0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
41 tayangan21 halaman
Dokumen tersebut memberikan analisis dan rasionalisasi tentang pengukuran tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh. Tanda-tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Dokumen juga menjelaskan prosedur dan alat yang digunakan dalam mengukur masing-masing tanda vital.
Dokumen tersebut memberikan analisis dan rasionalisasi tentang pengukuran tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh. Tanda-tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Dokumen juga menjelaskan prosedur dan alat yang digunakan dalam mengukur masing-masing tanda vital.
Dokumen tersebut memberikan analisis dan rasionalisasi tentang pengukuran tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh. Tanda-tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Dokumen juga menjelaskan prosedur dan alat yang digunakan dalam mengukur masing-masing tanda vital.
DI RUANG DAHLIA RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA
Oleh : Nama : Suziana NIM : 180104095
PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO 2018 ANALISIS SINTESIS TINDAKAN PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL A. Pengertian Pengukuran tanda-tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda-tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. B. Indikasi Indikasi pengukuran tanda-tanda vital yaitu untuk memantau perkembangan pasien. Sebagai tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh. C. Rasionalisasi Tanda-tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi. Semua tanda- tanda vital tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Perubahan tanda-tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktifitas berat atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh. D. Anatomi dan Fisiologis 1. Pengukuran tekanan darah Pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator dalam menilai fungsi kardiovaskuler. tekanan maksimum pada dinding arteria yang terjadi ketika bilik kiri jantung menymprotkan darah klep aortik yang terbuka kedalam aorta disebut sebagai tekanan sistolik. Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel. Paru-paru mengalirkan darah yang teroksigenasi ke atrium kiri, dari atrium kiri darah akan ditampung ke ventrikel kiri, bila darah dalam ventrikel kiri penuh maka katup aortif akan membuka, dan darah dari ventrikel kiri pertama kali akan menyentuh dinding katup aortif (sistol) dan darah mengalir ke aorta dan langsung ke vena dan arteri lebih sempit. Setelah melewati arteri vena, ada mekanisme pembuluh vena balik akan mengeluarkan darah kembali ke atrium kanan melalui vena kafa superior dan inferior. Darah dari atrium kanan akan berbagi dengan ventrikel kanan, dari atrium kiri dan kanan darah yang penuh akan di alirkan ke ventrikel kiri dan kanan (rendahnya darah dari atrium ke ventrikel lebih besar dari diastole). 2. Pengukuran denyut nadi Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh. Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior. 3. Pengukuran respirasi (pernafasan) Respirasi, atau bernapas, memiliki tiga fungsi utama yaitu untuk mengambil oksigen, untuk mengeluarkan karbon dioksida, dan untuk meregulasi komposisi relatif dari darah. Tubuh membutuhkan oksigen untuk metabolisme makanan. Selama proses metabolisme, oksigen digabungkan dengan atom karbon dalam makanan, memproduksi karbon dioksida (CO2). Sistem pernapasan membawa udara, termasuk oksigen, melalui inspirasi, menghilangkan karbon dioksida melalui ekspirasi. Sistem pernapasan melibatkan beberapa organ, termasuk hidung, mulut, faring, trakea, diafragma, otot perut, dan mulut kemudian melewati faring dan laring untuk trakea. Trakea, tabung berotot membentang ke bawah dari laring, membagi di ujung bawah menjadi dua cabang yang disebut bronkus primer. Setiap bronkus memasuki paru-paru, di mana ia kemudian membagi ke saluran pernapasan sekunder, bronkiolus dan akhirnya duktus alveolar mikroskopis, yang berisi banyak kantung- kantung kecil yang disebut alveoli. Alveoli dan kapiler bertanggung jawab untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Inspirasi udara proses aktif, disebabkan oleh kontraksi otot. Inspirasi menyebabkan paru-paru untuk mengembang di dalam thorax (dinding dada). Ekspirasi, kontras adalah fungsi pasif, dibawa oleh relaksasi paru-paru, yang mengurangi volume paru-paru dalam dada. Paru- paru mengisi sebagian besar ruang di dalam torax, yang disebut rongga dada, dan sangat elastis, tergantung di dinding toraks. 4. Pengukuran suhu Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuhmanusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuhmenghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalamkeadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik ( feed back ) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas danmeningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Pusat termoregulator hipotalamus merupakan sekelompok saraf pada area preoptik dan hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai termostat. Termostat hipothalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh : a. Termoreseptor perifer, terletak di dalam kulit, mendeteksi perubahan suhu kulit dan membran mukosa tertentu serta mentransmisi informasi tersebut ke hipothalamus. b. Termoreseptor sentral, terletak di antara hipothalamus anterior, medula spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya, juga mendeteksi perubahan suhu darah. E. Alat dan Bahan 1. Pengukuran Tekanan Darah a. Alat dan bahan - Tensimeter - Stetoskop - Buku catatan tanda vital - Pena 2. Pengukuran denyut nadi a. Alat dan bahan - Alat tulis - Jam 3. Pengukuran respirasi (pernafasan) a. Alat dan bahan - Alat tulis - Jam 4. Pengukuran suhu a. Alat dan bahan - Thermometer - Jam - Alat tulis - Larutan chlorin 0,9% atau desinfektan - Larutan sabun - Air bersih F. Prosedur 1. Pengukuran Tekanan Darah a. Fase pre interaksi 1) Persiapan alat - Tensimeter - Stetoskop - Buku catatan tanda vital - Pena b. Fase Orientasi - Memberikan salam - Memperkenalkan diri - Menjelaskan tujuan - Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan - Menjelaskan lamanya waktu tindakan c. Fase Kerja - Mencuci tangan - Mengatur posisi klien - Meletakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang. - Membuka lengan baju - Memasang manset pada lengan kanan / kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti (jangan terlalu ketat maupun longgar) - Menentukan denyut nadi arteri radialis dekstra / sinistra - Memompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba. - Memompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba. - Meletakkan diafragma stetoskop diatas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam - Mencatat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi d. Fase Terminasi - Merapikan alat - Mendokumentasikan hasil 2. Pengukuran denyut nadi a. Fase pre interaksi 1) Persiapan alat - Alat tulis - Jam b. Fase orientasi - Menyambt klien dan keluarga dengan sopan dan ramah - Memperkenalkan diri kepada klien - Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan c. Fase Kerja - Mencuci tangan - Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/ tidur) - Meraba arteri Radialis dengan menggunakan jari telinjuk dan jari tengah - Menghitung denyut nadi selam 1 menit penuh d. Fase Terminasi - Mencatat hasil pemeriksaan - Menjelaskan hasil pemeriksaan - Merapikan pasien - Membereskan alat - Mencuci tangan 3. Pengukuran respirasi (pernafasan) a. Fase Pra Interaksi 1) Persiapan alat - Alat tulis - Jam b. Fase orientasi - Menyambt klien dan keluarga dengan sopan dan ramah - Memperkenalkan diri kepada klien - Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan c. Fase kerja - Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih - Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/ tidur) - Menghitung pernapasan dengan memperhatikan gerakan pernapasan pada dada pasien (menghitung dalam waktu 1 menit penuh) d. Fase terminasi - Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan - Merapikan pasien - Membereskan alat - Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir - Dokumentasi 4. Pengukuran suhu a. Fase pra interaksi 1) Persiapan alat - Thermometer - Jam - Alat tulis - Larutan chlorin 0,9% atau desinfektan - Larutan sabun - Air bersih b. Fase orientasi - Menyambt klien dan keluarga dengan sopan dan ramah - Memperkenalkan diri kepada klien - Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan c. Fase kerja - Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih - Menggunakan sarung tangan - Mengatur posisi pasien senyaman mungkin - Membuka lengan baju pasien - Mengeringkan ketiak pasien bila basah oleh keringat dengan menggunakan baju pasien atau kassa - Mengecek kembali thermometer dalam posisi angka dibawah 350C - Memasang ujung thermometer ditengah- tengah ketiak dan menganjurkan pasien menjepit dengan lengannya dengan melipatkan lengan pasien ke dada - Pemeriksaan thermometer dilakukan setelah kira- kira 10 – 15 menit - Membaca dengan teliti angka pada skala thermometer kemudian mencatatnya - Mendisinfeksi thermometer dengan larutan chlorine 0,5 % selama 10 menit - Mencuci larutan chlorine dengan larutan sabun - Membilas ternoneter dengan air bersih - Mengeringkan thermometer dengan kassa - Menurunkan air raksa dan menempatkan thermometer ke tempat semula d. Fase terminasi - Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan - Merapikan pasien - Melepas sarung tangan, sebelumnya cuci tangan dalam larutan chlorine 0,5% selama 10 menit. - Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih - Dokumentasi G. Respon Objektif dan Subjektif 1. Respon objektif Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD : 120/80 mmHg, Nadi : 90x/menit, RR : 18x/menit, S : 37,5oC. 2. Respon subjektif Pasien merasa lebih tenang setelah mengetahui hasil pengkuran tanda- tanda vital. H. Analisa Tindakan dan Refleksi Diri Pengukuran tanda-tanda vital yang telah dilakukan sudah sesuai dengan prosedur. Pengukuran tanda-tanda vital juga tidak hanya dilakukan satu kali dalam sehari, dalam satu hari pasien dilakukan pengukuran tanda-tanda vital sebanyak tiga kali, atau setiap pergantian jaga. Hal tersebut dilakukan untuk memantau status kondisi pasien. Kekurangan pada tindakan pengukuran tanda-tanda vital yaitu saya tidak melakukan kontrak waktu untuk kegiatan yang selanjutnya. Seharusnya, sebagai seorang perawat kita harus melakukan kontrak waktu untuk kegiatan yang akan dilakukan agar pasien dapat dikondisikan, sehingga pada saat akan melakukan kegiatan yang selanjutnya pasien berada dalam kondisi yang sudah siap. ANALISIS SINTESIS TINDAKAN KOMPRES HANGAT A. Pengertian Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit, merangsang peristaltic usus, pengeluaran getah radang menjadi lancer, serta memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien. B. Indikasi Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, kedinginan dan nyeri akut. C. Rasionalisasi Kompres hangat digunakan untuk memperlancar sirkulasi darah, menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa sakit, memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien, memperlancar pengeluaran eksudat dan merangsang peristaltik usus. D. Anatomi dan Fisiologis Tujuan kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan mempelancar pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan pada klien. Kompres panas juga memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien, dan merangsang peristatik usus.Efek fisiologis dari kompres panas adalah vasolilatasi dimana meningkatkan permeabitilas kapiler, meningkatkan metabolisme selular, merelaksasi otot menigkatkan infalamasi, meningkatkan aliran darah kesuatu area, meredakan nyeri dengan merelaksasikan otot. pemberian kompres hangat dapat meningkatkan kadar zat endorphin untuk menghilangkan rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Dimana semakin tinggi kadar endorphin maka semakin ringan rasa nyeri yang dirasakan. E. Alat dan Bahan 1. Botol kantong air panas atau buli-buli a. Botol air panas dengan tutupnya b. Sarung botol c. Air panas dan sebuah termometer 2. Bantalan pemanas elektrik a. Bantalan elektrik dan pengontrolnya b. Sarung (gunakan bahan yang kedap air jika kemungkinan bagian bawah bantalan akan menjadi lembap) c. Pengikat kasa (pilihan) 3. Bantalan akutermia a. Bantalan b. Air suling c. Unit pengontrol d. Sarung e. Pengikat plasa atau plaster 4. Kemasan pemanasan disposabel a. Satu atau dua buah kemasan pemanas disposabel yang telah dipersiapkan secara komersial F. Prosedur 1. Fase Pra Interaksi a. Persiapan peralatan: - Buli-buli panas dan sarung - Termos berisi air panas/termometer air panas 2. Fase Orientasi - Memberikan salam - Memperkenalkan diri - Menjelaskan tujuan - Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan - Menjelaskan lamanya waktu tindakan 3. Fase Kerja - Mencuci tangan - Makukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara : mengisi buli-buli dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik posisi buli-buli berulang-ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air yang di inginkan (50-60ºc) - Mengisi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-buli tesebut. Lalu keluarkan udaranya dengan cara: - Meletakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat datar. - Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan air di leher buli-buli - Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan rapat/benar - Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkn dengan lap kerja dan masukkan ke dalam sarung buli-buli - Bawa buli-buli tersebut ke dekat klien - Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan - Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul akibat pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak nyamanan, kebocoran. - Ganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengn air anas lagi, sesuai yang di kehendaki - Bereskan alat alat bila sudah selesai 4. Fase terminasi - Menanyakan respon pasien setelah diberikan terapi kompres hangat - Mencuci tangan - Dokumentasikan G. Respon Objektif dan Subjektif Respon objektif pasien setelah diberikan kompres hangat yaitu pasien terlihat lebih nyaman, adanya penurunan skala nyeri dari skala 6 menjadi skala 4 sedangkan respon subjektif setelah diberikan kompres hangat yaitu pasien mengatakan sangat nyaman dan nyerinya semakin berkang. H. Analisis Tindakan dan Refleksi Diri Tindakan pemberian kompres hangat yang telah dilakukan sudah sesuai dengan prosedur. Saya juga telah mengkaji nyeri pasien sebelum dan setelah dilakukan kompres hangat. Hanya saja, saya tidak mengecek terlebih dahulu apakah buli-buli atau alat penghangat dapat berfungsi dengan baik, Sebaiknya sebelum memberikan terapi kompres hangat, saya memastikan terlebih dahulu alat yang akan digunakan agar pemberian terapi berjalan dengan baik. Namun, karena alat yang saya gunakan tidak ada kerusakan atau bocor, maka pemberian terapi dapat berjalan dengan baik. ANALISIS SINTESIS TINDAKAN TEKNIK REAKSASI NAFAS DALAM A. Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. B. Indikasi Relaksasi nafas dalam di indikasikan pada klien yang akan mengalami gangguan pada kualitas istirahatnya terutama yang memiliki gangguan dalam kualitas tidur (insomnia), klien yang mengalami gangguan ventilasi paru seperti pada penderita PPOK, klien yang mengalami kecemasan, dank lien yang mengalami nyeri akut. C. Rasionalisasi Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. D. Anatomi dan Fisiologis Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi, akan merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas saraf simpatik dalam sistem saraf otonom. Hal tersebut akan meningkatkan aktifitas komponen saraf parasimpatik vegetatif secara simultan. Teknik tersebut dapat mengurangi sensasi nyeri. Selain itu, relaksasi nafas dalam juga dapat menurunkan hormon adrenalin dan kortisol yang menyebabkan stress. Jika stress berkurang maka denyut nadi dan tekanan darah juga akan mengalami penurunan, hal tersebut dapat membantu mengurangi nyeri. E. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam hanya buku catatan keperawatan dan pulpen untuk mencatat hasil dari perkembangan pasien. F. Prosedur 1. Fase Pra Interaksi a. Mempersiapkan alat dan bahan 2. Fase Orientasi - Memberikan salam - Memperkenalkan diri - Menjelaskan tujuan - Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan - Menjelaskan lamanya waktu tindakan 3. Fase Kerja - Mencuci tangan - Ciptakan lingkungan yang tenang - Usahakan tetap rileks dan tenang - Lakukan pengkajian nyeri terutama skala yeri sebelum dilakukan pemberian teknik relaksasi nafas dalam - Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan - Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks - Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali - Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan - Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks - Usahakan agar tetap konsentrasi/ mata sambil terpejam - Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri - Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang 4. Fase Terminasi - Menanyakan respon pasien setelah diberikan terapi kompres hangat - Mencuci tangan - Dokumentasikan G. Respon Objektif dan Subjektif Respon objektif pasien setelah diberikan teknik rileksasi kompres hangat yaitu pasien terlihat lebih nyaman dan adanya penurunan skala nyeri dari skala 6 menjadi skala 4 sedangkan respon subjektif setelah diberikan kompres hangat yaitu pasien mengatakan sangat nyaman dan nyerinya semakin berkang. H. Analisis Tindakan dan Refleksi Diri Tindakan teknik relaksasi yang telah dilakukan sudah sesuai dengan prosedur. Saya juga telah mengkaji nyeri pasien sebelum dan setelah dilakukan rileksasi nafas dalam. Kekurangan pada pemberian teknik relaksasi nafas dalam yaitu saya kurang memperhatikan respon tindakan dengan nyeri yang dirasakan pasien, sebaiknya kita tetap memperhatikan respon tindakan pada nyeri pasien, jika pasien merasakan nyeri saat dilakukan tindakan maka tindakan diberhentikan terlebih dahulu, setelah pasien merasa nyaman maka tindakan dapat dilanjutkan kembali. ANALISIS SINTESIS TINDAKAN TEKNIK DISTRAKSI A. Pengertian Distraksi merupakan metode nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Distraksi visual dapat dilakukan dengan membaca, menonton tv dan imajinasi terbimbing. Distraksi taktil dapat dilakukan dengan bernafas perlahan, masase, dan memegang atau menggerakkan bola elastis atau mainan. Distraksi auditori dapat dilakukan dengan humor dan mendengarkan musik. Serta distraksi intelaktual dapat dilakukan dengan mengisi teka teki silang, bermain kartu dan melakukan hobi yang disukai seperti menulis cerita. B. Indikasi Dilakukan pada pasien dengan gangguan nyeri kronis C. Rasionalisasi Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi keperawatan adalah untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapi, misalnya rasa sakit (nyeri). D. Anatomi dan Fisiologis Distraksi merupakan pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja. E. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam hanya buku catatan keperawatan dan pulpen untuk mencatat hasil dari perkembangan pasien. F. Prosedur 1. Fase Pra Interaksi a. Mempersiapkan alat dan bahan 2. Fase Orientasi - Memberikan salam - Memperkenalkan diri - Menjelaskan tujuan - Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan - Menjelaskan lamanya waktu tindakan - Membina hubungan saling percaya 3. Fase Kerja - Kaji skala nyeri pasien sebelum dilakukan tindakan - Minta pasien untuk duduk dan mengambil posisi yang nyaman sambil memandang fokus pada satu objek atau memjamkan mata - Minta pasien untuk menarik nafas dalam secara perlahan sambil menghitung hingga empat, dan menghembuskannya melalui mulut secara perlahan dengan kembali menghitung hingga empat. - Perdengarkan musik atau suara yang lembut sebagai latar belakang untuk membantu pasien merasa rileks - Duduk bersama pasien, tetapi tidak menggangu - Lakukan bimbingan dengan baik terhadap pasien : Dengan suara lembut, minta pasien untuk memikirkan hal atau pengalaman yang menyenangkan dan libatkan seluruh indra untuk membantu merealisasikan imajinasi tersebut. Hentikan bimbingan setelah pasien relaks dan berfokus pada imajinasinya. Jika pasien menunjukkan tanda agitasi, gelisah, atau ketidaknyamanan, hentikan prosedur dan mulai kembali setelah pasien siap. 4. Fase Terminasi - Tanyakan respon pasien setelah dilakukan tindakan - Kaji kembali skala nyeri setelah intervensi - Dokumentasikan pengalaman atau hal yang menyenangkan bagi pasien menggunakan informasi yang spesifik dan tanpa mengubah pernyataan pasien G. Respon Objektif dan Subjektif Respon objektif pasien setelah diberikan teknik rileksasi kompres hangat yaitu pasien terlihat lebih nyaman dan adanya penurunan skala nyeri dari skala 6 menjadi skala 5 sedangkan respon subjektif setelah diberikan kompres hangat yaitu pasien mengatakan sangat nyaman dan nyerinya semakin berkang. H. Analisis Tindakan dan Refleksi Diri Tindakan teknik distraksi guide imagery yang telah dilakukan sudah sesuai dengan prosedur. Saya juga telah mengkaji nyeri pasien sebelum dan setelah dilakukan rileksasi nafas dalam. Kekurangan pada pemberian teknik distraksi nafas ini yaitu saya kurang memperhatikan situasi dan kondisi di ruangan pasien, sehingga hasilnya kurang memuaskan. Pada teknik ini sangat dibutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk keberhasilan terapi, namun karena ruangan pasien sedikit bising, sehingga terapi ini kurang memuaskan untuk pasien. Sebaiknya jika ingin memberikan terapi distraksi ini, saya harus benar- benar memperhatikan keadaan lingkungan pasien, misalnya menghindari jam kunjungan keluarga atau pada saat visitasi dokter. DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. (2012). Keperawatan medikal bedah. (Edisi 8, Vol.3). Jakarta: EGC. Hidayat, A.A. (2012). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta: Salemba Medika. Kozier, B & Erb’s, G, (2009). Buku ajar praktik keperawatan klinis (Kozier & Erb’s techniques in clinical nursing), ed.5. Jakarta: EGC. Muttaqin, A.(2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika. Potter, P. A., & Perry, G. A. (2009). Fundamental of nursing : fundamental keperawatan, edisi 7. Jakarta: EGC. Syarifudin. (2012) Anatomi fisiologi untuk keperawatan dan kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tamsuri, A. (2011). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC.