
operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga
operasi serta membuat meatal plasty yang lebar, sehingga
rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat
anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di
daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh
rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga
direndahkan. Tujuan operasi ialah untuk membuang semua

8
jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan
pendengaran yang masih ada.
4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan,
dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi
hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ialah
untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada
OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap. Operasi
ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang
dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi
membran timpani.
5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan
kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang
tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.
Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran. Menurut Fung 2004, terapi
difokuskan kepada penghilangan gejala dan infeksi. Antibiotik
mungkin dikesepkan untuk infeksi bakteri, terapi antibiotik
biasanya untuk jangka panjang, yaitu melalui pemberian per
oral atau tetes telinga jika ada perforasi membran tympani.
Pembedahan untuk mengangkat adenoid mungkin cocok
untuk membuka tuba eustachius. Pembedahan dengan
membuka membrana tymponi (miringotomi) dengan maksud
untuk mengalirkan atau mengeluarkan cairan dari daerah
ditelinga dalam. Decangestan atau antibismin dapat digunakan
untuk membantu mengeluarkan cairan dari tuba eustachius.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering
kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran.
Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang
dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan
V. Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan
eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi,
untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula

9
operasi ini terpaksa dilalakukan dua tahap dengan jarak waktu
6 s/d 12 bulan.
6. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined
Approach Tympanoplasty) Operasi ini merupakan teknik
operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe
maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi
yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit
serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik
mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior
ling telinga). Membersihkan kolesteatom dan jaringan
granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui dua jalan
(combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik
operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh
para ahli, oleh karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma
kembali.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan
klinik sebagaiberikut :
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya
didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli
sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah.
Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada
penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang
dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala
timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga
menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara
temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada
lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek
kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam
ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total,

10
tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test
berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan
membandingkan rata-rata kehilangan intensitas
pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala
ISO 1964 yang ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat
ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964
dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran
 Normal : -10 dB sampai 26 dB
 Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
 Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
 Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
 Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
 Tuli total : lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi
konduktif dan fungsi kohlea. Dengan menggunakan
audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang
serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang
pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan
manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk
perbaikan pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini,
observasi berikut bias membantu :
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif
tidak lebih dari 15-20 dB
b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran
menyebabkan tuli konduktif30-50 dB apabila disertai
perforasi.
c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran
dibelakang membran yang masih utuh menyebabkan
tuli konduktif 55-65 dB.
d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli
bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan
kerusakan kohlea parah.
Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh
penilaian pendengarandengan menggunakan garpu tala

11
dan test Barani. Audiometri tutur dengan maskingadalah
dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli
campur.
2. Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit
telinga kronis nilaidiagnostiknya terbatas dibandingkan
dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan
radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak
sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit
dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal.
Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan
kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa
digunakan adalah :
a. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya
pneumatisasi mastoid dariarah lateral dan atas. Foto
ini berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada
keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi
ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari
dura atau sinus lateral.
b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan
anterior telinga tengah. Akantampak gambaran tulang-
tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui
apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-
struktur.
c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran
sepanjang piramid petrosusdan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum
dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan
antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibatkolesteatom.
d. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara
longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan
atau CT scan dapat menggambarkan kerusakantulang

12
oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang
pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada
kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk
melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan
hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila
dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior
menunjukan adanya penyakit mastoid.
8. KOMPLIKASI
 Kerusakan yang permanen dari telinga dengan
berkurangnya pandangan atau ketulian.
 Mastuiditis
 Cholesteatoma
 Abses apidural (peradangan disekitar otak)
 Paralisis wajah
 Labirin titis.

ASUHAN KEPERAWATAN

 Identitas Klien

1. Wawancara
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa medis
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien
3. Keluhan utama
Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun, turgor kulit berkurang,
selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer
4. Riwayat penyakit saat ini
Buang air besar lebih dari 3 hari disertai nyeri perut
5. Riwayat penyakit dahulu

13
Alergi akibat penggunaan obat dan makanan seperti obat pencahar,
antibiotik dan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung sorbitol
fruktosa
6. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit serius seperti diabetes
melitus, hipertensi
7. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
 Pemeriksaan head to toe/persistem
8. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif, tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural.
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran (ISO 1964 dan ANSI 1969)
 Normal :-10 dB sampai 26 db
 Tuli ringan : 27dB sampai 40 dB
 Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
 Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
 Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
 Tuli total : lebih dari 90 dB
9. Pemeriksaan Radiologi
 CT scan
 X-ray

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi


2. Gangguan persepsi sensori pendengaran
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penatalaksanaan OMA
4. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan

14
C. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan
1. Atur posisi semi fowler
berhubungan keperawatan 3 x 24 jam
dengan tindakan 2.
nyeri klien berkurang atau Kaji respon verbal/non
pembedahan hilang dengan kriteria verbal lokasi nyeri,
mastoidektomi hasil intensitas dan lamanya
- Klien melaporkan nyeri nyeri
berkurang/hilang 3. Ajarkan teknik
- Tidak adanya perilaku relaksasi untuk
yang menunjukan adanya menghilangkan nyeri
nyeri 4. Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan
1. Ajarkan klien untuk
sensori keperawatan 3x24 jam menggunakan dan
pendengaran persepsi/sensori baik merawat alat
berhubungan dengan kriteria hasil pendengaran secara
dengan obstruksi, - Klien akan mengalami tepat
infeksi telinga peningkatan
tengah persepsi/sensori
pendengaran sampai pada 2. Instruksikan klien
tingkat fungsional untuk menggunakan
teknik-teknik yang
aman sehingga dapat
mencegah terjadinya
ketulian lebih jauh

3. Observasi tanda-tanda
awal kehilangan
pendengaran yang
lanjut

4. Instruksikan klien
untuk menghabiskan
seluruh antibiotik yang
diresepkan
3 Kurang Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji tingkat
pengetahuan keperawatan 2x24 jam pengetahuan klien
berhubungan klien mengetahui prosedur
dengan kurang OMA dengan kriteria hasil
informasi tentang- Pengetahuan klien tentang2. Berikan informasi
penatalaksanaan OMA meningkat berkenaan dengan
OMA kebutuhan klien
3. Beri upaya penguatan

15
pada klien
4. Gunakan bahasa yang
mudah dipahami
5. Pertahankan kontak
mata selama diskusi
4 Cemas Setelah dilakukan tindakan
1. Jujur kepada klien
berhubungan keperawatan 1x24 ketika mendiskusikan
dengan prosedur jam cemas berkurang atau mengenai kemungkinan
tindakan hilang dengan kriteria kemajuan dari fungsi
pembedahan hasil : pendengarannya untuk
- Klien mampu mempertahankan
mengungkapkan harapan klien dalam
ketakutan/kehawatirannya berkomunikasi.
- Respon klien tampak 2. Berikan informasi
tersenyum mengenai kelompok
yang juga pernah
mengalami gangguan
seperti yang dialami
klien untuk
memberikan dukungan
kepada klien.
3. Berikan informasi
mengenai sumber-
sumber dan alat-lat
yang tersedia yang
dapat membantu klien.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, Otitis Media Chronic, http://www.healthcentral.com

Fung, K., 2007, Otitis Media Chronic, http://www.medline.com

Mansjoer, Arif. dkk. (2005). Kapita Selwkta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Tarwoto, Aryani. Ratna, Wartonah. (2009). ANATOMI DAN FISIOLOGI untuk


MAHASISWA KEPERAWATAN. Jakarta : Trans Info Media

17

Anda mungkin juga menyukai