Anda di halaman 1dari 10

Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir

Di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang

(Development Strategy of Coffee (coffea s.p) Agroindustry on Gapoktan Gunung Kelir


in Jambu District Semarang Regency)

Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi **


*
Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Diponegoro
**
Pengajar Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
e-mail:suwaliadityaraharja@gmail.com Samsung
2017-10-15 21:59:48
--------------------------------------------
ABSTRAK
EMAIK KURANG BESAR
Penelitian ini bertujuan merumuskan strategi pilihan dan menentukan strategi pilihan
prioritas pengembangan agroindustri kopi menggunakan metode survei sejak bulan Mei sampai
Juli 2016 pada Gapoktan Gunung Kelir Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Lokasi
penelitian ditentukan secara purposive, pengambilan sampel dengan judgement sampling.
Responden dibagi menjadi dua kelompok: pengrajin kopi 48 orang; responden pakar 11 orang
(pemerintah, akademisi, masyarakat). Pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
kuesioner dan FGD (Focus Group Discussion). Analisa data menggunakan analisis SWOT dan
analisis AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan alat bantu program Expert Choice versi 9.0.
Hasil penelitian menunjukkan strategi pilihan yang tepat diterapkan adalah strategi W-O. Strategi
W-O terdiri dari delapan rumusan: Peningkatan promosi; Pendaftaran SNI produk kopi dan
sertifikat Halal dari MUI; Bekerjasama dengan mitra kerja dalam hal permodalan (koperasi dan
perbankan); Peningkatan kapasitas produksi dan memanfaatkan teknologi tepat guna;
Mengoptimalkan lembaga dan saluran pemasaran yang berorientasi pasar nasional dan
internasional; Aplikasi teknologi dari panen sampai paskapanen sehingga tercipta produk inovatif
dan bervariatif / beragam; Menjaga kelestarian sumber daya alam (SDA); dan Mengoptimalkan
kopi sebagai produk unggulan daerah setempat. Strategi pilihan prioritas dalam pengembangan
agroindustri kopi pada Gapoktan Gunung Kelir di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang adalah
peningkatan promosi.

Kata Kunci : Strategi, Pengembangan, Agroindustri dan Kopi

ABSTRACT
This study aims to formulate the strategy of choice and determine the strategy of priority
choice of coffee agroindustry development using survey method since May to July 2016 at
Gapoktan Gunung Kelir, Jambu District, Semarang Regency. The location of the study was
determined purposively, sampling with judgment sampling. Respondents were divided into two
groups: 48 coffee craftsmen; Expert respondents 11 people (government, academia, community.
Data collection through observation, interview, questionnaire and FGD (Focus Group Discussion).
Data analysis using SWOT analysis and AHP analysis (Analytical Hierarchy Process) with Expert
Choice program tool version 9.0. The results show that the right choice strategy applied is W-O
strategy. The W-O strategy consists of eight formulas: Increased promotion; Registration of SNI of
coffee products and Halal certificate from MUI; Cooperate with partners in terms of capital
(cooperatives and banking); Increasing production capacity and utilizing appropriate technology;
Optimizing national and international market-oriented marketing institutions and channels;
Technology applications from harvest to post-harvest to create innovative and varied products;
Maintaining the sustainability of natural resources (SDA); and Optimize coffee as a local superior
product. The priority choice strategy in developing coffee agroindustry at Gapoktan Gunung Kelir in
Jambu District of Semarang Regency is an increase of promotion.

Keywords: Strategy, Development, Agroindustry and Coffee

Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi ** : Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir 83
PENDAHULUAN menghasilkan 600.000 ton dari luas areal
Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu 1,05 juta hektar (tingkat produktivitas kopi
produk agroindustri pangan yang digemari kering = 0,57 ton/ha). Kopi tersebut dihasilkan
oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena dari berbagai wilayah Indonesia seperti
kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki Sumatera, Jawa, Bali, NTT, NTB, Sulawesi,
oleh bahan minuman lainnya. Keberadaan Kalimantan sampai Papua (AEKI, 2012).
kopi sudah menjadi salah satu bagian dari Menurut BPS (2015), Propinsi Jawa
kehidupan sehari-hari baik di Indonesia dan Tengah tepatnya di Kecamatan Jambu
mancanegara. Menurut Widyotomo (2013), Kabupaten Semarang pada tahun 2014
kopi merupakan salah satu komoditas mampu memproduksi kopi kering sebanyak
perkebunan tradisional yang memiliki peran 523,9 ton dari luas lahan perkebunan 600,50
penting dalam perekonomian Indonesia. hektar. Produksi kopi tersebut dihasilkan dari
Peran tersebut antara lain sebagai sumber dua jenis kopi yaitu kopi jenis robusta sebesar
perolehan devisa, penyedia lapangan kerja, 523 ton dan kopi jenis arabika sebesar 0,90
dan sebagai sumber pendapatan bagi petani ton. Petani pengrajin kopi di Kecamatan
pekebun kopi maupun pelaku ekonomi Jambu sebagian besar tergabung dalam
lainnya yang terlibat dalam budidaya, or g a n is a s i g a b u n g a n kelom pok tani
pengolahan, maupun dalam mata rantai (gapoktan) “Gunung Kelir”. Gapoktan
pemasaran. Indonesia menjadi salah satu tersebut mengelola kopi di hamparan lahan
Negara penghasil kopi terbesar di dunia seluas 489 hektar dengan rerata produksi 1,1
dengan total produksi kopi pada tahun 2013 ton kopi kering per hektar.
sebesar 675.881 ton dan meningkat hingga Potensi produksi kopi di Kecamatan
685.89 ton pada tahun 2014 (Direktorat Jambu yang cukup besar dan memiliki
Jendral Perkebunan, 2014). Selain itu, prospek menjanjikan tersebut dimanfaatkan
Indonesia juga sebagai Negara eksportir ke dengan baik oleh para pengrajin kopi
empat terbesar di dunia untuk komoditi kopi, Gapoktan Gunung Kelir. Meski secara prinsip
dengan peran ratarata sebesar 5,87% agroindustri kopi yang dikerjakan para
terhadap total ek spor dunia. Brazil pengrajin masih berskala kecil, dikelola
menempati posisi pertama dengan peran secara individu dan dengan teknologi
rata-rata sebesar 38.30%, diikuti dengan konvensional, namun Gapoktan Gunung Kelir
Vietnam sebesar 16,86% dan Colombia saat ini sudah berhasil memproduksi kopi
sebesar 13,29% (ICO, 2015). bubuk kemasan dengan merk “Gunung Kelir,
Agroindustri kopi memiliki peluang Kopi Kenthir, Kopi Lanang, Kopi
yang cukup tinggi untuk dikembangkan di Wonokasian”. Keunggulan produk kopi
Indonesia karena memiliki prospek besar olahan dari Gapoktan Gunung Kelir yaitu
dipasar domestik dan internasional, namun terdapat aroma khas yang menyerupai aroma
permasalahan yang dialami agroindustri kopi moka. Selain itu, pengrajin juga gigih dalam
saat ini juga sangat kompleks, antara lain mempertahankan mutu dan kualitas kopi.
kualitas dan kontinyuitas bahan baku kopi Petani pengrajin kopi hanya akan memetik
yang kurang terjamin, teknik budidaya yang buah kopi jika sudah berwarna merah atau
masih sederhana, kurangnya ketersediaan tua, tanaman kopi juga terpelihara dengan
sarana dan prasarana agroindustri, jaringan rapi, mudah diatur, para petani pengrajin kopi
pemasaran kopi yang belum terkelola dengan juga memiliki keinginan yang cukup kuat
baik, dan kualitas SDM yang kurang memadai untuk maju.
(Hariyati et al., 2013). Menurut Ngadianto ketua Gapoktan
Menurut Ditjenbun (2014), Propinsi Gunung Kelir, pengrajin kopi Gapoktan
Jawa Tengah dengan areal perkebunan Gunung Kelir sejauh ini belum mampu
seluas 39.904 ha mampu menghasilkan kopi memasarkan produk-produknya secara
kering sebanyak 20.320 ton per tahun (tingkat optim al. Hal itu disebabkan karena
produktivitas kopi kering = 0,51 ton/ha). munculnya berbagai kendala internal dan
Sedangkan di tingkat nasional kopi arabika eksternal yang menghambat dalam proses
menghasilkan hampir 150.000 ton dari luas pemasaran kopi secara langsung maupun
areal 250.000 hektar (tingkat produktivitas tidak langsung. Kendala yang muncul antara
kopi kering = 0,60 ton/ha), dan kopi robusta lain seperti wilayah pemasaran produk kopi

84 , Vol. 35, No. 2 September 2017


yang mayoritas masih berskala lokal, proses 2. Menentukan strategi prioritas
penangan k opi dari panen sampai pengembangan agroindustri kopi pada
paskapanen masih secara konvensional, Gapoktan Gunung Kelir di Kecamatan
penanganan produk kopi kurang efektif baik Jambu Kabupaten Semarang dari strategi
dari segi pengolahan, pengemasan dan yang terpilih.
penyim panan, kendala lain yaitu
permodalan minim, harga kopi yang METODE PENELITIAN
fluktuatif, munculnya pesaing dengan Metode penelitian yang digunakan
produk sejenis dari daerah lain, alih fungsi adalah metode penelitian survai
lahan menjadi pemukiman. Sopiannur et al. (Singarimbun, 2012). Lokasi penelitian pada
(2011) menambahkan bahwa kendala pada Gapoktan Gunung Kelir di Kecamatan Jambu
pengrajin kopi saat ini adalah sulitnya Kab u p at e n Sem ar ang. Subjek dalam
pemasaran. penelitian ini mencakup pelaku utama
Gapok tan G unung Kelir perlu pengrajin kopi, pedagang, masyarakat,
meningkatkan volume penjualan produk kopi instans i pem erintah dan akademisi.
dari waktu ke waktu melalui metode Pengumpulan data melalui pengamatan
pemasaran yang ada sehingga dapat langsung, wawancara, pengisian kuesioner
mempertahankan dan mengembangkan dan FGD (Forum Group Discussion). Analisa
usaha industrinya. Beberapa hal yang perlu dat a m en gg u na k an analisis SW OT
diperhatikan sebelum menentukan strategi (Strengths, Weakness, Opportunity, Threat)
pemasaran yaitu mempelajari tentang: (a) untuk merumuskan langkah-langkah strategi
Segmentasi pasar, (b) Pasar sasaran, (c) dan analisis AHP (Analytical Hierarchy
P e n e n t u a n p a s a r, d a n ( d ) B a u r a n Process) untuk penentuan prioritas strategi
pemasaran (Utami, 2009). dalam pengembangan agroindustri kopi
Oleh k arena itu, penelitian ini dengan alat bantu program Expert Choice
bermaksud merumuskan strategi pilihan dan versi 9.0.
menentukan strategi prioritas yang tepat
dalam pengembangan agroindustri kopi HASIL PENELITIAN
pada Gapoktan Gunung Kelir di Kecamatan Rumusan Strategi Pengembangan
Jambu Kabupaten Semarang dengan Agroindustri Kopi
melakukan evaluasi lingkungan bisnis Berdasarkan hasil analisis SWOT,
pemasaran kopi. Penelitian ini mengikuti menunjukkan penentuan posisi
pendekatan Kotler (2000), yaitu mengkaji pengembangan agroindustri kopi Gapoktan
lingkungan eksternal yang terdiri dari Gunung Kelir di kecamatan Jambu kabupaten
peluang dan ancaman (opportunities and Semarang berada pada sumbu X = - 0,36 dan
Threaths) dan lingkungan internal yang sumbu Y = 0,81. Posisi pengembangan kopi
terdiri dari kekuatan dan kelemahan berada pada kuadran III artinya Gapoktan
(strengths and weaknesses). Lingkungan Gunung Kelir di kecamatan Jambu kabupaten
eksternal dibagi menjadi lingkungan makro Semarang menghadapi peluang pasar yang
(demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik sangat besar, tetapi di lain pihak sedang
dan buda ya) dan lingkungan mikro m enghadapi beber apa kendala atau
(pelanggan, pesaing, pemasok dan saluran kelemahan internal. Adapun strategi yang
distribusi). Lingkungan internal mencakup diterapkan adalah improvement strategy atau
pasar dan pemasaran, keuangan dan strategi WO (weaknesses-opportunities)
akuntansi, kegiatan produksi dan sumber untuk lebih jelas dapat digambarkan melalui
daya. Berdasarkan latar belakang yang telah Gambar 1. dibawah ini:
disajikan sebelumnya maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Merumuskan strategi pilihan yang tepat
dalam pengembangan agroindustri kopi
pa da G ap o k tan Gunung Kelir di
Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang.

Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi ** : Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir 85
Peluang
(-0,36;0,81)
1.00
0.80
Posisi Gapoktan Gunung Kelir Kuadran III 0.60

0.40 Kuadran I

Kelemah 0.20 Kekuatan


an
0.00 Series1
-0.60 -0.40 -0.20-0.200.00 0.20 0.40 0.60

-0.40
Kuadran IV -0.60 Kuadran II

-0.80
-1.00
Ancam
an
Gambar 1. Diagram Posisi Pengembangan Kopi Gapoktan Gunung Kelir di Kecamatan Jambu

Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah meminimalkan masalah-masalah internal


tergambar pada Gambar 1 diatas dapat organisasi, sehingga dapat merebut peluang
diketahui bahwa posisi pengembangan pasar yang lebih baik. Strategi yang
agroindustri kopi Gapoktan Gunung Kelir sebaiknya digunakan adalah improvement
berada dalam kuadran III. Hal ini strategy atau strategi WO (weaknesses-
menunjukkan posisi strategi pengembangan op por tun iti es ) yak ni strategi yang
agroindustri kopi pada Gapoktan Gunung meminimalkan kelemahan untuk
Kelir berada pada situasi yang kurang memanfaatkan peluang yang ada (Rangkuti,
menguntungkan karena sedang menghadapi 2015). Berikut ini matriks SWOT dalam
beberapa kendala atau kelemahan internal strategi pengembangan agroindustri kopi
yang besar. Meski demikian peluang pasar pada Gapoktan Gunung Kelir di Kecamatan
yang dimilikinya sangat besar, oleh karena itu Jambu Kabupaten Semarang dapat dilihat
f ok us strategi adalah pada langk ah pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Formulasi Analisis Matrik SWOT


IFAS Kelem ahan (Weaknesses)
(Internal Factor 1. Produk kopi belum dikenal masyarakat luas
Analisis Strategy) 2. Belum menerapkan standar mutu produk
3. Permodalan untuk menunjang usaha minim
4. Produksi kopi belum optimal dan penanganan
EFAS bahan baku belum efektif
(Eksternal Factor
5. Lembaga dan saluran pemasaran belum
Analisis Strategy) optimal
6. Penanganan produk kopi masih manual, belum
inovatif dan tidak variatif
Peluang (Opportunity) Strategi W-O
1. Dukungan promosi dari pemerintah 1. Peningkatan promosi
2. Adanya SNI kopi dan sertifikat Halal. 2. Pendaftaran SNI produk kopi dan sertifikat Halal
3. Ketersediaan lembaga keuangan (Koperasi dari MUI
dan Perbankan) 3. Bekerjasama dengan mitra kerja dalam hal
4. Permintaan produk ko pi tingg i permodalan (koperasi dan perbankan)
5. Wilayah d an jaringan pemasaran luas 4. Peningkatan kapasitas produksi dan
(nasional, internasional) memanfaatkan teknologi tepat guna
6. Alat dan tehnologi tersedia 5. Mengoptimalkan lembaga dan saluran
7. Beragam inovasi dan diversifikasi produk pemasaran yang berorientasi pasar n asional
kopi dan internasional
8. Tanaman kopi dibudidayakan 6. Aplikasi teknologi dari panen sampai paska
9. Adanya program penghijauan lahan dan panen sehingga tercipta produk inovatif dan
slogan “Go green” dar i pemerintah bervariatif/ beragam
10. Adanya program “one product one village” 7. Menjaga kelestarian sumber daya alam (SDA)
8. Mengoptimalkan kopi sebagai produk unggulan
daerah setempat

86 , Vol. 35, No. 2 September 2017


Berdasarkan analisis matrik SWOT Process) digunakan untuk menentukan
pada Tabel 1 alternatif strategi yang priorit as alternatif strategi dalam
digunakan untuk pengembangan pe n g em b a n ga n a gr o industri kopi di
agroindustri kopi yaitu strategi kelemahan Gapoktan Gunung Kelir Kecamatan Jambu
dan peluang (strategi W-O). Strategi ini Kabupaten Semarang. Strategi
dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan pengembangan agroindustri kopi pada
yaitu dengan strategi yang meminimalkan Gapoktan Gunung Kelir di Kecamatan Jambu
kelemahan untuk memanfaatkan peluang Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa
yang ada (Rangkuti, 2015). Strategi W-O hasil persyaratan analisis dapat diterima
meliputi: pendaftaran SNI produk kopi dan dengan Overall Inconsistency Ratio sebesar
sertifikat Halal dari MUI, peningkatan 0,07, yang berarti bahwa matrik
promosi, penambahan mitra kerja dalam hal per band in gan te lah t e ruji konsisten.
permodalan (koperasi dan perbankan), Susilowati (2008) menyatakan bahwa nilai
optimalisasi kegiatan riset dan Inconsistency Ratio ≤ 0,1 yang berarti
pengembangan teknologi mulai dari panen, keputusan yang diambil oleh responden key
pengemasan dan pemasaran kopi, inovasi person dalam menentukan skala prioritas
dan diversifikasi produk kopi, pembentukan t ela h k o n sist e n . Semakin kecil nilai
kelompok usaha, dan penambahan mesin- Inconsistency Ratio maka semakin konsisten
mesin produksi kopi dan manajemen r e s p o n d e n d a l a m menentuk an sk ala
kelestarian SDA. prior itas . Str ategi pilihan prioritas
pengembangan agroindustri kopi pada
Strategi Pilihan Prioritas Pengembangan Gapoktan Gunung Kelir di Kecamatan Jambu
dengan Analisis AHP (Analytical Kabupaten Semarang tersaji pada Gambar
Hierarchy Process) 2.
Analisis AHP (Analytical Hierarchy

Gambar 2. Hasil Analisis Seluruh Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi

Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi ** : Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir 87
Tabel 2. Definisi Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi

Abbreviation Definition
A Peningkatan promosi
B Pendaftaran SNI produk kopi dan sertifikat Halal dari MUI
C Bekerjasama dengan mitra kerja dalam hal permodalan (koperasi dan perbankan)
D Peningkatan kapasitas produksi dan memanfaatkan teknologi tepat guna
E Mengoptimalkan lembaga dan saluran pemasaran yang berorientasi pasar
nasional dan internasional.
F Aplikasi teknologi dari panen sampai paska panen s ehingga tercipta produk
inovatif dan bervariatif/ beragam.
G Menjaga kelestarian sumber daya alam (SDA)
H Mengoptimalkan kopi sebagai produk unggulan daerah setempat.

Berdasarkan hasil analisis pada di berbagai pameran lokal maupun nasional.


Gambar 2, alternatif strategi pengembangan Kebijakan pemerintah dengan mengangkat
yang menjadi prioritas utama adalah 1) kopi sebagai oleh-oleh khas kabupaten
promosi sebagai produk unggulan khas Semarang dapat meningkatkan promosi untuk
daerah dengan bobot nilai yaitu 0,409; 2) memperkenalkan kopi ke khalayak lebih luas.
Pendaftaran SNI produk kopi dan sertifikat Hal ini didukung kecamatan Jambu wilayah
halal dari MUI dengan bobot nilai sebesar terdekat dengan pariwisata yaitu Bandungan,
0,207; 3) Bekerjasama dengan mitra kerja eling bening, rawa apung, benteng Williem
dalam hal permodalan (koperasi dan ambarawa, sehingga mampu menjadi peluang
perbankan) dengan bobot nilai sebesar yang besar dalam mendukung promosi produk
0,120; 4) Peningkatan kapasitas produksi kopi.
dan memanfaatkan teknologi tepat guna Strategi yang kedua adalah
dengan bobot nilai sebesar 0,072; 5) pendaftaran SNI produk kopi dan sertifikat
Mengoptimalkan kopi sebagai produk halal dari MUI dengan bobot nilai sebesar
unggulan daerah setempat dengan bobot 0,207. Usaha dalam rangka melindungi
nilai sebesar 0,060; 6) Menjaga kelestarian masyarakat dari produk pangan olahan yang
sumber daya alam (SDA) dengan bobot nilai membahayakan kesehatan konsumen,
sebesar 0,047; 7) Mengoptimalkan lembaga pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
dan saluran pemasaran yang berorientasi berbagai peraturan perundang-undangan
pasar nasional dan internasional dengan yang berkaitan dengan keamanan pangan.
bobot nilai sebesar 0,046; 8) Aplikasi Salah satunya adalah peraturan mengenai
teknologi dari panen sampai paska panen kewajiban pendaftaran produk pangan olahan
sehingga tercipta produk inovatif dan kopi, seperti yang tercantum dalam PP No. 69
bervariatif/ beragam dengan bobot nilai tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
sebesar 0,039. Institusi pemerintah yang
Pada Gambar 2. menunjukkan bertanggungjawab terhadap peredaran
bahwa hasil analisis strategi penguatan dan produk pangan olahan di seluruh Indonesia
pengembangan pasar menunjukkan bahwa adalah Badan Pengawasan Obat dan
alternatif strategi yang pertama adalah Makanan (Badan POM) RI. Semua produk
promosi sebagai produk unggulan khas makanan dan minuman yang akan dijual di
daerah dengan bobot nilai 0,409. Alternatif wilayah Indonesia, baik produksi lokal maupun
pengembangan pasar dengan melakukan impor, harus didaftarkan dan mendapatkan
promosi merupakan alternatif paling prioritas nomor pendaftaran dari Badan POM, sebelum
diantara sem ua a lternatif strategi diedarkan ke pasar. Peraturan ini berlaku bagi
pengembangan agroindustri kopi pada semua produk pangan yang dikemas dan
Gapoktan Gunung Kelir Kecamatan Jambu menggunakan label sesuai dengan peraturan
Kabupaten Semarang. Alternatif strategi perundang-undangan yang berlaku. Bagi
promosi dengan mengangkat kopi sebagai Badan POM, nomor pendaftaran ini berguna
produk unggulan khas daerah. Kegiatan untuk mengawasi produk-produk yang
promosi dilakukan melalui kegiatan pameran beredar di pasar, sehingga apabila terjadi

88 , Vol. 35, No. 2 September 2017


suatu kasus akan mudah ditelusuri siapa daerah dengan memperhatikan prinsip
produsennya. dem ok ras i, pem erataan, keadilan,
Sertifikat Halal dari MUI memiliki keistimewaan, dan kekhususan suatu
peranan yang sangat penting di dunia Kopi. daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Hal ini untuk memenuhi pasar konsumen Republik Indonesia.
muslim baik di dalam negeri maupun di luar Selain itu peraturan lainnya yang
negeri. Apabila melakukan ekspor kopi ke merupakan kebijakan pemerintah dalam
negara Timur Tengah biasanya negara rangka penerapan teknologi tepat guna
tersebut meminta sertifikat halal dari produk adalah Undang-Undang Nomor 18 Tahun
kopi yang dijual. Jika produk kopi sudah 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
memiliki sertifikat halal, maka produk kopi Pengembangan dan Penerapan Iptek
bisa diterima dengan mudah di negara (Sisnas P3 Iptek). Di dalam Undang-undang
manapun. Saat ini kesadaran masyarakat tersebut disebutkan antara lain bahwa
akan pentingnya produk halal telah bangkit. Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan
Komunitas-komunitas halal secara suka rela anggaran sebesar jumlah tertentu yang
juga tumbuh di tengah masyarakat seperti cukup memadai untuk memacu akselerasi
Forum Masyarakat Peduli Halal, Halal penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan
Corner, Myhalalkitchen, hingga Halalwatch. Iptek (Bab VI tentang Pembiayaan, pasal 27
Munculnya kesadaran masyarakat ayat 1).
tersebut juga dibarengi sikap kritis dengan K e b i j a k a n l a i n n ya yang turut
mempertanyakan kehalalan makanan yang m enduk ung upa ya p emberdayaan
hendak dikonsumsi oleh masyarakat. masyarakat dalam rangka penerapan
Dengan telah diterimanya sertifikat halal MUI teknologi tepat guna adalah Instruksi
oleh kopi Gapoktan Gunung Kelir, maka Presiden RI Nomor 3 Tahun 2001 tentang
masyarakat tak perlu ragu lagi untuk Penerapan dan Pengembangan teknologi
menikmati kopi di gerai-gerai kopi yang tepat guna. Dalam Instruksi Presiden
berasal dari produsen kopi Gapoktan Gunung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001
Kelir Kec. Jambu. tentang Penerapan dan Pengembangan
Strategi yang ketiga adalah teknologi tepat guna disebutkan bahwa
bekerjasama dengan mitra kerja dalam hal untuk mempercepat pemulihan ekonomi
permodalan (koperasi dan perbankan) nasional, mempercepat kemajuan desa dan
dengan bobot nilai sebesar 0,120. Alternatif menghadapi persaingan global dipandang
strategi dengan membangun perlu melakukan percepatan pembangunan
jaringan/kemitraan usaha dapat pedes a an m elalu i p emberdayaan
dioptimalkan. Adanya promosi diharapkan masyarakat di berbagai bidang yang
juga mampu membuka dan membangun didukungolehpenerapandan
kemitraan dengan berbagai sektor usaha, pengembangan teknologi tepat guna.
misalnya industri pengolahan, retailler di Strategi yang kelima adalah
beberapa supermarket, toko penyedia oleh- mengoptimalkan kopi sebagai produk
oleh khas daerah, hotel atau restoran. unggulan daerah setempat dengan bobot
Strategi yang keempat adalah nilai sebesar 0,060. Salah satu komoditas
pe n i n g k a t a n k a p a si tas produksi dan unggulan dalam subsektor perkebunan
memanfaatkan teknologi tepat guna dengan adalah kopi. Kopi merupakan produk yang
bobot nilai sebesar 0,072. Kebijakan mempunyai peluang pasar yang baik di
pe m er i n t a h ya n g m endukung upa ya dalam negeri maupun luar negeri. Indonesia
penerapan dan pengembangan teknologi merupakan salah satu produsen kopi
tepat guna diantaranya adalah Undang- terbanyak di dunia. Indonesia merupakan
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang negara penghasil kopi terbanyak ke-3,
Pemerintahan Daerah, yang menyebutkan setelah Brazil dan Vietnam.
bahwa penyelenggaraan pemerintahan Peluang untuk mengembangkan
daerah diarahkan untuk mempercepat kopi sebagai penggerak perekonomian
terwujudnya kesejahteraan masyarakat d a e r a h s e b e n a r n y a s a n g a t b e s a r,
antar a la in m e la lui pemberdayaan khususnya bagi daerah-daerah sentra
masyarakat serta peningkatan daya saing produksi kopi. Peluang ini semakin besar dan

Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi ** : Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir 89
terbuka lebar terutama setelah dirintisnya mengembangkan usaha dengan pola pikir
konsep Kawasan Agropolitan di beberapa bisnis komersial. Sebagaimana penelitian
wilayah perdesaan di Indonesia. Agropolitan Saputra, dkk. (2012), bahwa segi aspek
adalah upaya menjadikan suatu kawasan kelembagaan berperan penting untuk
perdesaan menjadi kota pertanian yang meningkatkan pendapatan petani kopi, peran
tumbuh dan berkembang karena berjalannya pemerintah dalam membimbing serta
sistem dan usaha agribisnis serta mampu mengarahkan petani sangat diperlukan demi
melayani, mendorong, menarik, menghela meningkatkan pengetahuan, kemampuan
kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) dalam manajemen serta motivasi petani kopi.
di wilayah sekitarnya. Strategi yang kedelapan adalah
Strategi yang k eenam adalah aplikasi teknologi dari panen sampai paska
menjaga kelestarian sumber daya alam panen sehingga tercipta produk inovatif dan
(SDA) dengan bobot nilai sebesar 0,047. bervariatif/ beragam dengan bobot nilai
Alternatif strategi manajemen kelestarian sebesar 0,039. Pascapanen hasil pertanian
sumber daya alam bisa dilakukan dengan adalah semua kegiatan yang dilakukan sejak
pembibitan dan budidaya kopi secara intensif proses penanganan hasil pertanian sampai
yaitu untuk menjamin bahan baku kopi dan dengan proses yang menghasilkan produk
tanaman kopi dalam jumlah yang cukup setengah jadi (produk antara/intermediate).
secara berkelanjutan. Pengusahaan Penanganan pascapanen bertujuan untuk
tanaman kopi, belum dibudidayakan secara menurunkan kehilangan hasil, menekan
intensif dan belum diusahakan dalam skala tingkat kerusakan, dan meningkatkan daya
besar. Pengelolaan tanaman yang belum simpan dan daya guna komoditas untuk
menerapkan teknik budidaya yang baik memperoleh nilai tambah (Setyono et al.,
menyebabkan produktivitas tanaman rendah. 2008). Penanganan pascapanen yang tidak
Strategi yang ketujuh adalah ba ik ak a n m e n ye b a b k a n t e r j a d in ya
mengoptimalkan lembaga dan saluran kehilangan hasil, baik bobot maupun kualitas
pemasaran yang berorientasi pasar nasional produk yang dihasilkan, terutama untuk
dan internasional dengan bobot nilai sebesar panen musim hujan (Firmansyah et al., 2007).
0,046. Mengoptimalkan lembaga dan saluran Penerapan teknologi pascapanen hasil
pemasaran yang berorientasi pasar nasional pertanian saat ini masih belum merata, hal ini
dan internasional adalah dengan disebabkan antara lain karena penyebaran
mengoptimalkan kelompok usaha seperti informasi tentang teknologi pascapanen
Gapoktan Gunung Kelir. Kelompok usaha belum dilakukan secara masif. Perhatian
memerlukan teknik pembinaan manajemen pemerintah terhadap peningkatan nilai
usaha yang tepat. Pembinaan manajemen tambah produk pertanian di perdesaan
usaha diperlukan untuk penanganan bahan selama ini masih relatif kecil jika
bak u, standar operasional produk si, dibandingkan dengan upaya peningkatan
manajemen keuangan dan pemasarannya produksi hasil pertanian melalui budidaya
sehingga produk yang dihasilkan bermutu tanaman. Oleh karena itu, perkembangan
dan berdaya saing. Sardjono ( 1986) penanganan pascapanen masih berjalan
mengemukakan bahwa untuk memperoleh lambat dan belum sesuai dengan harapan
produk dengan mutu yang baik perlu (Ditjen P2HP, 2010).
diperhatikan mutu bahan baku, proses Penerapan teknologi pascapanen
produksi, dan pengemasan produk. yang baik dengan melakukan kegiatan riset
Efektifnya pembinaan dan pendampingan oleh universitas maupun balai penelitian,
kegiatan usaha membutuhkan wadah diantaranya penelitian tentang teknik
permanen yakni kelompok usaha dengan unit pengolahan, misalnya bahan tambahan yang
pengolahannya. Setelah terbentuk unit tepat untuk pengawetan kopi, cara
kelompok usaha maka dalam penyediaan penyimpanan yang mempengaruhi kualitas
bahan baku, pengolahan, manajemen kopi dan lain-lain. Dukungan riset untuk
keuangan dan pemasaran produk yang menghasilkan mutu kualitas kopi yang baik
dihasilkan dengan bimbingan teknis dan sudah banyak diteliti.
manajemen usaha dan instansi terkait, Pengemasan merupakan salah satu
sehingga pengrajin termotivasi sarana untuk menciptakan produk inovatif

90 , Vol. 35, No. 2 September 2017


dan bervariatif. Hal ini sangat penting dan sertifikat Halal dari MUI, bekerjasama
mutlak diperlukan dalam persaingan dunia dengan mitra kerja dalam hal
usaha seperti saat ini. Menurut Syarief dan permodalan (koperasi dan perbankan),
Halid (1993), kemasan merupakan faktor peningkatan kapasitas produksi dan
yang sangat penting karena fungsi dan memanfaatkan teknologi tepat guna,
kegunaanya dalam meningkatkan mutu mengoptimalkan lembaga dan saluran
produk dan daya jual dari produk. Kemasan pemasaran yang berorientasi pasar
produk dan labelnya selain berfungsi sebagai nasional dan internasional, aplikasi
pengaman produk yang terdapat di dalamnya teknologi dari panen sampai paska
juga berfungsi sebagai media promosi dan panen sehingga tercipta produk inovatif
informasi dan produk yang bersangkutan. dan bervariatif atau beragam, menjaga
Kemasan produk yang baik dan menarik akan kelestarian sumber daya alam (SDA),
memberikan nilai tersendiri sebagai daya tarik mengoptimalkan kopi sebagai produk
bagi konsumen. Kemasan produk masih unggulan daerah setempat.
merupakan masalah bagi para pengelola 2. Str ategi p ilihan prioritas dalam
usaha, khususnya usaha kecil menengah. pengembangan agroindustri kopi pada
Permasalahan tentang kemasan produk dan Gapoktan Gunung Kelir secara berurutan
labelnya kadang-kadang menjadi hambatan adalah peningkatan promosi,
bagi perkembangan atau kemajuan suatu pendaftaran SNI produk kopi dan
usaha. Banyak persoalan yang muncul ketika sertifikasi halal dari MUI, dan kerjasama
suatu usaha ingin memiliki suatu kemasan dengan mitra kerja dalam hal
produk yang baik, berkualitas dan memenuhi permodalan (koperasi dan perbankan).
standar yang ada.
Syarief et al. (1989) mengemukakan
bahwa persoalan-persoalan yang sering Saran
dihadapi yaitu bahan pengemas, desain Berdasarkan hasil pembahasan dan
bentuk kemasan, desain label, sampai pada kesimpulan maka disarankan :
persoalan yang paling utama yaitu biaya 1. Mengingat kondisi usaha agroindustri kopi
pembuatan kemasan itu sendiri. Bagi para berada pada posisi kuadran III yang
pengelola usaha skala kecil-menengah kurang menguntungkan, maka para pelaku
dengan segala keterbatasan modal usaha usaha kopi yang tergabung pada
permasalahan kemasan bisa ditangani Gapoktan Gunung Kelir sebaiknya perlu
dengan kreativitas. Kemasan yang baik dan meningkatkan kegiatan-kegiatan yang
menarik tidak selalu identik dengan harga bisa menguatkan dalam pengembangan
kemasan yang mahal. Bahan pengemas yang agroindustri kopi seperti;
murah dan dirancang sedemikian rupa, baik a. Adanya peningkatan pengetahuan d a n
bentuk maupun desain labelnya akan tercipta k eter am pilan pe ngrajin dalam m em
sebuah kemasan yang tidak kalah bersama asarkan produk-produk kopi,
dengan kemasan-kemasan modern. peningkatan mutu dan kualitas kopi melalui
kegiatan penyuluhan dan pendampingan.
SIMPULAN DAN SARAN b. Perlu adanya dukungan dari pihak
Simpulan pemerintah setempat berupa modal
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh m aupun sarana pendukung dalam
kesimpulan sebagai berikut: pengembangan agroindustri kopi untuk
1. Strategi pilihan pengembangan memperluas usaha dan expansi pasar
agroindustri yang tepat untuk diterapkan domestik dan mancanegara.
oleh pengrajin kopi pada Gapoktan c. Upaya memperluas pemasaran,
Gunung Kelir di Kecamatan Jambu pemerintah setempat perlu memfasilitasi
Kabupaten Semarang adalah strategi W- den gan k egia ta n temu pengisaha,
O yaitu strategi yang meminimalkan workshop, pameran
k elem ah a n u nt u k m e manfaatkan 2. Perlu adanya kebijakan dan tindak lanjut
peluang. Strategi W-O terdiri dari nyata dari pemerintah terhadap perilaku
delapan langkah: peningkatan promosi, para pedagang tengkulak maupun k a r t e l
pendaftaran SNI produk kopi dan dagang yang seringkali

Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi ** : Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir 91
mempermainkan harga kopi.
Rangkuti, F. 2015. Analisis SWOT Teknik
DAFTAR PUSTAKA Membedah Kasus Bisnis.
Gram edia Pustaka Utama.
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2012. Jakarta.
Statistik Kopi Asosiasi Eksportir
dan Industri Kopi Indonesia 2009- Saputra, E., Fitriana, L., Bahar, E., 2012.
2011. Jakarta. 2012. http://aeki- Strategi Pengembangan Usaha
aice.org Diakses 02 Mei 2016. Gula Aren Di Desa Rambah
Te n g a h B a r a t K e c a m a t a n
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Data Rambah Kabupaten Rokan Hulu.
Strategis Kabupaten Semarang Fakultas Pertanian Universitas
2015. Halaman 200-201 Pasir Pengaraian. Jurnal
Penelitian Sungkai. Vol. 1. No.1.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014.
Statistik Perkebunan Indonesia Sardjono. 1986. Pengawasan dan Standar
2013-2015. Direktorat Jendral Mutu Gula Merah. Bogor: BBIHP
Perkebunan. Jakarta.
Setyono, Soeharmadi A, Setiawati J,
Dir ek tor at J en d era l Pengolahan dan Sudaryono. 2008..Perkembangan
Pemasaran Hasil Pertanian PenelitianPenanganan
Kementerian Pertanian. 2014. Pascapanen. Risalah Simposium II
Pedom an Um um Kegiatan Penelitian Tanaman Pangan, Ciloto.
Pembangunan Pengolahan dan Buku 2. Pusat Penelitian Tanaman
Pemasaran Hasil Pertanian Pangan, Bogor. P. 225 465,486.
Tahun Anggaran 2015
Singarimbun, M. 2012. Metode Penelitian
F i r m a n s y a h , I . , U . 2 0 0 9 . Te k n o l o g i Survei. Edisi revisi : Sofian Efendi
Pengeringan dan Pemipilan Untuk dan Tukiran. Cetakan ke 30. LP3ES.
Perbaikan Mutu Biji Jagung (Studi Jakarta.
Kasus di Kabupaten Tanah Laut,
Kalimantan Selatan). Prosiding Sopiannur, D., R. Mariati dan Juraemi. 2011.
Seminar Nasional Serealia. Balai Studi Pendapatan Usaha Gula Aren
Penelitian Tanaman Serealia. Ditinjau Dari Jenis Bahan Bakar di
ISBN: 978-979-8940-27-9. Dusun Girirejo Keluruhan Lempake
Kecamatan Samarinda Utara.
Hariyati, Y., Sofia, & Sumarno, J. 2013. Jurnal EPP. 8 (2) : 34-40.
Pen g em bang an Ag r oindustri
Pedesaan Berbasis Kopi Menuju Syarief, R dan H. Halid. 1993. Teknologi
Produk Specialty Kabupaten PenyimpananPangan.
Jember. Laporan Hasil Penelitian Laboratorium Rekayasa Pangan
Hibah Strategis Nasional. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Lembaga Penelitian Universitas
Jember. Utami, R. W. 2009. Segmentasi Dan Analisis
Perilaku Konsumen Kopi Bubuk.
http://www.pertanian.go.id/sakip/admin/fil Alumni Mahasiswa Pascasarjana
e/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010- Universitas Jember. Jurnal SEP. 3
(2). 4 Juli 2016.
2014.pdf
Widyotomo, S. 2013. Potensi Dan Teknologi
[ICO] International Coffee Organization. Diversifikasi Limbah Kopi Menjadi
2015. Coffee Market Report. Produk Bermutu Dan Bernilai
http://www.ico.org/ [ 16 Oktober Tambah. Review Penelitian Kopi
2016]. Dan Kakao. Vol. 1 (1) : 63-80.

92 , Vol. 35, No. 2 September 2017

Anda mungkin juga menyukai