ABSTRACT
This study aims to formulate the strategy of choice and determine the strategy of priority
choice of coffee agroindustry development using survey method since May to July 2016 at
Gapoktan Gunung Kelir, Jambu District, Semarang Regency. The location of the study was
determined purposively, sampling with judgment sampling. Respondents were divided into two
groups: 48 coffee craftsmen; Expert respondents 11 people (government, academia, community.
Data collection through observation, interview, questionnaire and FGD (Focus Group Discussion).
Data analysis using SWOT analysis and AHP analysis (Analytical Hierarchy Process) with Expert
Choice program tool version 9.0. The results show that the right choice strategy applied is W-O
strategy. The W-O strategy consists of eight formulas: Increased promotion; Registration of SNI of
coffee products and Halal certificate from MUI; Cooperate with partners in terms of capital
(cooperatives and banking); Increasing production capacity and utilizing appropriate technology;
Optimizing national and international market-oriented marketing institutions and channels;
Technology applications from harvest to post-harvest to create innovative and varied products;
Maintaining the sustainability of natural resources (SDA); and Optimize coffee as a local superior
product. The priority choice strategy in developing coffee agroindustry at Gapoktan Gunung Kelir in
Jambu District of Semarang Regency is an increase of promotion.
Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi ** : Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir 83
PENDAHULUAN menghasilkan 600.000 ton dari luas areal
Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu 1,05 juta hektar (tingkat produktivitas kopi
produk agroindustri pangan yang digemari kering = 0,57 ton/ha). Kopi tersebut dihasilkan
oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena dari berbagai wilayah Indonesia seperti
kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki Sumatera, Jawa, Bali, NTT, NTB, Sulawesi,
oleh bahan minuman lainnya. Keberadaan Kalimantan sampai Papua (AEKI, 2012).
kopi sudah menjadi salah satu bagian dari Menurut BPS (2015), Propinsi Jawa
kehidupan sehari-hari baik di Indonesia dan Tengah tepatnya di Kecamatan Jambu
mancanegara. Menurut Widyotomo (2013), Kabupaten Semarang pada tahun 2014
kopi merupakan salah satu komoditas mampu memproduksi kopi kering sebanyak
perkebunan tradisional yang memiliki peran 523,9 ton dari luas lahan perkebunan 600,50
penting dalam perekonomian Indonesia. hektar. Produksi kopi tersebut dihasilkan dari
Peran tersebut antara lain sebagai sumber dua jenis kopi yaitu kopi jenis robusta sebesar
perolehan devisa, penyedia lapangan kerja, 523 ton dan kopi jenis arabika sebesar 0,90
dan sebagai sumber pendapatan bagi petani ton. Petani pengrajin kopi di Kecamatan
pekebun kopi maupun pelaku ekonomi Jambu sebagian besar tergabung dalam
lainnya yang terlibat dalam budidaya, or g a n is a s i g a b u n g a n kelom pok tani
pengolahan, maupun dalam mata rantai (gapoktan) “Gunung Kelir”. Gapoktan
pemasaran. Indonesia menjadi salah satu tersebut mengelola kopi di hamparan lahan
Negara penghasil kopi terbesar di dunia seluas 489 hektar dengan rerata produksi 1,1
dengan total produksi kopi pada tahun 2013 ton kopi kering per hektar.
sebesar 675.881 ton dan meningkat hingga Potensi produksi kopi di Kecamatan
685.89 ton pada tahun 2014 (Direktorat Jambu yang cukup besar dan memiliki
Jendral Perkebunan, 2014). Selain itu, prospek menjanjikan tersebut dimanfaatkan
Indonesia juga sebagai Negara eksportir ke dengan baik oleh para pengrajin kopi
empat terbesar di dunia untuk komoditi kopi, Gapoktan Gunung Kelir. Meski secara prinsip
dengan peran ratarata sebesar 5,87% agroindustri kopi yang dikerjakan para
terhadap total ek spor dunia. Brazil pengrajin masih berskala kecil, dikelola
menempati posisi pertama dengan peran secara individu dan dengan teknologi
rata-rata sebesar 38.30%, diikuti dengan konvensional, namun Gapoktan Gunung Kelir
Vietnam sebesar 16,86% dan Colombia saat ini sudah berhasil memproduksi kopi
sebesar 13,29% (ICO, 2015). bubuk kemasan dengan merk “Gunung Kelir,
Agroindustri kopi memiliki peluang Kopi Kenthir, Kopi Lanang, Kopi
yang cukup tinggi untuk dikembangkan di Wonokasian”. Keunggulan produk kopi
Indonesia karena memiliki prospek besar olahan dari Gapoktan Gunung Kelir yaitu
dipasar domestik dan internasional, namun terdapat aroma khas yang menyerupai aroma
permasalahan yang dialami agroindustri kopi moka. Selain itu, pengrajin juga gigih dalam
saat ini juga sangat kompleks, antara lain mempertahankan mutu dan kualitas kopi.
kualitas dan kontinyuitas bahan baku kopi Petani pengrajin kopi hanya akan memetik
yang kurang terjamin, teknik budidaya yang buah kopi jika sudah berwarna merah atau
masih sederhana, kurangnya ketersediaan tua, tanaman kopi juga terpelihara dengan
sarana dan prasarana agroindustri, jaringan rapi, mudah diatur, para petani pengrajin kopi
pemasaran kopi yang belum terkelola dengan juga memiliki keinginan yang cukup kuat
baik, dan kualitas SDM yang kurang memadai untuk maju.
(Hariyati et al., 2013). Menurut Ngadianto ketua Gapoktan
Menurut Ditjenbun (2014), Propinsi Gunung Kelir, pengrajin kopi Gapoktan
Jawa Tengah dengan areal perkebunan Gunung Kelir sejauh ini belum mampu
seluas 39.904 ha mampu menghasilkan kopi memasarkan produk-produknya secara
kering sebanyak 20.320 ton per tahun (tingkat optim al. Hal itu disebabkan karena
produktivitas kopi kering = 0,51 ton/ha). munculnya berbagai kendala internal dan
Sedangkan di tingkat nasional kopi arabika eksternal yang menghambat dalam proses
menghasilkan hampir 150.000 ton dari luas pemasaran kopi secara langsung maupun
areal 250.000 hektar (tingkat produktivitas tidak langsung. Kendala yang muncul antara
kopi kering = 0,60 ton/ha), dan kopi robusta lain seperti wilayah pemasaran produk kopi
Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi ** : Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir 85
Peluang
(-0,36;0,81)
1.00
0.80
Posisi Gapoktan Gunung Kelir Kuadran III 0.60
0.40 Kuadran I
-0.40
Kuadran IV -0.60 Kuadran II
-0.80
-1.00
Ancam
an
Gambar 1. Diagram Posisi Pengembangan Kopi Gapoktan Gunung Kelir di Kecamatan Jambu
Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi ** : Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir 87
Tabel 2. Definisi Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi
Abbreviation Definition
A Peningkatan promosi
B Pendaftaran SNI produk kopi dan sertifikat Halal dari MUI
C Bekerjasama dengan mitra kerja dalam hal permodalan (koperasi dan perbankan)
D Peningkatan kapasitas produksi dan memanfaatkan teknologi tepat guna
E Mengoptimalkan lembaga dan saluran pemasaran yang berorientasi pasar
nasional dan internasional.
F Aplikasi teknologi dari panen sampai paska panen s ehingga tercipta produk
inovatif dan bervariatif/ beragam.
G Menjaga kelestarian sumber daya alam (SDA)
H Mengoptimalkan kopi sebagai produk unggulan daerah setempat.
Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi ** : Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir 89
terbuka lebar terutama setelah dirintisnya mengembangkan usaha dengan pola pikir
konsep Kawasan Agropolitan di beberapa bisnis komersial. Sebagaimana penelitian
wilayah perdesaan di Indonesia. Agropolitan Saputra, dkk. (2012), bahwa segi aspek
adalah upaya menjadikan suatu kawasan kelembagaan berperan penting untuk
perdesaan menjadi kota pertanian yang meningkatkan pendapatan petani kopi, peran
tumbuh dan berkembang karena berjalannya pemerintah dalam membimbing serta
sistem dan usaha agribisnis serta mampu mengarahkan petani sangat diperlukan demi
melayani, mendorong, menarik, menghela meningkatkan pengetahuan, kemampuan
kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) dalam manajemen serta motivasi petani kopi.
di wilayah sekitarnya. Strategi yang kedelapan adalah
Strategi yang k eenam adalah aplikasi teknologi dari panen sampai paska
menjaga kelestarian sumber daya alam panen sehingga tercipta produk inovatif dan
(SDA) dengan bobot nilai sebesar 0,047. bervariatif/ beragam dengan bobot nilai
Alternatif strategi manajemen kelestarian sebesar 0,039. Pascapanen hasil pertanian
sumber daya alam bisa dilakukan dengan adalah semua kegiatan yang dilakukan sejak
pembibitan dan budidaya kopi secara intensif proses penanganan hasil pertanian sampai
yaitu untuk menjamin bahan baku kopi dan dengan proses yang menghasilkan produk
tanaman kopi dalam jumlah yang cukup setengah jadi (produk antara/intermediate).
secara berkelanjutan. Pengusahaan Penanganan pascapanen bertujuan untuk
tanaman kopi, belum dibudidayakan secara menurunkan kehilangan hasil, menekan
intensif dan belum diusahakan dalam skala tingkat kerusakan, dan meningkatkan daya
besar. Pengelolaan tanaman yang belum simpan dan daya guna komoditas untuk
menerapkan teknik budidaya yang baik memperoleh nilai tambah (Setyono et al.,
menyebabkan produktivitas tanaman rendah. 2008). Penanganan pascapanen yang tidak
Strategi yang ketujuh adalah ba ik ak a n m e n ye b a b k a n t e r j a d in ya
mengoptimalkan lembaga dan saluran kehilangan hasil, baik bobot maupun kualitas
pemasaran yang berorientasi pasar nasional produk yang dihasilkan, terutama untuk
dan internasional dengan bobot nilai sebesar panen musim hujan (Firmansyah et al., 2007).
0,046. Mengoptimalkan lembaga dan saluran Penerapan teknologi pascapanen hasil
pemasaran yang berorientasi pasar nasional pertanian saat ini masih belum merata, hal ini
dan internasional adalah dengan disebabkan antara lain karena penyebaran
mengoptimalkan kelompok usaha seperti informasi tentang teknologi pascapanen
Gapoktan Gunung Kelir. Kelompok usaha belum dilakukan secara masif. Perhatian
memerlukan teknik pembinaan manajemen pemerintah terhadap peningkatan nilai
usaha yang tepat. Pembinaan manajemen tambah produk pertanian di perdesaan
usaha diperlukan untuk penanganan bahan selama ini masih relatif kecil jika
bak u, standar operasional produk si, dibandingkan dengan upaya peningkatan
manajemen keuangan dan pemasarannya produksi hasil pertanian melalui budidaya
sehingga produk yang dihasilkan bermutu tanaman. Oleh karena itu, perkembangan
dan berdaya saing. Sardjono ( 1986) penanganan pascapanen masih berjalan
mengemukakan bahwa untuk memperoleh lambat dan belum sesuai dengan harapan
produk dengan mutu yang baik perlu (Ditjen P2HP, 2010).
diperhatikan mutu bahan baku, proses Penerapan teknologi pascapanen
produksi, dan pengemasan produk. yang baik dengan melakukan kegiatan riset
Efektifnya pembinaan dan pendampingan oleh universitas maupun balai penelitian,
kegiatan usaha membutuhkan wadah diantaranya penelitian tentang teknik
permanen yakni kelompok usaha dengan unit pengolahan, misalnya bahan tambahan yang
pengolahannya. Setelah terbentuk unit tepat untuk pengawetan kopi, cara
kelompok usaha maka dalam penyediaan penyimpanan yang mempengaruhi kualitas
bahan baku, pengolahan, manajemen kopi dan lain-lain. Dukungan riset untuk
keuangan dan pemasaran produk yang menghasilkan mutu kualitas kopi yang baik
dihasilkan dengan bimbingan teknis dan sudah banyak diteliti.
manajemen usaha dan instansi terkait, Pengemasan merupakan salah satu
sehingga pengrajin termotivasi sarana untuk menciptakan produk inovatif
Suwali,* Syaiful Anwar **, Agus Setiadi ** : Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada Gapoktan Gunung Kelir 91
mempermainkan harga kopi.
Rangkuti, F. 2015. Analisis SWOT Teknik
DAFTAR PUSTAKA Membedah Kasus Bisnis.
Gram edia Pustaka Utama.
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2012. Jakarta.
Statistik Kopi Asosiasi Eksportir
dan Industri Kopi Indonesia 2009- Saputra, E., Fitriana, L., Bahar, E., 2012.
2011. Jakarta. 2012. http://aeki- Strategi Pengembangan Usaha
aice.org Diakses 02 Mei 2016. Gula Aren Di Desa Rambah
Te n g a h B a r a t K e c a m a t a n
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Data Rambah Kabupaten Rokan Hulu.
Strategis Kabupaten Semarang Fakultas Pertanian Universitas
2015. Halaman 200-201 Pasir Pengaraian. Jurnal
Penelitian Sungkai. Vol. 1. No.1.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014.
Statistik Perkebunan Indonesia Sardjono. 1986. Pengawasan dan Standar
2013-2015. Direktorat Jendral Mutu Gula Merah. Bogor: BBIHP
Perkebunan. Jakarta.
Setyono, Soeharmadi A, Setiawati J,
Dir ek tor at J en d era l Pengolahan dan Sudaryono. 2008..Perkembangan
Pemasaran Hasil Pertanian PenelitianPenanganan
Kementerian Pertanian. 2014. Pascapanen. Risalah Simposium II
Pedom an Um um Kegiatan Penelitian Tanaman Pangan, Ciloto.
Pembangunan Pengolahan dan Buku 2. Pusat Penelitian Tanaman
Pemasaran Hasil Pertanian Pangan, Bogor. P. 225 465,486.
Tahun Anggaran 2015
Singarimbun, M. 2012. Metode Penelitian
F i r m a n s y a h , I . , U . 2 0 0 9 . Te k n o l o g i Survei. Edisi revisi : Sofian Efendi
Pengeringan dan Pemipilan Untuk dan Tukiran. Cetakan ke 30. LP3ES.
Perbaikan Mutu Biji Jagung (Studi Jakarta.
Kasus di Kabupaten Tanah Laut,
Kalimantan Selatan). Prosiding Sopiannur, D., R. Mariati dan Juraemi. 2011.
Seminar Nasional Serealia. Balai Studi Pendapatan Usaha Gula Aren
Penelitian Tanaman Serealia. Ditinjau Dari Jenis Bahan Bakar di
ISBN: 978-979-8940-27-9. Dusun Girirejo Keluruhan Lempake
Kecamatan Samarinda Utara.
Hariyati, Y., Sofia, & Sumarno, J. 2013. Jurnal EPP. 8 (2) : 34-40.
Pen g em bang an Ag r oindustri
Pedesaan Berbasis Kopi Menuju Syarief, R dan H. Halid. 1993. Teknologi
Produk Specialty Kabupaten PenyimpananPangan.
Jember. Laporan Hasil Penelitian Laboratorium Rekayasa Pangan
Hibah Strategis Nasional. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Lembaga Penelitian Universitas
Jember. Utami, R. W. 2009. Segmentasi Dan Analisis
Perilaku Konsumen Kopi Bubuk.
http://www.pertanian.go.id/sakip/admin/fil Alumni Mahasiswa Pascasarjana
e/RENSTRA_DITJEN_PPHP_2010- Universitas Jember. Jurnal SEP. 3
(2). 4 Juli 2016.
2014.pdf
Widyotomo, S. 2013. Potensi Dan Teknologi
[ICO] International Coffee Organization. Diversifikasi Limbah Kopi Menjadi
2015. Coffee Market Report. Produk Bermutu Dan Bernilai
http://www.ico.org/ [ 16 Oktober Tambah. Review Penelitian Kopi
2016]. Dan Kakao. Vol. 1 (1) : 63-80.