SERIAL KASUS
WIJI LESTARI
1106026854
SERIAL KASUS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Spesialis Gizi Klinik
WIJI LESTARI
1106026854
NPM : 1106026854
Tandatangan :
ii Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 17 Juni 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah serial kasus mengenai dukungan nutrisi
terhadap pasien gagal jantung kongestif yang disebabkan penyakit jantung
hipertensi yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kebupaten Tangerang.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari tuntunan dan bimbingan dosen
pembimbing, dan staf pengajar Departemen Ilmu Gizi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada dr. Sri Sukmaniah, MSc, SpGK sebagai
pembimbing sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Gizi PPDS-I FKUI yang dengan
kesabaran, ketekunan, ketelitian serta dedikasinya hingga selesainya penyusunan
makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Victor Tambunan, MS,
SpGK sebagai Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik FKUI, dan Dr. dr. Johana
Titus, MS, SpGK sebagai sekretaris Program Studi Ilmu Gizi Klinik PPDS-I
FKUI, atas bimbingan dan dukungan yang telah diberikan sejak awal menjalani
pendidikan hingga saat ini. Ucapan terima kasih juga kepada dr. Elvi Manurung,
MS, SpGK dan dr. Trisno Wijanto, MS, SpGK atas bimbingan, kesempatan dan
kepercayaannya untuk dapat melaksanakan kewajiban sebagai PPDS dan untuk
serial kasus ini.
Terima kasih yang tak terhingga untuk seluruh pasien yang terlibat dalam
penyusunan serial kasus ini, kepada Direktur RSU Tangerang yang memberikan
penulis kesempatan untuk melaksanakan tugas sebagai PPDS-1 PSIGK. Terima
kasih juga penulis ucapkan untuk seluruh perawat, teman sejawat, dietisien, dan
seluruh staf yang terlibat dalam proses pemberian dukungan nutrisi pada pasien
gagal jantung kongestif di RSU Tangerang.
Seluruh sahabat dan rekan PPDS-1 PSIGK terutama angkatan II: dr. Ade
Erni, MGizi; dr. Daunwati, MGizi; dr. Diana FS, MGizi; dr. Ingka N, MGizi; dr.
Nurly HW, MGizi; dr. Rita R, MGizi; dr. Tutik E, MGizi; dr. Verawati, MGizi,
penulis ucapkan terimakasih atas semua bantuan, dukungan dan kebersamaan
dalam suka dan duka selama menjalankan pendidikan.
iv Universitas Indonesia
Penulis
v Universitas Indonesia
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal: 17 Juni 2013
Yang menyatakan
(Wiji Lestari)
vi Universitas Indonesia
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
3. KASUS......................................................................................................... .... 25
3.1 Kasus 1 .........................................................................................................26
3.2 Kasus 2 .........................................................................................................30
3.3 Kasus 3 .........................................................................................................34
3.4 Kasus 4 .........................................................................................................39
ix Universitas Indonesia
4. PEMBAHASAN .............................................................................................. 43
x Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2. Defek transfer energi yang terjadi pada gagal jantung..............7
Gambar 3.1. Analisis asupan energi (A), protein (B), lemak (C),
karbohidrat (D) Tn S sebelum sakit, selama sakit, dan 24
jam terakhir. ............................................................................ 27
Gambar 3.3. Grafik perencanaan target dan analisis asupan energi (A),
protein (B), lemak (C), dan karbohidrat (D) yang dicapai
Tn. S selama perawatan . ......................................... ...............30
Gambar 3.4. Analisis asupan energi (A), protein (B), lemak (C),
karbohidrat (D) Tn.T sebelum sakit, selama sakit, dan
24 jam terakhir. ....................................................................... 31
Gambar 3.6. Perencanaan target dan analisis asupan kalori (A), protein
(B), lemak (C), dan karbohidrat (D) Tn. T selama
perawatan ......................................................................... .......34
Gambar 3.7. Analisis asupan energi (A), protein (B), lemak (C),
karbohidrat (D) Tn.SH pada sebelum sakit, selama sakit,
dan 24 jam terakhir. ................................................................ 35
Gambar 3.8. Pemantauan tekanan darah, frekuensi nadi dan napas Tn.
SH selama perawatan ............................................................. 37
xi Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
EE : energy expenditure
EKG : elektrokardiografi
EPA : eicosapentanoic acid
EPO : erythropoetin
ESPEN : The European Society for Parenteral and Enteral Nutrition
FABPs : fatty acid binding proteins
FAT : fatty acid translocase
GDS : gula darah sewaktu
GLUT : glucose transporter
HF : heart failure
HHD : hypertension heart disease
HT : hipertensi
H+1 : hari ke-1 perawatan di RS
H+2 : hari ke-2 perawatan di RS
H+3 : hari ke-5 perawatan di RS
H+4 : hari ke-4 perawatan di RS
H+5 : hari ke-5 perawatan di RS
H+6 : hari ke-6 perawatan di RS
H+7 : hari ke-7 perawatan di RS
IL-1 : interleukin-1
IL-6 : interleukin-6
IMM : inner mitochondrial membrane
IMT : indeks massa tubuh
ISDN : Isosorbide dinitrate
JVP : jugular venous pressure
K : kalium
KEB : kebutuhan energi basal
KET : kebutuhan energi total
KH : karbohidrat
Kkal : kilokalori
LCT : long chain triglyceride
LLA : lingkar lengan atas
LV : left ventrikel
MAP : mean arterial pressure
MCT : medium chain triglyceride
Mg : magnesium
MNA : Mini Nutritional Assessment
mRNA : messenger ribonucleic acid
MUST : Malnutrition Universal Screening Tools
Na : natrium
NF-B : nuclear factor kappa b
NRS : Nutritional Risk Screening
NT-pro : N terminal protein
NYHA : The New York Heart Association
OMM : outer mitochondrial membrane
PCr : phospocreatine
PDH : piruvat dehydrogenase
PND : paroxysmal nocturnal dyspnea
PUFA : polyunsaturated fatty acids
RAAS : renin angiotensin aldosteron system
RBP : retinol binding protein
RDA : recommended dietary allowance
REE : resting energy expenditure
ROS : reactive oxygen species
RS : rumah sakit
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
SAFA : saturated fatty acid
SGA : Subjective Global Assessment
SGOT : serum glutamic oxaloacetic transaminase
SGPT : serum glutamic piruvic transaminase
SMRS : sebelum masuk rumah sakit
SNAQ : Short Nutritional Assessment Quotionnaire
TNF-α : tumor necrosis factor α
UCP : uncoupling protein
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mencapai kompetensi
dalam tata laksana nutrisi pada gagal jantung kongestif et causa penyakit
jantung hipertensi dengan berbagai kondisi penyerta, dan dalam rangka
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
3
1.3. Manfaat
1. Manfaat untuk subyek serial kasus.
Mendapatkan dukungan nutrisi yang sesuai dengan penyakitnya
yaitu gagal jantung kongestif et causa penyakit jantung hipertensi
dan menurunkan risiko terjadinya malnutrisi yang lebih berat.
2. Manfaat untuk institusi.
Sebagai sumber data untuk penyusunan pedoman tata laksana
nutrisi pada pasien dengan gagal jantung kongestif et causa
penyakit jantung hipertensi dengan berbagai kondisi penyerta.
3. Manfaat untuk penulis.
Karya ilmiah ini sebagai salah satu sarana pembelajaran ilmu gizi
khususnya mengenai tata laksana nutrisi pada gagal jantung
kongestif dengan menerapkan evidence based medicine untuk
kemudian mengaplikasikannya dalam praktek sehari-hari.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
14
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
6
sisanya digunakan untuk pompa Ca-ATP ase di retikulum sarkoplasma dan pompa
lainnya.12,13
Metabolisme karbohidrat sangat berperan penting pada sel-sel jantung,
dimana proses glikolisis memberikan kontribusi 10–40% energi yang diperlukan
bagi jantung untuk menjalankan fungsinya secara normal. Persentase tersebut
akan meningkat bila terjadi gangguan jantung. Metabolisme karbohidrat dibagi
menjadi dua jalur, yakni proses glikolisis yang terjadi di sitosol dan proses
oksidasi glukosa yang terjadi di mitokondria. Glukosa masuk ke dalam sel-sel
jantung melalui difusi yang difasilitasi glukosa transporter-4 (GLUT-4).
Cadangan glikogen pada jantung sangat sedikit dibandingkan yang terdapat pada
otot rangka, meski demikian konsentrasi glikogen pada jantung relatif stabil
meskipun turnover juga sangat cepat.14
Asam lemak mempunyai peran penting pada fungsi dan struktur sel-sel
miosit jantung. Asam lemak mempengaruhi fluiditas dan kestabilan struktur
membran seperti transport ion-ion dan substrat, serta fungsi instrinsik
elektrofisiologi jantung dan eksitabilitas jantung. Asam lemak juga mengatur
regulasi molekul-molekul yang berperan dalam sinyal sel, second messenger pada
transduksi, sebagai efektor dalam apoptosis serta respon terhadap kerusakan dan
iskemik. Asam lemak masuk ke dalam sel miokardial melalui fatty acid binding
proteins (FABPs) dan transporter membran fatty acid translocase (FAT).
Oksidasi asam lemak terjadi di dalam mitokondria, sehingga fatty acyl CoA harus
ditransportasi masuk ke dalam mitokondria. Long-chain fatty acyl CoA tidak
dapat masuk secara langsung ke dalam mitokondria dan membutuhkan karnitin
ester, sementara short chain fatty acyl CoA dan medium chain fatty acyl CoA
dapat dengan mudah masuk ke dalam mitokondria tanpa karnitin.11,15
Proses oksidasi asam lemak di jantung membutuhkan konsumsi oksigen
12% lebih besar dibandingkan karbohidrat. Oksidasi lemak menghasilkan 2,8
ATP yang dari setiap molekul oksigen yang digunakan dibandingkan 3,17 ATP
yang dihasilkan oleh setiap molekul oksigen pada oksidasi karbohidrat/glukosa.
Ambilan oksigen tingkat sel untuk melakukan oksidasi harus sebanding dengan
kemampuan konsumsi oksigen sehingga suplai oksigen menjadi hal penting untuk
regenerasi energi di mitokondria.16
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
7
2+
Depresi Ambilan Ca berkurang
+
pompa Na
ATP lokal
+
Na menumpuk Kontraksi berkurang
Fluks CK
Gambar 2.2. Defek transfer energi yang terjadi pada gagal jantung
Sumber: Referensi no. 12
Pada sel-sel otot jantung terdapat banyak mitokondria, yaitu ±40%
volume sel otot jantung terisi oleh mitokondria.11,12 Penurunan produksi energi
pada gagal jantung juga disebabkan oleh kerusakan membran mitokondria.
Integritas membran mitokondria berperan sentral terhadap efisiensi regenerasi
energi. Kerusakan membran mitokondria menyebabkan gagalnya coupling proton
pada proses rantai pernapasan sehingga tidak terbentuk ATP. Beberapa penelitian
membuktikan tingginya uncoupling protein (UCP) yang menandakan terjadinya
banyak kerusakan mitokondria. Hal ini disebabkan salah satunya karena reactive
oxygen species (ROS).67
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
9
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
10
tambahan S3 dan S4, pernafasan cheyne stokes, takikardi, pulsus alternans, ronki
dan kongesti vena pulmonalis.22 Gagal jantung kanan terjadi kalau kelainannya
melemahkan ventrikel kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer atau
sekunder, terjadi tromboemboli paru kronik sehingga terjadi kongesti vena
sistemik yang menyebabkan edema perifer, hepatomegali, dan distensi vena
jugularis. 21,23
Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung
kiri dan kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi
fungsional dalam 4 kelas, yaitu: 23
1. Kelas I, bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
2. Kelas II, bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
3. Kelas III, bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
4. Kelas IV, bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan
harus tirah baring.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
11
memompa semua darah sehingga end diastolic volume meningkat dan tekanan
ventrikel kiri juga meningkat. Tekanan ini akan ditransmisikan ke atrium kiri,
vena pulmonal dan kapiler pulmonal. Hal ini akan menyebabkan edema paru.25, 26,
27
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
12
Pada tahap awal keluhan mungkin tidak dirasakan namun pasien tanpa sadar telah
membatasi aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan oksigen.19,20,21
Dispnea adalah manifestasi gagal jantung yang paling sering ditemui.
Dispnea disebabkan oleh peningkatan kerja pernapasan sebagai akibat terjadinya
kongesti vaskular paru yang menurunkan kelenturan paru. Kongesti yang terjadi
mulai dari kongesti vena sampai edema interstisial paru dan akhirnya menjadi
edema alveolar. Secara klinis ditandai dengan dispnea yang progresif. Ortopnea
(dispnea saat berbaring) terutama disebabkan oleh redistribusi aliran darah dari
bagian tubuh bawah ke sirkulasi sentral. Reabsorpsi cairan interstisial dari
ekstremitas bawah juga akan memperberat kongesti vaskular paru-paru lebih
lanjut. Paroxysmal nocturnal dispnea (PND) dipicu oleh timbulnya edema paru
intertisial. PND merupakan manifestasi yang lebih spesifik dari gagal jantung kiri
dibandingkan dengan dispnea atau ortopnea. 21, 22
Batuk non produktif juga dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada
posisi berbaring. Timbulnya ronki yang disebabkan oleh transudasi cairan paru
adalah ciri khas dari gagal jantung, ronki pada awalnya terdengar di bagian bawah
paru-paru karena pengaruh gravitasi. Hemoptisis dapat disebabkan oleh
perdarahan vena bronkial yang terjadi akibat distensi vena.22
Gagal jantung kanan ditandai dengan gejala dan tanda kongesti vena
sistemik. Terdapat peningkatan tekanan vena jugularis dan vena-vena di leher
mengalami bendungan. Tekanan vena sentral dapat meningkat secara paradoks
selama inspirasi jika jantung kanan yang gagal tidak dapat menyesuaikan terhadap
peningkatan aliran balik vena ke jantung selama inspirasi.19,20
Dapat terjadi hepatomegali dan nyeri tekan hati dapat terjadi akibat
peregangan kapsula hati. Gejala saluran cerna yang lain seperti anoreksia, rasa
penuh, atau mual dapat disebabkan kongesti hati dan usus. Edema perifer terjadi
akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial. Dapat terjadi nokturia dalam
rangka mengurangi retensi cairan. Nokturia disebabkan oleh redistribusi cairan
dan reabsorpsi pada waktu berbaring, dan juga berkurangnya vasokontriksi ginjal
pada waktu istirahat. Kongesti yang berlanjut dapat menimbulkan asites atau
edema anasarka. Manifestasi dini dari bendungan sistemik umumnya disebabkan
oleh retensi cairan daripada kegagalan jantung dekompensata.21, 22, 23
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
13
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
14
bertanggungjawab pada penurunan suplai darah di otot rangka dan hal ini
memperburuk disfungsi endotel yang telah ada. Hal ini, sebaliknya, akan
menurunkan ketahanan (endurance) pada aktivitas fisik dan menurunkan suplai
nutrisi ke jaringan. Sitokin proinflamasi IL-6 sangat potensial menginduksi respon
fase akut, namun memerlukan asam amino esensial untuk mempertahankan
kadarnya. Karena otot merupakan organ dengan porsi protein terbesar dari massa
protein tubuh, maka otot menjadi organ target pemecahan protein untuk
mendapatkan asam amino yang dibutuhkan.33,34
TNF-α dan IL-6 juga secara bersama-sama mengakibatkan down-
regulation dari sintesis albumin pada hepar. TNF-α dan IL-1 juga terlibat dalam
menghambat asupan makanan. Mekanisme di balik proses ini memang masih
perlu ditelaah lebih lanjut, namun diduga sebagian TNF-α dan IL-1 akan
mempengaruhi otak. Di sisi lain, permeabilitas dari sawar darah otak mengalami
peningkatan akibat aktivitas sitokin ini sehingga tambah mencetuskan uptake
sitokin di otak. TNF-α juga diduga meningkatkan ekspresi hormon katabolik
leptin, yang bersama IL-1 selanjutnya akan menurunkan kadar mRNA pada
hipotalamus yang diperantarai neurotransmiter neuropeptida Y, yang juga akan
berpengaruh ada asupan makanan.34
Malnutrisi pada pasien gagal jantung juga dipengaruhi oleh insufisiensi
perfusi di saluran cerna. Kelainan fungsi jantung yang ditandai dengan penurunan
kadar curah jantung akan mempengaruhi perfusi pada splangnik. Hipoperfusi
splangnik akan berakibat iskemik mukosa, peningkatan permeabilitas usus yang
memungkinkan endotoksemia. Hipoperfusi splangnik juga akan menyebabkan
perubahan pH di lambung, menurunkan sekresi lambung dan menurunkan
produksi enzim pencernaan.35 Adanya iskemik mukosa usus menyebabkan
terjadinya disrupsi mukosa menimbulkan respon inflamasi, peningkatan
rekuitmen netrofil yang diikuti pelepasan mediator inflamasi dan produksi radical
oxygen species (ROS). Penelitian menunjukkan bahwa insufisiensi jantung akan
meningkatkan atrio natriuretic peptide (ANP)/brain natriuretic peptide (BNP)
yang berhubungan dengan meningkatnya waktu pengosongan lambung dan
memungkinkan akan terjadinya malabsorpsi dengan mekanisme yang belum
jelas.36
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
15
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
16
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
17
rendah. Metode skrining lain seperti Nutritional Risk Screening (NRS) 2002
belum pernah diuji penggunaannya pada pasien dengan penyakit jantung
kongestif.39 Pengukuran lingkar lengan atas dapat digunakan untuk mendeteksi
malnutrisi apabila terdapat edema pada tungkai bawah termasuk bila terdapat
asites dan edema tidak terdapat pada lengan atas.40
Penilaian status gizi menggunakan indeks massa tubuh menggunakan
pengukuran berat badan adalah cara termudah menilai status gizi pasien, namun
pada keadaan edema cara ini menjadi kurang relevan. Dapat digunakan
pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menilai massa bebas lemak seperti
pemeriksaan tebal lipatan kulit, lingkar lengan atas, ekskresi kreatinin urin 25 jam,
ataupun analisis bioimpedans.41
Beberapa marker protein plasma juga dapat digunakan untuk menilai
status nutrisi seperti albumin, prealbumin, transferrin, thyroxin-binding globulin
(TBG), retinol binding protein (RBP) dan lain-lain. Protein-protein yang
mempunyai half life pendek seperti RBP dan prealbumin dengan half life masing-
masing 0,5 dan 2 hari mempunyai korelasi yang lebih baik dengan perubahan akut
status nutrisi dan metabolisme dibanding albumin yang mempunyai half life 20
hari. Kadar protein-protein ini tidak hanya ditentukan oleh status nutrisi tetapi
juga keadaan inflamasi. Selain itu pasien dengan penyakit jantung kongestif
seringkali mengalami gangguan fungsi hepar yang dapat mempengaruhi produksi
protein ini sehingga kurang efektif untuk menilai status nutrisi penderita.30,41
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
18
jantung kronik yang mengalami kaheksia kardiak faktor stres bahkan dapat
ditingkatkan hingga 1,6-1,8 pada fase replesi.44
Penelitian membuktikan bahwa keseimbangan nitrogen negatif terjadi
pada pasien gagal jantung sehingga membutuhkan protein lebih banyak daripada
subyek kontrol yang sehat. Pada pasien dengan gagal jantung dengan
hemodinamik stabil, asupan protein direkomendasikan minimal 1,37 g/kgBB pada
pasien dengan malnutrisi atau minimal 1,12 g/kgBB pada pasien dengan status
nutrisi yang baik dengan tujuan mempertahankan komposisi tubuh dan
meminimalkan efek hiperkatabolik.42 Aquilani dkk. menyatakan bahwa tingginya
laktat dan piruvat pada pasien gagal jantung menunjukkan hipoksia yang sistemik
dan pemberian protein yang tinggi ternyata tidak berpengaruh terhadap
anabolisme. Kecukupan asam amino esensial dan non esensial mungkin lebih
berpengaruh terhadap perbaikan metabolism protein pada pasien gagal jantung.7
Asam amino merupakan nutrien yang penting pada metabolisme jantung.
Salah satu asam amino yang penting adalah taurin. Taurin tidak terlibat dalam
sintesis protein, namun merupakan seperempat dari total asam amino yang
tersimpan di jaringan jantung dan berfungsi sebagai antioksidan dan turut dalam
regulasi homeostasis kalsium. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
suplementasi taurin pada pasien gagal jantung meningkatkan kapasitas fisik,
menurunkan tekanan darah diastolkc dan memperbaiki fungsi sistolik.30
Kebutuhan lemak pada pasien dengan penyakit kardiovaskular berkisar
antara 25–35% dari total kalori dan kolesterol <200 mg/hari. Komposisi lipid
yang disarankan adalah saturated fatty acid (SAFA) <7%, polyunsaturated fatty
acid (PUFA) sampai dengan sekitar 10% dan monounsaturated fatty acid
(MUFA) mencapai 20% kalori total.44 Pada pasien dengan gejala malabsorbsi
pemberian lipid berbentuk MCT lebih mudah dihidrolisis dan efektif diabsorpsi ke
dalam sirkulasi portal. Namun energi yang dihasilkan oleh MCT 14% lebih
rendah dibanding LCT, dan tidak memenuhi asam lemak esensial yang juga
dibutuhkan oleh tubuh.45 Karbohidrat dapat diberikan 50-60% kalori total per hari
dengan jenis karbohidrat kompleks dalam bentuk biji-bijian, sayur dan buah.
Karbohidrat sederhana harus dibatasi penggunaannya.42
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
19
Vitamin B
Defisiensi tiamin merupakan yang paling sering terjadi pada gagal jantung
disebabkan penggunaan loop diuretic yang meningkatkan ekskresi tiamin dan
vitamin B larut air. Defisiensi tiamin banyak ditemukan pada pasien gagal jantung
dengan prevalensi bervariasi antara 13 hingga 33%. Penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan spironolakton membantu peningkatan ekskresi
tiamin dan memperbaiki kadar tiamin di serum.47
Tiamin (B1) merupakan kofaktor penting dalam metabolisme karbohidrat.
Tiamin tidak disintesis dalam tubuh dan tidak terdapat simpanan endogen, hal itu
yang menyebabkan diperlukannya asupan tiamin secara kontinu untuk mencegah
defisiensi. Defisiensi tiamin berat dapat menyebabkan vasodilatasi dan gagal
jantung berat yang dikenal sebagai beri-beri basah. Pemberian suplementasi
tiamin direkomendasikan untuk pasien gagal jantung yang mendapat terapi loop
diuretic dosis tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi
terhadap suplementasi tiamin pada pasien gagal jantung. Suplementasi tiamin
sebesar 200mg/hari dapat meningkatkan kadarnya dalam plasma dan terbukti
memperbaiki fungsi ventrikel.30,47,53
Defisiensi riboflavin dan piridoksin sering ditemukan pada pasien gagal
jantung kronik. Suatu penelitian pada pasien gagal jantung menunjukkan terdapat
defisiensi piridoksin sebesar 38%. Riboflavin dan piridoksin merupakan vitamin
B larut air yang berperan penting dalam oksidasi beta lipid, metabolisme
karbohidrat dan produksi sel darah merah. Seperti tiamin, penggunaan loop
diuretic juga meningkatkan ekskresi vitamin ini di ginjal.47 Direkomendasikan
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
20
Vitamin A
Berdasarkan penelitian hewan coba, menunjukkan bahwa vitamin A bermanfaat
untuk mencegah aktivasi NF-қB, mengurangi pelepasan sitokrom C, menurunkan
aktivitas caspase, menurunkan sekresi sitokin inflamasi dari kardiomiosit, dan
meningkatkan fungsi kontraktil miokardium.48 Pada penelitian hewan coba
lainnya menunjukkan, asam 9-cis-retinoic, memicu transkripsi dari glucosa
transporter promoter (GLUT)-4 yang ekspresinya penting untuk kelangsungan
hidup miosit jantung dalam situasi stres.49
Natrium
Penurunan curah jantung akan meningkatkan ADH dan memicu retensi natrium
dan air untuk memenuhi stroke volume dan curah jantung. Hormon aldosteron
juga meningkat untuk meningkatkan retensi natrium dan cairan dengan tujuan
meningkatkan venous return tubuh. Kadar total natrium di tubuh umumnya
meningkat walaupun kadar natrium di serum menunjukkan penurunan, hal ini
sering ditemukan pada kondisi gagal jantung lanjut. Oleh karena itu restriksi
natrium dan retensi cairan harus dilakukan pada pasien gagal jantung.50
Rekomendasi pemberian natrium bervariasi yaitu rekomendasi tersering adalah
restriksi natrium mencapai <2000 mg (2 g), namun rekomendasi dapat berkisar
antara 2000–2400 mg/hari. Restriksi tergantung beratnya retensi cairan dan respon
terhadap diuretik.42,51
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
21
dipengaruhi oleh konsumsi kalium atau kalsium. Dua meta-analisis dari uji coba
klinis terkontrol telah menunjukkan bahwa suplementasi kalsium (1000-2000
mg/hari) menghasilkan penurunan signifikan tekanan darah sistolik namun tidak
bermakna pada penurunan diastolik. Hasil dari dua meta-analisis dari uji klinis
mendukung kesimpulan bahwa suplemen kalium oral (60 sampai 120 mEq / d)
dapat memperbaiki tekanan darah.70
Obat-obatan, seperti loop dan thiazide diuretik berkontribusi pada
kehilangan magnesium melalui urin. Defisiensi magnesium dikaitkan dengan
retensi natrium dan peningkatan ventrikelektopi yang terkait dengan penurunan
kontraktilitas jantung dan peningkatan resistensi pembuluh darah periferuplemen
magnesium (20 mmol /hari) secara signifikan menurunkan tekanan darah diastolik
tetapi tidak darah sistolik.56,70
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
22
Karnitin
L-carnitin berperan dalam modulasi glikolisis (modulasi rasio acyl Coenzyme
A/Coenzyme A), siklus Krebs, dan terlibat dalam metabolisme asam lemak.
Propionyl-L-carnitin, derivate L-carnitin, juga berperan dalam siklus Kreb, efek
peningkatan oksidasi glukosa dan perbaikan fungsi kontraksi. L-carnitin
merupakan derivat asam amino non essensial dan berperan dalam transpor asam
lemak dari sitosol ke mitokondria. L-carnitine disintesis dari asam amino esensial
metionin dan lisin, dengan kofaktor vitamin C (ascorbic acid), Fe, niasin dan
piridoksin. Penurunan kadar karnitin pada gangguan jantung dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya proses inflamasi yang mengakibatkan aktivasi dari
TNFα menyebabkan kerusakan pada sel-sel otot, yang berakibat pada penurunan
kadar karnitin otot. Pada gagal jantung umumnya mengakibatkan kerusakan pada
ginjal dan berakhir dengan penurunan kadar karnitin. Namun demikian belum ada
rekomendasi pasti mengenai pemberian karnitin pada gagal jantung.1,30,56
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
23
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
BAB 3
KASUS
Laporan serial kasus ini akan memaparkan hasil tata laksana nutrisi pada empat
pasien yang dirawat di RS jejaring PPDS Ilmu Gizi Klinik FKUI dengan penyakit
gagal jantung kongestif et causa penyakit jantung hipertensi. Kasus diambil
dengan kriteria usia pasien 18-65 tahun, diagnosis CHF NYHA I-IV et causa
penyakit jantung hipertensi dengan berbagai kondisi penyerta. Pada awal
perawatan dilakukan skrining risiko malnutrisi yang dinilai dengan menggunakan
formulir skrining modifikasi (terlampir). Dukungan nutrisi segera dilakukan pada
setiap pasien sesuai dengan kondisi masing-masing dan dilakukan pemantauan
hingga selesai perawatan. Selama intervensi nutrisi dilakukan penilaian beberapa
parameter diantaranya: keluhan subyektif, hemodinamik, tanda-tanda klinis,
kapasitas fungsional, laboratorium, analisis asupan, toleransi asupan dan imbang
cairan.
1
25
3.1 Kasus 1
Pasien Tn. S, 56 tahun, dirawat di RS dengan keluhan utama masuk RS adalah
sesak yang semakin memberat sejak 2 hari SMRS. Riwayat perjalanan penyakit
pasien diawali dari keluhan sesak yang mulai dirasakan pasien sejak 4 bulan
sebelum masuk RS. Sesak semakin memberat terutama setelah beraktivitas seperti
naik tangga dan berjalan jauh. Sesak dirasakan sangat berat 2 hari terakhir. Sesak
memberat dengan aktivitas ringan seperti ke kamar mandi dan seringkali
terbangun malam hari karena sesak. Terdapat keluhan dada berdebar-debar saat
sesak, tidak ada nyeri dada. Terdapat batuk yang tidak berdahak, tidak ada
demam. Kaki dirasakan mulai membengkak sejak 1 minggu SMRS. Pasien pernah
berobat di poliklinik jantung RS namun hanya sekali dan tidak pernah kontrol.
Pasien baru mengetahui menderita hipertensi selama 1 tahun namun tidak kontrol
dan tidak minum obat teratur. Riwayat penyakit lain sebelumnya disangkal. Pada
riwayat penyakit keluarga diketahui bapak pasien meninggal setelah kelumpuhan
mendadak pada usia 40 tahun.
Dari riwayat kebiasaan makan pasien didapatkan mengonsumsi mie instan
yang sering yaitu 1-2 bungkus hampir setiap hari. Pasien tidak pernah
mengonsumsi makanan kaleng, namun sering mengonsumsi cemilan berupa
keripik. Pasien jarang makan buah dan memiliki kebiasaan merokok 1
bungkus/hari, kopi 1 gelas setiap hari. Selama sakit (4 bulan terakhir) terdapat
penurunan asupan makan karena tidak selera makan, cepat merasa kenyang dan
sesak. Buang air kecil seperti biasa dengan frekuensi 4-5x jumlah banyak, buang
air besar 2 hari sekali kadang-kadang keras. Penurunan BB tidak diketahui jelas,
namun pasien merasa baju semakin terasa longgar dalam 4 bulan terakhir.
Analisis asupan sebelum sakit, selama sakit (4 bulan terakhir) dan 24 jam SMRS
dapat dilihat pada gambar 3.1.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
27
A B
C D
Gambar 3.1. Analisis asupan energi (A), protein (B), lemak (C), karbohidrat (D)
Tn. S sebelum sakit, selama sakit 4 bulan terakhir dan 24 jam terakhir
Pada awal perawatan di intensive care unit RSU Tangerang, pasien
tampak sakit berat, lemah, compos mentis, tekanan darah 241/146 mmHg (MAP
177), frekuensi nadi 121 kali/menit, frekuensi napas 40 kali/menit, saturasi O2
96%, suhu 37,2oC. Dari pemeriksaan fisik didapatkan:konjungtiva pucat, JVP
meningkat (5+2 cmH2O), rhonki basah halus pada 1/3 basal kedua paru, bunyi
jantung dalam batas normal, tampak abdomen supel, bising usus normal, edema
pada kedua tungkai bawah, sedangkan lain lain dalam batas normal. Kapasitas
fungsional pasien bedridden, kekuatan genggam tangan lebih lemah dari
pemeriksa, terdapat hambatan dalam melakukan kegiatan makan dan bicara
karena dapat mengakibatkan pasien semakin sesak. Dari antropometri diperoleh
PB 160 cm, LLA 22,3 cm, BB perkiraan berdasarkan LLA 51 kg, dengan IMT
19,9 kg/m2.
Pada pemeriksaan laboratorium menggambarkan anemia (9,4 g/dl),
leukositosis (16.800/uL), GDS normal (83 mg/dL), gangguan fungsi ginjal (ureum
75 mg/dL, kreatinin 1,7 mg/dL), peningkatan enzim transaminase (SGOT 50 U/L,
SGPT 75 U/L), hiponatremia (Na 130 mmol/L), lain-lain dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardia, right atrial enlargement,
high voltage (right ventricular). Pada rontgen thorax didapatkan CTR >70%,
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
28
aorta dilatasi, pinggang jantung masih ada, apeks lateral downward, tampak
kongesti. Terapi dari dokter penanggungjawab pasien ini adalah: tirah baring
dengan posisi semifowler, O2 6 L/menit (non rebreathing mask), ISDN 5 mg
sublingual, furosemid drip 5 mg/jam, spironolakton 1x 12,5 mg, Lisinopril 1x10
mg, morfin ekstra 2 mg i.v. Keseimbangan cairan 24 jam terakhir pada pasien ini
–200 mL dengan diuresis 0,7 ml/kgBB/jam. Pasien didiagnosis sebagai impending
acute lung oedema (ALO), acute decompensated heart failure (ADHF) pada
gagal jantung kongestif functional class III-IV et causa penyakit jantung
hipertensi, hipertensi urgensi, acute kindey injury dd/ chronic kidney disease,
anemia, disertai peningkatan enzim transaminase, hiponatremia, status gizi
normoweight berisiko malnutrisi dengan kaheksia kardiak .
Pada pasien ini ditentukan kebutuhan energi basal (KEB) berdasarkan
rumus Harris Benedict adalah 1184 kkal ∞ 1200 kkal, dan kebutuhan energi total
(KET) diperoleh dengan faktor stres 1,3 adalah 1500 kkal/hari. Pada awal
pemberian nutrisi diberikan sebesar 80% KEB yaitu 1000 kkal dengan komposisi
protein 40 g (0,8 g/kgBB), lemak 28 g (25% dari kalori total), karbohidrat 147 g
(59% dari kalori total), rendah garam (natrium 1200 mg, garam 3 g), cairan
direstriksi sampai dengan 1200 ml/hari. Nutrisi diberikan melalui jalur oral dalam
bentuk makanan lunak RS terbagi menjadi empat kali makan porsi kecil. Saran
pemberian suplementasi vitamin B kompleks 3x1 tablet, asam folat 1x0,5 mg,
kapsul omega-3 1000 mg, dan koenzim Q10 3x50 mg.
Pemantauan pada pasien ini dilakukan selama 5 hari perawatan. Selama
pemantauan didapatkan perbaikan klinis. Pada hari ke-3 perawatan pasien telah
dipindahkan ke ruang rawat biasa. Sesak berangsur berkurang, selera makan
membaik, kapasitas fungsional meningkat. Pasien telah dapat melakukan kegiatan
ringan seperti makan dan ke kamar mandi secara mandiri. Tanda vital selama
perawatan cukup stabil sejak hari ke-2. Tekanan darah berespon positif terhadap
terapi yang diberikan sehingga berangsur turun sesuai target. Demikian juga
frekuensi nadi berangsur normal. Grafik perkembangan tekanan darah dan
frekuensi nadi dapat dilihat pada gambar 3.2.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
29
120 121
100 95
80 88 80
80
60
40 40
20 20
35
20 20
0
241/146 mmHg 160/100 mmHg 140/95 mmHg 130/90 mmHg 130/85 mmHg
H+1 (ICU) H+2 (ICU) H+3 H+4 H+5
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
30
A B
C D
Gambar 3.3. Perencanaan target dan analisis asupan energi (A), protein (B), lemak
(C) dan karbohidrat (D) yang dicapai Tn. S selama perawatan.
3.2. Kasus 2
Pasien Tn. T, 60 tahun, dirawat di RS dengan keluhan utama masuk RS adalah
sesak yang semakin memberat sejak satu minggu SMRS. Riwayat perjalanan
penyakit pasien diawali dari keluhan sesak yang mulai dirasakan pasien sejak 6
bulan sebelum masuk RS. Sesak semakin memberat meskipun dengan aktivitas
ringan seperti ke kamar mandi. Sesak dirasakan sangat berat 2 hari terakhir dan
dirasakan juga pada saat beristirahat. Terdapat keluhan dada berdebar-debar saat
sesak, tidak ada nyeri dada. Terdapat batuk berdahak dan demam. Kaki dirasakan
mulai membengkak sejak 1 minggu SMRS. Buang air kecil seperti biasa dengan
frekuensi 4-5x jumlah banyak, buang air besar lancar setiap hari. Pasien pernah
mengalami penyakit serupa dan dirawat dua kali di RS di daerahnya. Pasien juga
menderita hipertensi selama 15 tahun dan sering memeriksakan diri ke dokter
spesialis penyakit dalam namun tidak teratur dan tidak minum obat rutin. Riwayat
penyakit keluarga disangkal.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
31
A B
C D
Gambar 3.4. Analisis asupan energi (A), protein (B), lemak (C),
karbohidrat (D) Tn. T sebelum sakit, selama sakit 6 bulan terakhir
dan 24 jam terakhir
Pada awal perawatan di RSU Tangerang, pasien tampak sakit berat, lemah,
compos mentis, tekanan darah 170/124 mmHg (MAP 140), frekuensi nadi 115
kali/menit, frekuensi napas 44 kali/menit, saturasi O2 98%, suhu 38,5oC. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan:konjungtiva pucat, JVP meningkat (5+3 cmH2O),
rhonki kasar pada kedua lapang paru, bunyi jantung dalam batas normal, tampak
abdomen supel, bising usus normal, edema pretibial dan dorsum pedis, lain lain
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
32
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
33
115
108 90
80
88
90
80
44
30 20
22 20 20
20
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
34
A B
[
C D
Gambar 3.6. Perencanaan target dan analisis asupan kalori (A), protein (B), lemak
(C), dan karbohidrat (D) Tn. T selama perawatan
3.3. Kasus 3
Pasien Tn. SH, 50 tahun, dirawat di RSU Tangerang dengan keluhan utama
masuk RS adalah sesak yang semakin memberat sejak dua hari SMRS. Riwayat
perjalanan penyakit pasien diawali dari keluhan sesak yang mulai dirasakan
pasien sejak 2 bulan sebelum masuk RS. Sesak semakin memberat terutama
setelah beraktivitas seperti naik tangga dan berjalan jauh dan seringkali terbangun
malam hari karena sesak. Terdapat keluhan dada berdebar-debar saat sesak, tidak
ada nyeri dada. Tidak ada batuk dan tidak ada demam. Kaki dirasakan mulai
membengkak sejak dua hari SMRS. Pasien menderita hipertensi selama 5 tahun
dengan kontrol dan minum obat teratur, dan pernah dikatakan memiliki sakit
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
35
A B
C D
Gambar 3.7. Analisis asupan energi (A), protein (B), lemak (C), karbohidrat (D)
Tn. SH sebelum sakit, selama sakit 2 bulan terakhir dan 24 jam terakhir
Pada awal perawatan di intensive care unit RSU Tangerang, pasien
tampak sakit berat, lemah, compos mentis, tekanan darah 230/138 mmHg (MAP
169), frekuensi nadi 105 kali/menit, frekuensi napas 40 kali/menit, saturasi O2
97%, suhu 37oC. Dari pemeriksaan fisik didapatkan: konjungtiva pucat, JVP
meningkat (5+2 cmH2O), rhonki basah halus pada 1/3 basal kedua paru, bunyi
jantung dalam batas normal, tampak abdomen supel, bising usus normal, edema
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
36
pada kedua tungkai bawah, sedangkan lain lain dalam batas normal. Kapasitas
fungsional pasien bedridden, kekuatan genggam tangan lebih lemah dari
pemeriksa, pasien masih dapat makan dan minum sendiri dengan sedikit bantuan.
Dari antropometri diperoleh PB 167 cm, LLA 21,6 cm, BB perkiraan berdasarkan
LLA 55 kg, dengan IMT 19,7 kg/m2.
Pada pemeriksaan laboratorium menggambarkan anemia (11 g/dl),
gangguan fungsi ginjal (ureum 126 mg/dL, kreatinin 2,1 mg/dL, CCT 33),
asidosis metabolik, elektrolit dan lain-lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan
EKG didapatkan sinus rythm, right atrial enlargement, left ventricular
hypertrophy. Pada rontgen thorax didapatkan CTR >60%, aorta dilatasi, pinggang
jantung masih ada, apeks lateral downward, tampak kongesti. Terapi dari dokter
penanggungjawab pasien ini: tirah baring dengan posisi semifowler, O2 4 L/menit
(nasal canule), ISDN 5 mg sublingual, Lasix drip 5 mg/jam, Aldactone 1x 12,5
mg, Lisinopril 1x10 mg, Morfin ekstra 2 mg intravena, CaCO3 3 x 1 tab, Bicnat
3x 1 tablet. Keseimbangan cairan 24 jam terakhir pada pasien ini +300 mL
dengan diuresis 0,4 ml/kgBB/jam. Pasien didiagnosis sebagai acute
decompensated heart failure (ADHF) pada gagal jantung kongestif functional
class II-III et causa penyakit jantung hipertensi, hipertensi urgensi, acute on CKD
stadium IV, anemia, asidosis metabolik, status gizi normoweight berisiko
malnutrisi dengan kaheksia kardiak.
Pada pasien ini ditentukan kebutuhan energi basal (KEB) berdasarkan
rumus Harris Benedict adalah 1300 kkal, dan kebutuhan energi total (KET)
diperoleh dengan faktor stres 1,3 adalah 1700 kkal/hari. Pada awal pemberian
nutrisi diberikan sebesar 20 kkal/kgBB ~1100 kkal (80% KEB), dengan
komposisi protein 45 g (0,8 g/kgBB), lemak 30 g (25% dari kalori total),
karbohidrat 162 g (59% kalori total), rendah garam (3 g), cairan direstriksi sampai
dengan 1500 ml/hari. Nutrisi diberikan melalui jalur oral dalam bentuk makanan
lunak RS terbagi menjadi empat kali makan porsi kecil. Saran pemberian
suplementasi vitamin B kompleks 3x1 tablet, asam folat 1x0,5 mg, kapsul omega-
3 1000 mg, dan koenzim Q10 3x50 mg.
Pemantauan pada pasien ini dilakukan selama 5 hari perawatan. Selama
pemantauan didapatkan perbaikan klinis. Pada hari ke-2 tekanan darah telah
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
37
mencapai target dan diuresis telah mencapai normal sehingga pasien dipindahkan
ke ruang rawat biasa pada hari ke-3. Sesak berangsur berkurang, selera makan
membaik, kapasitas fungsional meningkat. Pasien telah dapat melakukan kegiatan
ringan secara mandiri. Tanda vital selama perawatan cukup stabil sejak hari ke-3.
Tekanan darah berespon positif terhadap terapi yang diberikan sehingga berangsur
turun sesuai target. Demikian juga frekuensi nadi berangsur normal. Grafik
perkembangan tekanan darah, frekuensi nadi dan napas dapat dilihat pada gambar
3.8. Ronkhi basal menghilang sejak hari ke-3 perawatan. Edema pretibial dan
dorsum pedis berkurang namun masih terlihat minimal pada hari terakhir
perawatan.
120
100
Frekuensi nadi
(x/mnt), 80
80
60
40 frekuensi napas
(x/mnt, 20
20
0
230/138 mmHg 190/100 mmHg 140/85 mmHg 130/90 mmHg 130/80 mmHg
H+1 (ICU) H+2 (ICU) H+3 H+4 H+5
Gambar 3.8. Pemantauan tekanan darah, frekuensi nadi dan frekuensi napas
Tn. SH selama perawatan
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
38
Energi (kkal) A
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
H+1 (ICU) H+2 (ICU) H+3 H+4 H+5
planning E asupan E
250 B
200
150
100
50
0
H+1 (ICU) H+2 (ICU) H+3 H+4 H+5
Gambar 3.9. Perencanaan target dan analisis asupan energi Tn. SH selama
perawatan. (A) grafik target dan analisis asupan energi, (B) Grafik target dan
analisis asupan protein, lemak dan karbohidrat
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
39
3.4. Kasus 4
Pasien Tn. M, 62 tahun, datang dengan keluhan utama masuk RS adalah sesak
yang semakin memberat sejak satu minggu SMRS. Sesak semakin memberat
meskipun dengan aktivitas ringan dan dirasakan juga pada saat beristirahat. Sering
terbangun karena sesak di malam hari, hanya bias berbaring dengan bantal tinggi.
Dada berdebar-debar saat sesak ada, tidak ada nyeri dada. Kaki dirasakan mulai
membengkak sejak dua minggu SMRS. Buang air kecil sedikit. Terdapat batuk
berdahak dan demam. Pasien pernah mengalami penyakit serupa dengan terakhir
rawat di RSUT satu bulan sebelumnya. Pasien juga menderita hipertensi tidak
jelas berapa lama, kadang-kadang memeriksakan diri ke RS namun tidak teratur
dan tidak minum obat rutin. Riwayat penyakit keluarga disangkal.
Dari riwayat kebiasaan makan pasien didapatkan pasien hobi
mengonsumsi ikan asin termasuk saat sakit. Makan mie instan atau makanan
kalengan disangkal. Cemilan yang dikonsumsi berupa singkong atau pisang rebus.
Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi namun sudah berhenti sejak
beberapa tahun yang lalu. Selama sakit yaitu sekitar 6 bulan terakhir terdapat
penurunan asupan makan karena tidak selera makan, cepat merasa kenyang dan
sesak. Penurunan BB yang diketahui 7 kg dalam 6 bulan terakhir. Analisis asupan
sebelum sakit, selama sakit (6 bulan terakhir) dan 24 jam SMRS dapat dilihat
pada gambar 3.10.
1500
1600 Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
1400 1200
1200
1000
800 600
600
400 217 190
124
200 42 53 35 40 23 18
0
sebelum sakit selama sakit (6 bulan 24 jam terakhir
terakhir)
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
40
Pada awal perawatan di RSU Tangerang, pasien tampak sakit berat, lemah,
compos mentis, tekanan darah 170/110 mmHg, frekuensi nadi 100 kali/menit,
frekuensi napas 42 kali/menit, suhu 38,7oC. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan:konjungtiva pucat, JVP meningkat (5+2 cmH2O), rhonki kasar pada
kedua lapang paru, bunyi jantung dalam batas normal, tampak abdomen supel,
bising usus normal, edema pretibial dan dorsum pedis, lain lain dalam batas
normal. Kapasitas fungsional pasien bedridden, kekuatan genggam tangan lebih
lemah dari pemeriksa. Dari antropometri diperoleh PB 165 cm, LLA 19 cm, BB
perkiraan berdasarkan LLA 48 kg, dengan IMT 17,6 kg/m2.
Pada pemeriksaan laboratorium menggambarkan anemia (9,6 g/dl),
leukositosis (20.500/uL), hipoalbuminemia (3,1 mg/dL), peningkatan enzim
transaminase (SGOT 65 U/L, SGPT 80 U/L), hiponatremia (125 meq/L),
gangguan fungsi ginjal (ureum 116 mg/dl, kreatinin 1,8 mg/dl), lain-lain dalam
batas normal. Hasil pemeriksaan EKG didapatkan sinus rythm, left ventricular
enlargement, low voltage, slight ST elevasi. Pada rontgen thorax didapatkan CTR
>70%, aorta elongasi dan kalsifikasi, pinggang jantung mendatar, apeks
downward, tampak infiltrat dan kongesti. Terapi dari sejawat SpJP pada pasien
ini: tirah baring dengan posisi semifowler, O2 6 L/menit (nasal canule),
furosemid 3 x 2 mg, spironolakton 1x 12,5 mg, captopril 2 x 12,5 mg, ceftriakson
2x 1 g intravena. Keseimbangan cairan 24 jam terakhir pada pasien ini –500 mL
dengan diuresis 0,7 ml/kgBB/jam. Pasien didiagnosis sebagai gagal jantung
kongestif functional class III-IV et causa penyakit jantung hipertensi, hipertensi
grade 2 tidak terkontrol, suspek community acquired pneumonia (CAP) dd/ TB
paru, acute kidney injury dd/ acute on chronic kidney disease, anemia,
peningkatan enzim transaminase, hipoalbuminemia, dan hiponatremia, status gizi
malnutrisi ringan.
Pada pasien ini ditentukan kebutuhan energi basal (KEB) berdasarkan
rumus Harris Benedict adalah 1100 kkal, dan kebutuhan energi total (KET)
diperoleh dengan faktor stres 1,4 adalah 1500 kkal/hari, protein 38 g (0,8
g/kgBB), lemak 42 g (25% kalori total), karbohidrat 242 g. Pada awal pemberian
nutrisi diberikan sebesar 80% kebutuhan basal yaitu 900 kkal dengan komposisi
protein 38 g (0,8 g/kgBB), lemak 25 g, karbohidrat 131 g (58% kalori total),
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
41
rendah garam (5 g), cairan direstriksi sampai dengan 1200 ml/hari. Nutrisi
diberikan melalui jalur oral dalam bentuk makanan lunak RS terbagi menjadi 4-5
kali makan porsi kecil. Saran pemberian suplementasi vitamin B kompleks 3x1
tablet, asam folat 0,5 mg, kapsul omega-3 1000 mg, dan koenzim Q10 3x50 mg.
Pasien dirawat selama 5 hari perawatan. Selama pemantauan didapatkan
perbaikan klinis. Sesak berangsur berkurang, demam turun, batuk berkurang,
selera makan membaik, kapasitas fungsional meningkat. Tanda vital selama
perawatan relatif stabil. Tekanan darah berangsur turun dan frekuensi nadi
berangsur normal. Grafik perkembangan tekanan darah, frekuensi nadi dan
frekuensi napas dapat dilihat pada gambar 3.11.
120
100
Frekuensi nadi
(x/mnt), 90
80
60
40
frekuensi napas
20 (x/mnt, 28
0
170/110 160/95 mmHg 140/90 mmHg 130/80 mmHg 130/80 mmHg
mmHg
H+1 H+2 H+3 H+4 H+5
Gambar 3.11. Pemantauan tekanan darah, frekuensi nadi dan frekuensi napas
Tn. M selama perawatan
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
42
1500 [ 40
30
1000
20
500
10
0 0
H+1 H+2 H+3 H+4 H+5 H+1 H+2 H+3 H+4 H+5
planning E asupan E planning P asupan P
Gambar 3.12. Perencanaan target dan analisis asupan energi (A), protein (B),
lemak (C), dan karbohidrat (D) Tn. M selama perawatan
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
BAB 4
PEMBAHASAN
Telah dilakukan dukungan nutrisi pada empat kasus pasien dengan gagal jantung
kongestif et causa penyakit jantung hipertensi dengan status gizi normoweight
hingga malnutrisi ringan dengan berbagai kondisi penyerta. Dari hasil skrining,
semua pasien ini memenuhi kriteria untuk dukungan nutrisi oleh tim terapi gizi
karena asupan yang tidak adekuat dalam 3-5 hari terakhir dan terdapat kondisi
stres metabolism yang berat. Formulir skrining yang digunakan adalah modifikasi
dari beberapa metode skrining. Pada pasien gagal jantung kongestif skrining
menggunakan MUST memberikan sensitifitas yang tinggi karena terdapat
penilaian status gizi menggunakan lingkar lengan. Pada formulir skrining yang
digunakan dalam serial kasus ini tidak ada penilaian menggunakan LLA sehingga
kurang relevan dalam mendeteksi perubahan berat badan karena kondisi edema.
Namun metode skrining modifikasi ini cukup sensitif karena terdapat pertanyaan
mengenai penurunan asupan makan dan status metabolisme, dimana kedua
indikator inilah yang ditemukan positif pada semua pasien dalam serial kasus ini.
Keempat kasus datang ke RS dengan gejala dan tanda dekompensasi pada
penyakit jantung kronik yang telah diderita sebelumnya. Semua pasien datang
dengan keluhan utama dispnea atau sesak nafas yang merupakan gejala yang
umum menyertai penyakit kardiorespirasi. Sesak terjadi karena terdapat kongesti
pada paru-paru maupun karena penurunan curah jantung yang menyebabkan
hipoksia secara sistemik. 21, 22 Pada pasien dengan gagal jantung kiri kongesti pada
interstitial paru yang berlangsung lama menyebabkan mudahnya terjadi infeksi
oportunistik. Hal inilah yang terjadi pada pasien kasus ke-2 dan ke-4 yang
mengalami community acquired pneumonia (CAP). Infeksi paru akan terjadi
berulang-ulang selama kongesti tidak dapat dikontrol terutama apabila disertai
penurunan status imun yang seringkali terjadi pada pasien dengan malnutrisi.22
Penyebab gagal jantung kronik pada semua pasien serial kasus ini adalah
penyakit jantung hipertensi akibat hipertensi kronik. Gagal jantung merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada hipertensi kronis. Pasien dengan hipertensi
dapat menunjukkan gejala-gejala gagal jantung namun dapat juga bersifat
asimtomatis. Disfungsi diastolik sering terjadi pada penderita hipertensi, dan
143
terkadang disertai hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
tekanan afterload, penyakit arteri koroner, penuaan, disfungsi sistolik dan fibrosis.
Setelah beberapa lama, hipertrofi ventrikel kiri gagal mengkompensasi
peningkatan tekanan darah sehingga lumen ventrikel kiri berdilatasi untuk
mempertahankan curah jantung. Fungsi sistolik ventrikel kiri akan terus menurun
dan mengaktifkan sistem neurohormonal dan renin-angiotensin, sehingga
meretensi natrium dan air dan meningkatkan vasokonstriksi perifer, yang akhirnya
malah memperburuk keadaan dan menyebabkan disfungsi sistolik.58
Dari anamnesis didapatkan beberapa faktor risiko yang terdapat pada
keempat pasien yaitu faktor genetik dan asupan natrium yang tinggi. Pasien-
pasien pada serial kasus ini memiliki kebiasaan mengonsumsi mie instan,
makanan kaleng, kerupuk, kecap, ikan asin, dan terasi yang merupakan bahan
makanan tinggi natrium. Pada keempat pasien juga didapatkan kontrol yang tidak
adekuat terhadap penyakitnya yaitu tidak patuh dalam terapi medikamentosa dan
tidak menerapkan aturan diet yang sesuai. Pada pasien dengan penyakit jantung
hipertensi disarankan untuk menerapkan pola makan berdasarkan Dietary
Approach to Stop Hypertension (DASH) diet.60,61 Dari anamnesis riwayat nutrisi
sebelum dan selama sakit pada keempat pasien tidak didapatkan penerapan pola
makan yang benar dan sesuai untuk kondisinya.
Penentuan status gizi pada kasus gagal jantung kongestif yang disertai
edema merupakan tantangan tersendiri karena BB timbang tidak akurat
menggambarkan BB sebenarnya. Dari anamnesis bisa didapatkan besarnya
riwayat penurunan BB sehingga dapat diperkirakan apakah telah terdapat
kaheksia kardiak. Namun perubahan berat badan juga tidak selalu akurat apabila
pasien telah mengalami edema berulang. Pengukuran lingkar lengan atas dapat
digunakan untuk mendeteksi malnutrisi apabila terdapat edema pada tungkai
bawah termasuk bila terdapat asites dan edema tidak terdapat pada lengan atas.40
Pada keempat pasien dilakukan pemantauan LLA didapatkan tidak ada perubahan
dalam ukuran LLA selama 5-7 hari meskipun edema telah menghilang atau
berkurang. Hal ini menunjukkan kemungkinan edema tidak mempengaruhi
ukuran LLA pada keempat pasien karena edema terutama terjadi pada tungkai
bawah dan intraabdomen, sehingga LLA dapat menjadi parameter antropometrik
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
45
yang sederhana dalam memantau status nutrisi pasien gagal jantung kongestif.
Hasil ini akan lebih baik jika dikonfirmasi dengan pemeriksaan analisis komposisi
tubuh menggunakan tebal lipatan kulit atau bioimpedance analysis (BIA).41
Dalam pemantauan status gizi, hati-hati dengan peningkatan berat badan
karena dapat merupakan parameter adanya retensi cairan sehingga harus dinilai
bersama dengan status cairan dan gejala klinis. Dalam suatu penelitian,
peningkatan BB dalam masa akut pada perawatan di RS lebih sugestif ke arah
retensi cairan.62 Pada empat pasien dengan kasus ini berat badan didapatkan
menurun pada tiga pasien dan meningkat pada seorang pasien, namun hal ini tidak
dapat diinterpretasikan karena metode pengukuran yang berbeda. Pada awal
pemeriksaan BB yang didapatkan merupakan BB perkiraan berdasarkan LLA
sedangkan pada akhir pemantauan BB merupakan BB aktual yang diukur dengan
penimbangan.
Keempat pasien juga menunjukkan keadaan yang erat kaitannya dengan
status nutrisi yaitu anemia dan dua pasien mengalami hipoalbuminemia. Anemia
seringkali terjadi pada pasien gagal jantung dengan prevalensi 10–50% dari total
kasus. Penyebab anemia pada gagal jantung multifaktorial, diantaranya adalah
insufisiensi renal, hemodilusi, inflamasi, efek samping dari terapi ACEi dan ARB.
Anemia juga dapat terjadi akibat asupan yang tidak adekuat dalam jangka waktu
yang lama. Berdasarkan data yang didapat pada ketiga kasus tersebut diprediksi
anemia yang terjadi adalah akibat hemodilusi akibat peningkatan volume,
kemungkinan asupan yang tidak adekuat untuk jangka waktu yang lama,
inflamasi, dan insufisiensi renal yang menstimulasi aktivasi sistem renin
angiotensin. Pemberian erithropoetin (EPO) dapat dipertimbangkan bila terdapat
insufisiensi ginjal kronik dan atau penggunaan ACEi jangka panjang. Pemberian
suplementasi Fe pada kasus yang terbukti terdapat defisiensi Fe harus dilakukan
dengan hati-hati dan memperhatikan ada atau tidaknya infeksi yang menyertai.
Perlu pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi adanya defisiensi Fe
sebelum pemberian suplementasi dan EPO. Pemberian EPO pada keadaan
insufisiensi ginjal kronik dapat berespon tidak adekuat bila disertai defisiensi Fe.63
Pada keempat pasien hemoglobin darah meningkat selama perawatan namun
diduga lebih karena perbaikan status hidrasi dan status inflamasi.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
46
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
47
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
48
Gambar 4.1. Grafik pencapaian asupan energi pada keempat kasus dibandingkan
dengan target kebutuhan energi total
Pada pasien serial kasus ini pemberian protein target mencapai 1,4 g/kgBB
mendekati rekomendasi minimal 1,37 g/kgBB pada pasien gagal jantung stabil
dengan malnutrisi. Pemberian protein dimulai bertahap namun tidak kurang dari
0,8 g/kgBB mempertahankan komposisi tubuh dan meminimalkan efek
hiperkatabolik.42 Pasien dengan gangguan fungsi ginjal pemberian protein
disesuaikan insufisiensi ginjal yaitu maksimal 0,8 g/kgBB. Asam amino rantai
cabang dapat diberikan pada pasien dengan kaheksia untuk menmpertahankan
massa otot, namun rekomendasi pemberiannya pada kaheksia kardiak dengan
etiologi gagal jantung kongestif belum ada. Pemberian asam amino yang banyak
tersimpan di jaringan jantung dan berfungsi sebagai antioksidan serta turut dalam
regulasi homeostasis kalsium yaitu taurin juga baru sebatas studi dan belum
direkomendasikan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa suplementasi taurin
pada pasien gagal jantung meningkatkan kapasitas fisik, menurunkan tekanan
darah diastolik dan memperbaiki fungsi sistolik.30 Pada pasein-pasien serial kasus
ini tidak diberikan suplementasi asam amino secara spesifik terutama pada mereka
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
49
dengan gangguan fungsi ginjal. Pemberian asam amino spesifik tersebut masih
dapat diberikan dalam bentuk bahan makanan sumber. Bahan makanan sumber
asam amino rantai cabang yang dapat diberikan kepada pasien gagal jantung dan
tersedia di instalasi gizi RSUT adalah berupa telur, susu, ayam, kacang-kacangan.
Pada serial kasus ini pemberian lemak berkisar antara 25–30% dari total
kalori dan kolesterol <200 mg/hari sesuai rekomendasi. Pemberian suplementasi
kapsul minyak ikan juga bertujuan unutk meningkatkan asupan PUFA.44 Tidak
terdapat pasien yang menunjukkan gejala malabsorbsi sehingga tidak dilakukan
pemberian lipid berbentuk MCT. Pemberian MCT dapat dipertimbangkan
meskipun tidak terdapat tanda malabsorbsi oleh karena MCT lebih mudah
dihidrolisis dan efektif diabsorpsi ke dalam sirkulasi portal. Selain itu MCT tidak
membutuhkan karnitin untuk masuk ke ruang intermembran karena dapat
langsung dioksidasi.45 Kisaran pemberian karbohidrat pada pasien dalam serial
kasus ini adalah sebesar 50-60% kalori total per hari berupa karbohidrat kompleks
dan membatasi karbohidrat sederhana.42
Penggunaan loop diuretic yang meningkatkan ekskresi vitamin larut air
pada pasien ini meningkatkan risiko terjadi defisiensi sehingga perlu pemberian
suplementasi vitamin B kompleks. Penggunaan spironolakton pada pasien-pasien
ini sebagai kombinasi terapi diuretik membantu menurunkan ekskresi tiamin dan
memperbaiki kadar tiamin di serum sehingga dosisi suplementasi yang
dibutuhkan tidak terlalu besar.47 Pada semua pasien juga diberikan asam folat
sebagai 400 µg dikombinasikan dengan vitamin B kompleks.
Pada semua pasien didapatkan retensi cairan yang seringkali ditemui pada
gagal jantung yang tidak terkontrol. Adanya hiponatremia sering ditemukan pada
kondisi gagal jantung lanjut yang menunjukan turunnya kadar natrium di serum
akibat dilusi karena kondisi hipervolemia meskipun sebenarnya kadar total
natrium di tubuh umumnya meningkat. Restriksi natrium dan retensi cairan harus
dilakukan untuk mengatasi hal ini.50 Pada pasien-pasien serial kasus ini semua
mendapatkan restriksi natrium sesuai rekomendasi. Restriksi tergantung beratnya
retensi cairan dan respon terhadap diuretik.42,51 Pada dua pasien natrium dalam
diet diberikan lebih rendah yaitu 1200 mg (3g garam NaCl) dengan pertimbangan
pasien juga mendapat cairan parenteral mengandung natrium. Pasien pada serial
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
50
kasus ini selain diberikan loop diuretic juga diberikan diuretik hemat kalium.
Sehingga kehilangan kalium tidak terlalu besar dan tidak menyebabkan
hipokalemia.46 Suplementasi kalium diperlukan jika pasien mendapat terapi
jangka panjang dan dosis tinggi loop diuretic.
Restriksi cairan dilakukan pada pasien-pasien serial kasus ini seiring
dengan restriksi natrium pada keadaan retensi cairan. Hati-hati interpretasi kadar
ureum dan kreatinin yang meningkat karena dapat terjadi akibat hipovolemia pada
restriksi cairan yang ketat.42,51Restriksi cairan pada pasien-pasien serial kasus ini
berkisar antara 1000-1500 mL atau 80% dari total kebutuhan cairan. Selama
pemantauan imbang cairan dipertahankan negatif pada semua pasien (Gambar
4.2).
0 0
H+1 H+2 H+3 H+4 H+5 H+1 H+2 H+3 H+4 H+5 H+6 H+7
-100 -100
-200
-200
-300 -200
400 300 0
-100 H+1 H+2 H+3 H+4 H+5
200
-200
0
-300
H+1 H+2 H+3 H+4 H+5
-200 -400
-400
-500
-400 -300 -500
-600 -550
-600 -500 -700
-700
-800 -800
-750 -800
-800 -900
-1000
Kasus 4
kasus 3
Gambar 4.2. Grafik imbang cairan pada keempat kasus selama perawatan
( dalam ml/24 jam)
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
51
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
52
kasus ini minimal masuk dalam stadium C dan dua lainnya kemungkinan telah
masuk stadium D yaitu end stage dengan target tata laksana termasuk nutrisi
adalah paliatif pada end of life. Perlu pemantauan nutrisi berkesinambungan
setelah pasien pulang dan menjalani perawatan di rumah terutama untuk
mengontrol status hidrasi dan menjaga asupan agar tidak memburuk kembali.67
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
25
53
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Malnutrisi merupakan salah satu masalah dalam perjalanan penyakit gagal jantung
kongestif. Peningkatan kebutuhan energi akibat berbagai mekanisme namun di
sisi lain pasien dengan gagal jantung mengalami penurunan asupan makan
menyebabkan penurunan berat badan khususnya masa bebas lemak. Pada penyakit
jantung kronik, penurunan berat badn >6% dalam 6 bulan dikategorikan telah
mengalami kaheksia kardiak. Adanya kaheksia kardiak merupakan faktor yang
memperburuk prognosis pasien gagal jantung.
Pada serial kasus ini, gagal jantung kongestif et causa penyakit jantung
hipertensi disertai beberapa kondisi penyerta yang berkaitan dengan nutrisi.
Semua pasien serial kasus ini telah mengalami kaheksia kardiak. Masalah lain
yang terdapat pada pasien gagal jantung kongestif pada serial kasus ini
diantaranya adalah retensi cairan, keseimbangan elektrolit, anemia,
hipoalbuminemia, gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati serta infeksi yang
menyertai. Pada awalnya terdapat asupan nutrisi yang tidak adekuat berhubungan
dengan gejala klinis pada dekompensasi gagal jantung kronik. Setelah dilakukan
tata tata laksana nutrisi, semua pasien dapat mentoleransi 80-100% kebutuhan
total dan beberapa suplementasi mikronutrien serta nutrien spesifik. Terdapat
perbaikan klinis, kapasitas fungsional dan hasil laboratorium setelah 5-7 hari
perawatan.
5.2 Saran
Dari serial kasus ini maka diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Gagal jantung kongestif membutuhkan dukungan nutrisi karena pada
umumnya telah terjadi malnutrisi akibat kaheksia kardiak.
2. Skrining malnutrisi dengan metode MUST lebih sensitif dalam menyaring
pasien berisiko malnutrisi pada pasien gagal jantung.
3. Penilaian status gizi dinilai berdasarkan klinis, antropometri, dan
laboratorium. Edema merupakan faktor penyulit dalam menentukan status
53
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
54
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
5. Yamauti AK, Ochiai ME, Bifulco PS, Araújo MA, Alonso RR, Ribeiro
RH et al. Subjective global assessment of nutritional status in cardiac
patients. Arq Bras Cardiol 2006;87:772–7.
11. Abozguia K, Shivu GN, Ahmed I, Phan T.T and Frenneaux MP. The
Heart Metabolism : Pathophysiological Aspect in Ischemic and Heart
Failure. Current Pharmaceutical Design 2009: 15: 827-835.
12. Ardehali H, Sabbah HN, Burke MA, Sarma S, Liu PP, Cleland JG, etc.
Targeting myocardial substrate metabolism in heart failure: potential for
new therapies. Eur J Heart Fail 2012 Feb;14(2):120–9.
155
17. Huon H., Keith D., John M., Iain A. Gagal Jantung. Lecture Notes of
Cardiology 2003;6:80-97.
18. Ali Ghanie. Gagal Jantung Kronik. Dalam: Aru W. Sudoyo dkk (editor).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi I. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2006. hal 1511-4.
22. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure 2008 ; 2392-3.
24. Marulam M.P. Gagal Jantung. Dalam: Aru W. Sudoyo dkk (editor). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi I. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2006. h.1504.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
57
25. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure 2008 ; 2392-3.
31. Anker SD, Sharma R. The syndrome of cardiac cachexia. Int J Cardiol
2002;85:51–66.
36. Addisu A. Gower WR, Dietz JR, Landon CS. B-Type Natriurietic peptide
decreases gastric emptying and absorpsion. Experimental Biology and
Medicine 2008,233:475-82.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
58
43. Toth MJ, Matthews DE. Whole body protein metabolism in chronic heart
failure relationship to anabolic and catabolic. J Parenter Enteral Nutr
2006;30:194.
44. Mahan LK and Escott-Stump S. Krause’s Food & Nutrition Therapy. Edisi
ke-12. Missouri: Saunders 2008.
45. Bender U, Menn DI, et al. Nutritional problems in patients who have
chronic disease. Nutr Reviews 2005;24(1):12–6.
48. Carlson D, Maass DL, White DJ, Tan J, Horton JW. Antioxidant vitamin
therapy alters sepsis-related apoptotic myocardial activity and
inflammatory responses. Am J Physiol Heart Circ Physiol 2006;291(6):
hal 2779–89.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
59
52. Witte KK, Clark AL, Cleland JG. Chronic heart failure and micronutrients.
J Am Coll cardiol 2001; 37:1765–1774.
55. Reeves WC, Marchuard SP, Willis SE, et al. Reversible cardiomyopathy
due to selenium deficiency. J Parent Enter Nutr 1989;13:663–5.
56. Flanagan JL, Simmons PA, Vehige J, Willcox and Garret Q. Role of
Carnitine in disease. Nutrition & Metabolism 2010;7: 30
58. Chen MS, Xu FP, Wang YZ, et al: Statins initiated after hypertrophy
inhibit oxidative stres and prevent heart failure in rats with aortic stenosis.
J Mol Cell Cardiol 2004; 37: 889−896.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
60
62. Dunn S, Vorke JK. Hypertension and heart failure: new insight.
Circulation 2005,33:356-9.
63. Iyengar S, Abraham WT, Anemia in chronic heart failure : Can EPO
reduce deaths? Cleveland Clinic Journal of Medicine 2005:72(11); 1027–
13.
64. Doweiko JP, Nompleggi DJ: Role of albumin in human physiology and
pathophysiology. J Parenter Enteral Nutr 1990.15(2):207–11.
66. Nelms M. Fluid and Electrolyte Balance. Dalam: Nutrition Therapy and
Pathophysiology. Edisi ke-2. Nelms M, Sucher K, Lacey K, Roth S
(editor) Ohio, Wadsworth. 2011. 119–37.
67. Laskowski KR, Russell RR. Uncoupling Proteins in Heart Failure. Curr
Heart Fail Rep 2008; 5(2): 75–79.
68. Krauss RM. Eckel RH, Howard B. AHA Dietary Guidelines. Revision
2000: A Statement for Healthcare Professionals From the Nutrition
Committee of the American Heart Association. Circulation 2000;102:
2284-99
69. Kostis JB, Rosen RC, Cosgrove NM, Shindler DM, Wilson AC.
Nonpharmacologic therapy improves functional and emotional status in
congestive heart failure. Chest 1994;106(4):996-1001.
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
6161
Lampiran 1: Skrining
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
62
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
63
(Lanjutan)
Imbang Cairan : Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak
ikan (omega3 1000 mg) koenzim Q10 tidak Imbang Cairan :
Input 1150mL tersedia Input 1500mL
Output 1350 mL Imbang Cairan : Output 2300 mL
BC (-) 200 mL Input 1300mL BC (-) 800 mL
diuresis 0,7ml/kgBB/jam Output 2100 mL diuresis 1,5 ml/kgBB/jam
BC (-) 800 mL
diuresis 1,3ml/kgBB/jam
A Impending ALO, ADHF pada CHF NYHA FC III-IV ec Impending ALO perbaikan, ADHF pada CHF NYHA CHF NYHA FC III-IV ec HHD, HT gr 2 terkontrol,
HHD, HT urgensi, AKI dd/CKD, anemia, peningkatan FC III-IV ec HHD, HT urgensi, riwayat AKI, anemia, riwayat AKI, anemia, normoweight dg kaheksia
enzim transaminase, hiponatremia, normoweight dg peningkatan enzim transaminase, hiponatremia, kardiak
kaheksia kardiak normoweight dg kaheksia kardiak
P KEB = 1200 kkal 1300 kkal P 50 g, L 36 g, KH 154 g berupa makan KEB 1200 KET 1500 kkal, P 1,4 g/kgBB ~ 70 g
KET = 1500 kkal lunak lauk cincang DJ RG (~5 g garam) porsi 1300 kkal P 53g, L 30 g, KH 167 g berupa makan
Diberikan mulai 80% KEB ~ 1000 kkal (20 terbagi 4x makan. lunak lauk cincang DJ RG (~3 g garam) ekstra putih
kkal/kgBB), P 0,8 g/kgBB ~40 g, L 25%~28 g, KH 147 Vol E P L KH telur 2 butir porsi terbagi 4x makan.
g berupa makan lunak lauk cincang DJ RG (~3 g Makan 1300 50 36 154 Vol E P L KH
garam) porsi terbagi 4x makan. lunak Makan lunak 1300 53 36 154
Vol E P L KH diet diet jantung,
Makan 1100 40 30 167 jantung ektra putih
lunak minum 1000 telur 2 butir
diet Total 1000 1300 40 36 154 minum 1500
jantung Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3 Total 1500 1300 53 36 190
Total 1000 40 30 167 Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3
Cairan total = 1500mL/24 jam (per oral 1000 Monitoring :
mL+IVFD 500 mL) Tanda vital, klinis, Elektrolit, fx hati, Antropometri, Monitoring :
Saran suplementasi: analisis+ toleransi asupan per hari, Imbang cairan Tanda vital, klinis, Elektrolit, Antropometri, analisis+
Vitamin B komplek 3 x 1, asam folat 1 x 0,5 mg, perhari toleransi asupan per hari, Imbang cairan perhari
koenzim Q10 150 mg, omega3 1000 mg
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
64
(Lanjutan)
H4 H5
S Sesak berkurang, makan habis, BAB (+) Sesak masih, makan habis, demam (-), BAK lancar BAB (+)
O tampak sakit sedang, CM tampak sakit sedang, CM
TD 130/90 mmHg N 80 x/mnt P 20x/mnt S afebris TD 130/85 mmHg N 80 x/mnt P 20x/mnt S afebris
Mata: Konjungtiva anemis Mata: Konjungtiva anemis
Leher: JVP 5+2 cmH2O Leher: JVP 5+2 cmH2O
cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki (-) cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki (-)
abd: BU (+) N abd: BU (+) N
ekstremitas: edema pretibial+dorsum pedis bilateral ekstremitas: edema (-)
minimal Kapasitas fungsional: kekuatan genggam tangan meningkat,
Kapasitas fungsional: kekuatan genggam tangan dapat makan sendiri, ke kamar mandi tanpa bantuan
meningkat, dapat makan sendiri, dapat bangun dari Antrop: BB timbang 48 kg, LLA tetap 22,3 cm
tempat tidur sendiri, duduk di sisi tempat tidur IMT 18,75
Laboratorium : - Laboratorium : -
Terapi DPJP: stqa Terapi DPJP: acc pulang, rawat jalan
Analisis Asupan :
Analisis Asupan : Vol E P L KH
Vol E P L KH Makan lunak 1300 53 36 154
Makan lunak 1300 53 43 175 diet jantung,
diet jantung, ektra putih
ektra putih telur 1 butir
telur 2 butir MC 200 200 8 8 60
minum 1200 minum 1000
Total 1200 1300 53 43 175 Total 1200 1500 61 42 214
Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak ikan Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak ikan
(omega3 1000 mg) (omega3 1000 mg)
Imbang Cairan :
Imbang Cairan : Input 1200mL
Input 1200mL Output 1500 mL
Output 1700 mL BC (-)300 mL
BC (-) 500 mL diuresis 0,83 ml/kgBB/jam
diuresis 1 ml/kgBB/jam
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
65
(Lanjutan)
A CHF NYHA FC III-IV ec HHD, HT gr 2 terkontrol, riwayat CHF NYHA FC III-IV ec HHD, HT gr 2 terkontrol, riwayat
AKI, anemia, normoweight dengan kaheksia kardiak AKI, anemia, normoweight dengan kaheksia kardiak
P 1500 kkal P 60 g, L 42 g, KH 214 g berupa makan lunak 1500 kkal P 65 g, L 42g, KH 214 g berupa makan lunak lauk
lauk cincang DJ RG (~3 g garam) porsi terbagi 5x cincang DJ RG (~3 g garam) porsi terbagi 5x makan.
makan. Vol E P L KH
Vol E P L KH Makan lunak 1300 53 36 154
Makan lunak 1300 53 36 154 diet jantung,
diet jantung, ektra putih
ektra putih telur 2 butir
telur 1 butir MC 200 200 8 8 60
MC 200 200 8 8 60 minum 1300
minum 1300 Total 1500 1500 65 42 214
Total 1500 1500 61 42 214 Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
66
H1 H2 H3
S Sesak, lemas, mual (-), muntah (-), batuk berdahak, Sesak, lemas, mual (-), muntah (-), batuk berdahak, Sesak berkurang, lemas masih , mual (-), muntah
demam, tidak selera makan, BAK (+), BAB (-) demam (-), makan habis, BAB (+) (-), batuk berdahak, demam (-), makan habis, selera
makan baik
O
Lemah, tampak sakit berat, CM Lemah, tampak sakit berat, CM Lemah, tampak sakit sedang , CM
TD170/124 mmHg N 115 x/mnt P 44x/mnt S 38,5º C TD160/90 mmHg N 108 x/mnt P 44x/mnt S 37º C TD140/90 mmHg N 90 x/mnt P 20x/mnt S afebris
Mata: Konjungtiva anemis Mata: Konjungtiva anemis Mata: Konjungtiva anemis
Leher: JVP 5+3 cmH2O Leher: JVP 5+3 cmH2O Leher: JVP 5+3 cmH2O
cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki kasar kedua lapang cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki kasar kedua lapang cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki kasar kedua lapang
paru paru paru berkurang
abd: BU (+) N abd: BU (+) N abd: BU (+) N
ekstremitas: edema pretibial+dorsum pedis bilateral. ekstremitas: edema pretibial+dorsum pedis bilateral. ekstremitas: edema pretibial+dorsum pedis
Kapasitas fungsional: bedridden, kekuatan genggam Kapasitas fungsional: bedridden, kekuatan berkurang
tangan <lemah genggam tangan lebih lemah Kapasitas fungsional: bedridden, dapat makan
Antropometri LLA 21,7 cm BBp = 48 kg TB 158 cm, sendiri tanpa bantuan
IMT 18 kg/m2 Laboratorium :-
Laboratorium :
Laboratorium : Terapi DPJP : stqa Sputum BTA (-), bakteri gram (+)
Hb 10,2 mg/dL, Ht = 30, Leukosit = 17.500, thromb = Analisis Asupan : Urinalisa: bakteri (+), leukosit (+), nitrit esterase (+)
167.000, GDS 95, Ur/Cr = 75/1,7, SGOT/SGPT Vol E P L KH Terapi DPJP : stqa
77/88, albumin 2,9 mg/dL, Na = 129 mmol/L, K 3,52 Makan 1000 1100 36 37 156 Analisis Asupan :
mmol/L, Cl 102 mmol/L lunak Vol E P L KH
Terapi DPJP : diet Makan lunak 1300 53 43 175
Posisi semifowler jantung + diet jantung,
Furosemide 3x2 mg minum ektra putih
Spironolakton 1 x 12,5 mg p.o Total 1000 1100 36 37 156 telur 2 butir
Captopril 1x12,5 mg p.o. Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak minum 1200
ISDN 5 mg SL ikan (omega3 1000 mg) Total 1200 1300 53 43 175
Bisoprolol Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak
Ceftriaxone ikan (omega3 1000 mg)
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
67
(Lanjutan)
Input 1150mL
Output 1350 mL
BC (-) 500 mL
diuresis 0,95ml/kgBB/jam
CHF NYHA FC III-IV ec HHD, HT gr 2 tidak CHF NYHA FC III-IV ec HHD, HT gr 2 tidak CHF NYHA FC III-IV ec HHD, HT gr 2 tidak
A terkontrol, CAP dd/TB, anemia, peningkatan enzim terkontrol, CAP dd/TB, anemia, peningkatan enzim terkontrol, CAP, ISK, anemia, peningkatan enzim
transaminase, hiponatremia, malnutrisi ringan transaminase, hiponatremia, malnutrisi ringan transaminase, hiponatremia, malnutrisi ringan
KEB = 1000 kkal 1300 kkal P 50 g, L 36 g, KH 154 g berupa makan 1300 kkal P 50 g, L 36 g, KH 154 g berupa makan
KET = 1400 kkal lunak lauk cincang DJ RG (~5 g garam) porsi lunak lauk cincang DJ RG (~5 g garam) porsi
P 1,4 g/kgBB~ 67 g, L 25% ~40 g terbagi 4x makan. terbagi 4x makan.
Diberikan mulai 100% KEB ~ 1000 kkal P 1 g/kgBB Vol E P L KH Vol E P L KH
~50 g, L 25%~28 g, KH 147 g berupa makan lunak Makan lunak 1300 53 43 175 Makan lunak 1300 53 43 175
lauk cincang DJ RG (natrium 2000 mg ~5 g garam) diet jantung, diet jantung,
porsi terbagi 4x makan. ektra putih ektra putih
Vol E P L KH telur 2 butir telur 2 butir
Makan lunak 1000 50 28 137 minum 1200 minum 1200
P diet jantung Total 1200 1300 53 43 175 Total 1200 1300 53 43 175
minum 1200 Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3 Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3
Total 1200 1000 50 28 137
Saran suplementasi: Monitoring : Monitoring :
Vitamin B komplek 3 x 1, asam folat 1 x 0,5 mg, Tanda vital, klinis, Elektrolit, fx hati, analisis+ Tanda vital, klinis, Elektrolit, fx hati, analisis+
koenzim Q10 150 mg, omega3 1000 mg toleransi asupan per hari, Imbang cairan perhari toleransi asupan per hari, Imbang cairan perhari
Monitoring :
Tanda vital, klinis, Elektrolit, fx hati, analisis+
toleransi asupan per hari, Imbang cairan perhari
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
68
(Lanjutan)
H4 H5 H6
S Sesak berkurang, batuk berkurang, demam (-), Sesak berkurang, batuk berkurang, makan habis, Sesak berkurang, batuk jarang, makan habis, selera
makan habis, selera makan baik, BAB (+) selera makan baik, BAB (+) makan baik, BAB (+)
O tampak sakit sedang , CM tampak sakit sedang , CM tampak sakit sedang , CM
TD130/85 mmHg N 90 x/mnt P 20x/mnt S afebris TD 130/90 mmHg N 80 x/mnt P 20x/mnt S afebris TD 130/80 mmHg N 80 x/mnt P 20x/mnt S afebris
Mata: Konjungtiva anemis Mata: Konjungtiva anemis Mata: Konjungtiva anemis
Leher: JVP 5+3 cmH2O Leher: JVP 5+2 cmH2O Leher: JVP 5+2 cmH2O
cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki kasar kedua lapang cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki kasar kedua lapang cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki kasar kedua lapang
paru berkurang paru berkurang paru minimal
abd: BU (+) N abd: BU (+) N abd: BU (+) N
ekstremitas: edema pretibial+dorsum pedis ekstremitas: edema pretibial+dorsum pedis minimal ekstremitas: edema (-)
berkurang Kapasitas fungsional:dapat bangun dan berjalan- Kapasitas fungsional: dapat bangun dan berjalan-
Kapasitas fungsional: bedridden, dapat makan jalan di sekitar tempat tidur jalan di sekitar tempat tidur
sendiri tanpa bantuan Antropometri : BB timbang 43 kg 17,2 kg/m2
Laboratorium : Hb 11 mg/dl, Ht 34 leukosit 8.200 LLA tetap 21,7 cm
Laboratorium :- Na 132 mmol/L K 3, 67 mmol/L Cl 99 mmol/L
Analisis Asupan :
Analisis Asupan : Analisis Asupan : Vol E P L KH
Vol E P L KH Vol E P L KH Makan lunak 1300 60 48 213
Makan lunak 1300 53 43 175 Makan lunak 1300 60 48 213 diet jantung,
diet jantung, diet jantung, ektra putih
ektra putih ektra putih telur 2 butir
telur 2 butir telur 2 butir minum 1000
minum 1200 minum 1000 Total 1000 1300 53 43 175
Total 1200 1300 53 43 175 Total 1000 1300 53 43 175 Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak
Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak ikan (omega3 1000 mg)
ikan (omega3 1000 mg) ikan (omega3 1000 mg)
Imbang Cairan :
Imbang Cairan : Imbang Cairan : Input 1000mL
Input 1200mL Input 1000mL Output 1700 mL
Output 1500 mL Output 1600 mL
BC (-) 700 mL
BC (-) 300 mL BC (-) 600 mL
diuresis 0,86ml/kgBB/jam diuresis 0,95ml/kgBB/jam diuresis 1,04 ml/kgBB/jam
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
69
(Lanjutan)
Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3 Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3 Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
70
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
71
(Lanjutan)
Monitoring :
Tanda vital, klinis, Elektrolit, fx ginjal, AGD, analisis+
toleransi asupan per hari, Imbang cairan perhari
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
72
(Lanjutan)
H4 H5
S Sesak berkurang, makan habis, BAB (+) Sesak masih, makan habis, demam (-), BAK lancar
BAB (+)
O tampak sakit sedang, CM tampak sakit sedang, CM
TD 130/90 mmHg N 80 x/mnt P 20x/mnt S afebris TD 130/80 mmHg N 80 x/mnt P 20x/mnt S afebris
Mata: Konjungtiva anemis Mata: Konjungtiva anemis
Leher: JVP 5+2 cmH2O Leher: JVP 5+2 cmH2O
cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki (-) cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki (-)
abd: BU (+) N abd: BU (+) N
ekstremitas: edema pretibial+dorsum pedis bilateral ekstremitas: edema edema pretibial+dorsum pedis
minimal bilateral minimal
Kapasitas fungsional: kekuatan genggam tangan Kapasitas fungsional: kekuatan genggam tangan
meningkat, dapat makan sendiri, dapat bangun dari meningkat, dapat makan sendiri, ke kamar mandi
tempat tidur sendiri, duduk di sisi tempat tidur tanpa bantuan
Antrop: BB timbang 58 kg, LLA tetap
Laboratorium : - IMT 20,8
Terapi DPJP: stqa
Analisis Asupan :
Analisis Asupan : Vol E P L KH
Vol E P L KH Makan lunak 1500 45 42 235
Makan lunak 1300 45 43 183 diet jantung,
diet jantung, Cemilan (dr 200 2 5
minum 1200 luar)
Total 1200 1300 45 43 183 minum 1500
Total 1500 1700 47 47 272
Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak
ikan (omega3 1000 mg) ikan (omega3 1000 mg)
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
73
(Lanjutan)
A CHF NYHA II-III ec HHD, HT gr 2 terkontrol, CKD st CHF NYHA III-IV ec HHD, HT gr 2 terkontrol,
IV, anemia, normoweight dg kaheksia kardiak riwayat AKI, anemia, normoweight dg kaheksia
kardiak
P 1500 kkal P 45g, L 42 g, KH 167 g berupa makan 1700 kkal P 45 g, L 57g, KH 252 g berupa makan
lunak lauk cincang DJ RG (~3 g garam porsi terbagi lunak lauk cincang DJ RG (~3 g garam) porsi
4x makan. terbagi 5x makan.
Vol E P L KH Vol E P L KH
Makan lunak 1500 45 42 235 Makan lunak 1700 45 57 252
diet jantung, diet jantung,
minum 1500 minum 1500
Total 1500 1500 45 42 235 Total 1500 1700 45 57 252
Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3 Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3
Monitoring : Monitoring :
Tanda vital, klinis, Elektrolit, Antropometri, analisis+ Tanda vital, klinis, Elektrolit, Antropometri, analisis+
toleransi asupan per hari, Imbang cairan perhari toleransi asupan per hari, Imbang cairan perhari
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
74
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
75
(Lanjutan)
A CHF NYHA III-IV ec HHD, HT gr 2 tidak terkontrol, CHF NYHA III-IV ec HHD, HT gr 2 tidak terkontrol, CHF NYHA III-IV ec HHD, HT gr 2 tidak terkontrol,
CAP dd/TB, AKI dd/CKD,anemia, peningkatan enzim CAP dd/TB, AKI dd/CKD,anemia, peningkatan CAP dd/TB, AKI dd/CKD, anemia, peningkatan
transaminase, hiponatremia, malnutrisi ringan enzim transaminase, hiponatremia, malnutrisi ringan enzim transaminase, hiponatremia, malnutrisi ringan
P
KEB = 1100 kkal 1100 kkal P 0,8 g/kgBB ~38 g, L 25%~25 g, KH 131 1300 kkal P 38 g, L 36 g, KH 119 g berupa makan
KET = 1500 kkal g berupa makan lunak lauk cincang DJ RG (natrium lunak lauk cincang DJ RG (~5 g garam) porsi
Diberikan mulai 100% KEB ~ 900 kkal P 0,8 g/kgBB 2000 mg ~5 g garam) porsi terbagi 4x makan. terbagi 4-5x makan.
~38 g, L 25%~25 g, KH 131 g berupa makan lunak Vol E P L KH Vol E P L KH
lauk cincang DJ RG (natrium 2000 mg ~5 g garam) Makan 1100 38 30 170 Makan lunak 1300 38 36 119
porsi terbagi 4x makan. lunak diet jantung,
Vol E P L KH diet minum 1200
Makan 900 38 25 131 jantung Total 1200 1300 38 36 119
lunak minum 1200 Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3
diet Total 1200 1100 38 25 170
jantung Saran suplementasi: Monitoring :
minum 1200 Vitamin B komplek 3 x 1, asam folat 1 x 0,5 mg, Tanda vital, klinis, Elektrolit, fx hati, fungsi ginjal,
Total 1200 900 38 25 131 koenzim Q10 150 mg, omega3 1000 mg analisis+ toleransi asupan per hari, Imbang cairan
Saran suplementasi: perhari
Vitamin B komplek 3 x 1, asam folat 1 x 0,5 mg, Monitoring :
koenzim Q10 150 mg, omega3 1000 mg Tanda vital, klinis, Elektrolit, fx hati, fungsi ginjal,
analisis+ toleransi asupan per hari, Imbang cairan
Monitoring : perhari
Tanda vital, klinis, Elektrolit, fx hati, fungsi ginjal,
analisis+ toleransi asupan per hari, Imbang cairan
perhari
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
76
(Lanjutan)
H3 H3
S Sesak berkurang, batuk berkurang, demam (-), Sesak berkurang, batuk berkurang, demam (-),
selera makan membaik, makan habis, BAB (+) selera makan baik, makan habis
O tampak sakit sedang, CM tampak sakit sedang, CM
TD130/80 mmHg N 90 x/mnt P 20 x/mnt S afebris TD130/80 mmHg N 90 x/mnt P 30 x/mnt S afebris
Mata: Konjungtiva anemis Mata: Konjungtiva anemis
Leher: JVP 5+2 cmH2O Leher: JVP 5+2 cmH2O
cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki kasar kedua lapang cor: BJ I-II murni, pulmo: rhonki kasar kedua lapang
paru berkurang paru berkurang
abd: BU (+) N abd: BU (+) N
ekstremitas: edema pretibial+dorsum pedis bilateral ekstremitas: edema pretibial+dorsum pedis bilateral
minimal minimal
Kapasitas fungsional: ambulatory, dpt ke km mandi Kapasitas fungsional: bedridden, ps dapat makan
sendiri, ps dapat makan sendiri sendiri
Antrop: BB timbang 45 kg, LLA tetap IMT 16,5
Laboratorium : kg/m2
Hb 10 mg/dL, Ht = 32, Leukosit = 8.800,
Ur/Cr = 89/1,6, Na = 130 mmol/L, K 3,7 mmol/L, Cl Laboratorium :-
99 mmol/L
Analisis Asupan :
Terapi DPJP : stqa Vol E P L KH
Analisis Asupan : Makan lunak 1300 38 36 119
Vol E P L KH diet jantung,
Makan 1100 38 30 170 minum 1200
lunak diet Total 1200 1300 38 36 119
jantung Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak
minum 1200 ikan (omega3 1000 mg)
Total 1200 1100 38 25 170
Vit B kompleks 3x1, asam folat 1 x 1, kapsul minyak Imbang Cairan :
ikan (omega3 1000 mg)
Input 1200mL
Output 1600 mL
BC (-) 400 mL
diuresis 1 ml/kgBB/jam
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
77
(Lanjutan)
Imbang Cairan :
Input 1200mL
Output 1750 mL
BC (-) 550 mL
diuresis 1.1 ml/kgBB/jam
A CHF NYHA III-IV ec HHD, HT gr 2 terkontrol, CAP CHF NYHA III-IV ec HHD, HT gr 2 tidak terkontrol,
perbaikan, AKI dd/CKD, anemia, peningkatan enzim CAP perbaikan, AKI dd/CKD, anemia, peningkatan
transaminase, hiponatremia, malnutrisi ringan enzim transaminase, hiponatremia, malnutrisi
sedang
P 1300 kkal P 38 g, L 36 g, KH 119 g berupa makan 1300 kkal P 38 g, L 36 g, KH 119 g berupa makan
lunak lauk cincang DJ RG (~5 g garam) porsi lunak lauk cincang DJ RG (~5 g garam) porsi
terbagi 4-5x makan. terbagi 4-5x makan.
Vol E P L KH Vol E P L KH
Makan lunak 1300 38 36 119 Makan lunak 1500 38 50 224
diet jantung diet jantung
minum 1200 minum 1200
Total 1200 1300 38 36 119 Total 1200 1500 38 50 224
Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3 Suplementasi B kompleks, as folat, omega 3
Monitoring : Monitoring :
Tanda vital, klinis, Elektrolit, fx hati, fungsi ginjal, Tanda vital, klinis, Elektrolit, fx hati, fungsi ginjal,
analisis+ toleransi asupan per hari, Imbang cairan analisis+ toleransi asupan per hari, Imbang cairan
perhari perhari
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013
78
1
AHA
2
2
(RM.Expose, 2006).
3
(Riskesdas, 2007).
4
(Sani, 2007 dalam Ihdaniyati , 2008).
Universitas Indonesia
Tata laksana ..., Wiji Lestari, FK UI, 2013