Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini terdapat 180
juta penduduk dunia yang mengalami cacat penglihatan. Sebanyak 40-45 juta di
antaranya tidak dapat melihat atau buta. Laporan WHO juga mengungkapkan bahwa
setiap detik tambah satu penderita kebutaan di dunia.
Sembilan dari 10 penderita kebutaan tersebut berada di negara miskin dan
berkembang, terutama negara-negara Afrika dan Asia Selatan atau Asia Tenggara.
Khusus untuk Indonesia, diperkirakan 3,1 juta jiwa (1,5 persen) penduduknya
mengalami kebutaan. Penyebab utama kebutaan di dunia adalah katarak (45 persen).
Penyebab lain antara lain adalah glaucoma, diabetes melitus, dan trauma (37,5
persen); trachoma (12,5 persen); dan onchocerciasis atau river blindness (0,6 persen).
Katarak adalah istilah medis untuk setiap keadaan keruh pada lensa mata.
Lensa mata terutama disusun oleh air, protein, dan lipid. Protein tersusun demikian
sehingga cahaya dapat menembus lensa dan difokuskan pada retina. Kadang-kadang
protein tersebut mengumpul bersama sehingga memperkeruh atau menutupi bagian
kecil pada lensa. Itulah yang disebut katarak. Makin lama, kumpulan protein tersebut
membesar dan memperkeruh lensa. Tanda-tanda katarak antara lain penglihatan
kabur, cahaya lampu kelihatan terlalu terang pada malam hari, cahaya matahari atau
lampu silau, dan warna tampak pudar.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari katarak ?
b. Ksasifikasi katarak ?
c. Bagaimana etiologi katarak ?
d. Bagaimana patofisiologi dan pathyaw katarak ?
e. Bagaimana manifestasi klinis katarak ?
f. Bagaimana patofisiologi dan pathway katarak?
g. Bagaimana penatalaksanaan pada katarak ?
h. Bagaimana pemeriksaan katarak ?
i. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien katarak ?
C. Tujuan
1. Supaya mahasiswa memahami tentang penyakit katarak secara lebih detail.
2. Supaya mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan yang benar
pada klien dengan penyakit katarak .
3. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas diskusi dan kelompok presentasi
mata kuliah KMB ( Keperawatan Medikal Bedah ).
D. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan tinjauan pusaka yaitu dari referensi
buku dan intenet.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas 3 bab yaitu Bab I Pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang ,rumusan masalah, tujuan , metode penulisan dan sistematika
penulisan. Bab II Pembahasan dan Bab III Penutup .
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang diproyeksikan pada retina . Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap (Springhouse Co). Derajat disabilitas yang ditimbulkan
oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas keburaman . Intervensi
diindikasikan jika visus menurun sampai batas klien tidak dapat menerima perubahan
dan merugikan atau mempengaruhi gaya hidup klien (yaitu visus 5/15). Katarak
biasanya mempengaruhi kedua mata tetapi masing-masing berkembang secara
independen . perkecualian ,katarak traumatic bisanya unilateral dan katarak
congenital biasanya stasioner.
Tindaka operasi mengembalikan pandangan mata kurang lebih 95% klien
(Springhouse Co). Tanpa pembedahan , katarak yang terjadi dapat menyebabkan
kehilangan pandangan komplet. Katarak terbagi menjadi jenis menurut
perkembangan (katarak congenital) dan menurut proses degenerative ( katarak primer
dan katarak komplikata).
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini
sering ditemukan pada bayi yang dilahirkanoleh ibu yang menderita
rubella,DM,toksoplasmosis, hipoparatiroidisme,galaktosemia.Ada pula yang
menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus, aniridia,
koloboma,keratokonus, ektopia leentis, megalokornea, hetekronia iris. Kekeruhan
dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten ,katarak Polaris
anterior,posterior, katarak aksialis,katrak zonularis,katarak stelata,katarak totalis dan
katarak kongenita membranasea.
2. Katarak Primer
Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu atarak juvenilis (umur <20
tahun), katarak senilis (umur >50 tahun ). Katarak primer dibagi menjadi empat
stadium :
1. Stadium Insipien
Jenis katarak ini adalah stadium paling dini . Visus belum terganggu ,
dengan koreksi masih bisa 5/5 -6/6. Kekeruha terutama terdapat pada
bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda.
2. Stadium Imatur
Kekeruhan sebelum mengenai seluruh lapisan lensa , terutama terdapat
dibagian posterior dan bagian belakang nucleus lensa . Shadow test
posotif . Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan lensa
menjadi cembung sehingga indeks refraksi berubah dan mata menjadi
miopa. Keadaan ini disebut intumesensi. Cembungnya lensa akan
mendorong iris kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi
sempit dan menimbulkan komplikasi glaucoma.
3. Stadium Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran
normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya sehingga semua
sinar yang masuk pipil dipantulkan kembali. Shadow tes negative .Di
pupil tampak lensa seperti mutiara.
4. Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)
Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus lensa
turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai
setengah lingkaran dibgian bawah dengan warna berbeda dari yang
diatasnya yaitu kecoklatan .Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa
yang menjadi lebih permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa
menjadi kempis yang dibawahnya terdapat nucleus lensa.Keadaan ini
disebut katarak morgani.
5. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagian komplikasi dari
penyakit lain . Penyebab katarak jenis ini adalah :
a. Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaucoma,
ablasio retina yang sudah lama , uveitis, myopia maligna.
b. Penyakit siskemik , DM, hipoparatiroid, sindromdown,
dermatritis atopic.
c. Trauma , trauma tumpul, pukulan , benda asing didalam mata
terpajan panasa yang berlebihan , sinar X , radio aktif, terpajan
sinar matahari, toksik kimia.
Merokok meningkatkan resiko berkembangnya katarak, demikian pula
dengan peminum berat. Kadang-kadang katarak tejadi lagi setelah operasi jika kapsul
lensa ditinggalkan utuh selama operasi katarak (dewit,1998).
B. ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan
tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat
hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi:
a.Faktor keturunan.
b.Cacat bawaan sejak lahir.
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
f. Gangguan pertumbuhan,
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h.Rokok dan Alkohol
i.Operasi mata sebelumnya.
j.Trauma (kecelakaan) pada mata.
k. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui
C. PATOFISIOLOGI
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan
kondisi penurunan ambilan oksigen,penurunan air,peningkatan kandungan kalsium
dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak larut. Pada proses penuaan,
lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan
densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serta lensa yang
lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikorteks,serat lensa ditekan menuju
sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hinlangnya transparansi
lensa yang tidak terasanyeri dan sering bilateral. Selain itu berbagai penyebab katarak
diatas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme
ini , menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang
pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang
diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk
memalui kornea yang dihalangi oleh lensa yang keruh atau huram. Kondisi ini
memburamkan bayangan semu yang sampai pada retina.Akibat otak
mengiterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak
diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning , bahkan menjadi
coklat atau hitam dank klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna.
D. MANIFESTASI KLINIS
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup,
emnyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di
malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
E. PATHWAY
Trauma Degeneratif Perubahan Kuman
Keruh
Pembedahan Katarak
2. Perencanaan Keperawatan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan menurut Virginia Handerson
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/perubahan status organ indera.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit.
Post Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan luka pasca operasi.
2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan
penglihatan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
b. Rencana Asuhan Keperawatan
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/perubahan status organ indera.
a. Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan masalah
persepsi sensori penglihatan teratasi.
b. Kriteria Hasil:
1. Pasien mampu mengidentifikasi lingkungan di sekitarnya
dengan cukup baik.
2. Pasien tidak mengalami disorientasi.
c. Rencana Tindakan:
1. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata
terlibat.
Rasional: Kebutuhan tiap individu dan pilihan intervensi
bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambatdan
progresif.
2. Observasi tanda-tanda disorientasi.
Rasional: lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami
keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan kebingungan
terutama pada lansia.
3. Observasi penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat
terjadi bila menggunakan obat tetes mata.
Rasional: Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam
setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan
penggunaan yang teratur dan tepat.
4. Berikan pengenalan lingkungan sekitar pada klien
Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan dan
kekeluargaan, menurunkan kecemasan dan disorientasi.
5. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tepat.
Rasional: Memungkinkan pasien melihat objek dengan lebih
baik dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila
diperlukan.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dan keluarga menyatakan paham mengenai kondisi,
penyakit serta program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan dengan benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali informasi yang
telah dijelaskan oleh petugas medis.
Rencana Tindakan:
1. Kaji penilaian tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik.
Rasional: mengetahui seberapa banyak pengetahuan yang
dimiliki pasien mengenai penyakitnya.
2. Jelaskan patofisiologi penyakit pasien dengan bahasa yang mudah
dimengerti dan dipahami.
Rasional: memudahkan pasien untuk menyimak dan memahami
informasi yang diberikan oleh petugas medis.
3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit pasien dengan cara yang tepat.
Rasional: membantu pasien untuk mengenal penyakit dengan
lebih spesifik.
4. Berikan dukungan pada pasien untuk menjalani operasi.
Rasional: meningkatkan kepercayaan diri pasien mengenai
prosedur operasi yang akan dijalani.
Post Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan luka pasca operasi.
a. Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan masalah nyeri
berkurang /terkontrol.
b. Kriteria Hasil:
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang/terkontrol.
2. Pasien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah.
c. Rencana Tindakan:
1. Kaji tingkat nyeri pasien dengan metode PQRST
Rasional: untuk mengetahui tingkat nyeri yang berguna dalam
pengawasan keefektifan obat serta kemajuan kesembuhan.
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: mengetahui perkembangan kondisi kesehatan
pasien.
3. Pertahankan tirah baring selama fase nyeri
Rasional: istirahat dapat mengurangi rasa nyeri pasien.
4. Berikan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional: tindakan ini dapat menurunkan tekanan vaskuler
serebral yang memperlambat atau memblok respon simpatis
serta efektif dalam menghilangkan nyeri.
5. Delegatif dalam pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasioanal: menurunkan dan mengontrol nyeri serta
menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan
penglihatan.
Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera dapat
dicegah.
Kriteria hasil:
1. Pasien menyatakan paham mengenai faktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
2. Pasien terlihat lebih aman dengan lingkungan sekitar yang telah
dimodifkasi untuk meminimialkan risiko cedera.
Rencana Tujuan:
1. Kaji apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri,
pembatasan aktivitas, penampilan dan balutan mata.
Rasional: membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan
kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan.
2. Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi
yang tak sakit sesuai kebutuhan pasien.
Rasional: pemberian posisi yang benar pada pasien dapat
menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko
perdarahan pada luka post operasi.
3. Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata dan menyentuh balutan pada mata
Rasional: mengurangi risiko terlepasnya balutan post operasi dan
mencegah terjadinya perdarahan bila pasien menggaruk matanya.
4. Pasang penghalang pada bagian sisi tempat tidur pasien saat
pasien sedang istirahat.
Rasional: megurangi risiko pasien terjatuh dari tempat tidur saat
istirahat.
5. Berikan bantuan pada pasien bila ingin ke kamar mandi jika
pasien mampu berjalan
Rasional: mengurangi risiko cedera saat pasien pergi ke kamar
mandi sendirian.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan risiko infeksi
berkurang/tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
1. Tidak tampak tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan iritasi
pada luka pasien.
2. Luka pasien tampak bersih, tidak ada pus.
Rencana Tindakan:
1. Observasi tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan iritasi pada
luka pasien
Rasional: mengenali adanya tanda-tanda infeksi lebih awal untuk
menentukan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
2. Lakukan teknik yang tepat untuk merawat luka.
Rasional: mengurangi risiko infeksi saat proses merawat luka.
3. Lakukan teknik mencuci tangan yang benar saat memulai dan
mengakhiri suatu tindakan.
Rasional: mencuci tangan yang benar dapat menurunkan risiko
infeksi pada luka pasien.
4. Beri penjelasan pada pasien untuk tidak selalu menyentuh balutan
mata dan menggaruk mata.
Rasional: tangan pasien yang kotor saat menyentuh balutan dapat
meningkatkan risiko infeksi pada luka.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat topikal bila terjadi iritasi.
Rasional: sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana
terapi lebih diperlukan bila terjadi infeksi.
3. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai
hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan
yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus pada klien dengan katarak. Pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen,
interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang
diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen adalah dimana
fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu
yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi
dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas
pesan dari anggota medis yang lain (Tarwoto, 2015)
4. Evaluasi Keperawatan
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/perubahan status organ indera.
a. Pasien mampu mengidentifikasi lingkungan di sekitarnya dengan
cukup baik.
b. Pasien tidak mengalami disorientasi.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
a. Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
b. Pasien tampak rileks dan mengatakan kecemasannya berkurang.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit.
a. Pasien dan keluarga menyatakan paham mengenai kondisi, penyakit
serta program pengobatan.
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
dengan benar.
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali informasi yang
telah dijelaskan oleh petugas medis.
Post Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan luka pasca operasi.
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang/terkontrol.
b. Pasien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah.
2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan
penglihatan.
a. Pasien menyatakan paham mengenai faktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
b. Pasien terlihat lebih aman dengan lingkungan sekitar yang telah
dimodifkasi untuk meminimialkan risiko cedera.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
a. Tidak tampak tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan iritasi pada
luka pasien.
b. Luka pasien tampak bersih, tidak ada pus.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. W
Umur : 50 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : islam
Status Perkawinan : kawin
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Tgl masuk RS : 01 Januari 2012
No. Register : 15665
Penanggung Jawab
Nama : Tn. F
Umur : 56 th
Pekerjaan : swasta
Alamat : Hibrida 10
B. Keluhan utama
Klien mengalami penglihatan kabur. Klien mengalami penglihatan kabur,
kesulitan melihat dari jarak jauh ataupun dekat.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan Sekarang
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya
kabur, penglihatan kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti ada kabut serta terkadang pasien merasa
silau saat melihat cahaya. Klien juga mengalami kesulitan melihat pada jarak
jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam hari. Setelah
dilakukan pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada
lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat
gangguan keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi
sehingga kejernihan lensa berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk
dilakukan tindakan pembedahan atau dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi
kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari.klien jg
mengalami hiperglikemia karena panyakit diabetis yang dideritanya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak
kurang lebih 1 tahun yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-
gejala yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini.
D. Pemeriksaan Fisik
a. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bisa cepat
sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) : tidak
menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3) Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4) Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6) Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8) Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9) Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10) Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya diserahkan
pada agamanya
1. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
2) Tanda-tanda vital
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S : 36,5 derajat celcius
3) Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema : ada oedema
4) Kepala :
Inspeksi : rambut bersih
Palpasi :tidak Ada benjolan
5) Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual
katarak Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak
timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6) Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7) Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih sekret : tidak ada
8) Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9) Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10) Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11) Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13) Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan normal
Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14) Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus
steroid
3 Gangguan sensori Setelah - Dapat Mandiri
persepsi(penglihatan) dilakukan meningkatkan 1. Tentukann ketajaman 1. kebutuhan individu
berhubungan dengan intervesi selama ketajaman penglihatan, catat apakah 1 dan pilihan intervensi
gangguan 3x24 jam penglihatan atau 2 mata terlibat bervariasi sebab
penerimaan diharapkan batas situasi kehilangan
sensori/status organ gangguan individu penglihatan terjadi
indra penglihatan sensori persepsi - Memperbaiki lambat dan progresif.
dapat diatasi potensi bahaya Bila bilateral tiap mata
dalam dapat berlangjut pada
lingkunga laju yang berbeda
tetapi biasa nya hanya
1 mata diperbaiki
perprosedur.
2. memberikan
peningkatan
kenyamanan dan
2. Orientasikan pasien terhadap kekeluargaan,
lingkungan,stap, orang lain di menurunkancemas dab
area nya disorientasi pasca
operasi
3. terbangun dan
lingkungan tak dikenal
dan mengalami
3. Observasi tanda-tanda dan tetbatasan penglihatan
gejala- gejala disorientasi, dapat mengakibatkan
pertahankan pagar tempat bingung pada orang
tidur sampai benar-benar tua. Menurunkan
senbuh dari anastesia resiko jatuh bila
pasien bingung atai
tak kenal ukuran
tempat tidur
4. Memberikan
4. Pendekatan dari sisi yang tak rangsangan sensori
dioperasi , bicara, dan tepat terhadap isolasi
menyentuh sering, dorong dan menurunkan
orang terdekat tinggal dengan bingung
pasien
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu
tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis
terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-
abu atau putih.
4.2 Saran
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi untuk mencegah terjadinya
ppenyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup yang sehat seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum
minuman keras yang dapat memicu timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran yang lebih
banyak untuk menjaga kesehatan mata.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 6, EGC, Jakarta.
Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Sidarta Ilyas, (1997), Katarak, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press, Surabaya.