Anda di halaman 1dari 9

Penyebab diabetes melitus

Tipe 1: Autoimun dan Idipoatik

Tipe 2: Kegagalan pengenalan Insulin / Resistensi insulin

Faktor resiko

DM tipe 1:

 Faktor genetik : terjadi turun temurun dari keluarga yang pernah menderita
diabetes mellitus sebelumnya

 Faktor lingkungan : Contohnya adalah adanya virus yang mengganggu sistem


pertahanan tubuh dan mengganggu fungsi pankreas

DM tipe 2:

 Obesitas : Lemak yang menupuk dalam tubuh membuat insulin kurang sensitif
sehingga tidak dapat berfungsi baik dalam menurunkan kadar gula farah.
Terutama untuk lingkar perut wanita >80 cm dan lingkar perut pria >90 cm.

 Gaya Hidup: Terlalu banyak konsumsi makanan tidak sehat, cepat saji, sering
merokok maupun minum alkohol.

 Faktor Usia: Semakin tua seseorang cenderung berat badan bertambah dan makin
jarang olahraga

 Etnis tertentu: Diabetes sering menyerang orang asia karena kebiasaan konsumsi
nasi.

 Faktor Genetik: Baik tipe 1 dan 2 sa,a sama bisa diturunkan. Jadi jika dalam
keluarga ada yang terkena yang lain bisa waspada.

 Kurangnya aktuvitas Fisik: Kurang menjaga berat badan dengan berolahraga.

DM gestasional: Diabetes mellitus yang didapat saat kehamilan karna adanya hormon
yang menyebabkan gangguan kerja insulin.
Tanda Dan Gejala

 Banyak makan

 Banyak minum

 Banyak pipis

 Penurunan berat badan

 Cepat lelah

 Padangan kabur

 Luka susah sembuh

Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus adalah memenuhi


anjuran:

1. Mengikuti pola makan sehat.


2. Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur
3. Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman dan
teratur.
4. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan
hasil pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan.
5. Melakukan perawatan kaki secara berkala.
6. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut
dengan tepat.
7. Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau
bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga
untuk mengerti pengelolaan penyandang DM.
8. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

Terapi Nutrisi Medis:

A. Karbohidrat
1. Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Terutama
karbohidrat yang berserat tinggi.
2. Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat
makan sama dengan makanan keluarga yang lain.
3. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
4. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake/ADI).
5. Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan
selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori
sehari.
B. Lemak
1. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
2. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak
jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu fullcream.
3. Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
C. Protein
1. Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
2. Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
D. Natrium
1. Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat
yaitu <2300 mg perhari.
2. Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan pengurangan
natrium secara individual.
3. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
E. Serat
1. Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacangkacangan, buah
dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat.
F. Pemanis Alternatif
1. Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake/ADI).
2. Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM karena dapat
meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari makanan
seperti buah dan sayuran yang mengandung fruktosa alami.
Jasmani:

1. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara secara


teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total
150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut
2. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan
jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus
mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan
untuk menunda latihan jasmani.
3. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan
jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari.
4. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut
jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka
220 dengan usia pasien.
5. Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis, hipertensi yang
tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance
training (latihan beban) 2-3 kali/perminggu.

Obat Hiperglikemia Oral


Insulin:

Insulin diperlukan pada keadaan:

1. HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik


2. Penurunan berat badan yang cepat
3. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
4. Krisis Hiperglikemia
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
7. Kehamilan dengan DM/Diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
10. Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Cara menyuntikkan insulin:

1. Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit (subkutan),


dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit
2. Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau drip
3. Insulin campuran (mixed insulin) merupakan kombinasi antara insulin kerja
pendek dan insulin kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang tertentu,
namun bila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut atau diperlukan
perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan pencampuran sendiri antara
kedua jenis insulin tersebut.
4. Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara insulin harus dilakukan
dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.
5. Penyuntikan insulin dengan menggunakan semprit insulin dan jarumnya
sebaiknya hanya dipergunakan sekali, meskipun dapat dipakai 2-3 kali oleh
penyandang diabetes yang sama, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin.
Penyuntikan insulin dengan menggunakan pen, perlu penggantian jarum
suntik setiap kali dipakai, meskipun dapat dipakai 2-3 kali oleh penyandang
diabetes yang sama asal sterilitas dapat dijaga.
6. Kesesuaian konsentrasi insulin dalam kemasan (jumlah unit/mL) dengan
semprit yang dipakai (jumlah unit/mL dari semprit) harus diperhatikan, dan
dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap. Saat ini yang tersedia hanya U100
(artinya 100 unit/ml).
7. Penyuntikan dilakukan pada daerah: perut sekitar pusat sampai kesamping,
kedua lengan atas bagian luar (bukan daerah deltoid), kedua paha bagian luar.

Pemantauan Glukosa Darah Mandiri

1. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan menggunakan darah


kapiler.
2. PGDM dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan suntik insulin beberapa kali
perhari atau pada pengguna obat pemacu sekresi insulin.
3. Waktu yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah makan
(untuk menilai ekskursi glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai risiko
hipoglikemia), dan di antara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia
nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala seperti
hypoglycemic spells.
4. PGDM terutama dianjurkan pada:
o Penyandang DM yang direncanakan mendapat terapi insulin
o Penyandang DM dengan terapi insulin dengan keadaan sebagai
berikut :
a) Pasien dengan A1C yang tidak mencapai target setelah terapi
b) Wanita yang merencanakan hamil
c) Wanita hamil dengan hiperglikemia
d) Kejadian hipoglikemia berulang

Aktifitas fisik

Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan
intensitas sedang: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

Dilakukan sebanyak 3-4 x per minggu selama 30 -45 menit, total 150 menit
perminggu

Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut

Sebelum olahraga sebaiknya melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan


jasmani.

Kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih
dahulu, dan jika >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda olahraga.

Kapan Kontrol

1. Kadar gula darah sewaktu


Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan gula darah yang
dilakukan setiap waktu, tanpa ada syarat puasa dan makan. Pemeriksaan ini
dilakukan sebanyak 4 kali sehari pada saat sebelum makan dan sebelum tidur
sehingga dapat dilakukan secara mandiri.
2. Kadar gula darah puasa
Pemeriksaan kadar gula darah puasa adalah pemeriksaan yang dilakukan
setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoglikemik.Standarnya pemeriksaan
ini dilakukan minimal 3 bulan sekali. Kadar gula darah normal pada saat puasa
adalah 70-100 mg/dl. Apabila kadar gula darah pada saat puasa di atas 7,0
mmol/dl (126 mg/dl) dan 2 jam sesudah makan di atas 11,1 mmol/dl (200
mg/dl) maka seseorang diagnosis mengalami DM
3. Kadar gula darah 2 jam setelah makan (Postprandial)
Pemeriksaan kadar postprandial adalah pemeriksaan kadar gula darah yang
dilakukan saat 2 jam setelah makan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoglikemik. Standarnya pemeriksaan
ini dilakukan minimal 3 bulan sekali. Kadar gula di dalam darah akan
mencapai kadar yang paling tinggi pada saat dua jam setelah makan.
Normalnya, kadar gula dalam darah tidak akan melebihi 180 mg per 100 cc
darah.
4. HbA1c
HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa dan hemoglobin
(bagian dari sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh
bagian tubuh). Makin tinggi kadar gula darah, maka semakin banyak molekul
hemoglobin yang berkaitan dengan gula. Apabila pasien sudah pasti terkena
DM, maka pemeriksaan ini penting dilakukan pasien setiap 3 bulan sekali.
Jumlah HbA1c yang terbentuk, bergantung pada kadar glukosa dalam darah
sehingga hasil pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan rata-rata kadar gula
pasien DM dalam waktu 3 bulan. Selain itu, pemeriksaan HbA1c juga dapat
dipakai untuk menilai kualitas pengendalian DM karena hasil pemeriksaan
HbA1c tidak dipengaruhi oleh asupan makanan, obat, maupun olahraga
sehingga dapat dilakukan kapan saja tanpa ada persiapan khusus.

Keterangan Gula Darah Gula Darah Gula Darah Penderita


Normal Pre-diabetes Diabetes

Kadar Gula <110 mg/dl 110-199 mg/dl >200 mg/dl


Darah Sewaktu
(GDS)
Kadar Gula <110 mg/dl 110-125 mg/dl >126 mg/dl
Darah Puasa
(GDP)
Kadar Gula <140 mg/dl <140 mg/dl >200 mg/dl
Darah Post
Prandial
(GDPP)

Anda mungkin juga menyukai