Anda di halaman 1dari 15

Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...

Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

VARIASI KOMPOSISI INPUT PROSES ANAEROBIK UNTUK PRODUKSI


BIOGAS PADA PENANGANAN LIMBAH CAIR KOPI
Variation of Input Composition of Anaerobic Process on Coffee Wastewater Treatment

Elida Novita1)*, Sri Wahyuningsih1), Hendra Andiananta Pradana1)


1)
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Jl. Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto Jember 68121
*E-mail: elida_novita.ftp@unej.ac.id

ABSTRACT

Generally, there are two methods of coffee processing beans that are the dry processing and
wet processing. The wet coffee processing will produce waste water containing organic materials.
The high contain of organic matter in coffee wastewater can be used as biogas through anaerobic
process. The biogas production from this processcould have variation of volume and composition
depends on their feeding. The purposes of this research were to find the best biogas volume would be
produced based on variation of input in batch feeding method (1) and to reduce coffee wastewater
concentration by anaerobic process (2). The researched procedures were inoculum production,
incubating adaptation and variation of batch feeding into the anaerobic reactor (4 variations). The
variation of batch feeding were (1) 1:1; (2) 3:1; (3) 3.7:0.3 for water and (4) 3.6 : 0.4 for cow dung.
The highest biogas volume and pollution load reduction were occurred in batch feeding composition
1:1. The volume of biogas production was 250 mL at day 6 and the percentage of parameters
reduction were COD 57.35% and BOD 57%. Based on this research, there were also increasing gas
volume from day 2 (95 ml) up to day 6 (250 ml) in each batch.

Keywords: anaerobic process, biogas, coffee wastewater treatment, input variation

PENDAHULUAN bahan organik yang tinggi sehingga dapat


Kopi merupakan salah satu mengganggu kehidupan organisme air jika
komoditas unggulan sektor perkebunan di dibuang langsung ke badan air. Limbah
Kabupaten Jember. Pada tahun 2014, cair pengolahan kopi memiliki nilai
produksi kopi di Jember mencapai 2.491 kandungan bahan organik BOD berkisar
ton (Dinas Pertanian dan Perkebunan antara 3.100-14.340 mg/L dan COD
Kabupaten Jember, 2015). Secara umum, sebesar 5.000-35.000 mg/L (Bruno dan
terdapat dua metode pengolahan buah kopi Oliviera, 2008). Tingginya kandungan
menjadi biji kopi yaitu pengolahan kering bahan organik pada limbah cair
dan pengolahan basah. Pengolahan basah pengolahan kopi yang diindikasikan oleh
menghasilkan biji kopi dengan mutu yang nilai COD dan BOD dapat dimanfaatkan
lebih baik (Novita, 2012), namun sebagai biogas melalui proses anaerobik.
pengolahan basah relatif tidak ramah Proses anaerobik akan memecah bahan
lingkungan. Pengolahan basah organik menjadi senyawa yang relatif
3
membutuhkan air sebesar 7-9 m per ton lebih aman bagi lingkungan dengan
buah kopi yang diolah (Sariadi, 2012). penurunan nilai COD, BOD, TSS dan TDS
Menurut Kementerian Pertanian Republik sebesar 90% (Pramdono dan Susanto,
Indonesia (2012), pengolahan basah 2007) serta menghasilkan gas metan yang
membutuhkan air sebesar 10-30 m3 per ton dapat digunakan sebagai sumber energi.
buah kopi. Proses anaerobik secara umum
Limbah cair pengolahan kopi meliputi tahap hidrolisis, asidogenesis dan
memiliki tingkat keasaman yang tinggi metanogenesis. Hidrolisis adalah proses
sehingga bersifat korosif. Selain itu limbah pemecahan molekul yang berukuran besar
cair pengolahan kopi memiliki kandungan dan kompleks terlarut dan tak terlarut

43
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

menjadi molekul yang berukuran lebih alumunium, timbangan digital ohaus,


kecil. penggaris, oven merk memmert, pH meter
Asidogenesis adalah tahap Calibration Check HI 223, pH meter
fermentasi dan oksidasi anaerobik yang merek Senz, turbiditimeter TN-N 100,
merubah produk akhir hidrolisis menjadi reaktor COD HI 839800 merk Hanna,
karbon organikhidrogen dan spketrofotometer HI 83099 merk
karbondioksida. Produk akhir tahap Hanna,CO2 meter GCH-2018 merk Lutron,
asidogenesis adalah asam asetat dan rantai pipet, kuvet digester 1 dan digester 2.
asam lemak yang tidak terpecah pada Bahan-bahan utama yang digunakan antara
tahap fermentasi. Tahap berikutnya adalah lain limbah cair pengolahan kopi, kotoran
tahap metanogenesis. Pada tahap ini terjadi sapi, aquadest, NaOH 1 N dan 0,1 N,
pembentukan produk utama proses H2SO4 20 N, mangan sulfat 40%, alkali
anaerobik yaitu fermentasi hasil proses iodida azida,reagent COD HR (High
asidogenesis berupa asam asetat menjadi Range) HI 93754 C-5, Na2S2O3 0,025 N,
metana dan karbondioksida. Asam asetat indikator amilum 0,05 N, reagen N HI
merupakan sumber utama penghasil biogas 93728-01 dan K2Cr2O7 2 N.
yang diproduksi dalam tangki anaerobik.
Adapun bakteri yang berperan adalah Tahapan Penelitian
bakteri asetoklastik (Wahyuni, 2013). Pada Pembuatan desain digester
tahap ini juga terjadi reaksi pembentukan Desain digester berkaitan dengan
metana dan air dari karbondioksida dan konsep inkubasi. Penelitian ini
hidrogen oleh bakteri pembentuk metana menggunakan starter dari kotoran sapi
(Hydrogenophilic methanogens). yang banyak mengandung bakteri
Volume gas metan yang dihasilkan metanogen. Metode batch cenderung
pada proses anaerobik dapat ditentukan efektif untuk pembuatan starter sehingga
oleh karakteristik starter, konsentrasi, dan penelitian ini menggunakan dua buah
komposisi umpan yang diberikan. Metode digester. Digester 1 untuk penumbuhan
pengisian umpan pada reaktor dapat starter dan digester 2 untuk inkubasi
dilakukan dengan batch feeding. Menurut adaptasi serta penerapan metode batch
Utomo et al. (2014), pemberian umpan feeding. Komponen fungsional pada alat
atau feeding dengan konsentrasi (beban) digester 1 yaitu saluran input, saluran
yang berbeda akan menghasilkan produksi outlet, saluran gas, penampung gas, dan
biogas yang berbeda pula. Tujuan dari saluran uji bakar. Komponen fungsional
penelitian yang dilakukan yaitu digester 2 meliputi inlet, saluran gas,
menjelaskan pengaruh variasi volume dan penutup bagian atas silinder, penampung
konsentrasi input limbah cair pengolahan gas dan outlet. Desain digester dapat diihat
kopi terhadap pola produksi biogas secara pada Gambar 1.
batch feeding dan mengetahui penurunan
tingkat pencemaran limbah cair Pembuatan starter
pengolahan kopi. Pembuatan starter berasal dari
campuran kultur bakteri metanogen
METODE PENELITIAN kotoran sapi. Berikut ini merupakan
penjelasan dari pembuatan starter.
Alat dan Bahan a) Pembuatan starter pada tahap pertama
Alat yang digunakan dalam dilakukan dengan perbandingan
penelitian ini yaitu jirigen air, corong kaca kotoran sapi dan air sebesar 1:1.
merk Herman 50 mm, labu ukur 100 ml b) Tahapan pembuatan starter meliputi:
dan 500 ml merek Pyrex,beakerglassmerk 1. Menyiapkan 5 liter kotoran sapi dan
Pyrex 100 mL dan 500 mL, cawan 5 liter air;

44
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

2. Melakukan pencampuran dan Tabel 1. Penetralan pH starter dan limbah cair


pengadukan kotoran sapi dan air; pengolahan kopi
3. Memasukkan 10 liter campuran Volume
tersebut ke digester 1 dan Volume pH NaOH Penetralan
Objek
melakukan inkubasi selama 28 hari. (mL) Awal 0,1 N pH
(mL)
Starter 100 5,9 8 7,1
(kotoran
sapi)
Inlet
Limbah 100 5,2 15 7,1
cair kopi

Inkubasi adaptasi
Penampung
Biogas Inkubasi adaptasi dilakukan dengan
Saluran Uji
Bakar
pemindahan starter dari digester 1 ke
digester 2.Selanjutnya ditambahkan
Outlet
limbah cair pengolahan kopi.Limbah cair
Digester pengolahan kopi yang sudah diukur
karakteristik awal limbahnya,
diformulasikan dengan starterdengan
(a)
perbandingan 1:1. Volume biomassa
Penampung
sebesar 4 liter (2 liter starter dari kotoran
Biogas Manometer
sapi : 2 liter limbah cair pengolahan kopi).
Inlet
Saluran
Inkubasi dilakukan selama 9 hari.Hasil
Biogas
fermentasi pada tahap ini adalah slurry
yang siap diberikan feeding.

Pengukuran parameter kualitas limbah


Digester
cair pengolahan kopi
Water Trap
Pengukuran parameter awal limbah
31,85

cair kopi meliputi suhu, pH, COD, BOD,


Outlet
C dan N. Pengukuran parameter harian
selama 35 hari yaitu suhu dan pH
sedangkan parameter yang diukur awal-
(b) akhir di setiap batch feeding yaitu COD,
BOD, C dan N. Berikut ini merupakan
Gambar 1. Desain digester tiga dimensi (a) metode pengukuran parameter tersebut.
digester 1, (b) digester 2
a) Pengukuran pH dilakukan
Penetralan pH menggunakan pH meter setiap hari
Penetralan kondisi keasaman atau selama 35 hari inkubasi limbah cair
pH dilakukan agar bakteri metanogen pengolahan kopi.
dapat hidup pada lingkungan yang sesuai. b) Pengukuran suhu dilakukan
Penetralan pH dilakukan dengan cara menggunakan thermometer setiap hari
melakukan penambahan NaOH 0,1 N ke selama 35 hari inkubasi limbah cair
dalam limbah cair kopi. Jumlah pengolahan kopi.
penambahan NaOH 0,1 N dihentikan c) Parameter COD diukur awal-akhir di
setelah pH limbah cair pengolahan kopi setiap batch feeding menggunakan
memiliki nilai pH netral sebesar 7,1 metode spektrofotometri. Berikut ini
(Tabel 1). langkah- langkah pengukuran COD:

45
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

1) untuk pembuatan blanko yaitu 5) larutan yang berada di dalam


ditambahkan aquades sebanyak 2 erlenmeyer siap untuk dititrasi
mL ke dalam tabung yang berisi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N;
reagent COD HR (High Range) ; 6) menambahkan indikator amilum
2) selanjutnya untuk pembuatan dan melanjutkan kembali dengan
sampel, ditambahkan limbah cair titrasi hingga warna biru hilang,
pengolahan kopi yang telah kemudian catat volume titrasi.
dinetralkan pH-nya sebanyak 2 mL
ke dalam tabung yang berisi reagent Perhitungan :
COD;
3) kedua tabung yang telah
ditambahkan masing-masing BOD5 = (D0 – D5) – (B0 – B5) (1 - P)
aquades dan limbah ditutup rapat P
dan dikocok; Keterangan:
4) setelah dikocok, dipanaskan ke BOD5 = mg O2/liter
dalam COD reaktor pada suhu a = Volume titran natrium
150oC selama 2 jam tiosulfat(ml)
5) setalah dipanaskan menggunakan N = Nilai ekivalen natrium tiosulfat
COD reaktor, kedua tabung V = Volume botol winkler (ml)
didinginkan pada suhu ruangan; D0 = Oksigen terlarut pada blanko
6) kemudian dilakukan pembacaan saat t = 0 (mg O2/L)
nilai menggunakan D5 = Oksigen terlarut pada blanko
spektrofotometer; saat t = 5 (mg O2/L)
7) pertama dilakukan pembacaan B0 = Oksigen terlarut pada sampel
untuk blanko kemudian dilanjutkan saat t = 0 (mg O2/L)
dengan sampel. B5 = Oksigen terlarut pada sampel
d) Parameter BOD diukur awal-akhir di saat t = 5 (mg O2/L)
setiap batch feeding menggunakan P = Derajat pengenceran
metode winkler. Berikut ini langkah OT = Oksigen terlarut (mg O2/L)
pengukuran BOD:
1) memasukkan sampel limbah cair
e) Parameter total N diukur awal-akhir di
kopidengan derajat pengenceran
setiap batch feeding menggunakan
0,001 dan penyiapan blanko pada
metode spektrofotometri. Berikut ini
botol winkler tanpa udara hingga
langkah - langkah pengukuran total N:
penuh;
1) Membuat blanko dengan
2) menambahkan 2 mL larutan MnSO4
menambahkan aquades sebanyak 1
40%, dan mendiamkan larutan
mL ke dalam tabung yang berisi
selama beberapa menit untuk
reagent total N;
menghomogenkan;
2) selanjutnya untuk pembuatan
3) menambahkan 2 mL alkali iodida
sampel, menambah limbah cair
azida, kemudian didiamkan hingga
pengolahan kopisebanyak 1 mL ke
muncul endapan berwarna coklat
dalam tabung yang berisi reagen;
dan memindahkan larutan ke gelas
3) kemudian kedua tabung ditutup
kimia kemudian dikocok;
rapat dan dikocok dan didinginkan
4) menambahkan 2 mL H2SO4 pekat
pada suhu ruangan;
hingga endapan larut, lalu
4) menuangkan sampel yang sudah
mengambil 100 mL dan
dinetralkan pH nya dan
memindahkan larutan ke dalam
dimasukkan ke dalam reagen serta
Erlenmeyer;

46
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

dilakukan pengocokan; hubungan antara kadar


5) memanaskan sample di dalam deret standar dengan
reaktor pada suhu 150oC selama 2 pembacaannya setelah
jam; dikurangi blanko
6) melakukan pembacaan blanko dan S = 100/mg sampel
sampel melalui spektrofotometer Fk = faktor koreksi kadar air =
f) Parameter C-Organik diukur awal- 100/(100 - % kadar air).
akhir di setiap batch feeding
menggunakan metode Walkey dab Pengukuran parameter biogas
Black. Berikut ini langkah-langkah Terdapat tiga parameter pengukuran
pengukuran C-Organik: biogas yaitu volume dan komposisi biogas
1) Menyiapkan larutan pereaksi serta perhitungan nilai C/N. Berikut ini
K2Cr2O72 N yaitu 19,62 g prosedur pengukurannya.
ditambah 20 mL H2SO4 dilarutkan a) Pengukuran volume gas dilakukan
dalam 200 mL air bebas ion, dengan mengukur volume biogas yang
larutan standar 5000 ppm C yaitu ditampung pada plastik penampung.
1,25 g glukosa dilarutkan ke dalam Pengukuran ini dilakukan selama 35
100 mL air bebas ion; hari. Berikut ini merupakan teknik
2) Menyiapkan sampel sebanyak 5 g pengukuran volume biogas yang
yang dimasukkan ke dalam labu dilakukan saat penelitian;
takar 100 ml; 1) menyiapkan beaker glass 500 mL
3) Melakukan penambahan berturut- dan melakukan pengisian air jernih
turut 5 ml larutan K2Cr2O7 2N, 7 hingga volume air dalam beaker
ml H2SO4 lalu dikocok dan glass mencapai 250 ml;
dibiarkan 30 menit; 2) melepaskan tali yang mengikat
4) Menyiapkan larutan standar penampung gas dengan saluran gas
sebanyak 2 mL, 4 ml, 6 mL, 8 mL, secara perlahan;
10 mL, dan 12 mL larutan standar 3) menarik penampung gas dari
250 ppm C yang dimasukkan ke saluran gas dilakukan secara
dalam labu takar 100 ml lalu pelahan kemudian ikat ujung
ditambahkan 5 ml H2SO4 dan 7 ml penampung gas secara kuat hingga
larutan K2Cr2O7 2 N; plastik penampung gas
5) Menyiapkan blanko sebagai menggembung;
standar 0 ppm C; 4) menutup saluran gas menggunakan
6) Melakukan pengenceran pada penyumbat plastik dengan segera
masing-masing larutan standar dan setelah penampung gas dilepaskan;
blanko dengan air bebas ion dan 5) memasukkan plastik penampung
setelah dingin volume ditepatkan gas ke beaker glass yang sudah
hingga 100 mL, lalu dikocok dan diisi air dengan cara menekan
dibiarkan semalam; secara pelahan menggunakan jari
7) Melakukan pengukuran keesokan hingga semua permukaan kantong
harinya dengan spektrofotometer plastik tenggelam;
pada panjang gelombang 580,5 nm. 6) melakukan pengukuran volume
biogas dilakukan dengan
Perhitungan: mengamati kenaikan muka air
pada beaker glass.
Keterangan : b) Pengukuran komposisi biogas
Ppm kurva = kadar contoh yang dilakukan dengan CO2 meter pada
didapat dari kurva regresi biogas yang dihasilkan selama 35 hari.

47
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

Hasil pengukuran ini menjadi dasar 0,3 liter limbah cair pengolahan kopi
penentuan kandungan gas lainnya pada pada hari ke 21. Inkubasi dilakukan
biogas. dari hari ke 21 hingga ke 28.
c) Pengukuran C/N dilakukan setelah e) Batch keempat memiliki perbandingan
nilai karbon dan nitrogen diketahui. starter dan biomassa sebesar 3,6:0,4.
Pengukuran tersebut dilakukan setiap Batch keempat dilakukan pengeluaran
awal penambahan feeding dan akhir slurry sejumlah 0,6 liter dan dilakukan
inkubasi setiap batch feeding. Berikut penambahan limbah cair pengolahan
ini merupakan persamaan yang kopi sejumlah 0,6 liter pada hari ke 28.
digunakan dalam menentukan nilai Inkubasi dilakukan pada hari ke 28
rasio C/N (Budiyono et al., 2013). hingga hari ke 35.

Analisis Data
Analisis data dilakukan pada hasil
Keterangan : bobot diperoleh dari pengamatan data harian, awal dan
volume total formulasi akhir.Data harian yang diamati meliputi
limbah cair pengolahan volume dan komposis biogas yang
kopi dan volume kotoran terbentuk, pH serta suhu kemudian
sapi disajikan dalam bentuk grafik dengan
sumbu x sebagai lamanya inkubasi (hari)
Tahapan proses anaerobik limbah cair dan sumbu y sebagai parameter
pengolahan kopi pengamatan harian. Pengolahan data hasil
Tahapan proses anerobik limbah cair penelitian dilakukan pada parameter awal
pengolahan kopi dengan metode batch dan akhir limbah cair pengolahan kopi
menggunakan 4 tahap batch feeding. pada setiap batch feeding yang meliputi
a) Persiapan limbah cair pengolahan kopi COD, BOD, C/N. Metode pengolahan data
yang sudah dinetralkan hingga dilakukan dengan menentukan persentase
mencapai pH 7,1. Starter disisakan penurunan tingkat parameter pencemaran
sejumlah 2 liter pada digester 2. tersebut. Berikut ini merupakan persamaan
b) Batch pertama memiliki perbandingan persentase penurunan parameter
starter dan biomassa sebesar 1:1. pencemaran limbah cair pengolahan kopi
Batch pertama dilakukan penambahan setelah dilakukan penanganan proses
2 liter limbah cair pengolahan kopi anaerobik dengan metode batch feeding.
pada hari ke 0. Inkubasi dilakukan dari Berikut ini merupakan persamaan
hari ke 0 hingga hari ke 14. persentase penurunan tingkat pencemaran.
c) Batch kedua memiliki perbandingan
starter dan biomassa sebesar 3:1.
Batch kedua dilakukan pengeluaran
slurry sejumlah 1 liter dan dilakukan
penambahan 1 liter limbah cair Keterangan:
pengolahan kopi pada hari ke 14. Eff = Persentase penurunan tingkat
Inkubasi dilakukan pada hari ke 14 pencemaran limbah (%)
hingga hari ke 21. AC = Nilai parameter awal pada
d) Batch ketiga memiliki perbandingan limbah
starter dan biomassa sebesar 3,7:0,3. AB = Nilai parameter akhir pada
Batch ketiga dilakukan pengeluaran limbah
slurry sejumlah 0,6 liter dan dilakukan
penambahan 0,3 liter kotoran sapi serta

48
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

HASIL DAN PEMBAHASAN 7,0


6,0
Pembuatan Starter di Digester 1 5,0
Bakteri metanogen merupakan 4,0

pH
mikroorganisme yang berperan dalam 3,0
pembentukan biogas. Bakteri tersebut 2,0
dapat diperoleh dengan mudah dari 1,0
fermentasi kotoran sapi. Komponen 0,0
bakteri metanogen yang berasal dari 0 5 10
kotoran sapi secara umum adalah Inkubasi (Hari)
Gambar 2. Fluktuasi pH inkubasi adaptasi
Methanosarcina dan Metahanosaeta
dengan waktu kinerja yang optimum Resistensi starter terhadap
selama 1-12 hari (Schnurer dan Jarvis, pemberian limbah cair pengolahan kopi
2010). Starter berasal dari perbandingan dapat mempercepat proses degradasi
kotoran sapi dan air sebesar 1:1 dan bahan organik karena pertumbuhan bakteri
diinkubasi selama 30 hari. Hasil penelitian metanogen mulai optimum (Sunarto et al.,
menunjukkan bahwa pada hari ke-12, 2013). Slurry hasil inkubasi adaptasi sudah
starter siap digunakan berdasarkan siap diaplikasikan untuk penanganan
indikator estimasi produksi gas yang limbah cair pengolahan kopi dengan
dihasilkan. metode batch feeding.
Inkubasi Adaptasi di Digester 2 Karakteristik Awal Limbah Cair
Starter atau efluen yang diperoleh Pengolahan Kopi
dari kotoran sapi dipindahkan ke digester Berdasarkan Tabel 2 kandungan
2. Inkubasi tahap ini merupakan bahan organik pada limbah cair
fermentasi adaptasi starter dari kotoran pengolahan kopi cukup tinggi yang
sapi dengan limbah cair pengolahan kopi diindikasikan oleh nilai COD, BOD, C dan
(Budihardjo, 2009). Tujuan tahap ini N. Oleh sebab itu, proses anaerobik
adalah penyesuaian starter dengan limbah digunakan sebagai salah satu alternatif
cair pengolahan kopi. untuk penanganan limbah cair pengolahan
Secara umum, fluktuasi nilai pH kopi.
pada Gambar 2 dipengaruhi oleh
asidifikasi dalam proses anaerobik yang Tabel 2. Karakteristik awal limbah cair pengolahan
akan menghasilkan asam-asam volatile. kopi di setiap batch feeding
Selain itu, fluktuasi pH pada inkubasi Para- BF1 BF2 BF3 BF4 Satuan
adaptasi dipengaruhi juga oleh meter
pembentukan buffer atau penyangga secara pH 5,2 4,7 4,7 4,7 -
alami pada proses asidifikasi. Menurut Suhu 25,3 25,4 30,3 23 o
C
Heegde (2010) proses tersebut optimal COD 3416,7 3972,7 3242,3 2346 mg/L
pada pH sebesar 5 sampai 6. BOD 2016 2506 786 1720 mg/L
N 201,1 205 129,4 15,6 mg/L
C 906 2310 726 1584 mg/L
C/N 7,5 7,8 12,9 46,6 -
Keterangan:
BF1 = Batch Feeding 1 BF3 = Batch Feeding 3
BF2 = Batch Feeding 2 BF3 = Batch Feeding 4

49
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

Analisis Pembentukan Biogas memiliki laju pembentukan biogas yang


Proses anaerobik memiliki dua lebih cepat dibandingkan dengan kondisi
keuntungan. Keuntungan tersebut yaitu (b-d).
menghasilkan biogas yang dapat Terdapat beberapa faktor yang
digunakan sebagai sumber energi dan mempengaruhi perbedaan pembentukan
penurunan daya cemar limbah. Hasil volume yang terbentuk yaitu kinerja dan
proses anaerobik adalah gas metan, gas jumlah mikroorganisme berkurang,
karbondioksida, hidrogen dan hidrogen ketersediaan biomassa yang semakin
sulfida. Secara umum menurut Gerlach et sedikit dan karakteristik limbah cair
al. (2013), komposisi biogas terdiri atas pengolahan kopi (Selvamurugan et al.,
50-70% gas metan, 24-45% gas 2010). Pada kondisi (a) setelah hari ke 6
karbondioksida serta 10% gas-gas lain mengalami penurunan volume biogas yang
(sulfur, nitrogen, hidrogen, uap air dan hingga hari ke-14. Kemudian pada kondisi
amoniak). Terdapat beberapa parameter (c) dilakukan penambahan limbah cair
yang diamati dalam menganalisis pengolahan kopi (untuk menambahkan
pembentukan biogas pada penelitian yang karbohidrat, protein dan lemak) dan
dilakukan yaitu volume biogas serta kotoran sapi (untuk menambah bakteri
prediksi kandungan atau komposisi biogas. decomposer). Upaya ini dilakukan untuk
memperbaharui meningkatan kinerja
Identifikasi volume biogas starter (menambah bakteri metanogen)
Biogas merupakan fluida yang dan penambahan limbah cair pengolahan
berasal dari aktivitas mikroorgansisme kopi (nutrisi) agar volume biogas yang
dalam merombak atau mendegradasi dihasilkan relatif konstan dan tinggi
bahan-bahan organik. Beberapa bakteri (Budiyono et al., 2013).
yang berperan dalam siklus pembentukan
biogas adalah bakterik hidrolitik
(hidrolisis), acid/farming bacteria dan
acetogenic bacteria (asidifikasi) serta
Methanobacterium, Methanosarcina dan
Metanococcus (Nabarlatz et al., 2013).
Karakteristik pembentukan biogas akan
dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme
dan faktor lingkungan. Kondisi tersebut
dapat dilihat dalam Gambar 3 yang
menunjukkan fluktuasi nilai volume gas
yang terbentuk.
Volume biogas yang terbentuk
mengalami peningkatan mulai hari ke 2
Gambar 3. Fluktuasi volume biogas; (a) Batch
hingga hari ke 6 pada setiap batch feeding. feeding pertama: penambahan
Berdasarkan kondisi tersebut dapat limbah cair pengolahan kopi kedua
disimpulkan bahwa kemungkinan pada (b) batch feeding kedua:
tahapan tersebut sedang terjadi waktu Penambahan limbah cair pengolahan
generasi dan dilanjutkan dengan kondisi kopi kedua; (c) batch feeding ketiga:
penambahan limbah cair pengolahan
exponential (Pelczar dan Chan, 2008). kopi kedua dengan penambahan
Titik tertinggi volume biogas terjadi pada kotoran sapi; (d) batch fedding
hari ke 6 dengan volume biogas sebesar keempat: penambahan limbah cair
250 mL.Kondisi (b-d) volume biogas yang pengolahan kopi keempat
terbentuk tidak lebih banyak dibandingkan
pada kondisi (a-b).Selain itu kondisi (a-b)

50
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

Kondisi beban pencemaran pada Tabel 3. Produksi biogas tertinggi pada setiap
batch feeding 1 yang diindikasikan oleh batch
COD dan BOD campuran (limbah cair Parameter BF1 BF2 BF3 BF4
kopi dan starter) dengan nilai sebesar Perbandingan 1:1 3:1 3,7:0,3 3,4:0,6
11.160 mg/L dan 7.720 mg/L dengan nilai starter dan
C/N sebesar 7,5 memungkinkan siklus biomassa
pertumbuhan bakteri mengalami tahapan Waktu inkubasi 14 7 7 7
lag, exponential, stasionary dan death. (hari)
Selain itu batch feeding 1 sebelumnya COD campuran 11.160 6.867 4.372 5.074
sudah terdapat starter yang sudah (mg/L)
mengalami fase adaptasi sehingga dapat BOD campuran 4.760 4.450 3.122 2.342
mempercepat siklus hidup (mg/L)
mikroorganisme pada fase ini. Titik tertinggi 6 19 25 33
(Hari ke)
Tabel 3 menunjukkan batch feeding
Volume biogas 250 150 150 110
2 dengan perbandingan starter dan
titik tertinggi
biomassa sebesar 3:1, menghasilkan
(mL)
volume biogas tertinggi sebesar 100 ml
pada hari ke 16. Penurunan volume biogas Keterangan: COD dan BOD campuran = Nilai
pada batch feeding 2 diperkirakan karena COD dan BOD dari limbah cair kopi
dan starter
pertumbuhan bakteri metanogen
mengalami penurunan dan jumlah
Proses anaerobik pada digester 2
biomassa semakin berkurang. Kondisi
menghasilkan pola pembentukan biogas
tersebut mengakibatkan reduksi nilai C/N
tertinggi pada setiap batch feeding terjadi
relatif rendah yaitu sebesar 20,72 %. Batch
antara hari ke 5-6, dengan estimasi pada
feeding 3 dengan perbandingan starter dan
titik tersebut aktivitas bakteri mengalami
biomassa sebesar 3,7:0,3 diperkirakan
fase stationary dan dilanjutkan fase death
mengalami tahapan exponential atau
dengan indikasi penurunan produksi
waktu generasi yang cepat dengan indikasi
biogas yang cenderung curam. Pada hari
jumlah biogas yang dihasilkan meningkat
1-3 secara berurutan diestimasikan
sebesar 150 mL dan diprediksikan tanpa
aktivitas bakteri mengalami fase leght dan
disertai tahapan stationary. Ketersediaan
eksponential berdasarkan pola
subtrat yang lebih sedikit dibandingkan
pembentukan biogas pada Gambar 2.
jumlah bakteri metanogen mempengaruhi
produksi biogas (Saputra et al., 2010).
Identifikasi komposisi biogas
Batch feeding 3 memiliki tingkat
Berdasarkan penelitian terdapat
degradasi C/N tinggi sebesar 77,00%.
komposisi biogas pada semua batch
Batch feeding 4 dengan perbandingan
feeding dari digester. Komposisi biogas
starter dan biomassa sebesar 3,4:0,6
disajikan pada Tabel 4.
produksi biogas meningkat. Kemungkinan
Rata-rata dalam 4 liter starter dan
pada batch feeding 4 mengalami tahapan
limbah cair kopi dalam waktu 35 hari
exponential dan stationary. Produksi
menghasilkan komposisi biogas yang sama
biogas yang dihasilkan sebesar 100-110 ml
pada setiap batch yang terdiri atas 56,3%
dengan tingkat degradasi rasio C/N
gas metan; 34,33 % gas karbondioksida
sebesar 70,72%. Kondisi ini terjadi karena
serta 9,36% gas-gas dengan volume kecil.
konsentrasi dan kinerja bakteri metanogen
Salah satu hal yang mempengaruhi
menurun. Methanosarcina dan
pembentukan biogas adalah rasio C/N
Metahanosaeta dengan waktu kinerja yang
(Windyasmara, 2012). Nilai rasio C/N
optimum selama 1-12 hari (Schnurer dan
pada kultur limbah cair pengolahan kopi
Jarvis, 2010).

51
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

sebesar 7,5-46,1 %. Nilai N (total N) lebih bagian tengah slurry limbah cair
kecil dibandingkan dengan nilai C pengolahan kopi (Darmanto et al., 2012).
organiknya sehingga pembentukan gas
metan kurang optimal. Selain itu, kondisi Nilai C/N
meshopilic pada proses pembentukan C/N merupakan perhitungan yang
biogas mempengaruhi proses anaerobik digunakan untuk mengetahui
yang bekerja secara pararel yang meliputi perbandingan kandungan Karbon atau C
hidrolisis, asidifikasi dan metanonegenis. organik serta Nitrogen (total N) dalam
suatu zat. Proses anerobik sangat
Tabel 4. Estimasi hasil perhitungan komposisi membutuhkan unsur C dan N. Hal ini
biogas pada proses anaerobic limbah disebabkan oleh proses anaerobik tidak
cair pengolahan kopi di kondisi semua
batch feeding mengabsorbsi oksigen sehingga unsur C
dan N digunakan sebagai media
Jenis dan Komposisi Biogas pertumbuhan mikroorganisme atau bakteri
(%)
Gas Gas Jumlah (Pandey and Soupir, 2011). C organik
Proses Gas digunakan untuk membentuk sel karbon,
karbon dengan (%)
metan
dioksida volume asam volatile, gas metan (CH4) dan gas
(CH4)
(CO2) kecil karbondioksida (CO2) sedangkan unsur N
BF1 56,33 34,32 9,35 100,00 digunakan untuk nutrisi atau makanan
BF2 56,31 34,34 9,35 100,00
BF3 56,27 34,35 9,38 100,00
serta pembelahan sel pada mikroorganisme
BF4 56,29 34,31 9,40 100,00 yang berperan dalam proses anaerobik
Rata – 56,30 34,33 9,36 100,00 (Saputra et al., 2010). Pada dasarnya nilai
rata C dan N dimanfaatkan sebagai
biofermentasi dalam proses anaerobik.
Pada kondisi mesophilic proses Nilai C/N relatif tinggi akan meningkatkan
hidrolisis akan menghasilkan senyawa pertumbuhan bakteri yang berakibat pada
CO2 dan H2 yang tidak terlalu banyak pembentuk gas karbondioksida yang tinggi
(Darmanto et al., 2012) sehingga sedangkan jika nilai rasio C/N rendah
pembentukan gas metan dan gas maka nitrogen akan berakumulasi untuk
karbondioksida kurang optimal. Proses membentuk gas ammonia
anaerobik akan menghasilkan enzim yang (Velmourougane, 2011). COD dan BOD
optimum bekerja pada kondisi pada limbah cair pengolahan kopi yang
thermophilic (Selvamurugan et al., 2010). mengindikasikan adanya C dan N
Kondisi thermophilic gesekan antar memiliki pengaruh pada jumlah
partikel terjadi dengan cepat sehingga pengubahan bahan organik menjadi gas
mempengaruhi perombakan bahan organik metan oleh bakteri metanogen.
menjadi gas metan. Pembentukan gas Persentase penurunan rasio C/N
metan juga dipengaruhi oleh kandungan pada penanganan limbah cair pengolahan
bahan organik yang diindikasikan oleh kopi dengan proses anaerobik memiliki
nilai penurunan dan waktu fermentasi pada nilai 53,35 % (batch feeding 1); 20,70 %
COD dan BOD. Tingginya beban (batch feeding 2); 77,00 % (batch feeding
pencemaran yang diidikasikan oleh COD 3) dan 70,72 % (batchfeeding 4) (Gambar
dan BOD dapat meningkatkan 4). Reduksi terendah terjadi pada pada
pembentukan volume biogas. Digester 2 penambahan limbah cair pengolahan kopi
tidak menggunakan pengaduk, kedua dengan persentase penurunan
pengadukan hanya dilakukan dengan cara sebesar 20,70 % sedangkan nilai
menggoyang-goyang digester. Hal ini persentase penurunan tertinggi terjadi pada
mengakibatkan biogas yang dihasilkan penambahan limbah cair pengolahan dan
dari reaksi kimia masih terperangkap kotoran sapi (penambahan ketiga) dengan

52
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

nilai persentase penurunan sebesar 77,00 dengan waktu kinerja yang optimum
%. Hal tersebut terjadi karena pada nilai selama 1 – 12 hari (Schnurer dan Jarvis,
penurunan rasio C/N sebesar 20,70 % 2010).
diprediksikan terjadi penurunan jumlah Pada batch feeding 2 persentase
bakteri metanogen atau bakteri lainnya penurunan C/N menurun sehingga
yang terlibat pada proses anaerobik. Umur produksi biogas tidak setinggi pada
fungsional bakteri metanogen hanya 2-12 kondisi batch feeding 1. Fase ini
hari (Schnurer dan Jarvis, 2010). diprediksikan bakteri metanogen memiliki
populasi yang berkurang karena
100 77,00 mengalami kematian. Pada batch feeding 3
Nilai Persentase Penurunan (%)

90 70,72 hingga 4 dengan nilai persentase


80 penurunan C/N secara berurutan yaitu
70 53,35
77,00 % dan 70,77 % menghasilkan biogas
60
yang cenderung dalam keadaan
50
40 20,70 eksponential dan stationary. Berdasarkan
30 uraian tersebut digester 2 yang digunakan
20 untuk proses anaerobik limbah cair kopi
10 mampu menurunkan C/N sebesar 77,00%.
0
1 2 3 4 Kualitas Air
Batch Feeding Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor
Gambar 4. Nilai persentase penurunan C/N (rasio
yang penting dalam proses anaerobik.
C/N)
Peningkatan suhu menunjukkan reaksi
Aktivitas bakteri diprediksikan mikroorganisme dalam menguraikan
menurun sehingga hidrolisis, asidifikasi limbah cair pengolahan kopi pada proses
serta metanogenesis bahan-bahan organik anaerobik. Reaksi kimia tersebut berupa
sehingga tingkat penggunaan unsur C dan perombakan bahan-bahan organik menjadi
N mengalami penurunan dalam proses dua komponen fluida yaitu biogas dan
anaerobik. Kemudian peningkatan nilai slurry dengan disertai pelepasan energi
penurunan C/N yang tinggi dengan nilai panas (Pandey dan Soupir, 2011). Kondisi
77,00 % yang disebabkan oleh ini sesuai pada proses anaerobik limbah
penambahan kotoran sapi yang diencerkan cair pengolahan kopi (Gambar 5).
dengan limbah cair pengolahan kopi. Kenaikan suhu yang terjadi batch feeding
Penambahan ini diestimasikan dapat 1 dengan suhu 24,9–29oC disertai
peningkatan jumlah dan aktivitas bakteri kenaikan volume gas sebesar 250 ml.
metanogen dalam mereduksi C/N Kondisi tersebut terulang batch feeding 2
biomassa. dan 3 dengan suhu 27 oC hingga mencapai
Batch feeding 1 memiliki persentase 28,8 oC dapat menghasilkan biogas sebesar
penurunan C/N sebesar 53,35% 150 mL. Tingginya suhu pada batch
menghasilkan volume biogas yang paling feeding 1 dibandingkan batch feeding 2
tinggi dengan nilai 250 ml. Hal ini terjadi hingga 4 disebabkan oleh kecepatan
karena ketersediaan bahan organik berupa respirasi dan peningkatan reaksi kimia
C dan N relatif tinggi yaitu sebesar 906 oleh mikrorganisme (Kristanto, 2004).
mg/L dan 201 mg/L (Tabel 2) serta
kondisi bakteri metanogen diprediksikan
pada fase pertumbunan exponential.
Methanosarcina dan Metahanosaeta

53
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

35 (a) (b) (c) (d) Menurut Kementerian Lingkungan Hidup


30
Republik Indonesia (2014), batas aman pH
limbah cair industri kopi berkisar antara 6-
25 9. Fluktuasi pH pada proses anaerobik
Suhu (°C)

20 dapat dilihat pada pada Gambar 6. Nilai


15
pH hasil proses anaerobik berkisar antara
5,2-7,1. Nilai batch feeding 1 meningkat
10 dari 5,2 mencapai 6,3 dan untuk nilai pH
5 selanjutnya cenderung stabil dengan
0 rentang 6,8-7,1 meskipun tetap terjadi
0 10 20 30 40 penurunan nilai pH pada setiap batch
Inkubasi (Hari) feeding. Penurunan pH tersebut terjadi
karena perubahan suhu serta interaksi
Gambar 5. Fluktuasi suhu: (a) Batch feeding mikroorganisme atau bakteri metanogen
pertama: penambahan limbah cair oleh oksigen (Budiyono et al., 2013).
pengolahan kopi kedua (b) batch Selain itu kondisi tersebut juga disebabkan
feeding kedua: Penambahan limbah oleh pembentukan larutan buffer serta
cair pengolahan kopi kedua; (c)
batch feeding ketiga: penambahan asidifikasi sedang berlangsung.
limbah cair pengolahan kopi kedua
dengan penambahan kotoran sapi; (d)
batch fedding keempat: penambahan 8
Derajat Keasaman (pH)

limbah cair pengolahan kopi keempat 7


6
5
Gambar 5 menunjukkan bahwa 4
karakteristik peningkatan suhu terjadi 3
setelah hari ke 1 hingga hari ke 3 setelah 2
dilakukan penambahan biomassa. Menurut 1
Schnurer dan Jarvis (2010), proses 0
hidrolisis dan asidifikasi terjadi pada suhu 0 10 20 30 40
Inkubasi (Hari)
25ᵒC, sedangkan peningkatan suhu terjadi
pada proses metanogenesis. Aktivitas Gambar 6. Fluktuasi nilai pH
bakteri metanogen dalam konversi asam
asetat menyebabkan pelepasan energi
dalam bentuk energi panas sehingga Chemical Oxygen Demand (COD) dan
mengakibatkan perubahan kondisi suhu Biochemical Oxygen Demand (BOD)
proses mesophilic menjadi termophilic Parameter yang digunakan untuk
(Ziemiski dan Frac, 2012). Hal tersebut tingkat pencemaran limbah berdasarkan
dapat disimpulkan bahwa metanogenesis kandungan oksigen dalam badan air untuk
berlangsung optimal terjadi pada hari 1 bereaksi secara kimia dan biologi yaitu
hingga hari ke 3 setelah dilakukan COD dan BOD yang dinyatakan dalam
penambahan biomassa berdasarkan mg/L. Mikroorganisme yang terdapat pada
parameter suhu pada digester 2. limbah cair pengolahan kopi
membutuhkan oksigen untuk
Derajat keasaman (pH) mengoksidasi bahan organik, sintesa sel
Limbah cair pengolahan kopi di dan oksidasi sel. Oleh sebab itu dapat
Perkebunan Kopi Sidomulyo Kabupaten disimpulkan bahwa uji COD dan BOD
Jember memiliki pH sebesar 4,7-5,2 digunakan untuk mengetahui perbedaan
sehingga memiliki kondisi yang asam. pemanfaatan oksigen untuk mendegradasi

54
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

bahan organik secara kimia dan biologi 2010). Digester 2 tidak dilengkapi dengan
sebelum penanganan limbah cair. Selain pengaduk. Kondisi ini mengakibatkan
itu kandungan bahan-bahan organik serta homogenitas atau pencampuran antara
logam berat yang diindikasikan oleh COD starter dan biomassa berjalan lambat
yang dibutuhkan untuk keberlangsungan (Zaman, 2010). Homogenitas partikel yang
proses hidrolosis, asidifikasi hingga lambat berpengaruh pada penurunan nilai
metanogenesis dalam pembentukan biogas COD dan BOD pada limbah cair
(Neves et al., 2005). Hasil penanganan pengolahan kopi. Persentase penurunan
proses anaerobik pada limbah cair tertinggi pada COD sebesar 57,35% dan
pengolahan kopi dengan metode batch BOD sebesar 57% dengan tingkat
feeding berdasarkan persentase penurunan produksi biogas yang tinggi yaitu 250 ml.
disajikan pada Gambar 7. Degradasi COD dipengaruhi oleh proses
Nilai persentase penurunan COD hidrolisis pada senyawa polimer. Hal ini
lebih tinggi dibandingkan dengan sesuai dengan data persentase penurunan
persentase penurunan BOD. BOD COD. Pada pola pertama, proses anaerobik
merupakan indikator degradasi oksigen yang terjadi relatif lebih lama atau
secara biologi (aktivitas mikroorganisme). memiliki waktu degradasi yang lebih
Namun degradasi oleh oksidasi yang panjang yaitu 14 hari. Kondisi tersebut
dilakukan kalium dikromat relatif lebih mengakibatkan proses hidrolisis senyawa-
kuat, sehingga mengakibatkan nilai COD senyawa polimer yang menghasilkan
lebih besar dibandingkan nilai BOD senyawa monomer yang lebih banyak.
(Kristanto, 2004). Menurut Rambe et al. (2014), semakin
lama waktu tinggal bahan pencemar pada
70 kondisi anaerobik maka proses
Persentase Penurunan COD dan BOD

COD hidrolisisnya semakin optimal.


60 BOD
KESIMPULAN
50
Proses anaerobik pada digester 2
40 menghasilkan pola pembentukan volume
(%)

biogas tertinggi pada setiap batch feeding


30 pada hari ke 5-6 dan disertai kencerungan
20 penurunan volume biogas setelah hari itu.
Peningkatan volume biogas dimulai dari
10 hari ke 2 (95 ml) hingga hari ke 6 (250 ml)
pada setiap feeding. Pola produksi biogas
0
pada proses anaerobik limbah cair
1 2 3 4
pengolahan kopi ini menggunnakan model
Batch Feeding digester 2 (batch digester) dapat menjadi
Gambar 7. Persentase penurunan nilai COD ( ) alternatif penambahan variasi komposisi
dan BOD ( ) input atau feeding,dengan estimasi hari ke
5 atau 6 agar volume biogas yang
Pada hari ke-21 dilakukan dihasilkan stabil.
penambahan limbah cair pengolahan kopi Persentase tertinggi penurunan
dan kotoran sapi sehingga mengakibatkan parameter tingkat pencemaran limbah cair
nilai BOD awal limbah cair pengolahan pengolahan kopi terjadi pada setiap
kopi lebih rendah dibandingkan dengan feeding berbeda. Penurunan COD dan
nilai BOD pada hari ke 14 hingga ke BOD terjadi pada batch feeding dengan
35.Kinerja bakteri metanogen optimum perbandingan starter dan biomassa
selama 2-12 hari (Schnurer dan Jarvis, 1:1secara berurutan yaitu 57,35 % dan

55
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

57,42 %. Persentase penurunan rasio C/N Heegde, F. T. 2010. Domestic Biogas Plants
tertinggi sebesar 77,00 % terjadi pada Sizes and Dimensions. SNV
batch feeding dengan perbandingan starter Netherlands Development Organisation,
dan biomassa 3,7:0,3. Parameter suhu dan Netherland.
pH limbah cair pengolahan kopi selama Kementerian Lingkungan Hidup Republik
diinkubasi memiliki rentang nilai secara Indonesia. 2014. Peraturan Meteri
berurutan sebesar 24,9-31oC; dan 6,5-7,1. Negara Ligkungan Hidup Nomor 5
Tahun 2014. Kementerian Lingkungan
UCAPAN TERIMA KASIH Hidup Republik Indonesia, Jakarta.
Ucapa terima kasih ditujukan kepada Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Kementerian Riset dan Teknologi 2012. Peraturan Meteri Pertanian
Republik Indonesia, segenap civitas Nomor 52/Permentan/Ot.140/9/2012
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas tentang Pedoman Penangnan
Jember dan Jurusan Teknik Lingkungan Pascapanen Kopi. Kementerian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.
yang telah memberikan bantuan fasilitas Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Penerbit
untuk menyelesaikan penelitian ini. Andi, Yogyakarta.
Nabarlatz, Beltran, Soraca dan Bonila. 2013.
Biogas production by anaerobic
DAFTAR PUSTAKA digestation of wastewater from palm oil
Bruno, M. dan Oliveira, R. A. D. 2008. mill industry. Cienca, Tecnology and
Anaerobic treatment of waste from Future Journal, 5 (2): 73-84.
coffe pulping in upflow anaerobic slude
Neves, Ribeiro, Olivier dan Alves. 2005.
blanket (UASB) in two stage.
Anaerobic Digestion of Coffe Waste.
International Proceedings. FCAV-
UNESP, Brazil. ADSW2005 Conference Proceedings.
Centro de Engenharia Biological
Budiyono, Pratiwi, E. M., dan Sinar, I. N. Y. Universidade do Minho, Portugal.
2013. Pengaruh metode fermentasi,
Novita, E. 2012. Desain Pengolahan pada
komposisi umpan, pH awal dan variasi
Agroindustri Kopi Robusta
pengenceran terhadap produksi biogas
Menggunakan Modifikasi Teknologi
dari vinasse. Jurnal Penelitian Kimia, 9
Olah Basah Berbasis Produksi Bersih.
(1): 1-12.
Program Studi Pengolahan Sumber
Darmanto, A., Soeparman, S. dan Daya Alam dan Lingkungan Institut
Widhiyanuariawan. 2012. Pengaruh Pertanian Bogor, Bogor.
kondisi temperatur mesophilic (35oC)
dan thermophilic (55 oC) anaerob Pandey, P. K. dan Soupir, M. L. 2011.
Escherichia coli inactivation kinetics in
digester kotoran kuda terhadap produksi
anaerobic digestion of dairy manure
biogas. Jurnal Rekayasa Mesin, 3 (2):
under moderate, mesophilic and
317-326.
thermophilic temperatures. Springer
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Open Journal, pp: 1-18.
Jember. 2015. Komoditi pertanian.
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S.
(http://pertanian.jatimprov.go.id/index.p
hp/sentra-hortikultura/14-kab-jember). 2008.Elements of Microbiology. New
[Diakses tanggal 28 Februari 2015]. York: McGraw-Hill Book Company.
Pramdono, D dan Susanto. J. P. 2007. Biogas
Gerlach, F., Grieb, B. dan Zerger, U.
2013.Sustainable Biogas Production: A sebagai energi alternatif antara mitos
dan fakta ilmiah. Jurnal Teknik
Handbook for Organic Farmers. FiBL
Lingkungan, 8 (1): 34-42.
Projekte GmbH, Jerman.

56
Variasi Komposisi Input Proses Anaerobik untuk Produksi...
Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No.01 (2018)

Rambe, S. M., Irianya dan Irvan. 2014. Windyasmara, L., Pertiwiningrum, A. dan
Pengaruh waktu tinggal terhadap reaksi Yusiati, L., M. 2012. Pengaruh jenis
hidrolisis pada pra-pembuatan biogas kotoran ternak sebagai substrat dengan
dari limbah cair pabrik kelapa sawit. penambahan seresah daun jati (Tectona
Jurnal Dinamika Penelitian Industri, 25 grandis) terhadap karakteristik biogas
(1): 23-30. pada proses fermentasi. Buletin
Peternakan, 36 (1): 40-47.
Saputra, T., Triatmojo, S. dan Pertiwiningrum,
A. 2010.Produksi biogas dari campuran Zaman, N. Q. 2010. The applicability of batch
feses sapi dan ampas tebu (bagasse) test to assss biomethanation potential of
dengan rasio C/N yang berbeda. Buletin organic waste and asses scale up to
Peternakan, 34 (2): 114-122. continous reactoc system.
Environmental Engineering University
Sariadi. 2012. Pengolahan limbah cair kopi
of Canterbury, New Zealand.
dengan metode elektrokoagulasi.
Politeknik Negeri Lhokseumawe, Ziemiski, K. dan Frac, M. 2012. Methane
Medan. fermentation process as anaerobic
digestion of biomass: Transformations,
Schnurer, A. dan Jarvis, A. 2010.Microbial
stage and microorganisms. African
Handbook for Biogas Plant. Avfall
Journal of Biotechnology, 11 (8): 4127-
Sverige (Swedish Waste Management)
4139.
and Swedish Gas Centre (SGC),
Swedia.
Selvamurugan, Doraisamy, Maheswari dan
Nandakumar. 2010. High rate anaerobic
treatment of coffee processing
wastewater using upflow anaerobic
hybrid reactor. Journal of
Environmental, Helath, Science and
Engineering, 7 (2): 129-136.
Sunarto, Pangastuti, A. dan Mahajoeno, E.
2013. Karakteristik metanogen selama
proses fermentasi anaerob biomassa
limbah makanan. Jurnal Eksains, 5 (1):
44-57.
Utomo, D. T., Hadiwidodo, M. dan Sudarno.
2014. Pengaruh pengadukan dan variasi
feeding terhadap pembentukan biogas
dari sampah dapur rumah makan pada
reaktor batchdengan aktivator feses sapi
(Bos taurus). Jurnal Teknik Lingkungan,
3 (2): 1-8.
Velmourougane, K. R. K. 2011. Chemical and
microbiological change during
vermicomposting of coffee pulp using
exotic (Eudrilus Eugenia) and native
earthworm (Peronyx ceylanesis)
species. Biodegradation, 22: 497-507.
Wahyuni, S. 2013. Biogas: Energi Alternatif
Pengganti BBM, Gas dan Listrik.
Cetakan I. PT Agromedia Pustaka,
Jakarta.

57

Anda mungkin juga menyukai