Anda di halaman 1dari 59

0

JUDUL YANG RELATIF COCOK DENGAN PTS ADALAH :

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLA, MOTIVATOR GURU DAN


PENGAWAS DI SDN ____ KECAMATAN _____ KABUPATEN
_______
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian Tindakan Sekolah

Tujuan pembangunan Nasional dapat dicapai melalui

pembangunan yang direncanakan dengan terarah dan realistis serta

dilaksanakan secara bertahap, bersungguh-sungguh, berdaya guna

dan berhasil guna. Tercapainya tujuan tersebut sangat tergantung dari

kesempurnaan aparatur negara dalam menjalankan tugasnya, hal ini

dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan kepada masyarakat,

penuh dedikasi, disiplin yang tinggi, prosedur kerja yang baik dan

sebagainya. Semuanya ini dilakukan mulai dari tingkat pusat sebagai

pemerintahan tertinggi sampai kepada tingkat pemerintahan terendah

di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Keberhasilan program pengajaran di sekolah akan membawa

peengaruh yang besar terhadap keberhasilan tujuan pendidikan

nasional sebagaimana tercantum dalam GBHN “ Untuk menciptakan

manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa “, oleh

karena itu sekolah harus dibina dengan cara meningkatkan


2

penyelenggaraan program pendidikan supaya berhasil guna dan

berdaya guna.

Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang mempunyai

peranan sebagai pemikir, perencana, pelaksana serta pengendali

pembangunan di sekolah. Dengan demikian kepala Sekolah

mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperlancar

jalannya roda pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan

nasional. Mengingat pentingnya peranan tersebut, maka Kepala

Sekolah harus mampu memberikan arahan dan motivasi kepada guru

dalam rangka pencapaian tujuan.

Dalam memotivasi, seorang pimpinan harus dapat

mengembangkan kecakapannya dalam memberikan perintah kepada

bawahannya. Ia harus mengetahui bagaimana memerintah orang lain

tanpa menimbulkan perlawanan atau kebencian dan ia harus dapat

memperoleh kepatuhan tanpa menghilangkan prakarsa dan daya cipta

bawahannya.

Tugas memberi motivasi memang tidak mudah. Pada umumny

pegawai-pegawai mempunyai latar belakang, harapan, pengalaman,

keinginan dan ambisi yang berbeda-bweda. Mereka melihat peristiwa-

peristiwa atau kejadian-kejadian dari sudut pandang yang berlainan.


3

Reaksi-reaksi mereka terhadap pekerjaan, rekan sekerja dan hubungan

kerja juga berbeda satu sama lain.

Pekerjaan sendiri merupakan pertimbangan yang sangat

pentying dalam motivasi. Pekerjaan dipandang secara berlainan oleh

orang-orang yang berbeda. Sebagian orang melakukan sesuatu karena

benar-benar mencintai pekerjaan itu, tetapi sebagian lain melakukan

pekerjaan karena mengharapkan memperoleh sesuatu dari pekerjaan

tersebut. Pada dasarnya, alasan seseorang bekerja adalah

berhubungan dengan kepantingan individunya atau memberikan bentuk

kepuasan tertentu kepadanya.

Demikian pula halnya dengan sekolah, Kepala Sekolah harus

mengetahui secara jelas hal-hal yang dapat mendorong para guru

melaksanakan tugas secara optimal.

Tantangan berat yang harus dihadapi oleh setiap Kepala

Sekolah, selain volume kerja yang meningkat, interaksi manusia yang

lebih kompleks serta tuntutan pengembangan di sekolah juga dituntut

untuk dapat menggerakkan para warganya berperan aktif dalam setiap

kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut, seorang Kepala Sekolah

perlu menggunakan cara tersendiri, misalnya dengan pembagian tugas


4

dan tangggung jawab yang jelas, penyediaan sarana kerja, pemberian

uang yang memadai dan lain-lainnya. Dengan demikian tujuan untuk

melanggar dan mendidik serta penyelenggaraan pendidikan secara

efektif dan efisien akan tercapai.

Hubungan kerja sama yang baik antara Kepala Sekolah dan para

guru mempunyai peranan yang penting dalam usaha pencapaian

tujuan tersebut. Hubungan dan kerja sama tersebut haruslah dapat

memberikan gairah dan semangat atau motivasi kerja yang tinggi.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditunjukkan bahwa

kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Oleh

karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang perilaku

seorang pimpinan lembaga pendidikan dalam memotivasi para guru

untuk bekerja sama mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, menjadi

kewajiban seorang supervisor pendidikan untuk melakukan pembinaan

dan pengarahan secara regular dan kolaboratif kepada Kepala Sekolah

agar senantiasa dalam pengembilan kebijakan-bijakan yang berkenaan

dengan sekolah selau mengedepankan kemajuan sekolah secara

visioner maupun misioner sekolah


5

B. Rumusan Masalah Dalam PTS

Permasalahan yang timbul tentang kepemimpinan Kepala

Sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja para guru di atas adalah

sebagai berikut :

a. Bagaimana Kepala Sekolah SDN ___________ Kecamatan

__________ Kabupaten _________ menjalankan

kepemimpinannya selama ini ?

b. Apakah sudah ada usaha dari Kepala Sekolah SDN ___________

Kecamatan __________ Kabupaten _________ meningkatkan

motivasi kerja para gurunya ?

c. Bagaimana Peran Pengawas Sekolah dalam membrikan

pembinaan bagi kepala Sekolah dalam memimpin di SDN

___________ Kecamatan __________ Kabupaten _________ ?

d. Apakah Kinerja para guru sudah menunjang kelancaran

administrasi sekolah di SDN ___________ Kecamatan

__________ Kabupaten _________ ?

e. Bagaimana tingkat pendidikan, kemampuan dan pengalaman kerja

para guru di SDN ___________ Kecamatan __________

Kabupaten _________ ?
6

f. Faktor apa saja yang menjadi hambatan Kepala Sekolah dalam

meningkatkan motivasi kerja para guru ?

C. Sasaran Penelitian Tindakan Sekolah

Tujuan penelitian ini adalah untuk megetahui :

1. Kemampuan kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningktkan

motivasi kerja para guru.

2. Motivasi kerja para guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan keddukan dan fungsinya masing-masing.

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan bagi Kepala sekolah

dalam meningkatkan motivasi kerja para guru.

D. Kegunaan Penelitian Tindakan Sekolah

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh

peneliti selama mengikuti pendidikan Pelatihan Kepemimpinan

Pengawas Sekolah.

2. Secara praktis sebagai masukan khususnya Kepala Sekolah dalam

meningkatkan motivasi kerja para guru.


7

E. Asumsi dan Keterbatasan

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian dan mempersempit

sudut pandang perana pengawas dalam pembinaan kepemimpinan

Kepala Sekolah sebagai usaha meningkatkan motivasi kerja para guru

di SDN ______ Kecamatan _______ Kabupaten ______, maka

penulis membatasi masalah tersebut diatas pada :

a. Bagaimana kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan

motivasi kerja para guru di SDN ___________ Kecamatan

__________ Kabupaten _________ ?

b. Bagaimana motivasi kerja para guru dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing ?

c. Faktor apa saja yang menjadi hambatan Kepala Sekolah dalam

meningkatkan motivasi kerja para guru di SDN ___________

Kecamatan __________ Kabupaten _________ ?


8

F. Metode Penelitian Tindakan Sekolah

Metode penelitian yang dipergunakan dalam rangka penelitian ini

adalah metode penelitian deskriptif. Yang dimaksud metode deskriptif

menurut Moh. Nazir (1988 : 63),adalah “Suatu metode dalam meneliti

suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat

serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-

kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang

sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Tujuan dari metode penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki.

Sedangkan pendekatan kualitatif pada hakekatnya adalah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan

mereka, dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian

kualitatif disebut juga penelitian naturalistik karena tidak menggunakan

alat pengukur dan situasi lapangan bersifat natural atau wajar,


9

sebagaimana adanya tanpa adanya manipulasi yang diatur dengan

eksperimen.

Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif kualitatif

adalah suatu metode penelitian yang memberikan gambaran

sebagaimana adanya terhadap situasi lapangan penelitian untuk

mencari data dan fakta dengan interpretasi yang tepat. Jadi dalam

penelitian ini, dengan menggunakan metode deskriptif penulis ingin

menggambarkan suatu keadaan dari suatu fenomena, yang dalam hal

ini adalah kepemimpinan Kepala Sekolah SDN ___________

Kecamatan __________ Kabupaten _________ dalam meningkatkan

motivasi kerja para gurunya, secara wajar dan apa adanya.


10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Arti Kepemimpinan

Secara etimologis istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar

“pimpin” yang berarti bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata

keja “memimpin” yang artinya membimbing atau menuntut dan kata

benda “pimpinan” yang berarti orang yang berfungsi membimbing atau

menuntun.

Banyak sekali para ahli yang memberikan definisi tentang

kepemimpinan, seperti yang dikutip oleh Kartini Kartono ( 2003: 49)

adalah sebagai berikut :

1. Menurut Ordway Tead dalam bukunya “The Art of Leadership”

: Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang

yang bekerja untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

2. Menurut George R. Terry dalam bukunya “Aspect of

Management” Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi

orang-orang agar mereka berusaha mencapai tujuan-tujuan

kelompok.
11

3. Menurut Howart H. Hoyt dalam bukunya : “Aspect of Modern

Public Administration” : Kepemimpinan adalah seni untuk

mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan uantuk

membimbing orang.

Dari beberapa definisi di atas dapat dilihat bahwa kepemimpinan

itu mengandung unsur-unsur :

a. Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, bawahan atau

kelompok.

b. Kemampuan mengarahkan tingkah laku orang lain atau bawahan.

c. Untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Dari unsur-unsur tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa

kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi dan mengarahkan

orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Dalam suatu kepemimpinan, seorang pemimpin dituntut untuk

memiliki sifat-sifat tertentu agar mampu membawa bawahannya

kepada keselamatan dan kesejahteraan.

Banyak para penganut teori kepemimpinan yang megemikakan

pendapatnya tentang sifat-sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang

pemimpin, antara lain adalah :


12

a. Ordway Teada dan Soehardjono ( 2002: 21), mengemukakan

bahwa sifat-sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin

adalah :

1. Physical and nervous energy (energi jasmani dan rohani).

2. A sense of purpose and direction (orintasi mengenai sasaran

dan tujuan)

3. Enthuism.

4. Friendliness and affectior (ramah tamah dan cinta kasih

sesamanya).

5. Integrity (pribadi yang bulat)

6. Techical mastery (kecakapan teknis)

7. Decisiveness (tegas)

8. Teaching skill (pandai mengajar)

9. Inteligence (cerdas)

10. Faith (keyakinan)

b. George R. Terry dalam Soehardjono ( 2001:21), mengemukakan

bahwa sifat-sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin adalah :

1. Energy (energi, baik fisik maupun mental)

2. Emotional stabilitas (stabilitas emosi)


13

3. Knowledge of human relations (pengetahuan mengenai

human relations)

4. Empathy (kemampuan untuk memproyeksikan diri, baik

mental maupun emosi, pada posisi orang lain)

5. Objectivity (objectif)

6. Personal motivation (dorongan motif yang keluar dari sendiri

sendiri)

7. Communicative skill (pandai berkomunikasi)

8. Teaching ability (kemampuan mengajar)

9. Social skill (pandai bergaul)

10. Technical competence (kemampuan teknis)

Dari sifat-sifat yangb dikemukakan para ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa seorang pimpinan itu harus memiliki beberapa

kelebihan agar dia mendapat pengakuan dari para bawahannya serta

dipatuhi segala perintahnya. Kelebihan itu meliputi kelebihan dalam

fikir, kejiwaan dan fisik.

2. Azas dan Fungsi Kepemimpinan

Menurut Kartini Kartono (1992 : 81), azas kepemimpinan adalah :

1. Kemanusiaan : Mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan yaitu

pembimbingan manusia oleh manusia untuk


14

mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu

demi tujuan-tujuan kemampuan.

2. Efisiensi : efisiensi, efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan

dengan terbatasnya sumber-sumber, materi dan jumlah

manusia atas penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis serta

azas-azasmanajemen modern.

3. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata menuju

kepada taraf kehidupan yang lebih tinggi.

Sedangkan fungsi kepemimpinan menurut Kartini Kartono (1992 : 81)

adalah:

Memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau

membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan

organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik;

memberikan supervisi/pengawasan yang efisien dan membawa

para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai

dengan ketentuan, waktu dan perencanaan.

Berbeda dengan Kartini Kartono, Sondang P. Siagian dalam

bukunya “Teori dan Praktek Kepemimpinan: (1994 : 47),

mengemukakan bahwa ada lima fungsi kepemimpinan yang bersifat

hakiki, yakni :
15

1. Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam

rangka pencapaian tujuan.

2. Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasai dalam

hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi.

3. Pimpinan selaku komunikator yang efektif.

4. Pimpinan sebagai mediator yang handal, khususnya dalam

hubungan kedalam, terutama dalam menangani situasi dan

konflik.

5. Pimpinan sebagai intergrator yang efektif, rasional, objektif

dan netral.

Berkaitan dengan fungsi kepemimpinan ini, dalam pelaksanaan

tugas-tugas kepemimpinan ini tercakup pula pemberian insentif sebagai

motivasi untuk bekerja lebih giat. Insentif ini dapat berupa insentif

material maupun sosial. Insentif material seperti : uang, bonus, jaminan

sosial, tempat tinggal dan lain-lain. Sedangkan insentif sosial dapat

berupa “ promosi jabatan, status sosial, martabat dan lain-lain.

B . Makna Motivasi

Beberapa definisi mengenai motivasi yang dikutip oleh Moekijat

(1984:10), adalah :
16

- Menurut George R. Terry, motivasi adalah keinginan di dalam

diri seorang individu yang mendorong dia untuk bertindak.

- Menurut Harold Kootz, motivasi menunjukkan dorongan dan

usaha untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai suatu

tujuan.

- Panitia istilah Manajemen Lembaga Pendidikan Dan

Pembinaan Manajemen, motivasi merupakan proses atau

faktor-faktor yang mendorong orang untuk bertindak dan

berperilaku dengan cara tertentu.

Dari beberapa pengertian atau definisi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu daya pendorong atau

perangsanga bagi seorang individu untuk melakukan sesuatu dalam

rangka mencapai tujuan yang diinginkan.

Motivasi kerja berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan

manusia seperti pangan, sandang, papan, penghargaan, rasa aman

dan lain-lain. Jika kebutuhan individu yang bekerja dalam suatu

organisasi dapat dipenuhi, maka secara otomatis motivasi kerja akan

meningkat pula.

Sedangkan pengertian motivator menurut Paul Hersey dan

Kenneth H. Blanchard yang dikutip oleh Moekijat (1984 : 11), ialah


17

faktor-faktor pemuas yang mengandung perasaan akan prestasi dan

pertumbuhan profesional serta penghargaan agar seseorang dapat

melakukan pekerjaan yang memberi tantangan serta kesempatan.

Pengertian motivator menurut Harold Koontz dkk. Yang dikutip

oleh Moekijat (19 : 11), adalah hal-hal yang mengakibatkan seseorang

melakukan sesuatu. Jadi motivator adalah sesuatu yang

mempengaruhi perilaku atau individu.

C. Tentang Kurikulum Dalam Pembelajaran

Kurikulum diartikan berbeda-beda oleh beberapa pakar, bagi

kebanyakan orang, kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran yang

harus dipelajari siswa. Bagi siswa, kurikulum diartikan sebagai tugas-

tugas pelajaran, latihan-latihan atau isi buku tes yang harus mereka

baca, hafalkan, atau pelajari. Bagi guru, kurikulum diasosiasikan

dengan dokumen yang berisi keterangan atau pedoman tentang materi

pelajaran yang harus diajarkan, metode serta teknik-teknik mengajar,

atau buku teks yang harus mereka ajarkan.

Ditinjau dari bahasa, kurikulum dari bahasa Yunani yang mula-

mula digunakan dalam bidang oleh raga, yaitu kata Currrere, yang
18

berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak

yang harus ditempuh dari start samapai dengan finish. Jarak dari start

sampai dengan finish ini disebut currere. Atas dasar tersebut

pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan.

Kemudian para ahli pendidikan dan ahli kurikulum membuat

macam-macam batasan tentang kurikulum tersebut, mulai dari

pengertian tradisional sampai pengertian modern, dan dari yang

sederhana sampai dengan yang kompleks. Tentunya setiap ahli

mempunyai pengertian atau versi batasan yang berbeda pula.

Paham pragmatis difinisi kurikulum adalah suatu pandangan

filsafat yang memandang realita selalu berada dalam pemulihan,

realivitas nilai-nilai dan pemakaian inteligensi yang kritis (Kneller dalam

Ansyar, 1989). Menurut paham ini, pendidikan adalah proses untuk

menumbuhkan pengalaman pelajar. Pendidikan dilihat sebagai alat

untuk mencapai kembali, mengontrol, dan mengarahkan, pengalaman

bagi pencapaian tujuan pendidikan yaitu membantu pelajar

memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian bukanlah

suatu proses persiapan anak untuk menghadapi kehidupan, tetapi

merupakan bagian integral dari kehidupan itu sendiri (Zais dalam

Ansyar,1989).
19

Peranan utama guru, menurut kaum pragmatis, adalah

menyiapkan suasana atau lingkungan belajar yang memungkinkan bagi

siswa untuk memperoleh pengalaman dalam mengindetifikasi masalah-

masalah, dan mencarikan jalan keluar dari masalah-masalah itu

(Johnson dalam Ansyar, 1989). Selain itu kurikulum tidak difokuskan

pada mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, tetapi diarahkan

kepada seperangkat kegiatan-kegiatan belajar yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman. Sehingga

siswa dapat mengkonstruksi sendiri kenyataan yang ada (Zais dalam

Ansyar,1989).

Dari penjelasan daiatas dapat dipahami bahwa kurikulum

menurut pragmatisme lebih memetingkan proses dari pada “status”.

Sehingga kurikulum yang sesuai dengan pragmatisme adalah

kurikulum berpusat pada siswa (student-centered), berorientasi pada

proses, dan lebih mengutamakan pengalaman belajar. Pengalaman

belajar hanya dapat diperoleh dengan jalan berasosiasi dengan orang

lain, oleh karena itu siswa harus tinggal di masyarakat, bekerjasama

dengan mengadaptasikan diri secara logis terhadap kebutuhan dan

aspirasi sosial dengan mereka dan mendapatkan diri secara logis

terhadap kebutuhan dan aspirasi sosial (Kneller dalam Ansyar,1989).


20

Taba (1962) mengatakan semua kurikulum tersusun dari unsur-

unsur tertentu. Suatu kurikulum biasanya terdiri dari pernyataan-

pernyataan mengenai tujuan (umum dan spesifik), seleksi dan

organisasi bahan, strategi belajar maupun mengajar, dan akhirnya

suatu program evaluasi. Namun Tyler (1970) mengatakan, kurikulum

identik dengan pembelajaran, pengembangan kurikulum sama dengan

merencanakan pembelajaran. Perencanaan kurikulum tidak dapat

dilakukan tanpa memperhatikan teori pembelajaran, demikian pula

pembelajaran tidak dapat dilakukan tanpa mengetahui gambaran

menyeluruh isi kurikulum yang harus dicakup dalam program

pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan pengembangan kurikulum dan

pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sama, tetapi pada

tingkat yang berbeda. Pengembangan kurikulum mencakup ruang

lingkup yang lebih luas, sedangkan rancangan pembelajaran

mempunyai ruang lingkup yang sempit. Seperti halnya pengembangan

kurikulum, pengembangan rancangan pembelajaran dapat

dikembangkan pada tingkat satuan pelajaran, bidang studi, dan

lembaga. Pengembangan rancangan pembelajaran yang setingkat

dengan pengembangan kurikulum yaitu rancangan yang berfokus pada

tingkat sistem.
21

D. komponen-komponen Kurikulum

Pengembangan kurikulum pada berbagai tingkat mengandung

komponen-komponen inti yang sama. Komponen-komponen tersebut

yaitu:

1. Tujuan, tujuan kurikulum berisikan perangkat asumsi landasan

progaram, perangkat kemampuan lulusan yang merupakan sasaran

pembentukan, serta garis-garis besar struktur kurikulum dengan

perian eskplisit mengenai misi yang dibawanya. Dengan demikian

kurikulum merupakan perangkat pengalaman belajar yang

dilakukan peserta didik sesuai dengan misi/tujuan yang

diembannya. Ada beberapa hirarki dalam tujuan kurikulum meliputi

: (1) tujan pendidikan nasional, (2) tujuan institusional, (3) tujuan

kurikuler, dan (4) tujuan pembelajaran.

2. Isi,isi kurikulum terdiri dari bidang-bidang mata pelejaran yang

secara keseluruhan akan mendukung tercapainya seluruh tujuan :

(1) bidang-bidang pembelajaran yang secara khusus dapat

mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional, (2) bidang-

bidang pembelajaran yang secara khusus dapat mendukung

tercapainya tujuan instutional, (3) bidang-bidang pembelajaran


22

yang secara khusus dapat dimanfaatkan untuk mempermudah

tercapainya semua tujuan tersebut. Isi merupakan bidang kajian

utama kurikulum.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan isi kurikulum antara lain

dikemukakan oleh Tyler (1970), ia menyebutkan lima prinsip umum

dalam memilih pengalaman belajar yang akan dijadikan isi

kurikulum, yaitu: pengalaman yang diberikan kepada pebelajar

harus memberikan kesempatan untuk dapat dipraktikkan sesuai

dengan tujuan, pemberian pengalaman atau penampilan prilaku

seperti yang dikehendaki, pengalaman belajar masih dalam batas

kemungkinan pebelajar terlibat secara aktif dalam proses

pemorelahannya. Pengalaman belajar yang akan diberikan diseleksi

sehingga cocok untuk mendukung tujuan, dan pengalaman belajar

bukan untuk mencapai suatu jenis prilaku sesuai tujuan saja,

melainkan dapat memberikan kemungkinan mengembangkan

kemampuan.

Doll (1978) mengatakan tujuh kreteria yang digunakan untuk

menetukan isi kurikulum, yaitu ketetapan dengan bahan

ajar,keseimbangan antara bahan untukpengenalan dengan

pendalaman, kesesuaian bahan/isi dengan minat dan kebutuhan


23

pebelajar, hubungan isi dengan konsep, kemampuan pebelajar

dalam mempelajari isi, dan integrasi dengan isi disiplin lain.

Prat (1980) mengajukan delapan kriteria untuk menentukan isi

kurikulum, yaitu : (1) relevan antara isi dengan tujuan (2) ketetapan

antara isi dengan tujuan (3) konsistensi dan kualitas, (4)urutannya

logis (5) sesuai perkembangan mutakhir (6) cocok untuk program

pengajara di sekolah (7) menghindari diri dari kontroversial (8)

keseimbangan cara memperlakukan kaum minoritas, agama,

politik, dan wanita.

Winecoff (1989) mengatakan ada tiga pertanyaan yang perlu di

jawab untuk isi kurikulum. Isi kurikulum itu untuk tujuan apa? Untuk

mengajarkan pengetahuan, ketrampilan dasar, persiapan karir

masa depan, membantu memecahkan masalah, membantu

mengembangkan konsep diri, mengembangkan hubungan dan

sikap positif, mengembangkan pemberantas buta huruf,

mengembangkan kebudayaan, rasa kebangsaan, nasionalisme dan

sebagainya. Isi kurikulum untuk siapa? Siapa pebelajarnya,

pengalaman apa yang sudah dimiliki, pengembangan untuk tingkat

yang mana, kepribadian, motivasi dan sebagainya. Bagaimana


24

mengorganisasi kurikulum ? berdasarkan konsep, logika, disiplin

ilmu dan sebagainya.

3. Strategi, untuk dapat mencapai semua tujuan yang dalam

pelaksanaannya berjenjang mulai terciptanya tujuan pembelajaran

sampai tujuan pendidikan nasional, perlu disusun suatu strategi.

Strategi ini berupa proses. pemilihan pengalaman belajar bagi

kepentingan peserta didik dengan memperhatikan : (1) sampai

seberapa jauh peserta didik dapat menerima isi pembelajaran yang

disajikan, dan (2) melihat sampai seberapa jauh proses

pembalajaran dapat dilaksanakan. Dalam hal ini pemikiran lebih

diarahkan pada apa yang dilakukan oleh peserta didik dalam

belajar dan usaha untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pengembangan kurikulum akan selalu membawa konsekuensi

pada pemilihan strategi pelaksanaan praktik di dalam kelas sesuai

tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum dan pembelajaran adalah

suatu proses yang saling berinteraksi. Pembelajaran menaruh

perhatian pada “bagaimana membelajarkan pebelajar”,sedangkan

kurikulum lebih menekankan pada deskripsi tentang “apa isi

pembelajaran” yang harus dipelajari pebelajar (Reigeluth,1983).


25

Dengan demikian kajian mengenai bagaimana membelajarkan

pebelajaran merupakan suatu proses interaktif yang melibatkan

perilaku pebelajar dengan berbagai karakteristik dalam belajar

dengan lingkungan belajarnya.

4. Evaluasi, evaluasi kurikulum dalam pengembangan dan

pelaksanaannya dapat dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu formatif

dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk menentukan

apa yang harus ditingkatkan atau diperbaiki agar kurikulumm

tersebut lebih efektif dan efisien. Secara ekstrim dapat dikatakan

betapapun kurang efektif atau sangat efektif kurikulum itu,

evaluator masih harus mencari apa yang perlu dilakukan untuk

meningkatkan efektifnya, sehingga kualitasnya lebih tinggi daripada

sebelumnya. Dalam pengembangan produk kurikulum,

pelaksanaan evaluasi formatif merupakan keharusan. Hanya

dengan cara itulah pengembangaan kurikulum dapat merasa yakin

bahwa sistem kurikulum yang dikembangkan akan efektif dan

efisien dilapangan sesungguhnya nanti. Dengan demikian evaluasi

formatif diartikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan

informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam

rangka meningkatkan kualitas produk kurikulum.


26

Evaluasi sumatif merupakan keputusan tentang efektif atau

tidaknya suatu produk kurikulum. Membandingkan efektivitas

beberapa jenis produk kurikulum untuk memilih salah satu yang

terbaik dan menyingkirkan yang lainya merupakan suatu proses

yang menetukan mana produk yang boleh digunakan terus dan

mana yang harus dihentikan atau tidak boleh digunakan. Jenis

evaluasi ini tidak menghasilkan petunjuk bagi orang yang

mengevaluasi tentang bagian mananya dari kurikulum atau

program pembelajaran yang harus diperbaiki. Evaluasi seperti ini

tidak pula menghasilkan petunjuk bagaimana cara memperbaiki

agar kualitasnya lebih baik.

E. Jenis-jenis Kurikulum

Dalam pendidikan kita juga mengenal beberapa jenis kurikulum,

misalnya kurikulum yang tertulis, kurikulum yang direncanakan,

kurikulum yang dilaksanakan, kurikulum formal dan informal. Goodlad

(1979) membedakan lima jenis kurikulum yaitu :

1. Kurikulum ideal (ideological curriculum) yaitu kurikulumm

sebagaimana diharapkan oleh ahli dan guru yang mencerminkan

pengetahuan yang diakumulasikan sepanjang jaman.


27

2. Kurikulum formal yaitu kurikulum yang disetujui dan disahkan

oleh pemerintah.

3. Kurikulum “banyangan” (perceived curriculum) yaitu kurikulum

yang ada dalam pikiran, yang diinginkan oleh orang tua dan guru.

4. Kurikulum operasional yaitu kurikulum yang dilaksanakan

didalam kelas.

5. Kurikulum pengalaman yaitu kurikulum yang dialami oleh murid.

Galtthorn (1987) mengatakan kurikulum diklasifikasikan dalam

tujuh jenis yaitu :

1. Kurikulum tertulis (Written Curriculum)

Kurikulum tertulis merupakan kurikulum yang sudah disetujui

oleh pemerintah. Kurikulum ini merupakan pengendali untuk menjamin

tujuan pendidikan. Kurikulum tertulis lebih komprehensif, konseptual,

direncanakan dengan baik dan mudah dipraktekkan spesifik, biasanya

memuat dasar-dasar pertimbangan yang mendukung kurikulum, tujuan

yang harus dicapai, sasaran yang harus diakui, konsekuen terhadap

kegiatan belajar mengajar yang harus dilakukan dan bagaimana

evaluasinya. Fungsinya kurikulum ini adalah sebagai pengantar

(mediating) pengendali dan standar.


28

Sebagai pengantar kurikulum ini menghubungkan ide-ide dalam

kurikulum rekomendasi dengan realitas dalam kelas. Artinya

merupakan perpaduan antara apa yang diinginkan para ahli,

akademika untuk diajarkan dengan yang dalam praktek dilakukan guru.

Sebagai pengendali kurikulum ini merupakan alat untuk mengontrol apa

yang diajarkan guru. Selanjutnya sebagai pembukuan menunjukkan

apa yang harus diajarkan minggu demi minggu didalam kelas sehingga

terjadi persamaan pemerataan dan kesatuan pendidikan.

2. Kurikulum Rekomendasi

Kurikulum rekomendasi yaitu kurikulum yang direkomendasikan

oleh para ahli, asosiasi profesional, komisi pembaharuan pendidikan

dan juga yang berdasarkan kebijakan pemerintah. Sejalan dengan

kurikulum ideal, kurikulum menekankan keharusan mempelajari

konsep, ketrampilan yang akan dikembangkan menurut persepsi dan

system nilai sumber atau sponsor. Kurikulum ini bersifat umum

berisikan sejumlah kebijakan yang disarankan, sejumlah tujuan, syarat-

sayarat kelulusan, rekomendasi tentang bahan, dan urutan-urutan

bahan. Kurikulum ini mempunyai kebaikan karena memuat

kebijaksanaan, sayarat-sayarat dan aspek yang perlu diperhatikan


29

dalam perencanaan kurikulum. Misalnya semua siswa Sekolah Dasar

(SD) harus belajar menguasai komputer. Kebaikan kebaikan kedua

kurikulum ini mencoba menyerap apa yang terjadi di dalam

masyarakat,dan akan terlihat hasilnya secara cepat. Kelemahan

kurikulum ini berhubungan dengan kurang sensitif terhadap realitas

yang terjadi didalam kelas, bagaimana guru merencanakan pelajaran.

Biasanya rekomendasi bersifat umum sedangkan guru membutuhkan

pedoman, bimbingan yang lebih komprehensip.

3. Kurikulum dukungan (supported curriculum)

Kurikulum ini terbentuk dari sumber-sumber yang dialokasikan

untuk menunjang kurikulum,ada beberapa macam sumber atau bentuk

dukungan yaitu :

1. Alokasi waktu yang dipergunakan untuk mata pelajaran tertentu.

2. Alokasi waktu yang dipergunakan guru untuk aspek tertentu.

3. Alokasi personel, banyaknya guru yang diperlukan.

4. Bahan, alat dan buku teks yang disediakan.


30

4. Kurikulum yang diajarkan

Kurikulum ini tidak berbeda dengan apa yang diajarkan guru di

dalam kelas, dan tentunya berdasarkan kurikulum yang tertulis.

walaupun sering terjadi penyimpangan. Guru datang keruang kelas

dengan latar belakang pengetahuan pribadi yang berbeda. Mereka

dipengaruhi oleh situasi, teori-teori yang mereka pelajari, kondisi sosial

dan pengalaman setiap kelas berbeda. Dan faktor lain yang

mempengaruhi guru, sperti pengetahuan dalam mata pelajaran,

persepsi guru terhadap siswa, kurikulum yang tertulis, buku teks,

proses sdministrasi, ujian dan persepsi masyarakat. Karena itu

keputusan guru tentang kurikulum yang diajarkan adalah produk

interaksi berbagai variabel.

5. Kurikulum yang diuji (the tested curriculum)

Kurikulum jenis ini adalah serangkaian bahan pelajaran/kegiatan

belajar yang dinilai melalui tes, baik yang dibuat oleh guru maupun tes

yang baku, atau tes yang disusun oleh panitia wilayah. Bagaimana

hubungan kurikulum ini dengan kurikulum yang diajarkan. Sering sekali

tes yang dibuat oleh guru tidak sejalan dengan apa yang diajarkannya.

Guru tidak mampu menyusun tes yang baik dan kebanyakan tes
31

berorientasikan pada kemampuan mengerti dan mengingat. Tes yang

dibuat penitia wilayah juga sering ,mengukur tingkat tujuan yang

rendah. Selanjutnya tes baku sering tidak serasi dengan apa yang

diajarkan.

Kurikulum yang tertulis, kurikulum yang diajarkan,dan kurikulum

yang diuji merupakan kurikulum yang diinginkan, yaitu sejumlah belajar

yang dikehendaki dalam suatu sistem pendidikan.

6. Kurikulum yang dipelajari

kurikulum ini merupakan hasil belajar, yaitu perubahan nilai,

persepsi dan tingkah laku yang terjadi dari pengalaman belajar.

Kurikulum ini merupakan apa yang telah dimengerti, dipelajari, diingat

siswa baik dari kurikulum yang diinginkan maupun dari kurikulum yang

tersembunyi.

7. kurikulum yang tersembunyi

kurikulum yang tersembunyi sering disebut kurikulum implisit,

kurikulum yang tidak dipelajari, dapat dirumuskan sebagai aspek dari

sekolah yang lain dari kurikulum yang direncanakan namun

berpengaruh terhadap perobahan tingkah laku siswa. Glatthorn


32

menyatakan kurikulum tersembunyi terdiri dari dua aspek yaitu aspek

yang realatif tetap dan aspek yang dapat berubah-rubah. Salah satu

aspek yang tetap adalah ideology, kenyakinan, nilai budaya

masyarakat yang mempengaruhi sekolah. Budaya masyarakat

menetapkan pengetahuan mana yang perlu diwariskan dan mana yang

tidak perlu diwariskan. Sistem pengelolaan sekolah, ruang kelas, aturan

yang ditetapkan, pola pengelompokan siswa, ekspektasi guru juga

berpengaruh terhadap anak.

Aspek yang dapat berubah meliputi variabel organisasi, sistem

sosial dan budaya. Variabel organisasi meliputi bagaimana guru

mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan, bagaimana sistem

promosi. Variabel sitem sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial

dalam kelas dan sekolah, bagaimana hubungan murid dan guru, murid

dengan murid, hubungan kepala sekolah dengan guru dan staf

administrasi. Pada umumnya dapat digolongkan dua jenis iklim

sekolah: yang menekankan prosedur, otoritas dan ketaatan, dan yang

lainnya mengutamakan prosedur demokratis, partisipasi dan self

disiplin. Variabel kebudayaan bersangkutan dengan sistem kenyakinan,

struktur kognitif dan nilai yang didukung oleh masyarakat dan sekolah.
33

Dengan demikian kurikulum tersembunyi merupakan sumber

yang luas pengaruhnya maka perlu dipertimbangkan dalam setiap

perencanaann kurikulum, karena akan menimbulkan berbagai

pertanyaan.

F. Kerangka Berfikir Dalam Penelitian

Tentang kepemimpinan Kepala Sekolah akan dilihat dari

beberapa indikator, yaitu :

1. Pembagian tugasdan tanggung jawab kepada para guru :

a. Cara pembagiannya.

b. Frekuensi penyerahan tugas dan tanggung jawab antara

seorang guru dengan guru yang lainnya.

2. Pengarahan dan bimbingan kepada para guru :

a. Frekuensi dari pelaksanaan rapat-rapat desa

b. Ide rapat yang berasal dari Kepala Sekolah

c. Tingkat kehadiran Kepala Sekolah dalam rapat-rapat

d. Frekuensi pemberian pengarahan dan bimbingan.

e. Tindakan yang diberikan oleh Kepala Sekolah terhadap para

guru yang melakukan kesalahan.

3. Pemberian Intensif :
34

a. Penghargaan yang diberikan oleh Kepala Sekolah terhadap

para guru yang berprestasi.

b. Sejauh mana penghasilan yang diterima oleh para guru dapat

memenuhi kebutuhan pokoknya.

c. Keadaan perlengkapan alat tulis kantor.

Sedangkan mengenai motivasi kerja para guru akan dilihat dari

beberapa indikator, yaitu :

1. Tingkat pendidikan para guru :

a. Pendidikan formal terakhir yang dicapai.

b. Banyaknya kursus ketrampilan atau penataran yang pernah

diikuti.

c. Relevansi antara pendidikan, kursus keterampilan atau

penataran yang diterima dengan kelancaran pelaksanaan tugas.

2. Tingkat kehadiran guru :

a. Kehadiran guru pada jam-jam belajar.

b. Kehadiran para guru dalam rapat-rapat.

c. Kehadiran para guru pada kegiatan lainnya.

3. Tingkat penyelesaian administrasi sekolah :

a. keadaan buku-buku register sekolah.


35

b. Keadaan waktu yang digunakan dalam penyelesaian tugas

administrasi sekolah.

4. Penyampaian saran atau pendapat oleh para guru :

a. Frekuensi penyampaian sasaran atau pendapat dalam

menghadapi permasalahan tugas-tugas di kantor.

b. Frekuensi penyampaian saran atau pendapat dalam rapat-rapat.

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mengarah kepada

jawaban yang sebenarnya. Dalam penelitian yang menjadi hipotesis

adalah “ adanya peran kepengawasan terhadap pembinaan Kepala

Sekolah dan pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap

motivasi kerja para guru di SDN ___________ Kecamatan

__________ Kabupaten _________ ”.


36

BAB III

METODOLOGI
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

A. Target dan Maksud Penelitian Tindakan

Yang menjadi tujuan khusus diadakan penelitian ini antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa jauh tindak kepengawasan terhadap

kemampuan kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan

kerja para guru.

2. Untuk mengetahui motivasi kerja para guru dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan kedudukan dan fungsinya masing-masing.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan

bagi Kepala Sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja para guru.

B . Metode dan Rancangan Penelitian Tindakan

Metode penelitian yang dipergunakan dalam ranmgka penelitian

ini adalah metode penelitian deskriptif. Yang dimaksud dengan metode

deskriptif menurut Moh. Nazir ( 2001: 63), adalah “Suatu metode dalam

meneliti suatu kelompok manusi, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
37

sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat

serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-

kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang

sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Sedangkan pendekatan kualitatif pada hakekatnya adalah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan

mereka, dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian

kualitatif disebut juga penelitian naturalistik karena tidak menggunakan

alat pengukur dan situasi lapangan bersifat natural atau wajar,

sebagaimana adanya tanpa adanya manipulasi yang diatur dengan

eksperimen.

Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif kualitatif

adalah suatu metode penelitian yang memberikan gambaran

sebagaimana adanya terhadap situasi lapangan penelitian untuk

mencari data dan fakta dengan interpretasi yang tepat. Jadi dalam

penelitian ini, dengan menggunakan metode deskriptif panulis ingin

menggambarkan suatu keadaan dari suatu fenomena, yang dalam hal

ini adalah kepemimpinan Kepala Sekolah SDN ___________


38

Kecamatan __________ Kabupaten _________ dalam meningkatkan

motivasi kerja Para gurunya secara wajar dan apa adanya.

C. Populasi dan Sampel Penelitian Tindakan

1. Populasi

Populasi penelitian keseluruhan dari objek penelitian. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suharsumi Arikunto

(1996 : 115) “Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian”.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka yang menjadi populasi dalam

penelitian ini ialah seluruh guru yang bertugas di SDN ___________

Kecamatan __________ Kabupaten _________ .

2. Sampel

Sampel menurut Suharsimi Arikunto (1996 : 115) adalah

“Sebagian dari populasi yang akan diteliti dan dapat mewakili populasi”.

Sampel penelitian ini adalah sebanyak 12 orang guru yang diambil

secara acak (Random Sampling) dari populasi yang ada.


39

D. Instrumen Penelitian Tindakan

Menurut Suharsumi Arikunto (1996 : 115), menyebutkan bahwa

“Instrumen penelitian adalah alat pada waktu peneliti menggunakan

suatu metode”. Adapun instrumen yang paling utama dalam penelitian

ini adalah meneliti sendiri yang ditambah dengan :

1. Pedoman kuisioner, yaitu garis besar tentang pertanyaan yang akan

diberikan dan harus dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan koisioner tertutup, yaitu jawaban dari

pertanyaan yang diajukan telah tersedia, sehingga responden

tinggal memilih salah astu jawaban yang dianggap benar.

2. Penilaian terhadap guru, yaitu pengambil nilai DP-3 yang setiap

akhir tahun diberikan oleh Kepala Sekolah dengan mengetahui

Kepala Kantor Departemen Pendidikan Daerah Kabupaten

_____.

E. Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini

adalah dengan menyebarkan angket kepada guru-guru SDN

___________ Kecamatan __________ Kabupaten _________ .


40

Kemudian mendapatkan data nilai DP-3 dari Kepala Sekolah masing-

masing responden.

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mengurutkan,

mengelompokkan, menafsirkan dan memprediksikan data yang sudah

diperoleh, sehingga mudah untuk dibaca. Dalam penelitian ini analisis

data yang digunakan adalah analisa kualitatif, yaitu penulis

menganalisa data sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus

menerus dari awal sampai akhir penelitian.

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

statistik korelasi yaitu untuk mendapatkan tingkat hubungan antara dua

variabel. Adapun rumus statistik korelasi tersebut :

Data yang telah terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan

teknik analisa korelasi dengan rumus :

N  xy  ( x) ( y )
rxy 
( N  x 2

 ( x ) 2 N  y 2  ( x ) 2 

Keterangan :

 xy = Jumlah kali tiap skor x dan y

x = Jumlah skor x
41

y = Jumlah skor y

x 2
= Jumlah kuadrat tiap skor x

y 2
= Jumlah kuadrat tiap skor y

N = Jumlah seluruh data


42

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN

A. Persiapan Tindakan

Dalam penelitian ini sebagai variabel X adalah nilai DP-3 guru

setiap akhir tahun dalam hal ini disebut prediktor, maksudnya skor yang

digunakan untuk memprediksi skor pada angket berikutnya.

Adapun penilaian terhadap guru yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari indikator-indikator yaitu :

1. Kesetiaan.

2. Prestasi kerja

3. Tanggunga jawab

4. Ketaatan

5. Kejujuran

6. kerjasama

7. prakarsa

8. kepemimpinan
43

Sedangkan yang menjadi variabel Y dalam penelitian ini adalah

kepemimpinan Kepala Sekolah dalam memanajeri guru-guru.

Kepemimpinan Kepala Sekolah ini berkait dengan sejumlah indikator,

sehingga rincian variabel Y ditetapkan sebagai berikut :

1. Kharismatik.

2. Cara memimpin

3. Cara menjalankan ADM

4. Cara mensupervisi guru

5. Cara menegur guru

6. Perhatian terhadap kesejahteraan guru

7. Hubungan interaktif dengan guru

8. Memantau kehadiran guru

B. Hasil Tindakan

Untuk memperoleh generalisasi atau kesimpulan dari suatu

penelitian perlu dilakukan pengolahan data. Dalam pengolahan data

harus digunakan teknik dan metode yang tepat. Pada penelitian ini data

yang terkumpul adalah data kuantitatif, yaitu data yang berhubungan

dengan angka-angka yang pengolahannya menggunakan teknik


44

statistik. Untuk data ini penulis menggunakan rumus korelaso yang

dikembangkan oleh Karl Pearson. Irianto (1198 : 1030), mengatakan

bahwa apabila nilai-nilai yang dianalisa (nilai X dan nilai Y) berskalala

interval, maka rumus korelasi sebaiknya adalah rumus korelasi product

moment dari Pearson, yaitu :

 XY 
 X  Y 
rXY  N

X2
 X  2
Y 2 
 Y 2
N N

9065 
1101265
= 15

814 
110 2
107525 
12652
15 15

231
=
37,64261,25
231
=
160223

231
=
2561,71

= 0,899,84

= 0,899
45

Jadi, besarnya koefisien korelasi hasil perhitungan antara

motivasi kerja guru (variabel X) dengan kepemimpinan Kepala Sekolah

(variabel Y) adalah 0,899.

C. Pengujian Hipotesis Tindakan

Setelah mengolah data, selanjutnya mengadakan pengujian

hipotesis seperti telah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan hasil

pengolahan data di atas, harga koefisien korelasi atau r xy = 0,899. Jika

harga koefisien korelasi hitung dibandingkan dengan harga koefisien

korelasi tabel Product Moment dari Pearson yang terdapat pada

lampiran I, maka untuk N = 25 pada taraf signifikan 5 % koefisien

korelasi pada tabel (r tabel) adalah 0,396. Ternyata harga r hitung lebih

kecil dari harga r tabel. Dengan demikian hipotesis diterima, hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara kepemimpinan

Kepala Sekolah dengan motivasi kerja guru.

Apabila berpedoman pada tabel lampiran II, koefisien korelasi r xy

= 0,899 berada pada interval 0,200 sampai dengan 0,399,

interpretasinya menunjukkan korelasi positif yang rendah. Dengan

demikian antara kepemimpinan Kepala Sekolah dengan motivasi kerja

guru menunjukkan korelasi positif yang rendah.


46

D. Pembahatan Atas Hasil Tindakan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh di atasterlihat bahwa,

harga r hitung lebih kecil dari harga r tabel. Hal ini berarti bahwa

hipotesis diterima, dimana terdapat hubungan yang signifikan antara

kepemimpinan Kepala SDN ___________ Kecamatan __________

Kabupaten _________ dengan motivasi kerja guru.

Dalam hal ini hubungan yang terjadi adalah positif yang rendah,

dengan demikian kepemimpinan kepala sekolah SDN ___________

Kecamatan __________ Kabupaten _________ masih rendah

memberi kontribusinya dalam meningkatkan motivasi kerja guru dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya.

Dengan demikian perlu adanya pembinaan lebih lanjut, agar

Kepala SDN ___________ Kecamatan __________ Kabupaten

_________ untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam

memotivasi kerja guru demi tercapainya tujuan pembelajaran pada

khususnya dan tujuan nasional pada umumnya.


47

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan terhadap

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja

Guru di SDN ___________ Kecamatan __________ Kabupaten

_________ dapat diambil simpulan :

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah telah menunjukkan kemampuannya

dalam meningkatkan motivasi kerja guru dalam unit kerjanya.

2. Motivasi kerja guru akibat dari kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

meningkatkannya terasa masih sangat rendah, hal ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan.


48

B. Saran-saran

Terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis

memberikan beberapa saran :

1. Diharapkan kepada Kepala sekolah dapat meningkatkan

kemampuannya dalam memotivasi kerja guru guna tercapainya

tujuan pendidikan nasional.

2. Kepada pihak Kandepdiknas agar senantiasa membina kepala

sekolah dalam memotivasi kerja guru di sekolah.

3. Kepada guru agar selalu berusaha meningkatkan kinerjanya dalam

usaha meningkatkan kemajuan pendidikan di daerah Kabupaten

Lamongan.
49

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Kartono, Kartini, 2003, Pemimpin dan Kepemimpinan, CV. Rajawali,

Jakarta.

Moekijat, 2001, Dasar-Dasar Motivasi, Sumur, Bandung.

Nazir, Mohammad, 2000, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Pamidji, S. 2000, Kepemimpinan Pemerintah di Indonesia, Bumi

Aksara, Jakarta.

Siagian, Somdang, 2001, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Rineka

Cipta, Jakarta.

Siagian, Sondang, 1995, Teori Motivasi Dan Aplikasinya, Rineka Cipta,

Jakarta.

Soehardjono, 1981, Kepemimpinan, Sangkakala, Malang.

Suharsimi, Arikunto, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.

Wahjosumidjo, 1992, Kepemimpinan Dan Motivasi, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Zainun, Buchari, 1989, Manajemen Dan Motivasi, Balai Aksara Jakarta.


50

Lampiran I

DATA NILAI DP-3

NO. URUT SUBJEK NILAI DP-3 GURU

1 86.31

2 89.25

3 85.76

4 86.89

5 82.36

6 85.46

7 83.97

8 81.26

9 84.62

10 85.97

11 87.36

12 86.41

13 83.36

14 82.74

15 84.69

16 83.57
51

17 81.94

18 82.36

19 81.48

20 82.38

21 83.52

22 81.49

23 83.67

24 81.25

25 81.35
52

Lampiran II

DATA NILAI ANGKET

NO. URUT SUBJEK NILAI ANGKET GURU

1 80

2 80

3 85

4 70

5 75

6 70

7 75

8 70

9 70

10 75

11 80

12 80

13 65

14 70

15 80

16 65
53

17 75

18 60

19 70

20 75

21 65

22 75

23 65

24 75

25 80
54

Lampiran III

TABEL : FORM DAFTAR HADIR


SUBJEK PENELITIAN TINDAKAN

Aspek Kegiatan PTS : __________________________

Tanggal Kegiatan : __________________________

Tempat Kegiatan : __________________________

No Nama SP Uraian Kegiatan TTD


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10

_______ , _______________

Peneliti
55

Lampiran IV

Sampel Draf : Surat permohonan Ijin Tempat


Penelitian Tindakan Kepada
Kepala Sekolah di SD Binaan

Kepada YTH. Bapak / Ibu Kepala Sekolah _____________


Di
Tempat

Dengan Hormat,
Dengan surat ini, saya selaku Pengawas TK/SD Di Kecamatan ________ Kabupaten ______
memohon Ijin kepada Sdr. Kepala Sekolah : _______ untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah.
Adapun Jadwal Kegiatan PTS, saya lampirkan di bawah ini
Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan idsin peneyelenggaran kegiatan tersebut di
Sekolah Dasar : __________
Demikian Surat permohonan ijin ini, saya buat dan terima kasih atas kerjasamanya.

_______, _________
Hormat Saya,

Peneliti
56

Lampiran V

Sampel Draf : Surat Permohonan Ijin Penyelenggaraan


Penelitian Tindakan Sekolah di Lingkungan
Kantor Pendidikan Kabupaten ______

Kepada YTH. Bapak Koordinator Pengawas Kabupaten _______


Di
Tempat

Dengan Hormat,
Dengan surat ini, saya selaku Pengawas TK/SD Di Kecamatan ______ Kabupaten ______ memohon
Ijin kepada Bapak ; ______ selaku Koordinator Pengawas Kab. _______ untuk mengadakan
Penelitian Tindakan Sekolah di Lingkungan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Wonosari
Kab. ______
Adapun Jadwal Kegiatan PTS, saya lampirkan di bawah ini
Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan idsin penyelenggaran Kegiatan tersebut.
Demikian Surat permohonan ijin ini saya buat, dan terima kasih atas kerjasamanya.

_____, _________
Hormat Saya,

Peneliti
57

Lampiran VI

FOTO-FOTO KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

DI SDN _________ KEC. _______KAB. ___________


58

Anda mungkin juga menyukai