Anda di halaman 1dari 8

Bioteknologi 3 (2): 42-49, Nopember 2006, ISSN: 0216-6887, DOI: 10.

13057/biotek/c030202

Pengolahan limbah domestik dengan aerasi dan


penambahan bakteri Pseudomonas putida
Domestic wastewater treatment with aeration and
addition of Pseudomonas putida bacteria

MUHAMMAD EKO WIBOWO ROMAYANTO, WIRYANTO♥,


SAJIDAN

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126. Ps.
Ilmu Lingkungan PPS Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126.

Diterima: 3 Januari 2006. Disetujui: 22 Maret 2006.

ABSTRACT

The research was conducted to recognize the quality of domestic wastewater in the
Kedung Tungkul Domestic Wastewater Installation Processor (Kedung Tungkul
DWIP) and to recognize the effect of aeration and Pseudomonas putida addition. The
analysis of this research based on the enhancement of wastewater quality by using the
indicator of pH, BOD, TSS, oil and fat judged against the quality standard of
domestic wastewater according to The Resolution of The Ministry of State of
Environment Affairs by means of License Number 112 in the year of 2003. In
conducting the research, the value of pH, TSS, BOD, oil and fat analyzed from the
influent and effluent of Kedung Tungkul DWIP. Then the influent of Kedung
Tungkul DWIP was treated in laboratory by aeration and Pseudomonas putida
addition. The aims of the treatment were to improve the quality of domestic
wastewater than accomplished to the standard quality. Each parameter was analyzed
by using T test to recognize the difference of influent and effluent in the Kedung
Tungkul DWIP, two ways Analysis of Varian (ANOVA) and Duncan Multiple Range
Test (DMRT) to recognize the best treatment in the laboratory. Then, the data was
matched up to the quality standard of domestic wastewater according to The
Resolution of the Ministry of State of Environment Affairs. The results of the research
showed that the influent and effluent of Kedung Tungkul DWIP have no differences
♥ Alamat korespondensi:
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126
on the value of pH and TSS. For the meantime there were differences between the
Tel. & Fax.: +62-271-663375. e- values of BOD, oil, and fat. Compared to the quality standard of domestic wastewater,
mail: biology@mipa.uns.ac.id the values of pH (17,33% increase) and BOD (71,48% decrease) have accomplished
the standard quality while the value of TSS (22,09% decrease), oil and fat (45,99%
decrease) have not accomplished yet. The result of value measurement of the
treatment in laboratory showed that there was no difference on the value of pH and
has accomplished the standard quality for all treatment, temporarily there were
differences on the values of BOD, TSS, oil and fat. For BOD, oil and fat parameter,
the best treatment was on A Bioreactor (aerated by 2 l/minute oxygen about 216 hours
with 1010 cell/ml Pseudomonas putida bacteria addition about 1000 ml in 10 l domestic
wastewater) reached 89,19% decrease for BOD and 93,18% for oil and fat. For TSS
parameter, the best treatment was on B Bioreactor (aerated by 2 l/minute oxygen
about 216 hours with 1010 cell/ml Pseudomonas putida bacteria addition about 500 ml
in 10 l domestic wastewater) reached 90,77% decrease. Compared to the quality
standard of domestic wastewater, the values of pH, BOD, and TSS have accomplished
the standard quality, while the values of oil and fat have not accomplished yet.

Keywords: domestic wastewater, aeration, Pseudomonas putida, standard


quality, pH, BOD, TSS, oil, fat.
WIBOWO dkk. –Bakteri halofilik pada ikan asin 43

PENDAHULUAN Pembuatan 2 bioreaktor (A dan B) dengan


kekuatan aerasi 2 l/menit dan 1 bioreaktor tanpa aerasi
Limbah domestik merupakan limbah yang sebagai kontrol (C).
dihasilkan paling banyak tiap hari oleh berbagai Pengambilan sampel influent dan effluent IPAL
aktivitas rumah tangga, oleh karena itu permasalahan Kedung Tungkul Mojosongo untuk pengukuran
ini tidak dapat diabaikan. Limbah domestik kualitas air limbah untuk diukur pH, BOD, TSS,
memerlukan penanganan yang serius. Mikroorganisme minyak dan lemak di laboratorium, sampel diambil
secara alami mampu mendegra-dasi bahan-bahan selama 6 hari dan diukur secara duplo (2 ulangan
organik yang ada pada limbah domestik sehingga untuk setiap parameter).
dapat meningkatkan kualitas limbah domestik. Pengambilan sampel influent untuk eksperimen /
Sebagai alternatif pengolahan air limbah domestik perlakuan.
dengan menggunakan mikroorganisme, dilakukanlah Perlakuan terhadap sampel influent dengan waktu
penelitan ini, yaitu dengan menambahkan bakteri aerasi 0, 8, 16, 24, 48, 72, 144, 216 jam untuk
Pseudomonas putida pada limbah domestik, untuk Bioreaktor A dan B, dengan penambahan bakteri
meningkat-kan pertumbuhan bakteri, limbah domestik Psudomonas putida 1000 ml untuk Bioreaktor A, 500
disuplai oksigen dengan aerator, karena Pseudo-mobas ml untuk Bioreaktor B, dan 0 ml untuk Kontol C.
putida termasuk bakteri aerob. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui kualitas limbah IPAL Pengukuran Parameter pH, BOD, TSS, minyak
Kedung Tungkul serta untuk mengetahui pengaruh dan lemak hasil perlakuan pada Bioreaktor A,
aerasi dan penambahan bakteri Pseudomonas putida Bioreaktor B dan Kontrol C dilakukan pada jam ke-0,
dalam pengolahan limbah domestik dengan indikator 8, 16, 24, 48, 72, 144 dan 216 diukur secara duplo (2
pH, BOD, TSS, minyak dan lemak berdasarkan baku ulangan untuk setiap parameter).
mutu air limbah domestik menurut Kep. Men. Neg.
Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003.
Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan dua ulangan.
BAHAN DAN METODE Analisis kualitas air dalam penelitian ini dibandingkan
Waktu dan Tempat dengan standar baku mutu air limbah domestik (Kep.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2005 Men. Neg. LH Nomor 112 tahun 2003). Analisis
hingga November 2005. Penelitian dilakukan di statistik yang digunakan adalah T test untuk
lapangan (IPAL Kedung Tungkul Mojosongo) dan di mengetahui perbedaan antara influent dan effluent
laboratorium (UPT Laboratium Pusat MIPA IPAL Kedung Tungkul, Analisis Varian (ANOVA) 2
Universitas Sebelas Maret Surakarta Sub Lab Biologi arah dan
dan Sub Lab Kimia). Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
signifikansi 5% untuk mengetahui perlakuan yang
paling signifikan terhadap perbaikan kualitas limbah
Bahan dan Alat domestik IPAL Kedung Tungkul. Analisis statistik
Bahan utama penelitian ini adalah limbah domestik menggunakan program SPSS 11.
IPAL Kedung Tungkul Mojosongo dan bakteri
Pseudomonas putida dengan bahan-bahan pendukung HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk medium bakteri serta menganalisa pH, BOD, Kualitas Air Limbah IPAL Kedung Tungkul
TSS, minyak dan lemak. Alat-alat yang digunakan Analisis data hasil pengukuran parameter air
selama penelitian adalah seperangkat alat penyiapan limbah domestik pada influent dan effluent IPAL
bakteri, seperangkat alat bioreaktor, LoFlow, Kedung Tungkul Mojosongo dapat disajikan pada
seperangkat alat pengambilan sampel, seperangkat alat tabel 1.
pengukur pH, seperangkat alat pengukur BOD, Berdasarkan data pada tabel di atas, parameter
seperangkat alat pengukur TSS serta seperangkat alat yang memenuhi baku mutu adalah pH dan BOD,
pengukur kadar minyak dan lemak. untuk TSS serta minyak dan lemak tidak memenuhi
baku mutu. Dan hasil T test pada parameter pH, BOD,
TSS, minyak dan lemak kaitannya dengan peran IPAL
Cara Kerja Kedung Tungkul dalam upaya memperbaiki kualitas
Penyiapan bakteri Pseudomonas putida dengan air limbah menunjukkan adanya perbedaan yang
jumlah + 1010 se/ml sebanyak 1000 ml (A) dan 500 ml signifikan untuk parameter BOD serta minyak
(B).
44 Bioteknologi 3 (2): 42-49, Nopember 2006

Tabel 1. Analisis hasil pemeriksan parameter air limbah domestik pada influent dan effluent IPAL Kedung Tungkul
Mojosongo

Nilai Parameter
No Waktu Sampel
pH BOD(mg/l) TSS(mg/l) ML(mg/l)
Influent 7,328 136,930 558,33 376,50
Rata-rata
Effluent 8,640 39,050 435,00 203,33
Persentase perubahan (%) 17,87 71,48 22,09 45,99
Hasil T test Tidak beda nyata Beda nyata Tidak beda nyata Beda nyata
Baku Mutu Memenuhi Memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi
Baku Mutu Air Limbah Domestik
(KepMenNegLH Nomor 112 Tahun 6-9 100 mg/l 100 mg/l 10 mg/l
2003)

dan lemak sedangkan untuk pH dan TSS tidak ada Proses dekomposisi secara aerobik terus berlangsung
perbedaan yang signifikan antara influent dan effluent. sepanjang kandungan oksigen terlarut (Dissolved
Meskipun terdapat perbedaan yang signifikan pada Oxygen) masih ada dalam air limbah hingga mencapai
parameter minyak dan lemak akan tetapi hasilnya nol yang mengakibatkan mikroorganisme aerobik
belum memenuhi baku mutu, sebaliknya pada pH mati. Selanjutnya proses dekomposisi diambil alih
meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan akan tugasnya dengan proses anaerobik. Proses
tetapi sudah memenuhi baku mutu. Hasil ini dekomposisi anaerobik berlangsung sebagai
menunjukkan bahwa IPAL Kedung Tungkul kelanjutan proses aerobik untuk mendekompoisisikan
mempunyai peran dalam perbaikan BOD dan tidak bahan organik yang masih ada dalam air limbah
berperan dalam perubahan pH, TSS serta minyak dan domestik dengan bantuan mikroorganisme anaerobik.
lemak.
Perubahan pH (pH turun) terjadi pada saat
pengolahan air limbah domestik baik aerobik maupun Perubahan TSS (TSS turun) antara influent dan
anaerobik yang menghasilkan asam-asam seperti effluent IPAL Kedung Tungkul tidak signifikan, hal
HNO3, H2SO4, H3PO4 (proses aerobik) maupun H2S ini terjadi karena dalam air limbah domestik di lokasi
(proses anaerobik), namun karena adanya sisa bahan penelitian sangat sedikit padatan yang dapat
pembersih dalam air limbah domestik seperti deterjen, mengendap secara gravitasi, sedikitnya padatan yang
sabun, sampo dan bahan pembersih lainnya yang mengendap secara gravitasi bukan dikarenakan oleh
bersifat alkalis menjadikan air limbah domestik waktu yang pengolahan limbah pada IPAL Kedung
dengan pH dibawah 7 menjadi dalam keadaan netral Tungkul selama 9 hari tidak cukup, namun lebih
kembali, bahkan naik mencapai pH lebih dari 8 karena disebabkan oleh sifat padatan yang terkandung dalam
adanya bahan-bahan yang bersifat basa, tetapi air limbah domestik tidak dapat mengendap secara
kenaikan tersebut masih dibawah 9, karena disisi lain gravitasi meskipun waktu yang dibutuhkan untuk
bakteri-bakteri aerobik dalam proses degradasi proses pengendapan cukup tersedia dibandingkan
menghasilkan asam organik. Bahan organik atau dengan waktu yang dibutuhkan untuk proses
substrat (unsur C, H, O, N, S, P) dalam proses aerobik pengendapan secara gravitasi yaitu 1 jam. Menurut
menghasilkan asam-asam HNO3, H2SO4, H3PO4 Karno (2004) dan Fardiaz (1992) waktu yang
sedangkan dalam proses anaerobik terjadi proses dibutuhkan untuk pengendapan TSS secara gravitasi
fermentasi yang menghasilkan gas metana (CH4) dan cukup 1 jam.
karbondioksida (CO2) serta H2S.
Perubahan ML (ML turun) yang signifikan tetapi
belum memenuhi baku mutu dimungkinkan terjadi
Perubahan BOD (BOD turun) terjadi karena proses karena sifat minyak dan lemak yang membutuhkan
dekomposisi bahan organik (substrat) yang terkandung waktu cukup lama untuk dapat didekomposisi oleh
dalam air limbah domestik berlangsung secara terus mikroorganisme. Penurunan kadar minyak dan lemak
menerus baik proses aerobik maupun anaerobik. pada effluent terjadi karena pemanfaatan minyak dan
Adanya kolam aerasi turut berperan dalam memenuhi lemak sebagai substrat oleh bakteri aerobik dan juga
oksigen terlarut pada IPAL sehingga dapat dimungkinkan karena proses
mengurangi BOD.
WIBOWO dkk. –Bakteri halofilik pada ikan asin 45

fermentasi air limbah domestik pada IPAL dengan masih memenuhi baku mutu meskipun terjadi
memanfaatkan mikrobia anaerob yang mampu kenaikan hingga 24,40% pada jam ke-216. Pada
menghasilkan enzim lipase yang dapat berperan Bioreaktor B, seluruh perlakuan menunjukkan kadar
menurunkan kadar minyak dan lemak (Cordova, pH masih memenuhi baku mutu meskipun terjadi
2000). kenaikan hingga 24,77% pada jam ke-216. Pada
Kontrol C, seluruh perlakuan menunjukkan kadar pH
Pengolahan Limbah Domestik dengan Aerasi dan masih memenuhi baku mutu meskipun terjadi
Penambahan Bakteri Pseudomonas putida kenaikan hingga 19,57% pada jam ke-216.
Hasil pengukuran parameter-parameter pH, BOD,
TSS, Minyak dan Lemak secara duplo dan setelah Berdasarkan analisis statistik ANOVA dua arah
dirata-rata dapat disajikan pada tabel 2. dengan taraf signifkansi 5% dihasilkan bahwa
penambahan bakteri dan lama waktu aerasi
Pengaruh perlakuan terhadap parameter pH berpengaruh signifikan terhadap perubahan parameter
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk pH, sedangkan kombinasi antara penambahan bakteri
parameter pH dalam eksperimen untuk semua variasi dan lama aerasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
dapat memenuhi baku mutu air limbah domestik. Pada perubahan parameter pH.
Bioreaktor A, seluruh perlakuan menunjukkan kadar
pH

Tabel 2. Analisis hasil pemeriksan parameter-parameter air limbah domestik pada perlakuan dengan berbagai waktu variasi
aerasi dan jumlah bakteri.

Nilai Parameter
pH BOD(mg/l) TSS(mg/l) ML(mg/l)
Variasi (jml Pp-waktu Aerasi)
a cdef gh f
P10T0 6,925 174,250 650 880
a ef j de
(10%)

P10T8 P10T24
7,040
7,785de
231,160
206,815 ef
1010
570efg
490
340 c

ab ef hi cd
P10T16 7,250 214,025 750 400
A

defgh def ef ab
P10T48 8,050 191,430 480 180
Biorea
ktor

efgh ab a a
P10T216 8,615i a
18,830 80a a
60

P10T72 8,165 77,650 170 150


ghi ab a a
P10T144 8,305 67,210 110 140

Persentase perubahan (%) 24,77 86.09 90,77 92,05


a cdef gh f
P5T0 6,925 174,250 650 880
ab ef hi e
P5T8 7,305 234,660 750 710
bc bcd fgh e
P5T16 7,415 128,650 620 710
B (5%)

defg bc cd
P5T24 7,995 114,810 520efg 430
fgh bc cd c
P5T48 8,195 105,425 330 340
Biorea
ktor

fgh ab a a
P5T216 8,640i a
24,230 60a a
70

P5T72 8,225 68,400 160 120


hi a a a
P5T144 8,400 24,450 100 110

Persentase perubahan (%) 24,77 86.09 90,77 92,05


a cdef gh f
P0T0 (jam ke-0) 6,925 174,250 650 880
a cde i d
P0T0 (jam ke-8) 6,915 160,100 830 530
a bcd gh c
P0T0 (jam ke-16) 7,020 122,825 630 330
(0%)

cd ab efg bc
P0T0 (jam ke-24) 7,690 82,660 510 310
def ab de a
P0T0 (jam ke-48) 7,880 76,000 430 170
C

defg ab de a
Kontro

P0T0 (jam ke-72) 7,985 69,830 430 130


l

P0T0 ( jam ke-216 ) 8,280ghi ab


60,250 180 ab 110 a

defgh ab bc a
P0T0 (jam ke-144) 8,070 69,650 230 120

Persentase perubahan (%) 19,57 65,42 72,31 87,50


Baku Mutu 6-9 100 mg/l 100 mg/l 10 mg/l
10
Keterangan : Bioreaktor A = Pseudomonas putida dalam 1 l medium NB (10 sel/ml); Bioreaktor B = Pseudomonas putida
10 a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,
dalam 1/2 l medium NB (10 sel/ml); Kontrol C = tanpa penambahan Pseudomonas putida; : rerata diikuti
superkrip yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata (alpha = 0,05) pada DMRT
46 Bioteknologi 3 (2): 42-49, Nopember 2006

Grafik perubahan pH pada perlakuan Grafik perubahan BOD pada perlakuan

10
9
8 250

Nilai BOD (mg/l)


7 200 Bioreaktor A
Nilai Ph

6 Boreaktor A
150
5
Bioreaktor B Bioreaktor B
4 100
3 Kontrol C
50 Kontrol C
2
1 0
0 0 8 16 24 48 72 144 216
0 8 16 24 48 72 144 216 Waktu (jam)
Waktu (jam)

Gambar 1. Grafik perubahan pH pada perlakuan Gambar 2. Perubahan BOD pada perlakuan

Gambar 1. menunjukkan peningkatan pH dari Gambar 2 menunjukkan penurunan BOD,


waktu ke waktu, kenaikan kadar pH dapat terjadi penguraian bahan organik adalah proses alami yang
karena proses peruraian bahan organik yang dilakukan oleh bakteri aerob. Proses ini dapat terjadi
terkandung dalam limbah oleh bakteri menghasilkan jika air mengandung oksigen yang cukup. Nilai BOD
gas karbondioksida (CO2), air dan amoniak (NH3) merupakan jumlah oksigen yang digunakan oleh
akan tetapi kenaikan pH limbah masih dapat bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik
dikendalikan oleh aktivitas bakteri. Menurut yang terlarut dan sebagian zat organik yang
Pramudya (2001) organisme yang merombak bahan tersuspensi dalam air limbah. Penurunan nilai BOD
organik akan menyesuaikan diri pada kisaran pH 6,5- terjadi karena adanya menurunya jumlah bahan
8,3. Ewies, et.al. (1998) menambahkan bahwa organik dan menurunnya jumlah bakteri yang
pertumbuhan hampir semua mikroorganisme sangat menguraikan bahan organik dalam limbah menjadi
tinggi pada pH antara 6-8 dan hampir semua bakteri CO2 dan amoniak karena kekurangan bahan organik
menyukai kondisi netral, karena kondisi asam yang sebagai sumber substrat. Menurut Mahida (1984)
kuat atau alkali dapat menghambat aktivitas mikro- hancurnya bahan organik menjadi CO2 dan amoniak
organisme. oleh aktivitas bakteri yang terjadi pada tahap awal
akan mengakibatkan penurunan nilai oksigen terlarut,
sehingga nilai BOD tinggi. Adanya aktivitas bakteri
Pengaruh perlakuan terhadap parameter BOD terus menerus menyebabkan kadar oksigen terlarut
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk berkurang hingga mencapai tingkat paling rendah.
parameter BOD pada perlakuan, yang dapat Menurunnya populasi bakteri karena penurunan
memenuhi baku mutu air limbah domestik adalah oksigen terlarut dalam air limbah mengakibatkan
Bioreaktor A pada jam ke-72, 144 dan 216, Bioreaktor penurunan proses peruraian bahan organik yang
B pada jam ke-72, 144 dan 216 dan Kontrol C pada ditunjukkan dengan penurunan BOD. Menurut Razif
jam ke 24, 48, 72, 144 dan 216. (2001) pengolahan dengan menggunakan bakteri
Pada Bioreaktor A, kadar BOD pada jam ke-8, 16, aerobik yang diberi aerasi bertujuan untuk
48 mengalami kenaikan, akan tetapi mulai jam ke-72 menurunkan karbon organik atau nitrogen organik.
turun dan semakin turun sampai 89,19% pada jam ke- Dalam hal menurunkan karbon organik, bakteri yang
216 sehingga memenuhi baku mutu. Pada Bioreaktor berperan adalah heterotrophic. Sumber energi berasal
B, kadar BOD pada jam ke-8 mengalami kenaikan, dari oksidasi senyawa organik dan sumber karbon
akan tetapi mulai jam ke-16 turun sampai 86,09% dan adalah karbon organik. BOD dipakai sebagai ukuran
semakin turun pada jam ke-216 sehingga memenuhi atau satuan yang menyatakan konsentrasi karbon
baku mutu. Pada Kontrol C, kadar BOD turun mulai organik. Bahan organik dalam air limbah diuraikan
jam ke-8 dan semakin turun sampai 65,42% pada jam oleh mikroorganisme menjadi karbondioksida, amonia
ke-216 sehingga memenuhi baku mutu. dan untuk pembentukan sel baru serta hasil lain yang
berupa lumpur (sludge). Bakteri juga perlu respirasi
Berdasarkan analisis statistik ANOVA dua arah dan melakukan sintesa untuk kelangsungan hidupnya.
dengan taraf signifkansi 5 % dihasilkan bahwa Menurut Winarno dan
penambahan bakteri, lama aerasi serta kombinasi
antara penambahan bakteri dan lama aerasi
berpengaruh signifikan terhadap perubahan parameter
BOD.
WIBOWO dkk. –Bakteri halofilik pada ikan asin 47

Fardiaz (1974) berkurangnya oksigen pada umumnya limbah telah diuraikan oleh bakteri pendegradasi
digunakan untuk oksidasi bahan organik, sintesa sel limbah dan menghasilkan senyawa yang dapat
dan oksidasi sel dari mikroorganisme. Secara digunakan untuk pertumbuhan bakteri. TSS adalah
sederhana reaksi-reaksi yang mengkonsumsi oksigen padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
adalah sebagai berikut : terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan
ini terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun
Oksidasi bahan organik : beratnya lebih kecil dari sedimen, seperti bahan
(CH2O)n + nO2  nCO2 + nH2O + panas organik yang terkandung dalam air limbah. Semakin
Sintesa sel : banyak bahan organik yang terurai oleh aktivitas
(CH2O)n + NH3 + O2  Sel + CO2 + H2O + panas bakteri maka kualitas limbah domestik semakin baik.

Oksidasi sel :
Sel + O2  CO2 + H2O + NH3 + panas Pengaruh perlakuan terhadap parameter ML
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa untuk
Pengaruh perlakuan terhadap parameter TSS parameter ML dalam eksperimen tidak ada yang dapat
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk memenuhi baku mutu air limbah domestik, meskipun
parameter TSS dalam eksperimen yang dapat terjadi penurunan kadar ML hingga 93,18% pada
memenuhi baku mutu air limbah domestik adalah Bioreaktor A, 92,05% pada Bioreaktor B dan 87,50%
Bioreaktor A pada jam ke- 216, Bioreaktor B pada jam pada Kontrol C.
ke-216, sedangkan pada Kontrol C tidak ada yang Pada Bioreaktor A, ML pada jam ke-216 turun
memenuhi baku mutu. hingga 93,18% akan tetapi belum memenuhi baku
Pada Bioreaktor A, TSS pada jam ke-8 dan 16 mutu. Pada bioreaktor B, ML pada jam ke-216 turun
mengalami kenaikan, akan tetapi turun mulai jam ke- hingga 92,05% akan tetapi belum memenuhi baku
24 dan semakin turun hingga 87,69% pada jam ke-216 mutu. Pada Kontrol C, ML pada jam ke-216 turun
sehingga memenuhi baku mutu. Pada bioreaktor B, hingga 72,31% akan tetapi belum memenuhi baku
TSS pada jam ke-8 mengalami kenaikan, akan tetapi mutu.
mulai jam ke-16 turun dan semakin turun sampai Berdasarkan analisis statistik ANOVA dua arah
90,77% pada jam ke-216 sehingga memenuhi baku dengan taraf signifkansi 5 % dihasilkan bahwa
mutu. Pada Kontrol C, TSS pada jam ke-8 mengalami penambahan bakteri, lama aerasi serta kombinasi
kenaikan, akan tetapi mulai jam ke-16 turun dan antara penambahan bakteri dan lama aerasi
semakin turun pada jam ke-216 sampai 90,77% berpengaruh signifikan terhadap perubahan parameter
sehingga memenuhi baku mutu. ML.

Berdasarkan analisis statistik ANOVA dua arah Grafik perubahan ML pada perlakuan
dengan taraf signifkansi 5 % dihasilkan
1000
bahwa penambahan bakteri, lama aerasi serta
800
Nilai ML (mg/l)

kombinasi antara penambahan bakteri dan lama aerasi 600


Bioreaktor A
Bioreaktor B
berpengaruh signifikan terhadap perubahan parameter 400 Kontrol C
TSS. 200

0
0 8 16 24 48 72 144 216
Grafik perubahan TSS pada perlakuan
Waktu (jam)

1200
1000
Nilai TSS (mg/l)

Gambar 4. Perubahan ML pada perlakuan


800 Bioreaktor A
600
Bioreaktor B
400 Gambar 4 menunjukkan penurunan kadar minyak
Kontrol C
200 dan lemak, penurunan kadar minyak dan lemak terjadi
0 karena pemanfaatan minyak dan lemak sebagai
0 8 16 24 48 72 144 216
Waktu (jam)
substrat oleh bakteri aerobik dan juga dimungkinkan
karena proses fermentasi (anaerob) air limbah
domestik pada
Gambar 3. Perubahan TSS pada perlakuan
IPAL dengan memanfaatkan mikrobia anaerob yang
Gambar 3 menunjukkan penurunan kadar TSS, mampu menghasilkan enzim lipase yang dapat
penurunan nilai TSS dapat terjadi karena bahan-bahan berperan menurunkan kadar minyak dan lemak
organik yang terkandung dalam (Cordova, 2000). Dari hasil penelitian
48 Bioteknologi 3 (2): 42-49, Nopember 2006

Priyani dkk. (2002), didapatkan bahwa Pseudomonas dengan persentase penurunan hingga 89,19% dan
sp banyak ditemukan pada limbah cair Pabrik Kelapa dapat memenuhi baku mutu. Untuk parameter TSS,
Sawit di Medan. Pengujian terhadap aktivitas enzim perlakuan yang paling baik adalah pada Bioreaktor B
lipase ekstrasel dari spesies tersebut menunjukkan (penambahan bakteri 5%, aerasi 216 jam) dengan
bahwa enzim tersebut mampu menguraikan persentase penurunan hingga 90,77% dan dapat
trigliserida (minyak zaitun) menjadi asam lemak memenuhi baku mutu. Untuk parameter ML
bebas. Menurut Ginting (1995) pengolahan limbah perlakuan yang paling baik adalah pada Bioreaktor A
secara biologi disamping dapat menurunkan kadar (penambahan bakteri 10%, aerasi 216 jam) dengan
minyaknya, mampu menurunkan nilai BOD, COD dan persentase penurunan hingga 93,18%, tetapi belum
tidak membahayakan lingkungannya. memenuhi baku mutu.

Perbandingan kualitas pengolahan air limbah IPAL KESIMPULAN


Kedung Tungkul dengan kualitas air limbah pada
perlakuan Effluent Limbah domestik IPAL Kedung Tungkul
Data perbandingan kualitas pengolahan limbah Mojosongo berdasarkan baku mutu air limbah
domestik pada IPAL Kedung Tungkul dan kualitas domestik menurut Keputusan Menteri Negara
pengolahan air limbah pada perlakuan pada Bioreaktor Lingkungan Hidup No. 112 tahun 2003, untuk
A, Bioreaktor B dan Kontrol C jam ke-216 dapat parameter pH (peningkatan 17,33%) dan BOD
disajikan pada tabel 3. (penurunan 71,48%) memenuhi baku mutu, sedangkan
untuk parameter TSS (penurunan 22,09%) serta
Tabel 3 menunjukkan bahwa pengolahan air Minyak dan Lemak (ML, penurunan 45,99%) tidak
limbah pada perlakuan mempunyai kualitas memenuhi baku mutu. Waktu aerasi dan penambahan
pengolahan limbah domestik yang lebih baik Pseudomonas putida berpengaruh terhadap
dibandingkan dengan pengolahan limbah domestik peningkatan kualitas air limbah domestik dari IPAL
pada IPAL Kedung Tungkul. Hal ini ditunjukkan Kedung Tungkul Mojosongo. Untuk parameter pH,
dengan lebih tingginya persentase perubahan seluruh perlakuan dengan berbagai variasi yang
parameter pada perlakuan dibandingkan dengan diberikan masih memenuhi baku mutu. Untuk
pengolahan limbah domestik pada IPAL Kedung parameter BOD serta minyak dan lemak (ML),
Tungkul. Untuk parameter pH, seluruh perlakuan perlakuan yang paling baik adalah Bioreaktor A
dengan berbagai variasi yang diberikan masih (aerasi oksigen sebanyak 2 l/menit selama 216 jam
memenuhi baku mutu. Untuk parameter BOD, dengan penambahan bakteri Pseudomonas putida
perlakuan yang paling baik adalah pada Bioreaktor A berjumlah 1010 sel/ml sebanyak 1000 ml
(penambahan bakteri 10%, aerasi 216 jam)

Tabel 3. Perbandingan kualitas pengolahan air limbah IPAL Kedung Tungkul dengan kualitas pengolahan air limbah pada
perlakuan

Perlakuan (9 hari)
Parameter IPAL (+ 9 hari) Sesudah Baku Mutu
Sebelum
Influent Effluent A B C
pH 7,33 8,60 6,925 8,62 8,64 8,28 6-9
BOD(mg/l) 136,93 39,05 174,25 18,83 24,23 60,25 100 mg/l
TSS(mg/l) 558,33 435,00 650 80,00 60,00 180,00 100 mg/l
%

%
P

n
e

e
s

s
r

P
t

n
e

e
s

s
r

)
t

ML(mg/l) 376,50 203,33 880 60,00 70,00 110,00 10 mg/l


Persentase perubahan (%)
Effluent A B C
pH
ML
17,33
45,99
24,48
93,18
24,77
92,05
19,57
87,50

BOD 71,48 89,19 86,09 65,42


TSS 22,09 87,69 90,77 72,31

Keterangan : A = Bioreaktor A (penambahan bakteri 10%, aerasi 216 jam), B = Bioreaktor B (penambahan bakteri 5%, aerasi
216 jam), C = Kontrol C (tanpa penambahan bakteri, tanpa aerasi), Cetak tebal = memenuhi baku mutu Garis bawah =
persentase perubahan tertinggi
WIBOWO dkk. –Bakteri halofilik pada ikan asin 49

dalam 10 l limbah domestik) dengan persentase Ginting, P. 1995. Kontribusi Proses Aerobik Pada Pengolahan
penurunan BOD mencapai 89,19% sehingga Limbah Cair Pabrik Kelapa sawit Dengan Sistem Kolam.
Tesis. Pasca Sarjana USU. Medan.
memenuhi baku mutu dan 93,18% penurunan ML Gumbira, S. dan Fauzi, M. A. 1996. “Bioremediasi dengan
tetapi belum memenuhi baku mutu. Untuk parameter Mikroorganisme”. Disampaikan dalam Prosiding Pelatihan
TSS, perlakuan yang paling baik adalah pada dan Lokakarya : Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan
Bioreaktor B (aerasi oksigen sebanyak 2 l/menit Lingkungan Cibinong. LIPI. Bogor.
Karno. 2004. Peran Instalasi Pengolah Air Limbah Domestik
selama 216 jam dengan penambahan bakteri Dalam Upaya Memperbaiki Kualitas Air Limbah. Tesis.
Pseudomonas putida berjumlah 1010 sel/ml sebanyak Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
500 ml dalam 10 l limbah domestik) dengan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112. 2003.
persentase penurunan TSS mencapai 90,77% sehingga Baku Mutu Air Limbah Domestik. Kantor Menteri Lingkungan
memenuhi baku mutu. Hidup. Jakarta.
Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah
Industri. CV. Rajawali. Jakarta.
Priyani, N, Jamilah, dan Mizarwati. 2002. “Aktivitas Enzim Lipase
Ekstrasel Pseudomonas sp Dalam Meguraikan Minyak Limbah
DAFTAR PUSTAKA Cair Kelapa Sawit Pengaruh Konsentrasi Substrat”. Laporan
Penelitian. USU. Medan
Alaerts, G. dan Santika, S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Usaha Razif, M. 2001. “Rekayasa Konfigurasi Sistem Adsorpsi dan
Nasional. Jakarta. Biocycle untuk Pengolahan Air Limbah Domestik yang
Bowo. 2000. “Teknik Pengolahan Air Limbah Secara Biologis”. Mengandung Deterjen”. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian
Media Informasi Alumni Teknik Lingkungan Institut Teknologi KLH Lembaga Penelitian ITS. Surabaya.
Sepuluh Nopember. Surabaya. Suendra, N., Rahayu, S., Soemini dan Suprijo, T. 1991.
Cordova, J. 2000. “The World Congress on Biotechnology 11th Mikrobiologi Lingkungan. Pusat Pendidikan Kesehatan
International Biotechnology Symposium and Exhibition”. Depkes. Jakarta.
Biotechnology 2000 Vol 3 Unpublished. Berlin. Sullivan, J.A. 2004. Bacteria Divide and Multiply. (9 Januari 2004)
Ewies, J. B., Sarina J. E., Daniel P. Y. C., and Edward D. S. 1998.
Bioremediation Principles. MC Graw Hill Companies, Inc. http://www.cellsalive.com/ecoli.htm
United States. Winarno, F.G dan Fardiaz, S. 1974. Polusi dan Analisa Air.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Cetakan ke-9. Penerbit Departemen Teknologi Hasil Pertanian. FATEMETA IPB.
Kanisius. Anggota IKAPI. Yogyakarta. Bogor.
Gibson, D.T. 1984. Microbial Degradation of Organic Compound.
Marcel Dekker Inc. New York.

Anda mungkin juga menyukai