KEJANG DEMAM
1
B Etiologi Kejang Demam
Kejang dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial (Nurarif, 2013).
Intrakranial meliputi:
- Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau vetrikuler
- Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis
- Kongenital: disgenesis, kelaianan serenri
Ekstrakranial, meliputi:
- Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat
diare sebelumnya
- Toksik: intoksikasi, anastesi lokal, sindroma putus obat
- Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan
kekurangan pridoksin
Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu:
- Riwayat kejang dalam keluarga
- Usia kurang dari 18 bulan
- Tingginya suhu badan sebelum kejang → makin tinggi suhu sebelum
kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan
berulang
- Lamanya demam sebelum kejang → semakin pendek jarak antara
mulainya demam dengan kejang, maka makin besar risiko kejang demam
berulang.
2
- Peningkatan tekanan vena jugularis
Tanda dan gejala yang timbul pada kejang demam menurut Arif Mansjoer
(2002) :
1. Suhu anak tinggi
2. Anak pucat / diam saja
3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.
5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan
atau kekakuan fokal
6. Serangan tonik klonik (dapat berhenti sendiri)
7. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit
8. Seringkali kejang berhenti sendiri
3
Pathway
4
E Komplikasi
Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari
15 menit dan bersifat unilateral
3. Kelumpuhan
Komplikasi saat terjadi serangan :
1. Apneu
2. Trauma
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik.
Komplikasi setelah serangan :
1. Epilepsi
2. Retardasi mental
3. Kelemahan.
F Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,
elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak
menunjukkan kelainan yang berarti.
2. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis . indikasi lumbal pungsi pada
pasien dengan kejang demam meliputi:
- Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
meningitis sering tidak jelas
- Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal
pungsi kecuali pasti bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan/atau MRI tidak dianjurkan pada
anak tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan
5
gambaran normal. CT scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus
kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak.
G Penatalaksanaan Medis
Menurut Nurarif (2013) tujuan penanganan kejang adalah untuk menghentikan
kejang sehingga defek pernapasan dan hemodinamik dapat diminimalkan.
Pengobatan saat terjadi kejang:
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian:
- 5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun
- Atau 5 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB > 10
kg.
- 0,5 – 0,7 mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2 – 0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5 – 1 mg
per menit untuk menghindari depresi pernapasan. Bila kejang berhenti
sebelum obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2
kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak
dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorpsi dengan baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg mg/kgBB
perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapt diberikan pentobarbital 50 mg
IM dan pasang ventilator bila perlu,
Setelah kejang berhenti
Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan
pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah
terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa:
1. Antipireutik
- Parasetamol atau asetaminofen 10 – 15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek
samping berupa hiperhidrosis.
- Ibuprofen 10 mgkgBB/kali diberikan 3 kali
6
2. Antikonvulsan
- Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang, atau
- Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
Bila kejang berulang, berikan pengobatan rumatan dengan fenobartial atau asam
valproat dengan dosis asam valproat 15 – 40 mg/kgBB/hari dibagi 2 – 3 dosis,
sedangkan fenobartial 3 – 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan adalah:
- Kejang lama > 15 menit
- Anak mengalami kelaianan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang misalnya hemiperase, cerebral palsy, hidrocefalus
- Kejang fokal
- Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi
Disamping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
- Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan.
7
Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.
Post iktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia (baik
urine/fekal).
d. Makanan dan cairan
Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual, muntah yang
berhubungan dengan aktifitas kejang.
e. Neurosensori
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing.
Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.
f. Nyeri / kenyaman
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.
Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati–hati. Perubahan pada tonus
otot. Tingkah laku distraksi/gelisah.
g. Pernafasan
Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun/cepat,
peningkatan sekresi mukus. Fase posiktal : apnea.
8
3. Intervensi (NANDA NIC NOC)
NO Diagnosa/Batasan
Karakteristik/Faktor yang NOC/Kriteria Hasil NIC
Berhubungan
1. Resiko Aspirasi NOC : NIC:
Respiratory Status : Aspiration precaution
Definisi : Resiko masuknya Ventilation Monitor tingkat kesadaran,
sekret sekret gastrointestinal , Aspiration control reflek batuk dan
oropharingeal, benda-benda Swallowing Status kemampuan menelan
padat, atau cairan kedalam Monitor status paru
tracheobronkhial Kriteria Hasil : Pelihara jalan nafas
Klien dapat bernafas Lakukan suction jika
Faktor-faktor Resiko : dengan mudah, tidak diperlukan
peningkatan tekanan dalam irama, frekuensi Cek nasogastrik sebelum
lambung pernafasan normal makan
selang makanan Pasien mampu Hindari makan kalau residu
situasi yang menghambat menelan, mengunyah masih banyak
elevasi tubuh bagian atas tanpa terjadi aspirasi, Potong makanan kecil kecil
penurunan tingkat dan Haluskan obat
kesadaran mampumelakukan sebelumpemberian
adanya tracheostomy atau oral hygiene Naikkan kepala 30-45
selang endotracheal Jalan nafas paten, derajat setelah makan
keperluan pengobatan mudah bernafas, tidak
adanya kawat pada rahang merasa tercekik dan
peningkatan residu tidak ada suara nafas
lambung abnormal
menurunnya fungsi sfingter
esofagus
gangguan menelan
NGT
Operasi/trauma wajah,
mulut, leher
Batuk dan gag reflek
Penurunan motilitas
gastrointestinal
Lambatnya pengosongan
lambung
2. Hipertermia NOC : Thermoregulation NIC :
Kriteria Hasil : Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik Suhu tubuh dalam Monitor suhu sesering
diatas rentang normal rentang normal mungkin
Nadi dan RR dalam Monitor IWL
Batasan Karakteristik: rentang normal Monitor warna dan suhu
kenaikan suhu tubuh diatas Tidak ada perubahan kulit
9
rentang normal warna kulit dan tidak Monitor tekanan darah,
serangan atau konvulsi ada pusing, merasa nadi dan RR
(kejang) nyaman Monitor penurunan tingkat
kulit kemerahan kesadaran
pertambahan RR Monitor WBC, Hb, dan Hct
takikardi Monitor intake dan output
saat disentuh tangan terasa Berikan anti piretik
hangat Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab
Faktor faktor yang demam
berhubungan : Selimuti pasien
penyakit/trauma Lakukan tapid sponge
peningkatan metabolisme Berikan cairan intravena
aktivitas yang berlebih Kompres pasien pada lipat
pengaruh medikasi/anastesi paha dan aksila
ketidakmampuan/penuruna Tingkatkan sirkulasi udara
n kemampuan untuk Berikan pengobatan untuk
berkeringat mencegah terjadinya
terpapar dilingkungan menggigil
panas
dehidrasi Temperature regulation
pakaian yang tidak tepat Monitor suhu minimal tiap
2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
10
emergency yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu
11
Eksternal menjelaskan factor pasien
Mode transpor atau cara resiko dari Menghindarkan lingkungan
perpindahan lingkungan/perilaku yang berbahaya (misalnya
Manusia atau penyedia personal memindahkan perabotan)
pelayanan kesehatan Mampumemodifikas Memasang side rail tempat
(contoh : agen nosokomial) i gaya hidup tidur
Pola kepegawaian : untukmencegah Menyediakan tempat tidur
kognitif, afektif, dan faktor injury yang nyaman dan bersih
psikomotor Menggunakan Menempatkan saklar lampu
Fisik (contoh : rancangan fasilitas kesehatan ditempat yang mudah
struktur dan arahan yang ada dijangkau pasien.
masyarakat, bangunan dan Mampu mengenali Membatasi pengunjung
atau perlengkapan) perubahan status Memberikan penerangan
Nutrisi (contoh : vitamin kesehatan yang cukup
dan tipe makanan) Menganjurkan keluarga
Biologikal ( contoh : untuk menemani pasien.
tingkat imunisasi dalam Mengontrol lingkungan dari
masyarakat, kebisingan
mikroorganisme) Memindahkan barang-
Kimia (polutan, racun, barang yang dapat
obat, agen farmasi, alkohol, membahayakan
kafein nikotin, bahan Berikan penjelasan pada
pengawet, kosmetik, pasien dan keluarga atau
celupan (zat warna kain)) pengunjung adanya
Internal perubahan status kesehatan
Psikolgik (orientasi afektif) dan penyebab penyakit.
Mal nutrisi
Bentuk darah abnormal,
contoh :
leukositosis/leukopenia,
perubahan faktor
pembekuan,
trombositopeni, sickle cell,
thalassemia, penurunan Hb,
Imun-autoimum tidak
berfungsi.
Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak
berfungsinya sensoris)
Disfugsi gabungan
Disfungsi efektor
Hipoksia jaringan
Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
Fisik (contoh : kerusakan
12
kulit/tidak utuh,
berhubungan dengan
mobilitas)
4 Termoregulasi Tidak Efektif NOC NIC
- Hidration Temperature regulation
Definisi: Fruktuasi suhu - Adherence behavior (pengaturan suhu)
diantara hipotermi dan - Immune status - Monitor suhu minimal tiap 2
hipertermi - Risk control jam
Batasan Karakteristik: - Risk detection - Rencanakan monitoring suhu
Dasar kuku sianostik Kriteria Hasil: secara kontinyu
Fruktuasi suhu diatas dan - Keseimbangan antara - Monitor TD, nadi dan RR
dibawah kisaran normal produksi panas, panas - Monitor warna dan suhu kulit
Kulit kemerahan yang diterima, dan - Monitor tanda-tanda
Hipertensi kehilangan panas hipertermi dan hipotermi
Peningkatan suhu tubuh - Seimbang antara - Tingkatkan intake cairan dan
diatas kisaran normal produksi panas, panas nutrisi
Peningkatan frekuensi yang diterima, dan - Selimuti pasien untuk
pernapasan kehilangan panas mencegah hilangnya
selama 28 hari kehangatan tubuh
Sedikit menggigil, kejang
pertama kehidupan - Ajarkan pada pasien cara
Pucat sedang
- Keseimbangan asam mencegah keletihan akibat
Piloereksi basa bayi baru lahir panas
Penurunan suhu tubuh di - Temperature stabil: - Diskusikan tentang
bawah kisaran normal 36,5 - 37ºC pentingnya pengaturan suhu
Kulit dingin, kulit hangat - Tidak ada kejang dan kemungkinan efek
Pengisian ulang kapiler - Tidak ada perubahan negatif dari kedinginan
yang lambat, takikardi warna kulit - Beritahu tentang indikasi
Faktor yang berhubungan: - Glukosa darah stabil terjadinya keletihan dan
Usia yang ekstream - Pengendalian risiko: penanganan emergency yang
Fluktuasi suhu lingkungan hipertermia diperlukan
Penyakit - Pengendalian risiko: - Ajarkan indikasi dari
trauma hypothermia hipotermi dan penanganan
- Pengendalian risiko: yang diperlukan
proses menular - Berikan antipireutik jika
- Pengendalian risiko: perlu
paparan sinar matahari
13
halus. Kriteria Hasil: - Tekankan pentingnya
Faktor Risiko: - Recovery adanya perawatan prenatal sejak dini
Prenatal kekerasan - Ajarkan ibu mengenai
Kemiskinan - Recovery: kekerasan pentingnya berhenti
Gangguan endokrin emosional mengkonsumsi alkohol,
Gangguan genetik - Recovery neglect merokok, dan obat-oabtan
Buta huruf - Performance orang selama kehamilan
Nutrisi tidak adekuat tua: pola asuh prenatal - Ajarkan cara-cara
Asuhan prenatal tidak - Pengetahuan orang tua memberikan rangsangan
adekuat terhadap yang berarti untuk ibu dan
perkembangan anak bayi
Infeksi
meningkat - Ajarkan tentang perilaku
Kurang perawatan prenatal
- Berat badan= index yang sesuai dengan usia anak
Perawatan prenatal yang masa tubuh - Ajarkan tentang mainan dan
telat - Perkembangan anak 1 benda-benda yang sesuai
Usia ibu < 15 tahun bulan: penanda dengan usia anak
Usia ibu > 35 tahun perkembangan fisik - Berikan model peran
Substance abuse kognitif, dan intervensi perawatan
Kehamilan yang tidak psikososial usia 2 perkembangan untuk bayi
direncanakan bulan kurang bulan (prematur)
Kehamilan yang tidak - Penuaan fisik: - Diskusikan hal-hal terkait
diinginkan perubahan normal kerjasama antara orang tua
fisik yang biasanya dan anak.
Individual sering terjadi seiring
Anak yang diadopsi penuaan usia
Gangguan perilaku - Kematangan fisik
Kerusakan otak (mis: wanita dan pria:
perdarahan pada periode perubahan fisik
postnatal, bayi yang normal pada wanita
diayun, penganiayaan, yang terjadi dengan
kecelakaan) transisi dari kanak-
Penyakit kronis kanak ke dewasa
Gangguan kongenital - Fungsi gastrointestinal
Kegagalan untuk tumbuh anak adekuat
Anak asuh - Makanan dan asupan
Sering mengalami otitis cairan bergizi
media - Kondisi gizi adekuat
Gangguan genetik
Gangguan pendengaran
Nutrisi yang tidak adekuat
Keracunan timbale
Bencana alam
Penampisan obat tergolong
positif
Prematuritas
14
Kejang
Penyalahgunaan zat
Bergantung pada teknologi
Efek samping terkait
pengobatan (mis;
kemoterapi, terapi radiasi,
agens farmaseutikal)
Gangguan penglihatan
Lingkungan
Kemiskinan
Perilaku kekerasan
15
Neoplasma otak kesadaran membaik,
Infark miokard akut tidak ada gerakan-
Sindrom sick sinus gerakan involunter.
Penyalahgunaan zat
Terapi tombolitik
Efek samping tindakan
(mis. Tindakan operasi
bypaass)
Kondisi Klinis Terkait
Stroke
Cedera kepala
Aterosklerotik aortik
Infark miokard akut
Diseksi arteri
Embolisme
Endokarditis infektif
Fibrilasi atrium
Hiperkolesterolemia
Hipertensi
Dilatasi kardiomiopati
Koagulasi intravaskular
diseminata
Miksoma atrium
Neoplasma otak
Segmen ventrikel kiri
akinetik
Sindrom sick sinus
Stenosis karotid
Stenosis mitral
Hidrosefalus
Infeksi otak (mis.
Meningitis, ensefalitis,
abses serebri)
16
DAFTAR PUSTAKA
17