Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK DOSEN PEMBIMBING

KOPERASI DELFIAN ZAMAN S.E.M.M

BUNGA VS RIBA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 10

FADHILAH ISDAYANTI (11641202145)

SALPIA (11641202211)

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai Riba vs Bunga. Atas dukungan yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikin dengan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Pekanbaru, 02 Desember 2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI RIBA....................................................................................3
B. JENIS-JENIS RIBA..............................................................................3
C. JENIS-JENIS BARANG RIBAWI.......................................................4
D. KONSEP RIBA DALAM PERSPEKTIF NON MUSLIM...............5
E. LARANGAN RIBA DALAM ALQUR’AN DAN SUNNAH.............6
F. BERBAGAI FATWA TENTANG RIBA..............................................8
G. DAMPAK NEGATIF RIBA..................................................................9

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN....................................................................................10
B. SARAN..................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Riba merupakan pendapatan yang di peroleh secara tidak adil. Riba
telah berkembang sejak zaman jahiliyah hingga sekarang ini. Sejak itu
banyaknya masalah-masalah ekonomi yang terjadi di masyarakat dan telah
menjadi tradisi bangsa arab terhadap jual beli maupun pinjam-meminjam
barang dan jasa. Sehingga sudah mendarah daging, bangsa arab memberikan
pinjaman kepada seseorang dan memungut biaya jauh di atas dari pinjaman
awal yang di berikan kepada peminjam akibatnya banyaknya orang lupa akan
larangan riba.
Sejak datangnya Islam di masa Rasullullah saw. Islam telah melarang
adanya riba. Karena sudah mendarah daging, Allah SWT melarang riba secara
bertahap. Allah SWT melaknat hamba-hambanya bagi yang melakukan
perbuatan riba. Perlu adanya pemahaman yang luas, agar tidak terjerumus
dalam Riba. Karena Riba menyebabkan tidak terwujudnya kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Definisi Riba


2. Apa Jenis-Jenis Riba
3. Apa Jenis-Jenis Barang Ribawi
4. Apa Konsep Riba Dalam Perspektif Non Muslim
5. Apa Larangan Riba Dalam Alqur’an Dan Assunnah
6. Apa Berbagai Fatwa Tentang Riba
7. Apa Dampak Negatif Riba

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk Mengetahui Definisi Riba


2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Riba
3. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Barang Ribawi

1
4. Untuk Mengetahui Konsep Riba Dalam Perspektif Non Muslim
5. Untuk Mengetahui Larangan Riba Dalam Alqur’an Dan Assunnah
6. Untuk Mengetahui Berbagai Fatwa Tentang Riba
7. Untuk Mengetahui Dampak Negatif Riba

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI RIBA
Pendapat para ahli fiqih berkaitan dengan pengertian riba, antara lain
sebagai berikut. Menurut Al-Mali pengertian riba adalah akad yang terjadi atas
pertukaran barang atau komoditas tertentu yang tidak diketahui perimbagan
menurut syara’, ketika berakad atau mengakhiri penukaran kedua belah pihak
atau salah satu dari keduanya.
Menurut Abdul Rahman Al-Jaziri, pengertia riba adalah akad yang
terjadi dengan pertukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut
syara’ atau terlambat salah satunya.
Pendapat lain dikemukakan oleh syeikh Muhammad Abduh bahwa
pengertian riba adalah penambahan-penambahan yang disyaratkan oleh orang
yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya), karena
pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah
ditentukan.1
Perlu diketahui riba ini tidak hanya dilarang oleh agama Islam tetapi
agama lain yaitu Hindu, Budha, Yunani, dan Kristen pun melarang perbuatan
keji dan kotor ini. Sebagai contohnya, yaitu kristen pada perjanjian baru Injil
Lukas ayat 34 menyebutkan:
“Jika kamu menghutangi kepada orang yang kamu harapkan
imbalannya, maka di mana sebenarnya kehormatanmu, tetapi berbuatlah
kebaikan dan berikanlah pinjaman dengan tidak mengharapkan kembalinya,
karena pahala kamu akan sangat banyak”.2

B. JENIS-JENIS RIBA
Pada umumnya, ketika para ulama fikih membahas persoalan transaksi
ribawi, mereka berbicara seputar jual-beli harta-harta ribawi yang satu dengan
yang lain. Pembahasannya bias ditinjau dari segi adanya penambahan pada
salah satu barang yang diperuntukkan. Selain itu, bisa dari segi ada tidaknya
1 Musthafa Dib al-Bugha, Fiqh Al-Mu’awadhah (Damaskus: Darul Musthafa, 2009), 3
2 Sarjono, Ahmad.2008. Buku ajar Fiqh. Jakarta :CV.Sindunata

3
penangguhan dalam proses transaksi sebagaimana diketahui pada beberapa
definisi riba yang telah diungkapkan di atas Menurut para fiqih, riba dapat
dibagi menjadi 4 macam bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan
kwalitas berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan.
contohnya tukar menukar emas dengan emas,perak dengan perak, beras
dengan beras dan sebagainya.
2. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,
maksudnya : orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia
menerima barang tersebut dari si penjual, pembeli menjualnya kepada
orang lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab jual beli masih dalam
ikatan dengan pihak pertama.
3. Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang
disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh : Aminah
meminjam cincin 10 Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan disyaratkan
membayarnya tahun depan dengan cincin emas sebesar 12 gram, dan apa
bila terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram lagi, menjadi 14 gram dan
seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran satu tahun.
4. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan
atau tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi.
Contoh : Ahmad meminjam uang sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi
mengharuskan dan mensyaratkan agar Ahmad mengembalikan hutangnya
kepada Adi sebesar Rp. 30.000 maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba Qardh.3

C. JENIS-JENIS BARANG RIBAWI


Para ahli fikih Islam telah membahas masalah riba dan jenis bartang
ribawi dengan panjang lebar dalam kitab-kitab mereka yang dapat
disimpulkan secara umum dari pendapat mereka yang intinya bahwa barang
rtibawi meliputi:

3 Ibid

4
1. Emas dan perak, baik itu dalam keadaan bentuk uang maupun dalam
bentuk lainnya
2. Bahan makanan pokok, seperti beras, gandum, dan jagung, serta
makanan tambahan, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

D. KONSEP RIBA DALAM PERSPEKTIF NON MUSLIM


Riba bukan hannya merupakan persoalan masyarakat Islam, tetapi
berbagai kalangan di luar Islampun memandang serius persoalan ini.
Karenanya, kajian terhadap masalah riba dapat diruntut mundur hingga lebih
dari dua ribu tahun silam. Masalah riba telah menjadi bahan bahasan kalangan
Yahudi, Yunani, demikian juga Romawi. Kalangan Kristen dari masa ke masa
juga mempunyai pandangan tersendiri mengenai riba.
Karena itu, sepantasnya bila kajian tentang ribapun melihat perspektif
darikalangan non muslim tersebut. Ada beberapa alasan mengapa pandangan
dari kalangan non muslim juga perlu dikaji.
Pertama, agama Islam mengimani dan menghormati Nabi Ibrahim,
Ishak, Musa, dan Isa. Nabi-nabi tersebut diimani juga oleh orang-orang
Yahudi dan Nasrani. Islam juga mengakui kedua kaum ini sebagai ahli Kitab
karena kaum Yahudi dikaruniai Allah swt. kitab taurat, sedangkan kaum
Kristen dikaruniai kitab Injil.
Kedua, pemikiran kaum Yahudi dan Kristen perlu dikaji karena sangat
banyak tulisan mengenai bunga yang dibuat para pemuka agama tersebut.
Ketiga, pendapat orang-orang Yahudi dan Romawi juga perlu
diperhatikan karena mereka mereka memberikan kontribusi yang besar pada
peradaban manusia. Pendapat mereka juga mempengaruhi orang-orang Yahudi
dan Kristen serta umat Islam dalam memberikan argumentasi sehubungan
dengan riba.4

E. LARANGAN RIBA DALAM ALQUR’AN DAN ASSUNNAH


4 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Darin Teori Ke Praktik (Depok: Gema
Insani, 2001) , 45

5
1. Firman Allah SWT :

    


    
   
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda, dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan” (Ali Imran : 130)

2. Firman Allah SWT :


    
    
     
    
      
    
     
     
     
275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176]
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang
kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. (Al- Baqarah : 275)

3. Firman Allah SWT

6
    
      
    
     
     
   

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika
kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah
dan RasulNya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan
riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula
dianiaya (Al-Baqarah : 278-279)”

4. Firman Allah SWT


    
       
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa ” (Al-Baqarah :
276)

5. Firman Allah SWT


     
      
     
    

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan

7
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya)” (Ar-Rum:39)5

6. Sabda Nabi SAW


‫اه بعلبؤيته بوبسللبم آتكبل الرربباَ بوهمؤؤتكلبهه بوبكاَتتببهه‬
‫صللىَّ ل‬ ‫بعؤن بجاَبترر بقاَبل لببعبن برهسوُهل ل‬
‫ات ب‬
‫بوبشاَتهبدؤيته بوبقاَبل ههؤم بسبوُاءء‬
“Dari Jabir : Rasulullah SAW telah melaknat (mengutuk) orang yang memakan
riba, wakilnya, penulisnya dan dua saksinya” (HR. Muslim)6

F. BERBAGAI FATWA TENTANG RIBA


1. Majlis Tarjih Muhammadiyah
Majelis Tarjih Sidoarjo (1968) memutuskan :
 Riba hukumnya haram dengan nash shahih al-qur’an dan as-sunnah
 Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya
halal
 Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para
nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk perkara
musytabihat
 Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan
terwujudnya konsepsi sistem perekonomian, khususnya lembaga
perbankan,yang sesuai dengan kaidah islam.7
2. Lajnah Bahsul Masa’il Nahdlatul Ulama
Terdapat tiga pendapat ulama mengenai masalah ini.
 Haram, sebab termasuk utang yang dipungut rente.
 Halal, sebab tidak ada syarat pada waktu akad, sedangkan adat yang
berlaku tidak dapat begitu saja dijadikan syarat.
 Syubhat, sebab para ahli hokum berselisih pendapat tentangnya.

5 Al-qur’an
6 Hadist
7 Siamat Dahlan. 2005. manajemen lembaga keuangan (kebijakan moneter dan perbankan) edisi
lima. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

8
3. Sidang Organisasi Konferesnsi Islam ( OKI )
Dua hal utama yang disepakati oleh peserta sidang OKI Kedua di Karachi,
Pakistan, Desember 1970, yaitu sebagai berikut:
 Untuk Praktik bank dengan sistem bunga adalah tidak sesuai dengan
syariah islam.
 Perlu segera didirikan bank-bank alternative yang menjalankan operasinya
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
4. Mufti Negara Mesir
 Sekurang-kurangnya sejak tahun 1900 hingga 1989, Mufti Negara
Republik Arab Mesir memutuskan bahwa bunga bank termasuk salah satu
bentuk riba yang diharamkan.
5. Konsul Kajian Islam Dunia
 Dalam konferensi II KKID ( Konsul Kajian Islam Dunia) yang
diselenggarakan di Universitas Al-azhar, Kairo, pada bulan Muharam 1385
H/Mei 1965 M, ditetapkan bahwa tidak ada sedikit pun keraguan atas
keharaman praktik pembungaan uang seperti yang dilakukan bank-bank
konvensional.8

G. DAMPAK NEGATIF RIBA


1. Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi riba adalah inflatoir yang diakibatkan oleh bunga
sebagai biaya uang. Hal ini disebabkan oleh salah satu elemen dari penentuan
harga adalah suku bunga.
Utang, dengan rendahnya tingkat penerimaan peminjam dan tingginya
biaya bunga, akan menjadikan peminjam tidak pernah keluar dari
ketergantungan, terlebih lagi bila bunga atas utang tersebut dibungakan. 9

8 Bank Syariah /Karya: DR. Muhammad Syafi’i Antonio, M.Ec /Penerbit:Gema Insani
9 Rasjid H. Sulaiman. 1994. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo

9
2. Dampak Sosial Kemasyarakatan
Riba merupakan merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil.
Para pengambil riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain
agar berusaha

3. Dampak Negatif Bagi Individu


Riba memberikan dampak negatif bagi akhlak dan jiwa pelakunya.
Jika diperhatikan, maka kita akan menemukan bahwa mereka yang
berinteraksi dengan riba adalah individu yang secara alami memiliki sifat
kikir, dada yang sempit, berhati keras, menyembah harta, tamak akan
kemewahan dunia dan sifat-sifat hina lainnya.10
Riba merupakan akhlaq dan perbuatan musuh Allah, Yahudi. Allah
ta’ala berfirman:

‫س تباَؤلبباَتطتل بوأبؤعتبؤدبناَ لتؤلبكاَفتتريبن تمؤنههؤم‬


‫بوأبؤختذتههم الرربباَ بوقبؤد نهههوُا بعؤنهه بوأبؤكلتتهؤم أبؤمبوُابل اللناَ ت‬
َ‫بعبذامباَ أبتليمما‬

Artinya :
“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya mereka Telah
dilarang daripadanya, dan Karena mereka memakan harta benda orang dengan
jalan yang batil. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An Nisaa’: 161)

10 Syafe’i Dr. Rachmat, MA. 1997. Fiqh Muamalah. Bandung

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok,
yang dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna: ziyadah
(tambahan). Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Macam-macam riba
yaitu: Riba Yad, Riba Jahiliyah, Riba Qardhi, Riba Fadli, dan Riba Nasi’ah.
Di masa sekarang ini riba banyak di temukan di bank konvensional.
Faktor-faktor yang melatar belakangi perbuatan memakan hasil riba yaitu:
Nafsu dunia kepada harta benda, serakah harta, tidak pernah merasa bersyukur
dengan apa yang telah Allah SWT berikan, imannya lemah, serta selalu ingin
menambah harta dengan berbagai cara termasuk riba.
Allah SWT secara tegas melarang riba yang terdapat di dalam Al
Qur’an di antaranya pada:
 QS. ar-Rum (30) : 39, QS.
 Ali Imran (3) : 130, dan
 Qs. Al-Baqarah (2) : 278-280.

Macam-macam riba ada 4, yaitu :


a. Riba Fadli (menukarkan dua barang yang sejenis tapi kwalitas berbeda).
b. Riba Qardhi (meminjamkan dengan ada syarat bagi yang mempiutangi).
c. Riba Yadh (bercerai dari tempat aqad sebelum timbang terima).
d. Riba Nasa’ (Nasiah) yaitu riba yang terjadi karena adanya penundaan
waktu pembayaran, dengan menetapkan adanya dua harga yaitu harga
kontan atau harga yang dinaikan karena pembayaran tertunda.
Dampak Riba pada ekonomi: Riba (bunga) menahan pertumbunhan
ekonomi dan membahayakan kemakmuran nasional serta kesejahteraan
individual.

11
Riba (bunga) menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi (distorsi
ekonomi) seperti resesi, depresi, inflasi dan pengangguran.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih banyak kekurangan baik
dari segi kelengkapan dan pembahasan dan ketersediaan bahan dari
penelusuran kesalahan kata-kata.

Penulis berharap agar kiranya para pembaca mau memberikan kritik


dan saran yang bersifat membangun bagi penulis untuk memperbaiki makalah
ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an
Bank Syariah /Karya: DR. Muhammad Syafi’i Antonio, M.Ec /Penerbit:Gema
Insani
Hadist
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Darin Teori Ke Praktik (Depok:
Gema Insani, 2001) , 45
Musthafa Dib al-Bugha, Fiqh Al-Mu’awadhah (Damaskus: Darul Musthafa,
2009),
Rasjid H. Sulaiman. 1994. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sarjono, Ahmad.2008. Buku ajar Fiqh. Jakarta :CV.Sindunata
Siamat Dahlan. 2005. manajemen lembaga keuangan (kebijakan moneter dan
perbankan) edisi lima. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Syafe’i Dr. Rachmat, MA. 1997. Fiqh Muamalah. Bandung

13

Anda mungkin juga menyukai