Anda di halaman 1dari 4

Phenomenology

Pengertian
Phenomenology merupakan salah satu model penelitian kulitatif yang dikembangkan
oleh seseorang ilmuan Eropa bernama edmund Husserl pada awal abad ke 20 (sekitar tahun
1935-an). Model ini berkaitan dengan suatu fenomena.

Fokus Fenomenologi
konsep suatu fenomena tertentu dalam bentuk studinya adalah untuk melihat dan
memahami arti dari suatu penagalaman individual yang berkaitan dengan suatu fenomena
tertentu.

Fenomenologi berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami suatu


fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu hingga tataran
“keyakinan” individu yang bersangkutan. Dengan demikian, dalam mempelajari dan
memahaminya, haruslah berdasarkan sudut pandang, paradigma dan keyakinan langsung dari
individu yang bersangkutan sebagai subjek yang mengalami langsung (first-hand experences).
Dengan kata lain, penelitian fenomenologi berusaha mencari arti secara psikologis dari suatu
pengalaman individu terhadap suatu fenomenamelalui penelitian yang mendalam dalam konteks
kehidupan sehari-hari subjek yang diteliti. Inti dari fenomenologi adalah adanya keterkaitan
antar subjek, lokasi, fenomena yang dialami

Hakekatnya prinsip fenomenologi berkenaan dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian,


dunia intersubyektif (dunia kehidupan) atau juga disebut Lebenswelt terbentuk. Fenomenologi
bertujuan mengetahui bagaimana kita menginterpretasikan tindakan sosial kita dan orang lain
sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) dan untuk merekonstruksi kembali turunan makna
(makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi
intersubjektif individu dalam dunia kehidupan sosial. (Rini Sudarmanti, 2005)
Teknik analisis data

Teknik analisis data yang akan saya paparkan disini adalah modifikasi teknik analisis
fenomenologi dari Van Kaam (Moustakas, 1994:121) :

1. Listing and Preliminary Grouping

Mendaftar semua ekspresi yang relevan dengan pengalaman yaitu daftar jawaban partisipan atau
responden penelitian (horizonalization).

2. Reduction and Elimination

Menguji setiap ekspresi yang ada dengan dua persyaratan berikut :

1. Apakah ekspresi tersebut mengandung momen pengalaman yang penting dan


mengandung unsur pokok yang cukup baik untuk memahami fenomena ?
2. Apakah ekspresi tersebut memungkinkan untuk dikelompokkan dalam suatu kelompok
besar dan diberi label ?

3. Clustering and Thematizing the Invariant Constituents (Thematic potrayal)

pengalaman responden penelitian yang berkaitan kedalam label-label tematik. Constituent (unsur
pokok) yang dikelompokkan dan diberi label ini adalah tema inti dari pengalaman. Jadi tema-tema
yang ada pada thematic potrayal adalah benang merah dari jawaban-jawaban semua responden.

4. Final Identification of the Invariant Constituents and Themes by Application : Validation

Merupakan proses memvalidkan Invariant Constituent. Yang dilakukan dalam tahap ini adalah
mencek invariant constituent dan tema yang menyertainya terhadap rekaman utuh pernyataan
responden penelitian.

 Apakah diekspresikan secara eksplisit dalam trasnkripsi utuh ?


 Apakah sesuai atau cocok dengan konteks dalam transkrip ? ( jika tidak diekspresikan
secara eksplisit )
 Apabila tidak dinyatakan secara eksplisit dan tidak cocok, maka hal itu tidak relevan
terhadap pengalaman responden penelitian dan harus dihapuskan.

5. Individual Textural Description

Dengan menggunakan invariant constituent dan tema yang valid dan relevan dari tahap
sebelumnya, dapat disusun Individual Textural Description dari pengalaman setiap responden
penelitian. Termasuk didalamnya adalah ekspresi harfiah (kata per kata) dari catatan interview
yang ada.

6. Individual Structural Description


Hasil dari penyusunan Individual Textural Description dan Imaginative Variation akan
membangun Individual Structural Description dari pengalaman setiap responden penelitian.

7. Textural-Structural Description

Tahap ini merupakan proses penggabungan antara Textural Description dan Structural
Description dari pengalaman masing-masing setiap responden penelitian.

Setelah Individual Textural – Structural Description tersusun maka dibuat suatu Composite
Description dari makna dan esensi pengalaman sehingga menampilkan gambaran pengalaman
kelompok secara satu kesatuan.

Ciri-Ciri Metode Fenomenologi


Fenomenologi merupakan bagian dari metodologi kualitatif yang mengandung nilai sejarah
dalam perkembangannya. Seorang fenomenolog sering menempuh cara-cara di bawah ini
(Embree, 1997)
1. Fenomenolog berkecenderungan untuk menentang atau meragyukan hal-hal yang diterima tanpa
melalui penelaahan atau pengamatan terlebih dahulu, serta menentang sistem besar yang dibangun
dari pemikiran yang spekulatif.
2. Fenomenolog berkecenderungan untuk menentang naturalisme (juga disebut sebagai
objektivisme atau positivisme), yang tumbuh meluas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
modern dan telah menyebar di daratan Eropa bagian utara semenjak zaman Renaissance.
3. Secara positif, fenomenolog berkecenderungan untuk membenarkan pandangan atau persepsi
(dalam beberapa hal, juga evaluasi dan tindakan) yang mengacu pada apa yang dikatakan Husserl
sebagai evidenz, yakni terdapatnya kesadaran tentang kebenaran itu sendiri sebagaimana yang
telah terbuka secara sangat jelas, tergas perbedaannya dan menandai sesuatu yang disebut sebagai
`apa adanya seperti itu`.
4. Fenomenolog cenderung mempercayai perihal adanya, bukan hanya dalam arti dunia kultural
dan natural tetapi juga adanya oibjek yang ideal seperti jumlah dan bahkan juga berkenaan dengan
kehidupan tentang kesadaran itu sendiri yang dijadikan sebagai bukti dan oleh karenanya harus
diketahui.
5. Fenomenolog memegang teguh prinsip bahwa periset haurs memfokuskan diri pada sesuatu
yang disebut `menemukan permasalahan` sebagaimana yang diarahkan kepada objek dan
pembetulannya terhadap objek sebegaimana ditemukan permasalahannya. Terminologi ini
memang tidak secara luas digunakan dan utamanya digunakan utnuk menekankan permasalahan
ganda dan pendekatan reflektif yang diperlukan.
6. Fenomenoog berkecenderungan untuk mengetahui peranan deskripsi secara universal,
pengertian a-priori atau `eiditic` untuk menjelaskan tentang sebab-akibat, maksud atau latar
belakang.
7. Fenomenolog berkecenderungan untuk memperseoalkan tentang kebenaran atau ketidakbenaran
mengenai apa yang dikatakan oleh Husserl sebagai transcendental phenomenological epoche, dan
penyederhanaan pengertiannya menjadi sangat berguna dan bahkan sangat mungkin untuk
dilakukan. (Agus Salim, 2006 : 167-168)

Anda mungkin juga menyukai