Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Menjaga Asupan Cairan Pasien Hemodialisa di Ruangan


Hemodialisa RSUD Arifin Achmad
PEKANBARU

Disusun Oleh :

1. M. Zulfadhli, S.Kep
2. Yulia Aryani Sahnaz, S.Kep
3. Wulan Khairini, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes HANGTUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2018
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes HANG TUAH PEKANBARU
T.A 2018/2019

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Materi : Penyuluhan tentang menjaga asupan cairan pasien


hemodialisa
Pokok bahasan : Pembatasan cairan dan elektrolit serta pengaturan nutrisi
bagi penderita gagal ginjal
Hari/Tanggal : Sabtu, 17 November 2018
Waktu pertemuan : 10.00– 10.30 / 30 menit
Tempat : Ruangan Hemodialisa RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Sasaran : Keluarga pasien dan pasien dengan Gagal Ginjal/pasien
Hemodialisa di Ruangan Hemodialisa RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru

A. Latar belakang
Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan keadaan dimana terjadi penurunan
fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun). Penyakit
GGK disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif
dan biasanya tidak bisa pulih kembali (irreversible) (Suwitra, 2006).
Prevalensi penyakit GGK meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan Pusat
Data & Informasi Perhimpunan Rumah Sakit (PDPERSI), jumlah penderita
GGK diperkirakan 50 orang per satu juta penduduk (Suhardjono, 2008).
Selama kurun waktu dari tahun 1999 hingga 2004, terdapat 16,8% dari
populasi penduduk usia 20 tahun mengalami penyakit GGK. Presentase ini
meningkat bila dibandingkan data enam tahun sebelumnya (Cecilia, 2011).
Penyakit GGK menjadi masalah besar di dunia karena sulit disembuhkan,
serta membutuhkan biaya perawatan yang lama dan mahal. Hemodialisa
merupakan salah satu terapi untuk mengatasi fungsi ginjal yang rusak
(Supriyadi, Wagiyo, & Widowati, 2011). Terapi hemodialisa yang harus
dilakukan pada pasien GGK biasanya berlangsung rutin sampai mendapatkan
donor ginjal melalui operasi pencangkokan. Terapi hemodialisa dilakukan
secara periodik guna mempertahankan kelangsungan hidup pasien dan
mengendalikan uremia yang terjadi (Cecilia, 2011). Menurut data dunia
World Health Organization (WHO) dalam Ratnawati (2014), secara global
lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit GGK. Artinya, sekitar 1,5 juta
orang harus menjalani hidup bergantung pada terapi pengganti ginjal atau
hemodialisa (HD), dengan insidensi sebesar 8% dan terus bertambah setiap
tahunnya. Terapi hemodialisa akan merubah ritme kehidupan seseorang, baik
bagi pasien maupun keluarganya. Perubahan yang terjadi meliputi pola
makan, pola minum, pola tidur, terapi obat-obatan, dan aktivitas
kehidupannya yang terjadi di rumah serta di masyarakat (Sathvik et al.,
2011).
Salah satu intervensi yang diberikan kepada penderita hemodialisa adalah
pembatasan asupan cairan. Tanpa adanya pembatasan asupan cairan, akan
mengakibatkan cairan menumpuk dan akan menimbulkan edema di sekitar
tubuh. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat
kerja jantung. Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru-paru sehingga
membuat pasien mengalami sesak nafas. Secara tidak langsung berat badan
pasien juga akan mengalami peningkatan berat badan yang cukup tajam,
mencapai lebih dari berat badan normal (0,5 kg /24 jam) (Brunner & Suddart,
2002; Hudak & Gallo, 2006). Oleh karena itu, pasien GGK perlu mengontrol
dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuh. Pembatasan
asupan cairan penting agar pasien yang menderita GGK tetap merasa nyaman
pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi hemodialisa. Pembatasan
cairan sering kali sulit dilakukan oleh pasien, terutama jika mereka
mengkonsumsi obat-obatan yang membuat membran mukosa kering seperti
diuretik. Karena obat tersebut akan menyebabkan rasa haus yang berakibat
adanya respon untuk minum (Potter & Perry, 2008).
Mengingat penerapan kepatuhan pembatasan cairan pada pasien
hemodialisa ini merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien, maka penulis mengambil topic tentang pembatasan cairan dan
elektrolit serta pengaturan nutrisi bagi penderita gagal ginjal.

B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran mampu mengetahui
dan memahami tentang jumlah cairan yang harus dipatuhi oleh pasien
hemodialisa dan keluarga dapat memantau jumlah cairan yang masuk
ketubuh pasien gagal ginjal/pasien yang melakukan hemodialisa.
2. Tujuan khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan:
a. Sasaran mampu mengetahui dan memahami kondisi gagal ginjal
b. Sasaran mampu mengetahui dan memahami jumlah cairan yang
dianjurkan pada pasien hemodialisa
c. Sasaran mampu mengetahui dan memahami cara untuk mengontrol
jumlah cairan yang masuk ke tubuh
C. Tinjauan Teori
a) Pengertian Penyakit Gagal Ginjal
Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan keadaan dimana terjadi
penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan
(menahun). Penyakit GGK disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal.
Penyakit ini bersifat progresif dan biasanya tidak bisa pulih kembali
(irreversible) (Suwitra, 2006).
b) Pembatasan jumlah cairan pada pasien hemodialisa
Pasien hemodialisa dianjurkan membatasi konsumsi cairan dalam
sehari (Marantika & Devi, 2014). Pasien hemodialisa mengeluarkan
urin tidak lebih dari 200-300 mL setiap hari. Karenanya, pasien
disarankan mengkonsumsi cairan tidak lebih dari 500 mL atau setara 2
gelas perhari. Anjuran ini disertai anjuran untuk membatasi konsumsi
garam. Konsumsi air dan garam berlebih akan menyebabkan
pulmonary oedema yaitu kondisi dimana cairan memasuki paru-paru,
hipertensi, sesak nafas, menggigil, kecemasan, panik, kejang otot dan
bahkan kematian mendadak (Denhaerynck et al., 2007).
Pasien hemodialisa juga dianjurkan untuk membatasi makanan yang
mengandung kalium, air dan garam (Marantika & Devi, 2014). Buah-
buahan dan sayur-sayuran biasanya mengandung kalium sehingga
pasien disarankan untuk tidak mengkonsumsi hampir semua jenis buah
serta makanan yang diolah dari buah. Membatasi konsumsi makanan
yang mengandung garam dilakukan agar pasien tidak merasa haus.
Jika asupan cairan tidak dibatasi maka akan menyebabkan kerusakan
lainnya didalam tubuh, hal ini sesuai dengan penelitian Anita &
Novitasari (2015) yang menunjukkan bahwa 71,7% responden pada
kategori patuh. Pasien GGK yang tidak mematuhi pembatasan asupan
cairan akan mengalami penumpukan cairan sehingga menyebabkan
edema paru dan hipertropi pada ventrikel kiri. Penumpukan cairan
dalam tubuh menyebabkan fungsi kerja jantung dan paru-paru berat,
sehingga mengakibatkan pasien cepat lelah dan sesak. Aktivitas fisik
juga akan mengalami gangguan, baik pada saat beraktivitas ringan
maupun sedang.
c) Cara membatasi jumlah cairan yang masuk pada pasien HD
Prinsip diet penderita gagal ginjal
1. Diet lunak atau biasa
2. Cukup energi dan rendah protein
3. Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan
permen
4. Sebagai sumber protein, diutamakan protein hewani,
misalnya: susu, sapi, daging, dan ikan.
5. Untuk kebutuhan kalium dan natrium dengan keadaan
penderita.
6. Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 Kkal/Kg berat badan/hari.
7. Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan
kebutuhan sekitar 25 persen dari total energi yang diperlukan.
Makanan yang sebaiknya dibatasi
1. Sumber karbohidrat seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni,
pasta, hevermout, ubi.
2. Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju,
udang, telur.
3. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat,
jeruk, pisang, pepaya dan daun pepaya, seledri, kembang kol, dan
buncis.
Cara pengontrolan rasa haus pada penderita Gagal Ginjal
Cara mengontrol rasa haus dalam menjalani pengurangan asupan cairan
antara lain dengan mengurangi makanan asin yang dapat merangsang
rasa haus, minum air secara perlahan dengan gelas berukuran kecil,
bekukan minuman dalam bentuk es batu berukuran kecil dan kunyah
secara perlahan.

D. Metoda
Diskusi.
E. Media
1. Flipchart
2. Leaflet
F. Waktu dan Tempat
1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 November 2018
2. Waktu : 10.00- 10.30 Wib
3. Tempat : Ruangan Hemodialisa RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru
G. Pengorganisasian
1. Leader : M. Zulfadhli, S.Kep
2. Moderator : Wulan Khairini, S.Kep
3. Persentator : M. Zulfadhli, S.Kep
4. Fasilitator : Wulan Khairini, S.kep
Yulia Aryani Sahnaz, S.Kep
5. Observer : Yulia Aryani Sahnaz, S.kep
H. Setting Tempat

Keterangan :
: Moderator

: Persentator

: Fasilitator

: Observer

: CI Klinik dan CI Akademik

: Media

: Peserta
I. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience
1. 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam.
1. Mengucapkan salam. 2. Memperhatikan.
2. Perkenalkan diri.
3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan.
4. Menyebutkan materi
yang akan diberikan.
2. 10 menit Proses : 1. Memperhatikan
1. Menjelaskan pengertian penjelasan.
penyakit gagal ginjal 2. Bertanya dan
2. Menjelaskan tentang mendengarkan
kepatuhan untuk jawaban.
membatasi jumlah cairan
pada pasien hemodialisa
3 10 menit Evaluasi : 1. Menjelaskan
1. Meminta audience pengertian
menjelaskan pengertian penyakit gagal
gagal ginjal ginjal
2. Meminta audience 2. Menjelaskan
menjelaskan berapa berapa jumlah
jumlah cairan yang harus cairan yang harus
dikonsumsi pada pasien dikonsumsi pada
hemodialisa pasien hemodialisa
3. Meminta audience 3. Menjelaskan cara
menjelaskan cara mengontrol rasa
mengontrol rasa haus haus pada pasien
pada pasien hemodialisa hemodialisa

4 5 menit Terminasi : 1. Memperhatikan.


1. Menanyakan perasaan 2. Menjawab
audience setelah pertanyaan.
penyuluhan. 3. Membalas salam.
2. Mengucapkan terima
kasih atas perhatian yang
diberikan.
3. Mengucapkan salam
penutup.

J. Uraian Tugas
1. Leader : Memimpin penyuluhan
2. Moderator
a. Menjelaskan tujuan penyuluhan.
b. Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok.
c. Mengevaluasi pengetahuan, perasaan dan reinforcement setelah
penyuluhan terhadap audience.
3. Persentator
a. Mempresentasikan materi penyuluhan.
4. Fasilitator
a. Menyiapkan alat-alat penyuluhan.
b. Memberi motivasi kepada audienceuntuk mendengarkan apa yang
sedang dijelaskan.
c. Memberi kesempatan pada audience untuk bertanya.
5. Observer
a. Mencatat dan mengamati respon audience secara verbal dan non
verbal.
b. Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku.
c. Mencatat dan mengamati audience aktif dari penyuluhan.
K. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, bersih dan dilakukan ditempat terbuka
dan memungkinkan audience untuk berkonsentrasi terhadap
kegiatan.
b. Posisi tempat di atas tempat tidur untuk pasien dan kursi untuk
keluarga pasien.
c. Audience sepakat untuk menigkuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, Moderator, Persentator, Fasilitator, Observer berperan
sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Moderator dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga
akhir.
b. Moderator mampu memimpin acara.
c. Fasilitator mampu memotivasi audience dalam kegiatan penyuluhan.
d. Fasilitator membantu moderator melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
e. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
f. Audience mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
3. Evaluasi Hasil
a. Audience dapat meningkatkan pengetahuannya.
b. Audience akan mengungkapkan perasaan senang.
c. Audience terlihat lebih rileks.
d. Audience akan kooperatif terhadap kepatuhan dalam pembatasan
jumlah cairan yang masuk.
DAFTAR PUSTAKA

Anees, Muhammad; Farooq Hameed; Asim Mumtaz; Muhammad Ibrahim; Nasiir


Saeed Khan. (2011). Dialysis Related Factors Affecting Quality of Life in
Patient on Hemodialysis. Iranian Journal of Kidney Deseases.
http://www.ijkd.org.index/php/ijkd/vie w/355/246. Diakses tanggal 20
November 2014.
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8
Vol. 3. Jakarta: EGC.
Cecilia. 2011. Hubungan Tingkat Stress Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di RSUP dr. M. Djamil
Padang. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Denhaerynck, Kris,. Manhaeve, Dominique., Bobbels, Fabienne., Garzoni,
Daniela., Nolte, Christa., Geest, De, Sabina. (2007). Prevalence and
Consequence of Nonadherence to Hemodialysis Regimen. [on-line]
American Journal of Critical Care; 16,3; ProQues p.222.
http://m.ajcc.aacnjournals.org/cgi/reprin tframed/16/3/222/.

Anda mungkin juga menyukai