Anda di halaman 1dari 8

1. Penyakit apa saja yang ditandai BAB cair?

2. Apa makna klinis keluhan BAB cair kurang lebih 4x/hari dalam 2 hari?
3. Mekanisme terjadinya BAB cair?

1. Apa akibat dari diare?


1) Gangguan elektrolit
 Hipernatremia : Na:>150 mmol/L
 Hiponaterima Na: <130 mol/L
 Hiperkalemia: K>5mEq/L
 Hipokalemia: K:<3.5 mEq/L
2) Kehilangan cairan (dehidrasi)
3) Gangguan keseimbangan asam-basa
4) Hipoglikemia
5) Gangguan gizi3,5
6) Gangguan sirkulasi

2. Apa saja warna feses pada bayi dan apa penyebabnya?


3. Makna klinis terjadinya BAB berdarah?
4. Makna klinis suhu badan subfebris?

Tingkatan suhu tubuh manusia dibagi atas :

1. Hipotermia : suhu tubuh di bawah 36O C


2. Normotermi : 36-37O C
3. Subfebris : 37-37,8O C
4. Demam(Febris) : di atas 37,8O C

5. Makna klinis perut anak kembung?


6. Makna klinis muntah dan ruam kemerahan pada kulit?
7. Apa saja mkanan yang dapat menjadi pengganti ASI pada anak usia 6
bulan?
8. Apakah ada keluhan dengan mengkonsumsi makanan pengganti ASI?
9. Bagaimana alur diagnosa nya?
10. Apa saja diagnosis banding nya?
11. Apa yang terjadi?
12. Definisi?
diare akut adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih dari 3 kali perhari dengan tinja
berbentuk cair /setengah padat dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram.
adalah buang air besar cair >3x sehari dengan konsistensi tinja cair. Definisi ini tidak
berlaku untuk bayi yang diberi ASI. Bagi bayi dengan konsumsi ASI, buang air besar
sampai 5-6 kali masih dalam batas normal.
13. Etiologi?
Faktor infeksi
a) Infeksi enteral yaitu : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
pada anak. Infeksi enteral meliputi :
 Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
 Infeksi Virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astovirus dan lain-lain.
 Infestasi parasit : Cacing (ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa ( E.
Histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).
b) Infeksi paraenteral yaitu : infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopnemonie,
Enchepalitis dan sebagainya.
Faktor Malabsopsi
 Malabsobsi karbohidrat
 Malabsobsi lemak
 Malabsobsi protein
Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare
terutama ada anak besar.2

14. Epidemiologi?
15. Patogenesis?
a. Gangguan absorbsi
Yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan,KKP,atau bayi berat badan lahir
rendah dan bayi baru lahir selain itu toxin dari rotavirus menghancurkan vili
sehingga fungsi absorbsinya terganggu dan terdapatnya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap ke duanya menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus.Isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (mis: toxin akibat infeksi rotavirus,kuman pathogen
dan apatogen) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus dan timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.

Untuk membedakan penyebab diare akibat gangguan absorbsi atau ekskresi


adalah dengan cara bayi dipuasakan sementara :
Jika dipuasakan dan bayi tetap diare, maka terdapat gangguan fungsi
sekresinya
Jika dipuasakan dan diare berhenti , maka menunjukan terjadinya
gangguan pada fungsi absorbsi

klasifikasi diare
1) Klasifikasi menurut waktu :
 Akut : Diare yang terjadi dalam waktu < 7 hari.
 Prolonged : Diare yang terjadi dalam waktu antara 7 – 14 hari.
 Kronik : diare yang terjadi dalam waktu > 14 hari.5
2) Klasifikasi diare akut menurut penyebab :
 Diare sekresi, disebabkan oleh infeksi, hiperperistaltik usus, defisiensi
imun.
 Diare osmotik, disebabkan oleh malabsorbsi, KKP dan BBLR.3,4
3) Klasifikasi diare kronik :
 Diare persisten
 Diare pritacted
 Diare intraktabel
 Diare prolonged
 Diare kronik non spesifik5

16. Manifestasi klinis?


17. Komplikasi?
18. Penatalaksanaan?
1. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.
ü Jenis cairan
Cairan peroral :
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila
anak mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi
Na ( 75 mMol/l),Cl ( 65 mMol/l), glukosa ( 75 mMol/l), K (20 mMol/l), HCO3
(30 mMol/l), Sitrat (10 mMol/l) dan osmolitas (245 mMol/l). Formula lengkap
sering disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula
tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa),
1). Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.
2). Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya :
125 ml/kg BB/hari. Secara IV
3). Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde).
Selanjutnya ; 125 ml/kg BB/hari.
4). Dehidrasi berat
a. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 tetes / kg BB /menit (set
infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB /menit (set infus
1 ml : 20 tetes).
- 7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4
tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila
anak tidak mau minum, teruskan dengan intravena 2 atau 3
tetes/kgBB/menit.
b. Untuk anak lebih dari 2,5 tahun dengan BB 10 - 15 kg :
o 1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 atau 10 tetes/kgBB/menit.
o 7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 Atau 4 tetes/kgBB/menit.
o 16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik.
c. Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 20 -25 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam.
Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 %)
dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml/kgBB/jam atau 6
tetes/kgBB/menit,8 tetes/kgBB/menit.
20 jam berikutnya 150 ml /kgBB/20 jam = 2 tetes/kgBB/ menit atau 2
½ tetes/kgBB/menit.
2. Dietetik
a. Pada bayi dengan ASI

ASI dilanjutkan bersama – sama dengan oralit, selang – seling.Pada bayi


berumur lebih dari 4 bulan (sudah mendapat buah – buahan,makan
tambahan I & II) dilanjutkan dengan fase readaptasi, sedikit demi sedikit
makanan diberikan kembali seperti sebelum sakit.

b. Pada bayi dengan susu formula

Diberikan oralit, selang – seling dengan susu formula. Jika bayi telah
mendapat makanan tambahan (umur > 4 bln) untuk sementara dihentikan,
diberikan sedikit demi sedikit mulai hari ke 3.

c. Anak – anak berumur lebih dari 1 tahun

*Dengan gizi jelek (BB < 7 kg), realimentasi sama dengan bayi
*Dengan gizi baik, realimentasi diberikan sbb:
Hari 1 : oralit dan bubur tanpa sayur serta pisang
Hari 2 : bubur dengan sayur
Hari 3 : makanan biasa.
3. Obat-obatan.

a. Zink
10 mg untuk usia < 6 bulan
20 g untuk usia > 6 bulan
b. Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg.

Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.

c. Antibiotik :
1. Kolera
§ Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 2 hari )
§ Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 3 hari )
2. Shigella : Trimetoprim 5-10mg/kg/hari
3. Sulfametoksasol 25-50mg/kg/hari Dibagi 2 dosis ( 5 hari )
4. Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hr , 4 dosis (5 hr )
5. Amebiasis : Metronidasol 30mg/kg/hr, 4 dosis ( 5-10 hari)
6. Giardiasis : Metronidasol 15mg/kg/hr, 4 dosis ( 5 hari )

19. Prognosis?
20. Edukasi?
21. Pencegahan?

Makanan yang dapat menyababkan alergi

1. Susu

2. Telur

3. Kacang Tanah

4. Kacang Pohon (walnut, cashew, dll)

5. Ikan

6. Kerang

7. Kedelai

8. Gandum

Untuk susu, telur, kedelai dan gandum, bisa terjadi semakin si bayi dewasa, reaksi alergi
terhadap makanan ini akan hilang.

KOMPOSISI ASI

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI


• Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai
neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada
binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada
retina mata.
• Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh
rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin
pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega
3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

2. Aspek Imunologik
• ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
• Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A
tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada
saluran pencernaan.
• Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat
zat besi di saluran pencernaan.
• Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus.
Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
• Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3
macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut
Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated
Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
• Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan
bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3. Aspek Psikologik
• Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI
yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap
bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.
• Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada
kesatuan ibu-bayi tersebut.
• Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas
karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah
dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
Mekanisme terjadinya alergi susu sapi

Makanan yang masuk ke saluran cerna akan diproses untuk diserap dan digunakan sebagai
sumber energi dan pertumbuhan sel. Dalam proses ini mekanisme pertahanan tubuh, berupa
mekanisme imunologik dan non-imunologik, berperan untuk mencegah masuknya antigen
asing ke dalam tubuh. Antigen asing yang masuk dapat berupa bakteri, virus, parasit, atau
protein makanan.9

Melalui mekanisme non-imunologik, pertahanan tubuh dilakukan dengan cara


pemecahan antigen yang ditelan oleh asam lambung dan enzim-enzim; sedangkan
pencegahan penetrasi antigen dilakukan oleh lapisan mukus dan peristaltik usus. Di lain
pihak, mekanisme imunologik berlangsung dengan cara pencegahan penetrasi antigen yang
masuk ke dalam lumen usus oleh IgA dan eliminasi antigen yang lolos ke dalam tubuh
melalui saluran gastrointestinal oleh IgA, IgG dan sistem retikulo endotelial.2

Pada bayi, mekanisme pertahanan saluran cernanya belumlah matang. Faktor-faktor


yang menghambat masuknya protein susu sapi melalui lapisan epitel usus belum cukup,
sehingga akan banyak bahan alergenik yang menembusnya.8 Protein yang bersifat alergenik
ini kemudian masuk ke dalam sistem sirkulasi, dan selanjutnya sistem imun akan
mengenalinya sebagai benda asing dan menyerangnya, sehingga terjadilah gejala alergi.5

PROGNOSIS

Bayi dengan alergi susu sapi memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami alergi
terhadap bahan makanan lain. Mereka juga memiliki risiko yang lebih besar untuk
mengalami asma atau bentuk alergi lainnya dalam usia selanjutnya. Untuk itu, bagi anak yang
mengalami alergi susu sapi, dianjurkan untuk menghindari makanan yang juga memiliki sifat
alergenitas tinggi, seperti kacang, ikan, atau makanan laut, sampai usia 3 tahun.4 Walaupun
demikian anak yang memiliki alergi susu sapi tak selalu alergi terhadap daging sapi atau bulu
sapi, bahkan penelitian yang telah dilakukan hanya mendapatkan angka kurang dari 10% dari
penderita alergi susu sapi yang mengalami reaksi terhadap daging sapi. 20. Di samping itu,
proses pemanasan maupun pengolahan juga akan semakin menurunkan sifat alegenitas
daging sapi ; karenanya daging sapi yang dimasak secara baik sangat jarang menimbulkan
masalah pada penderita protein susu sapi. 20
Dalam kaitannya dengan sifat alergi yang dimilikinya, berbagai penelitian telah
memperlihatkan pola hubungan berkesinambungan proses sensitisasi alergen dengan
perkembangan dan perjalanan alergi yang dikenal dengan nama allergic march, yaitu
perjalanan alamiah penyakit alergi. Secara klinis, allergic march terlihat berawal sebagai
alergi pada saluran cerna (umumnya berupa diare karena alergi susu sapi) yang akan
berkembang menjadi alergi pada lapisan kulit (dermatitis atopi) dan kemudian alergi pada
saluran napas (asma bronkial, rinitis alergi).

Mengetahui tanda-tanda dehidrasi adalah sangat penting karena kematian pasien diare adalah
karena dehidrasi.

Klasifikasi Tanda dan Gejala


Tak ada dehidrasi Tak ada tanda dan gejala dehidrasi:

 Keadaan umum baik, sadar


 Tanda vital (tekanan darah, suhu,nadi,
pernapasan) dalam batas normal

Dehidrasi tak berat Dua atau lebih tanda-tanda berikut:

 Gelisah/rewel
 Mata cekung
 Air mata kurang
 Haus (minum banyak)
 Mulut dan bibir sedikit kering
 Cubitan kulit perut kembali lambat
 Tangan dan kaki hangat

Dehidrasi berat Dua atau lebih tanda-tanda berikut:

 Kondisi umum lemas


 Kesadaran menurun-tidak sadar
 Mata cekung
 Air mata tidak ada
 Tidak mampu untuk minum/ minum lemah
 Mulut dan bibir kering
 Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥
2 detik)
 Tangan dan kaki dingin.

Anda mungkin juga menyukai