SEMINAR KASUS
Disusun Oleh:
Kelompok 9-A
Menyetujui
Mengetahui
Kepala Ruangan
Maedi, S.Kep.
Mayor Laut (K) NRP.14608/P
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Keperawatan
Terapi Oksigen hiperbarik pada Pasien Tn. S dengan Diagnosa Medis (00263)
Hernia Nukleus Pulposus di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi S., Phys Surabaya” dengan
baik. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs, (Hons), selaku dekan yang senantiasa memacu,
dan memotivasi mahasiswa untuk berprestasi semaksimal mungkin;
2. Kolonel Laut (K) dr. Arie Zakaria, Sp. OT, selaku Kalakesla yang telah
memberikan kesempatan sehingga kami dapat melaksanakan tugas belajar
profesi ners;
3. Letkol Laut (K) drg. Agung Wijayadi, Sp. Ort, selaku Kabag Diklitbang yang
telah memberikan kesempatan sehingga kami dapat melaksanakan tugas belajar
profesi ners;
4. Mayor Laut (K), Maedi, S.Kep., selaku kepala ruangan dan pembimbing yang
senantiasa memacu, membimbing dan memotivasi mahasiswa dalam
penyelesaian makalah ini;
5. Taukhid, S.Pd. selaku pembimbing ruangan atau klinik yang selalu memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyelesaian makalah ini;
6. Chandra Panji Asmoro, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik yang
memberikan bimbingan dan masukan sehingga makalah ini dapat dijadikan
acuan baru dalam penulisan makalah selanjutnya khusunya dalam terapi
oksigen hiperbarik; serta
7. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran yang dapat
membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik
lagi.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
secara pribadi dan bagi yang membutuhkannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 4 PENUTUP................................................................................................ 38
Daftar Pustaka
Lampiran WOC
BAB 1
PENDAHULUAN
Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia
nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri
punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis
kelamin. 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri
punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit
pendidikan, dengan hasil menunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di
seluruh kasus nyeri ditangani.
Aktifitas yang bisa memicu timbulnya keluhan pada punggung bawah misalnya saat
mengangkat benda yang berat dengan posisi yang salah atau membungkuk. Jika berlangsung pada
waktu yang lama dan berulang akan menimbulkan keluhan nyeri yang dapat bersifat local maupun
radikuker atau keduanya. Hal ini dapat disebabkan oleh struktur anatomi dari lumbal, dimana
korpus dari vertebra yang besar, diskus vertebra yang besar. Pada vertebra lumbalis, Facet pada
bidang sagital, sehingga gerakan yang terjadi pada lumbal adalah fleksi dan ekstensi sehingga
beban pada facet berat.
Semua struktur yang terdapat dibagian belakang bawah tubuh merupakan struktur yang peka
terhadap rangsangan nyeri ,sehingga gangguan gerak atau pun iritasi pada struktur ini dapat
menimbulkan gejala nyeri pinggung bawah salah satu diantaranya karna mekanisme gerak hernia
nucleus pulposus (HNP). Pria dan wanita memiliki risiko yang sama dalam mengalami HNP,
dengan umur paling sering antara usia 30 dan 50 tahun. HNP merupakan penyebab paling umum
kecacatan akibat kerja pada mereka yang berusia di bawah 45 tahun.
HNP sering terjadi pada daerah Lumbal4-Lumbal 5 dan Lumbal 5- Sacrum 1 dimana
kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan
mengangkat beban.Insiden Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90% dan Hernia cervical 5-10%.
Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi dimana penderita berada dalam suatu ruangan udara
bertekanan tinggi (RUBT) dan bernafas dengan oksigen murni (100%) melalui masker pada
tekanan udara lebih besar daripada 1 ATA (Atmosfer Absolut) setara dengan 760 mmHg (Lakesla,
2009).
Penggunaan oksigen dengan tekanan udara tinggi diharapkan dapat meningkatkan hantaran
oksigen ke jaringan saraf yang iskemik (kurang oksigen) dan mempercepat penyembuhan jaringan
saraf yang terluka. Setelah melakukan praktik lapangan secara langsung, penderita HNP yang
melakukan terapi oksigen hiperbarik ini telah banyak mendapatkan hasil yang cukup signifikan
yaitu keluhan nyeri berkurang. Hal ini yang menjadi alasan banyaknya kunjungan pasien HNP di
LAKESLA Surabaya.
Bagaimanakah asuhan keperawatan hiperbarik oksigen pada pasien Tn. S dengan diagnosa
medis Hernia Nukleus Pulposus di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys Surabaya?
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Hernia Nukleus Pulposus yang menjalani terapi oksigen
hiperbarik di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi., Phys Surabaya.
b. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Hernia Nukleus Pulposus
2) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar terapi hiperbarik
3) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan hiperbarik pada
pasien dengan diagnosa medis Hernia Nukleus Pulposus di Lakesla Drs. Med.
R. Rijadi., Phys Surabaya
4) Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan hiperbarik pada pasien
dengan diagnosa medis Hernia Nukleus Pulposus di Lakesla Drs. Med. R.
Rijadi., Phys Surabaya.
5) Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan hiperbarik pada pasien
dengan diagnosa medis Hernia Nukleus Pulposus di Lakesla Drs. Med. R.
Rijadi., Phys Surabaya.
6) Mahasiswa mampu menyusun implementasi keperawatan hiperbarik pada
pasien dengan diagnosa medis Hernia Nukleus Pulposus di Lakesla Drs. Med.
R. Rijadi., Phys Surabaya.
7) Mahasiswa mampu menyusun evaluasi keperawatan hiperbarik pada pasien
dengan diagnosa medis Hernia Nukleus Pulposus di Lakesla Drs. Med. R.
Rijadi., Phys Surabaya.
a. Manfaat teoritis
Asuhan keperawatan hiperbarik pada pasien dengan diagnosa medis Hernia
Nukleus Pulposus ini, dapat menjadi referensi bagi penulis selanjutnya maupun
pembaca yang akan membuat karya ilmiah.
b. Manfaat praktis
1) Hasil penulisan makalah seminar ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan
kesehatan khususnya pada pelayanan kesehatan yang dilengkapi dengan terapi
oksigen hiperbarik, agar dapat menerapkan asuhan keperawatan hiperbarik pada
pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus secara tepat.
2) Hasil penulisan makalah seminar ini dapat dijadikan sebagai bekal untuk
mempelajari keperawatan medikal bedah khususnya pada sistem neurologi yang
berhubungan dengan terapi oksigen hiperbarik (OHB) sehingga dapat
memperdalam wawasan perawat sebagai tenaga medis yang selalu berpikir kritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar HNP
2.1.1 Definisi
Hernia nukleus pulposus adalah suatu kondisi dimana menonjolnya sebagian
atau seluruh bagian dari sentral nukleus pulposus kedalam kanalis vertebralis akibat
degenerasi dari anulus fibrosus korpus intervertebralis, yang menyebabkan sakit
punggung dan kaki akibat iritasi akar saraf tersebut. Nama lainnya yaitu: Lumbar
radiculopathy, radiculopathy cervical, herniated intervertebral disk, intervertebral
prolapsed disk, slipped disk, kerusakan saraf (Kamel 2012).
2.1.2 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
2.1.4 Klasifikasi
Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus yang terjadi terbagi atas:
Sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP, lateral dan oblique.
Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
2) Mielografi
Mielografi adalah suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan
melihat struktur kanalis spinalis dengan memakai kontras. Bahan kontras
dibagi atas kontras negatif yaitu udara dimana sekarang sudah tidak
dipakai lagi dan kontras positif yang larut dalam air (misal: Dimer-X,
Amipaque, Conray 280
4) Diskography
Discography adalah pemeriksaan radiografi dari diskus
intervertebralis dengan bantuan sinar-x dan bahan media kontras positif
yang diinjeksikan ke dalam nukleus pulposus untuk menentukan
adanya suatu annulus fibrosus yang rusak, dimana kontras hanya bisa
penetrasi/menembus bila ada suatu lesi dengan cara memasukkan
jarum ganda untuk menegakkan diagnosa. Dengan adanya MRI maka
pemeriksaan ini sudah tidak begitu populer lagi karena invasive.
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Terapi konservatif
Tirah baring : penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama
beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah
duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutu tertentu.
Tempat tidur tidak boleh memakain pegas/per dengan demikian tempat tidur
harus dari papan yang lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring
bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring
tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita.
Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring
dianggap cukup maka dilakukan latihan/dipasang korset untuk mencegah
terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
b. Medikamentosa
Symtomatik :Analgesik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison,
prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan,
antidepresan trisiklik (amitriptilin), obat penenang minor (diasepam,
klordiasepolsid).
Kausal : Kolagenese.
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan
yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
d. Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik.
e. Rehabilitasi
1) Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula.
2) Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan
kegiatan sehari-hari.
3) Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran
kencing dan sebagainya.
Pada TOHB, tekanan udara meningkat sampai dengan 2 kali keadaan nomal dan
pasien bernapas dengan oksigen 100%. Pemberian oksigen 100% dalam tekanan tinggi,
menyebabkan tekanan yang akan melarutkan oksigen kedalam darah serta jaringan dan
cairan tubuh lainnya hingga mencapai peningkatan konsentrasi 20 kali lebih tinggi dari
normal. Oksigenasi ini dapat memobilisasi penyembuhan alami jaringan luka post op HNP,
hal ini merupakan anti inflamasi kuat yang merangsang perkembangan pembuluh darah
baru, serta dapat membunuh bakteri dan mengurangi pembengkakan sehingga tidak terjadi
Penyempitan syaraf. Dengan begitu, terapi Oksigen hiperbarik merupakan terapi non
farmakologis yang bisa di katakana efektif jika rutin dilakukan pada pasien dengan post
Op HNP.
2.4 WOC HNP (terlampir)
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Hiperbarik Oksigen
a. Pengkajian
1) Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan (berpegnaruh
terhadap risiko terjadinya HNP), alamat, nomor RM, diagnosa medis.
2) Keluhan utama : keluhan klinis seperti Nyeri punggung
3) Riwayat penyakit sekarang : berisi perjalanan penyakit pasien sampai
direkomendasikan terapi oksigen hiperbarik (OHB) (kapan mulai terasa nyeri
punggung, nyeri punggung bagian mana, dan apa penyebabnya)
4) Riwayat penyakit dahulu : mengkaji beberapa penyakit yang pernah dialami dan
memungkinkan menjadi hal yang dikontraindikasikan dalam terapi oksigen
hiperbarik (OHB)
5) Riwayat keluarga
6) Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan umum meliputi kondisi kesehatan pasien (lemah / baik), TTV
(2) ROS (review of system) meliputi B1 sampai B6 (breathing, blood, brain,
bladder, bowel, bone and integumen)
7) Pengkajian terapi oksigen hiperbarik (OHB)
(1) Pra terapi oksigen hiperbarik (OHB)
a) Periksa TTV terutama tekanan darah (bila sistol mencapai > 180
mmHg atau diastol >100 mmHg maka pasien tidak diperbolehkan
masuk chamber)
b) Periksa ambang demam (suhu tidak boleh melebihi 38o C)
c) Evaluasi tanda-tanda flu (batuk, pilek, sakit tenggorokan, mual,
diare) tidak diperbolehkan masuk chamber
d) Auskultasi lapang paru
e) Lakukan tes neurologis pada pasien.
f) Tes pada pasien dengan keracunan gas CO atau O2
g) Observasi luka post op jika pasien post op.
h) Uji visus mata
i) Mengkaji tingkat nyeri pasien dan claustrophobia
j) Mengkaji status nutrisi terutama pada pasien pada DM yang
menjalani pengobatan
(2) Intra terapi oksigen hiperbarik (OHB)
a) Mengamati gejala dan tanda barotrauma, keracunan O2 dan efek
samping terapi OHB
b) Menganjurkan pasien menggunakan tehnik valsava yang benar dan
efektif
c) Perlu mengingatkan pasien bahwa valsava hanya dieprlukan pada
saat penekanan / kompresi, dan dapat bernapas normal selama terapi
d) Jika terjadi nyeri ringan sampai sedang maka hentikan kompresi
hingga nyeri hilang, jika nyeri berlanjutkan maka pasien harus
dikeluarkan dari chamber dan diperiksa oleh dokter THT
e) Mencegah barotrauma GI dengan menganjurkan pasien bernapas
normal dan menghindari makan atau minum bergas sebelum
perawatan
f) Monitoring menganjurkan pasien bernapas normal dan menghindari
makan atau minum bergas sebelum perawatan
g) Monitoring pasien selama dekompresi terutama selama dekompresi
darurat
h) Segera periksa gula darah jika terdapat tanda hipoglikemia
(3) Post terapi oksigen hiperbarik (OHB)
a) Jika terdapat tanda barotrauma maka uji ontologis
b) Pada pasien DM tipe I maka tes gula darah
c) Pada iskemik trauma akut , kompartemen sindrom, nekrosis, post
implant maka harus dinilai status neurovas, kompartemen sindrom,
nekrosis, post implant maka harus dinilai status neurovaskular,
kompartemen sindrom, nekrosis, post implant maka harus dinilai
status neurovaskular dan luka. Untuk DM gangren lakukan
perawatan luka/debridement
d) Pasien dengan intoksikasi CO segera lakukan tes psicometri /
tingkat HbCO
e) Pasien dengan DCS harus dilakukan uji neurologis
f) Pasien yang mengkonsumsi obat ansietas selama terapi dilarang
mengemudikan motor/mobil atau menghidupkan mesin
g) Melakukan pendokumentasian pasien pasca OHB
b. Diagnosa keperawatan OHB
Terdapat 4 diagnosa utama diantara 14 diagnosa yang paling mungkin terjadi
pada pasien OHB, yaitu:
1) Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan tentang terapi OHB dan
prosedur perawatan
2) Risiko cedera berhubungan dengan pasien transfer in/out dari RUBT
(chamber), ledakan peralatan, kebakaran
3) Risiko barotrauma (telinga, sinus, gigi,paru-paru) atau gas emboli serebri
berhubungan dengan perubahan tekanan udara dalam RUBT (>1 ATA)
4) Risiko keracunan oksigen berhubungan dengan pemberian oksigen 100%
selama tekanan atmosfer meningkat
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 25-04-2017 No. RM : 00263/IV/2017
Jam Pengkajian : 06.45 WIB Diagnosa Masuk : Post HNP
Terapi HBO Ke : 6 (Enam)
Identitas
1. Nama Pasien : Tn. “S”
2. Umur : 70 Tahun
3. Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
4. Pendidikan : AKMIL
5. Pekerjaan : Purnawirawan
6. Alamat : Surabaya
Keluhan Utama
DCS :-
Klinis : HNP
Kebugaran :-
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan lutut kiri terasa kaku, kesemutan sejak 4 bulan yang lalu pasca post
operasi HPN tanggal 15 Desember 2016, atas anjuran dokter syaraf yang menangani, klien
mulai menjalani terapi HBO sejak 5 (Lima) hari yang lalu. Setelah menjalani terapi selama
5 kali, klien belum bisa berjalan jauh tanpa tongkat, hanya bisa berjalan sekitar halaman
rumah tanpa bantuan tongkat.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Terapi HBO
Pernah Dirawat : Ya Tidak Kapan : -
Keluhan Saat Itu : DCS Klinis Kebugaran
2. Riwayat Penyakit Kontraindikasi
Absolut
Pneumothoraks : Sudah Diterapi Belum Diterapi
Keterangan: Klien tidak memiliki kontraindikasi absolut dalam terapi HBO
Relatif
ISPA Keterangan: -
Sinusitis Kronis Keterangan: -
Kejang Keterangan: -
Emphisema + Retensi O2 Keterangan: -
Panas Tinggi Keterangan: -
Pneumothorak Spontan Keterangan: -
Operasi Dada Keterangan: -
Operasi Telinga Keterangan: -
Kerusakan Paru AsimptomatikKeterangan: -
Infeksi Virus Keterangan: -
Spherositosis Kongenital Keterangan: -
Neuritis Optik Keterangan: -
Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis Apatis Somnolen Sopor Koma
2. Tanda-Tanda Vital
S: 36,5 oC N : 80x/menit TD: 140/80 mmHg RR : 20 x/menit
3. Keadaan Fisik
Kepala : Tidak terdapat lesi, benjolan atau jejas
Mata : Menggunakan kaca mata/ lensa, pandangan tidak kabur.
Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada tumpukan serumen,tidak ada
sakit pada telinga
Hidung : Tidak ada flu, tidak ada polip atau sumbatan yang lain
Tenggorokan : Tidak ada nyeri telan dan radang tenggorokan
Sistem Neurologis
GCS : Mata: 4 Verbal: 5 Psikomotor: 6
Keluhan Pusing : Ya Tidak
P :-
Q :-
R :-
S :-
T :-
Lain-Lain : -.
4. Sistem Pernapasan
Keluhan : Sesak Nyeri Waktu Nafas Orthopnea
Batuk : Produktif Tidak Produktif
Sekret :- Konsistensi : -
Warna :- Bau :-
Irama Nafas : Teratur Tidak Teratur
Alat Bantu Nafas : Ya Tida
Keterangan : -
Penggunaan WSD : Ya Tidak
Keterangan : -
Tracheostomi : Ya Tidak
Keterangan : -
Lain-Lain :-
5. Sistem Kardiovaskuler
Irama jantung : Reguler Ireguler
CRT : 2 detik
Akral : Hangat Kering Merah Basah
Pucat Panas Dingin
Nyeri Dada : Ya Tidak Keterangan : -
Lain-Lain :-
6. Sistem Pencernaan
Mulut : Bersih Kotor Berbau
Membran Mukosa : Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan : Sakit Menelan Sulit Menelan Pembesaran Tonsil
Peristaltik : 16 x/menit
BAB : 1 x/hari Terakhir Tanggal : 25 April 2017
Konsistensi : Keras Lunak Cair Lendir/Darah
Diit : Padat Lunak Cair
Nafsu Makan : Baik Menurun Frekuensi : ±3 X/Hari
Porsi Makan : Habis Tidak Keterangan : -
Lain-Lain : TB : 168 cm, BB: 54,5 Kg, IMT: 19,46 artinya normal
7. Sistem Perkemihan
Keluhan Kencing : Ada Tidak Keterangan : -
Perkemihan : Spontan Alat bantu Sebutkan : -
Produksi Urine : ± 150 ml/hari Warna: Kuning Bau : amoniak
Lain-Lain : Intake cairan: ± 1000 ml/ hari
8. Sistem Muskuloskletal
Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Kekuatan Otot : 4 4
42
9. Sistem Integumen
Pitting Edema : Ada Tidak Grade : -
Luka Ganggren : Ada Tidak
Jenis : - Lama :- Warna : - Luas
: - Kedalaman : - Infeksi :-
Lain-Lain :-
Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Ekg, Usg, Dll)
Tidak terdapat data
TERAPI
Terapi Hiperbarik Oksigen 10 siklus dimulai taggal 20 April - 29 April 2017
Tabel 3.1 Tabel Kindwall
DATA TAMBAHAN LAIN
Tidak terdapat data tambahan
3.2 Analisis Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Klien mengatakan Terapi HBO Risiko Cidera
telah terapi Hbo ke-6 dan
mengetahui barang-
barang yang tidak boleh Ruang gerak sempit pada
dibawa masuk ke dalam chamber
chamber
DO :
- Skala kekuatan otot Pasien transfer in/out dari ruang
44 (chamber)
42
- Klien berjalan dengan
hati-hati ketika masuk Risiko Cidera
chamber dan dibantu
Tender (perawat)
- Pintu masuk pada
chamber kecil dan juga
bagian dalam chamber
memiliki ruang gerak
yang terbatas
DS : Klien mengatakan Terapi HBO Risiko barotrauma ke telinga,
masih butuh arahan untuk sinus, gigi, dan paru-paru,
valsava secara benar atau gas emboli serebral
DO : Klien dapat Peningkatan tekanan diatas 1
menyebutkan kembali ATA
cara valsava maneuver
Perubahan tekanan udara di
dalam RUBT
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa asuhan keperawatan
hiperbarik pada pasien Tn. S dengan diagnosa medis Hernia Nukleus Pulposus dapat dilaksanakan
mulai tahap pra, intra, dan post HBO.
4.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan hiperbarik pada
pasien dengan diagnosa medis Hernia Nukleus Pulposus, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Klien sebelum melakukan terapi OHB Mempunyai keluhan gangguan tidur, tidak bisa
berjalan tanpa tongkat dan setelah dilakukan terapi OHB sampai saat ini akan terapi ke 6, klien
mengatakan sudah mulai merasa ada perubahan, tidur mulai nyenyak dan sudah bisa berjalan
tanpa menggunakan tongkat sejauh 10 meter.
2. Masalah keperawatan hiperbarik oksigen saat terapi ke 6 dari hasil temuan saat pengkajian
terdapat tiga diagnose keperawatan yaitu : Resiko Cidera. Resiko Barotrauma dan resiko
keracunan oksigen
3. Setelah dilakukannya tindakan keperawatan hiperbarik oksigen selama 2 jam didapatkan hasil
tidak terjadi Barotrauma telinga, tidak terjadi cidera dan tidak terjadi keracunan oksigen pada
Tn.S.
4.2 Saran
1. Bagi Lakesla
a. Dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, terutama dalam menerapkan
asuhan keperawatan hiperbarik oksigen pada pasien dengan diagnosa medis Hernia
Nukleus Pulposus. Salah satunya dengan cara pemberian informasi menggunakan
media leaflet yang berisi tentang manfaat terapi hiperbarik pada Hernia Nukleus
Pulposus ditujukan pada pasien dan keluarga, sehingga pasien dapat rutin menjalani
terapi yang akhirnya mendapatkan hasil yang optimal.
b. Menambah fasilitas alat kesehatan seperti tensimeter dan thermometer untuk
menunjang pemeriksaan fisik pada pasien.
2. Bagi perawat dalam membuat asuhan keperawatan sebaiknya benar-benar memperhatikan
setiap keluhan dari pasien sehingga komplikasi dapat dihindari dan dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.
3. Bagi mahasiswa-mahasiswa Progam Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga, dapat lebih meningkatkan kompetensi dan wawasan tentang
perkembangan teori-teori terbaru dalam dunia kesehatan khususnya tentang terapi
hiperbarik oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
Mahdi, H., Sasongko, Siswanto, Daniel, H., Suharsono, Soepriyoto, Setiawan, Michael, S.,
Guntoro, Agus, S. 1999. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. LAKESLA
Nuarta, Bagus.(2004). Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare.2001. KMB vol 3. Hal.2194 BAB 60 UNIT
15.EGC.Jakarta.
Lampiran WOC HNP
Proses degeneratif
Kehilangan proteein
Polisakarida
trauma Kandungan air menurun Stress okupasi
HNP
Nyeri
Tindakan Operatif
Insisi luka OP