Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

A Pengertian Kejang Demam


Kejang-kejang karena demam, biasa juga disebut dengan kejang demam atau
stuip atau step, adalah suatu kondisi saat tubuh anak balita sudah tidak dapat
menahan serangan demam pada suhu tertentu (Widjaja, 2008).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu mencapai >38º C). kejang demam dapat terjadi karena proses intrakranial
maupun ekstrakranial (Nurarif, 2013).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah kejang yang
terjadi saat tubuh anak tidak dapat menahan serangan pada suhu tertentu (suhu
mencapai >38º C.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua (Nurarif, 2013), yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Ciri dari kejang ini adalah:
- Kejang berlangsung singkat
- Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu <10 menit
- Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Ciri kejang ini:
- Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

1
B Etiologi Kejang Demam
Kejang dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial (Nurarif, 2013).
Intrakranial meliputi:
- Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau vetrikuler
- Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis
- Kongenital: disgenesis, kelaianan serenri
Ekstrakranial, meliputi:
- Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat
diare sebelumnya
- Toksik: intoksikasi, anastesi lokal, sindroma putus obat
- Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan
kekurangan pridoksin
Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu:
- Riwayat kejang dalam keluarga
- Usia kurang dari 18 bulan
- Tingginya suhu badan sebelum kejang → makin tinggi suhu sebelum
kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan
berulang
- Lamanya demam sebelum kejang → semakin pendek jarak antara
mulainya demam dengan kejang, maka makin besar risiko kejang demam
berulang.

C Manifestasi Klasifikasi Kejang Demam


Menurut Nurarif (2013) manifestasi klinis kejang demam sebagai berikut:
1. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung
10 - 15 menit, bisa juga lebih.
2. Takikardia: pada bayi frekuensi sering diatas 150 – 200 permenit
3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai
akibat menurunnya curah jantung
4. Gejala bendungan system vena:
- Hepatomegali

2
- Peningkatan tekanan vena jugularis
Tanda dan gejala yang timbul pada kejang demam menurut Arif Mansjoer
(2002) :
1. Suhu anak tinggi
2. Anak pucat / diam saja
3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.
5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan
atau kekakuan fokal
6. Serangan tonik klonik (dapat berhenti sendiri)
7. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit
8. Seringkali kejang berhenti sendiri

D Patofisiologi Kejang Demam


Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak diperlukan energi dari
metabolisme, yang terpenting glukosa melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi membran dari permukaan dalam adalah lipoid dan
permukaan luar adalah ionik. Pada keadaan normal dapat dengan mudah dilalui
ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainnya,
kecuali ion khlorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena terdapat perbedaan jenis konsentrasi maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-A T Pase yang
terdapat pada permukaan sel.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan O2 akan meningkat 20%. Jadi pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Sedemikian besarnya meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel melalui neurotransmiter dan terjadilah kejang.

3
Pathway

Infeksi mikroorganisme Rangsang mekanik dan


biokimia
Reaksi Inflamasi
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Proses Demam
Perubahan konsentrasi Kelainan neurologis
Hipertermia ion di ruang ekstraseluler perinatal dan prenatal

Risiko Kejang Berulang Ketidakseimbangan Perubahan difusi Na+


potensial
Risiko Gangguan (membran ATP ASE) Perubahan beda potensial
Perkembangan membran sel neuron
Pelepasan muatan listrik
semakin meluas Risiko Cedera
keseluruh sel maupun
membran sel sekitarnya
dengan bantuan Kejang
neurotransmitter

Risiko Cedera Kurang dari 15 menit Lebih dari 15 menit


(KDS) (KDK)

Kesadaran Menurun Kontraksi otot meningkat Perubahan suplai darah


ke otak
Reflek Menelan Metabolisme meningkat
Menurun Risiko kerusakan sel
neuron otak
Risiko Aspirasi
Risiko Perfusi Serebral
Tidak Efektif
Kebutuhan O2 meningkat
Suhu tubuh makin meningkat
Risiko Asfiksia
Termoregulasi Tidak Efektif

4
E Komplikasi
Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari
15 menit dan bersifat unilateral
3. Kelumpuhan
Komplikasi saat terjadi serangan :
1. Apneu
2. Trauma
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik.
Komplikasi setelah serangan :
1. Epilepsi
2. Retardasi mental
3. Kelemahan.

F Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,
elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak
menunjukkan kelainan yang berarti.
2. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis . indikasi lumbal pungsi pada
pasien dengan kejang demam meliputi:
- Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
meningitis sering tidak jelas
- Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal
pungsi kecuali pasti bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan/atau MRI tidak dianjurkan pada
anak tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan

5
gambaran normal. CT scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus
kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak.

G Penatalaksanaan Medis
Menurut Nurarif (2013) tujuan penanganan kejang adalah untuk menghentikan
kejang sehingga defek pernapasan dan hemodinamik dapat diminimalkan.
Pengobatan saat terjadi kejang:
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian:
- 5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun
- Atau 5 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB > 10
kg.
- 0,5 – 0,7 mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2 – 0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5 – 1 mg
per menit untuk menghindari depresi pernapasan. Bila kejang berhenti
sebelum obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2
kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak
dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorpsi dengan baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg mg/kgBB
perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapt diberikan pentobarbital 50 mg
IM dan pasang ventilator bila perlu,
Setelah kejang berhenti
Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan
pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah
terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa:
1. Antipireutik
- Parasetamol atau asetaminofen 10 – 15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek
samping berupa hiperhidrosis.
- Ibuprofen 10 mgkgBB/kali diberikan 3 kali

6
2. Antikonvulsan
- Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang, atau
- Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
Bila kejang berulang, berikan pengobatan rumatan dengan fenobartial atau asam
valproat dengan dosis asam valproat 15 – 40 mg/kgBB/hari dibagi 2 – 3 dosis,
sedangkan fenobartial 3 – 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan adalah:
- Kejang lama > 15 menit
- Anak mengalami kelaianan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang misalnya hemiperase, cerebral palsy, hidrocefalus
- Kejang fokal
- Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi
Disamping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
- Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan.

H KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM


1. Pengkajian
Menurut Doenges (1993) dasar data pengkajian pasien adalah :
a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktifitas /
bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri / orang terdekat / pemberi
asuhan kesehatan atau orang lain.
Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot, gerakan involunter / kontraksi
otot ataupun sekelompok otot
b. Sirkulasi
Gejala : Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sianosis. Posiktal : Tanda
vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan
c. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia episodik.

7
Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.
Post iktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia (baik
urine/fekal).
d. Makanan dan cairan
Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual, muntah yang
berhubungan dengan aktifitas kejang.
e. Neurosensori
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing.
Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.
f. Nyeri / kenyaman
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.
Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati–hati. Perubahan pada tonus
otot. Tingkah laku distraksi/gelisah.
g. Pernafasan
Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun/cepat,
peningkatan sekresi mukus. Fase posiktal : apnea.

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI)


1. Risiko Aspirasi
2. Hipertemia
3. Risiko Cedera
4. Termoregulasi Tidak Efektif
5. Resiko Gangguan Perkembangan
6. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif

8
3. Intervensi (NANDA NIC NOC)
NO Diagnosa/Batasan
Karakteristik/Faktor yang NOC/Kriteria Hasil NIC
Berhubungan
1. Resiko Aspirasi NOC : NIC:
 Respiratory Status :  Aspiration precaution
Definisi : Resiko masuknya Ventilation  Monitor tingkat kesadaran,
sekret sekret gastrointestinal ,  Aspiration control reflek batuk dan
oropharingeal, benda-benda  Swallowing Status kemampuan menelan
padat, atau cairan kedalam  Monitor status paru
tracheobronkhial Kriteria Hasil :  Pelihara jalan nafas
 Klien dapat bernafas  Lakukan suction jika
Faktor-faktor Resiko : dengan mudah, tidak diperlukan
 peningkatan tekanan dalam irama, frekuensi  Cek nasogastrik sebelum
lambung pernafasan normal makan
 selang makanan  Pasien mampu  Hindari makan kalau residu
 situasi yang menghambat menelan, mengunyah masih banyak
 elevasi tubuh bagian atas tanpa terjadi aspirasi,  Potong makanan kecil kecil
 penurunan tingkat dan  Haluskan obat
kesadaran mampumelakukan sebelumpemberian
 adanya tracheostomy atau oral hygiene  Naikkan kepala 30-45
selang endotracheal  Jalan nafas paten, derajat setelah makan
 keperluan pengobatan mudah bernafas, tidak
 adanya kawat pada rahang merasa tercekik dan
 peningkatan residu tidak ada suara nafas
lambung abnormal
 menurunnya fungsi sfingter
esofagus
 gangguan menelan
 NGT
 Operasi/trauma wajah,
mulut, leher
 Batuk dan gag reflek
 Penurunan motilitas
gastrointestinal
 Lambatnya pengosongan
lambung
2. Hipertermia NOC : Thermoregulation NIC :
Kriteria Hasil : Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik  Suhu tubuh dalam  Monitor suhu sesering
diatas rentang normal rentang normal mungkin
 Nadi dan RR dalam  Monitor IWL
Batasan Karakteristik: rentang normal  Monitor warna dan suhu
 kenaikan suhu tubuh diatas  Tidak ada perubahan kulit

9
rentang normal warna kulit dan tidak  Monitor tekanan darah,
 serangan atau konvulsi ada pusing, merasa nadi dan RR
(kejang) nyaman  Monitor penurunan tingkat
 kulit kemerahan kesadaran
 pertambahan RR  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 takikardi  Monitor intake dan output
 saat disentuh tangan terasa  Berikan anti piretik
hangat  Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab
Faktor faktor yang demam
berhubungan :  Selimuti pasien
 penyakit/trauma  Lakukan tapid sponge
 peningkatan metabolisme  Berikan cairan intravena
 aktivitas yang berlebih  Kompres pasien pada lipat
 pengaruh medikasi/anastesi paha dan aksila
 ketidakmampuan/penuruna  Tingkatkan sirkulasi udara
n kemampuan untuk  Berikan pengobatan untuk
berkeringat mencegah terjadinya
 terpapar dilingkungan menggigil
panas
 dehidrasi Temperature regulation
 pakaian yang tidak tepat  Monitor suhu minimal tiap
2 jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan

10
emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
3 Resiko Cedera NOC : Risk Kontrol NIC : Environment
Kriteria Hasil : Management (Manajemen
Definsi :  Klien terbebas dari lingkungan)
Dalam risiko cedera sebagai cedera  Sediakan lingkungan yang
hasil dari interaksi kondisi  Klien mampu aman untuk pasien
lingkungan dengan respon menjelaskan  Identifikasi kebutuhan
adaptif indifidu dan sumber cara/metode keamanan pasien, sesuai
pertahanan. untukmencegah dengan kondisi fisik dan
injury/cedera fungsi kognitif pasien dan
Faktor resiko :  Klien mampu riwayat penyakit terdahulu

11
Eksternal menjelaskan factor pasien
 Mode transpor atau cara resiko dari  Menghindarkan lingkungan
perpindahan lingkungan/perilaku yang berbahaya (misalnya
 Manusia atau penyedia personal memindahkan perabotan)
pelayanan kesehatan  Mampumemodifikas  Memasang side rail tempat
(contoh : agen nosokomial) i gaya hidup tidur
 Pola kepegawaian : untukmencegah  Menyediakan tempat tidur
kognitif, afektif, dan faktor injury yang nyaman dan bersih
psikomotor  Menggunakan  Menempatkan saklar lampu
 Fisik (contoh : rancangan fasilitas kesehatan ditempat yang mudah
struktur dan arahan yang ada dijangkau pasien.
masyarakat, bangunan dan  Mampu mengenali  Membatasi pengunjung
atau perlengkapan) perubahan status  Memberikan penerangan
 Nutrisi (contoh : vitamin kesehatan yang cukup
dan tipe makanan)  Menganjurkan keluarga
 Biologikal ( contoh : untuk menemani pasien.
tingkat imunisasi dalam  Mengontrol lingkungan dari
masyarakat, kebisingan
mikroorganisme)  Memindahkan barang-
 Kimia (polutan, racun, barang yang dapat
obat, agen farmasi, alkohol, membahayakan
kafein nikotin, bahan  Berikan penjelasan pada
pengawet, kosmetik, pasien dan keluarga atau
celupan (zat warna kain)) pengunjung adanya
Internal perubahan status kesehatan
 Psikolgik (orientasi afektif) dan penyebab penyakit.
 Mal nutrisi
 Bentuk darah abnormal,
contoh :
leukositosis/leukopenia,
perubahan faktor
pembekuan,
trombositopeni, sickle cell,
thalassemia, penurunan Hb,
Imun-autoimum tidak
berfungsi.
 Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak
berfungsinya sensoris)
 Disfugsi gabungan
 Disfungsi efektor
 Hipoksia jaringan
 Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
 Fisik (contoh : kerusakan

12
kulit/tidak utuh,
berhubungan dengan
mobilitas)
4 Termoregulasi Tidak Efektif NOC NIC
- Hidration Temperature regulation
Definisi: Fruktuasi suhu - Adherence behavior (pengaturan suhu)
diantara hipotermi dan - Immune status - Monitor suhu minimal tiap 2
hipertermi - Risk control jam
Batasan Karakteristik: - Risk detection - Rencanakan monitoring suhu
 Dasar kuku sianostik Kriteria Hasil: secara kontinyu
 Fruktuasi suhu diatas dan - Keseimbangan antara - Monitor TD, nadi dan RR
dibawah kisaran normal produksi panas, panas - Monitor warna dan suhu kulit
 Kulit kemerahan yang diterima, dan - Monitor tanda-tanda
 Hipertensi kehilangan panas hipertermi dan hipotermi
 Peningkatan suhu tubuh - Seimbang antara - Tingkatkan intake cairan dan
diatas kisaran normal produksi panas, panas nutrisi
 Peningkatan frekuensi yang diterima, dan - Selimuti pasien untuk
pernapasan kehilangan panas mencegah hilangnya
selama 28 hari kehangatan tubuh
 Sedikit menggigil, kejang
pertama kehidupan - Ajarkan pada pasien cara
 Pucat sedang
- Keseimbangan asam mencegah keletihan akibat
 Piloereksi basa bayi baru lahir panas
 Penurunan suhu tubuh di - Temperature stabil: - Diskusikan tentang
bawah kisaran normal 36,5 - 37ºC pentingnya pengaturan suhu
 Kulit dingin, kulit hangat - Tidak ada kejang dan kemungkinan efek
 Pengisian ulang kapiler - Tidak ada perubahan negatif dari kedinginan
yang lambat, takikardi warna kulit - Beritahu tentang indikasi
Faktor yang berhubungan: - Glukosa darah stabil terjadinya keletihan dan
 Usia yang ekstream - Pengendalian risiko: penanganan emergency yang
 Fluktuasi suhu lingkungan hipertermia diperlukan
 Penyakit - Pengendalian risiko: - Ajarkan indikasi dari
 trauma hypothermia hipotermi dan penanganan
- Pengendalian risiko: yang diperlukan
proses menular - Berikan antipireutik jika
- Pengendalian risiko: perlu
paparan sinar matahari

5 Resiko Gangguan NOC NIC


Perkembangan - Growth and Pendidikan orang tua: masa
development delayed bayi
Definisi: berisiko mengalami - Family coping - Ajarkan kepada orang tua
keterlambatan 25% atau lebih - Breastfeeding tentang penanda
pada satu atau lebih area sosial ineffective perkembangan normal
atau perilaku regulasi diri, atau - Nutritional status: - Demonstrasikan aktivitas
pada keterampilan kognitif, nutrient intake yang meunjang
bahasa, motorik kasar atau - Parenting performance perkembangan

13
halus. Kriteria Hasil: - Tekankan pentingnya
Faktor Risiko: - Recovery adanya perawatan prenatal sejak dini
Prenatal kekerasan - Ajarkan ibu mengenai
 Kemiskinan - Recovery: kekerasan pentingnya berhenti
 Gangguan endokrin emosional mengkonsumsi alkohol,
 Gangguan genetik - Recovery neglect merokok, dan obat-oabtan
 Buta huruf - Performance orang selama kehamilan
 Nutrisi tidak adekuat tua: pola asuh prenatal - Ajarkan cara-cara
 Asuhan prenatal tidak - Pengetahuan orang tua memberikan rangsangan
adekuat terhadap yang berarti untuk ibu dan
perkembangan anak bayi
 Infeksi
meningkat - Ajarkan tentang perilaku
 Kurang perawatan prenatal
- Berat badan= index yang sesuai dengan usia anak
 Perawatan prenatal yang masa tubuh - Ajarkan tentang mainan dan
telat - Perkembangan anak 1 benda-benda yang sesuai
 Usia ibu < 15 tahun bulan: penanda dengan usia anak
 Usia ibu > 35 tahun perkembangan fisik - Berikan model peran
 Substance abuse kognitif, dan intervensi perawatan
 Kehamilan yang tidak psikososial usia 2 perkembangan untuk bayi
direncanakan bulan kurang bulan (prematur)
 Kehamilan yang tidak - Penuaan fisik: - Diskusikan hal-hal terkait
diinginkan perubahan normal kerjasama antara orang tua
fisik yang biasanya dan anak.
Individual sering terjadi seiring
 Anak yang diadopsi penuaan usia
 Gangguan perilaku - Kematangan fisik
 Kerusakan otak (mis: wanita dan pria:
perdarahan pada periode perubahan fisik
postnatal, bayi yang normal pada wanita
diayun, penganiayaan, yang terjadi dengan
kecelakaan) transisi dari kanak-
 Penyakit kronis kanak ke dewasa
 Gangguan kongenital - Fungsi gastrointestinal
 Kegagalan untuk tumbuh anak adekuat
 Anak asuh - Makanan dan asupan
 Sering mengalami otitis cairan bergizi
media - Kondisi gizi adekuat
 Gangguan genetik
 Gangguan pendengaran
 Nutrisi yang tidak adekuat
 Keracunan timbale
 Bencana alam
 Penampisan obat tergolong
positif
 Prematuritas

14
 Kejang
 Penyalahgunaan zat
 Bergantung pada teknologi
 Efek samping terkait
pengobatan (mis;
kemoterapi, terapi radiasi,
agens farmaseutikal)
 Gangguan penglihatan
Lingkungan
 Kemiskinan
 Perilaku kekerasan

6 Risiko Perfusi Serebral NOC NIC


Tidak Efektif - Circulation status Peripheral Sensation
- Tissue prefusion: Management (Manajemen
Definisi: Berisiko mengalami cerebral sensasi perifer)
penurunan sirkulasi darah ke Kriteria Hasil: - Monitor adanya daerah
otak - Mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
status sirkulasi yang terhadap
Faktor Risiko ditandai dengan: panas/dingin/tajam/tumpul
 Keabnormalan masa - Tekanan sistol dan - Monitor adanya paretese
protrrombin dan/atau masa diastole dalam rentang - Instruksikan keluarga untuk
tromboplastin parsial yang diharapkan mengobservasi kulit jika ada
 Penurunan kinerja ventrikel - Tidak ada ortostatik isi atau laserasi
kiri hipertensi - Gunakan sarung tangan
 Aterosklerosis aorta - Tidak ada tanda-tanda untuk proteksi
 Diseksi arteri peningkatan tekanan - Batasi gerakan pada kepala,
 Fibrilasi atrium intrakranial (tidak leher dan punggung
 Tumor otak lebih dari 15 mmHg) - Monitor kemampuan BAB
- Mendemonstrasikan - Kolaborasi pemberian
 Stenosis karotis
kemmapuan kognitif analgetik
 Miksoma atrium
yang ditandai dengan : - Monitor adanya
 Aneurisma serebri - Berkomunikasi tromboplebitis
 Koagulopati (mis. Anemia dengan jelas dan - Diskusikan mengenai
sel sabit) sesuai dengan penyebab perubahan sensasi.
 Dilatasi kardiomiopati kemampuan
 Koagulasi intravaskuler - Menunjukkan
diseminata perhatian, konsentrasi
 Embolisme dan orientasi
 Cedera kepala - Memproses informasi
 Hiperkolesteronemia - Membuat keputusan
 Hipertensi dengan benar
 Endokarditis infektif - Menunjukkan fungsi
 Katup prostetik mekanis sensori motori cranial
 Stenosis mitral yang utuh: tingkat

15
 Neoplasma otak kesadaran membaik,
 Infark miokard akut tidak ada gerakan-
 Sindrom sick sinus gerakan involunter.
 Penyalahgunaan zat
 Terapi tombolitik
 Efek samping tindakan
(mis. Tindakan operasi
bypaass)
Kondisi Klinis Terkait
 Stroke
 Cedera kepala
 Aterosklerotik aortik
 Infark miokard akut
 Diseksi arteri
 Embolisme
 Endokarditis infektif
 Fibrilasi atrium
 Hiperkolesterolemia
 Hipertensi
 Dilatasi kardiomiopati
 Koagulasi intravaskular
diseminata
 Miksoma atrium
 Neoplasma otak
 Segmen ventrikel kiri
akinetik
 Sindrom sick sinus
 Stenosis karotid
 Stenosis mitral
 Hidrosefalus
 Infeksi otak (mis.
Meningitis, ensefalitis,
abses serebri)

16
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.


Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
NANDA. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta : Medi Action Publishing
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Indikator Diagnostik). Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta
Widjaja. M. C. 2008. Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta:
Kawan Pustaka

17

Anda mungkin juga menyukai