Anda di halaman 1dari 5

BAB I

1.1 Definisi
Arti tantangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal atau
objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah; rangsangan (untuk bekerja lebih giat dan sebagainya); hal atau objek
yang perlu ditanggulangi.
Manajer adalah seseorang yang menjalankan manajemen atau orang yang
sama harus menjalankan dua hal secara efektif yaitu manajemen dan
kepemimpinan (Sedarmayanti, 2011). Dapat disimpulkan bahwa manajer
keperawatan adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan
bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi keperawatan.
Kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana
terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-
kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar
berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud (Friedrich
dalam Agustino, 2012).
1.2 Kajian Teori yang Terkait
Menurut Depkes RI (2009), kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang
menjadi acuan bagi semua pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah,
swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan
memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah. Pengertian kebijakan
kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur
atau mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai
derajat kesehatan yang optimal pada seluruh rakyatnya.
Sejak berdirinya bangsa Indonesia, kesehatan merupakan poin penting
sesuai pembukaan UUD 1945 alenia 4 yaitu berbunyi “Kemudian daripada itu
untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum”. Kesejahteraan umum merupakan pokok landasan bahwa
penyelenggaran kesejahteraan di bidang kesehatan merupakan hal yang sangat

1
penting dalam memajukan kesejahteraan bangsa, Indonesia saat ini sedang
menghadapi era baru, dimana era baru tersebut berfokus pada kesehatan nasional.
1.3 Ulasan Materi Sesuai Tema
Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat, konstitusi UUD 1945 berhak
untuk mengatur dan mengurusi masyarakat dalam hal kepentingan umum.
Sehingga dalam konteks birokrasi harus mampu mewujudkan tujuan nasional,
yaitu tercapainya masyarakat maju, mandiri, dan sejahtera. Termasuk fungsi
pelayanan kesehatan yang merupakan tugas birokrasi sebagai alat pemerintahan.
Masyarakat tentunya berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara
optimal tanpa memandang status sosial. Pemerintah mempunyai kewajiban dalam
mengendalikan dan menyempurnakan layanan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat dalam bentuk regulasi dan kebijakan yang strategis. Selain itu dalam
UUD 1945 bahwa negara ingin mewujudkan masyarakat yang sehat. Keterkaitan
keinginan tersebut perlu adanya kegiatan untuk mencapai bangsa yang sehat,
keadaan dimana harus terbentuk masyarakat peduli kesehatan. Apabila kepedulian
sudah merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat serta pelayanan
yang memadai, maka jelas kesehatan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi (Muninjaya,
2004; Buchbinder, 2014).
Sistem layanan kesehatan dalam artian luas merupakan totalitas layanan
yang diberikan oleh semua disiplin kesehatan. Sistem layanan kesehatan bertujuan
memberikan perawatan bagi mereka yang sakit dan cedera (Kozier, 2010).
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan di Indonesia masih menghadapi
berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi sehingga diperlukan
pemantapan dan percepatan melalui Sistem Kesehatan Nasional (SKN) sebagai
pengelola kesehatan (Perpres 72 Tahun 2012). Pengelolaan kesehatan
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya (Kozier. 2010).
Tenaga kesehatan antara lain tenaga keperawatan merupakan salah satu
komponen penting. Perawat merupakan sumber daya manusia di rumah sakit
karena jumlahnya dominan (55-65%) serta merupakan profesi yang memberikan

2
pelayanan terus-menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013) dan
memiliki peran yang sangat vital dalam layanan kesehatan. Sehingga peran para
manajer/pemimpin keperawatan dalam hal ini adalah kepala bidang keperawatan,
kepala ruang, ketua tim, dan lain-lain mempunyai tanggung jawab mengatur
aktifitas perawatan melalui pelaksanaan fungsi manajerial yang meliputi fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan (Nursalam, 2014).
1.4 Hasil Penelitian Terkait Sesuai Tema
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hafizurrachman, H. M.,
Trisnantoro, L., dan Bachtiar, A. (2011) yang berjudul “Kebijakan Keperawatan
Berbasis Kinerja di RSU Tangerang” didapatkan hasil yang menunjukkan isi
kebijakan kinerja kemampuan diketahui pada adanya ketentuan minimum
kemampuan perawat, perlindungan dan pengaturan beban kerja perawat
standarisasi lingkungan minimum dan ketersediaan K3. Sementara itu, belum
terpenuhinya hasil kinerja yang maksimal di RSU Tangerang karena belum
adanya aturan yang terkait dengan penyediaan tempat kerja yang sesuai dengan
minat dan kemampuan pekerja serta adanya perlindungan yang maksimal dari
risiko dan bahaya pekerjaan keperawatan yang dapat terjadi, sehingga usulan yang
disusun mengarah pada pemenuhan hal tersebut. Prakondisi untuk
terselenggaranya kebijakan atau aturan keperawatan perlu pula disusun
berdasarkan visi rumah sakit itu sendiri. Adapun terselenggaranya aturan tersebut
sebagaimana yang disampaikan pada analysis for policy antara lain jenis pekerja
apa yang diperlukan, jumlah biaya, pola pengaturannya, aturan jenjang karier,
perhitungan tingkat kelelahan dan hal-hal lain yang diperlukan untuk terpenuhinya
aturan/kebijakan tersebut.
Kemudian penelitian yang dilakukan Surianto dan Trisnantoro, L. (2013)
yang berjudul “Evaluasi Penerapan Kebijakan Badan Layanan Umum Daerah di
RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah” didapatkan hasil bahwa pelaksanaan
penerapan BLUD berdasarkan hasil kajian evaluasi di RSUD Undata dan Dinas
Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa penerapan yang sesuai
dengan standar yaitu Pola Tata Kelola, Rencana Strategis Bisnis dan Laporan
Pengelolaan Keuangan dengan analisis sudah dijalankan dengan baik sedangkan

3
penerapan yang belum sesuai dengan kriteria adalah Standar Pelayanan Minimal
belum bisa dilaksanakan secara optimal.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut peran manajer keperawatan dalam
manajemen suatu layanan kesehatan khususnya di rumah sakit sangat diperlukan
dan memiliki peran yang sangat vital dalam layanan kesehatan. Sehingga peran
para manajer/pemimpin keperawatan dalam hal ini adalah kepala bidang
keperawatan, kepala ruang, ketua tim, dan lain-lain mempunyai tanggung jawab
mengatur aktifitas perawatan melalui pelaksanaan fungsi manajerial (Nursalam,
2014).
1.5 Penyelesaian Masalah
Hasil Implementasi kebijakan berdasarkan penelitian Hafizurrachman, H.
M., Trisnantoro, L., dan Bachtiar, A. (2011) diperlukan untuk mengawal kinerja
perawat yang maksimal, untuk mewujudkan pelayanan yang prima di RSU
Tangerang. Aturan atau kebijakan keperawatan ini diperlukan untuk mengawal
terwujudnya kinerja yang maksimal, sehingga dapat terjamin pelayanan prima di
RSU Tangerang. Hal ini dapat berlangsung bila semua kondisi diperjuangkan
dengan maksimal oleh berbagai pihak terutama manajemen rumah sakit, termasuk
manajemen keperawatan.
Kemudian berdasarkan penelitian Surianto dan Trisnantoro, L. (2013)
dukungan yang diberikan pemerintah daerah tentang PPK-BLUD menuntut
perlunya dibentuk dewan pengawas ex-officio dari kepala dinas kesehatan agar
supaya lebih mudah menentukan arah kebijakan rumah sakit yang berdasarkan
kondisi dan karakteristik daerah. Solusi terbaik antara pengambil kebijakan di
tingkat pemerintah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata sebagai Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk melakukan advokasi dan lobi agar
terealisasi dalam menunjang peningkatan kinerja karyawan.
1.6 Kontribusi Terhadap Permasalahan yang Ada
Implementasi dan hasil serta lingkungan kebijakan harus diselenggarakan
dengan optimal. Dengan demikian yang direkomendasikan yaitu dengan
disediakannya kebijakan keperawatan berbasis kinerja. Kemudian implikasi yang
harus dilakukan manajemen dengan menyediakan sumber daya yang cukup dan
sosialisasi yang masif.

4
BAB II

2.1 Kesimpulan
Sistem layanan kesehatan dalam artian luas merupakan totalitas layanan
yang diberikan oleh semua disiplin kesehatan. Pengelolaan kesehatan
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Tenaga kesehatan antara lain tenaga keperawatan merupakan salah satu
komponen penting. Perawat merupakan sumber daya manusia di rumah sakit
karena jumlahnya dominan (55-65%) serta merupakan profesi yang memberikan
pelayanan terus-menerus selama 24 jam kepada pasien dan memiliki peran yang
sangat vital dalam layanan kesehatan. Sehingga peran para manajer/pemimpin
keperawatan dalam hal ini adalah kepala bidang keperawatan, kepala ruang, ketua
tim, dan lain-lain mempunyai tanggung jawab mengatur aktifitas perawatan
melalui pelaksanaan fungsi manajerial yang meliputi fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

2.2 Saran
Pemantapan peran para manajer/pemimpin keperawatan diperlukan untuk
mengawal kinerja perawat yang maksimal, untuk mewujudkan pelayanan yang
prima di layanan kesehatan. Aturan atau kebijakan keperawatan juga diperlukan
untuk mengawal terwujudnya kinerja yang maksimal, sehingga dapat menjamin
pelayanan prima di layanan kesehatan. Hal ini dapat berlangsung bila semua
kondisi diperjuangkan dengan maksimal oleh berbagai pihak terutama manajemen
rumah sakit, termasuk manajemen keperawatan.

Diperiksa Oleh PJMK, Dibuat Oleh,

(Ns. Roymond H. Simamora, S. Kep., M. Kep.) (Robin F. Sitopu)


NIP. 197606292005011001 NIM. 187046014

Anda mungkin juga menyukai