Anda di halaman 1dari 10

A.

Syndrome Kompartemen

Syndrome kompartemen merupakan kematian jaringan akibat tidak

adanya sirkulasi ke bagian bawah luka/ patah tulang. Hal ini bisa terjadi karena:

 Akibat terputusnya pembuluh darah besar akibat trauma

 Akibat pembalutan yang terlalu kuat sehingga menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan terganggunya sirkulasi darah ke daerah tepi

 Pengikatan bidai yang terlalu kuat.

Tindakan Kegawatannya:

Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit

fungsi neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui

bedah dekompresi. Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yang terbaik,

namun beberapa hal, seperti timing, masih diperdebatkan. Semua ahli bedah

setuju bahwa adanya disfungsi neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk

melakukan fasciotomy.

Penanganan kompartemen secara umum meliputi:

1. Terapi Medikal/non bedah

Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosa kompartemen masih dalam bentuk

dugaan sementara. Berbagai bentuk terapi ini meliputi:


a. Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian

kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan

aliran darah dan akan lebih memperberat iskemia

b. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan

pembalut kontriksi dilepas.

c. Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat

perkembangan sindroma kompartemen

d. Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah

e. Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dapat

mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler,

dengan memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi

sel otot yang nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas.

2. Terapi Bedah

Fasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen mencapai > 30

mmHg. Tujuan dilakukan tindakan ini adalah menurunkan tekanan dengan

memperbaiki perfusi otot. Jika tekanannya < 30 mm Hg maka tungkai cukup

diobservasi dengan cermat dan diperiksa lagi pada jam-jam berikutnya. Kalau

keadaan tungkai membaik, evaluasi terus dilakukan hingga fase berbahaya


terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka segera lakukan fasciotomi.

Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah 6 jam.

Terdapat dua teknik dalam fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal dan

insisi ganda.Insisi ganda pada tungkai bawah paling sering digunakan karena

lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi tunggal membutuhkan diseksi

yang lebih luas dan resiko kerusakan arteri dan vena peroneal.

B. Luka Bakar

Luka bakar merupakan masalah yang besar dan serius. Luka bakan

menyebabkan kulit mengalami denaturasi protein, sehingga mengakibatkan

kehilangan fungsinya. Semakin banyak kulit yang hilang, akan semakin berat

kehilangan cairan.

Tindakan kegawatannya:

1. Manajemen Luka bakar

Manajemen luka bakar dimulai pada saat kali pertama korban ditemukan.

Pada saat korban ditemukan, biasanya api sudah mati. Dan apabila korban

masih dalam keadaan terbakar, maka dapat dilakukan tindakan atau car acara

sebagai berikut ini:


 Menyiram dengan air dalam jumlah banyak. Apabila api disebabkan

karena bensin atau minyak tanah, karena jumlah air dalam penyiraman

hanya sedikit akan mengakibatkan api semakin besar.

 Menggulingkan korban gawat darurat, kalua bisa dalam selimut basah.

Dengan cara ini, penolong harus waspada jangan sampai turut terbakar.

2. Hentikan Proses Luka

Luka bakar mengalami pendalama, walaupun si api sudah mati. Untuk

mengurangi proses pendalaman ini, luka dapat disiram dengan air bersih

untuk pendinginanannya. Proses pendalaman ini hanya akan berlangsung

selama 15 menit. Sehingga apabila pertolongan pertama tiba setelah 15 menit,

usaha ini akan sia-sia.

Bila masih ada pakaina yang menyala atau membara, harus segera dilepaskan,

demikian pula semua jenis perhiasan. Karena pakaian atau perhiasan akan

menyimpan panas dan mempercepat pendalaman luka, termasuk bila ada

kawat gigi.

3. Circulation

Kulit yang terbuka akan menyebabkan penguapan air yang berlebihan dari

tubuh, sehingga mengakibatkan terjadinya dehidrasi. Walaupun dehidrasi

akan terjadi agak lambat, namun pemasangan infus pada luka bakar diatas

15% merupakan suatu keharusan.


Pemberian Cairan Dengan Menggunakan Rumus Baxter:

Rehidrasi dilakuakn dengan perhitungan sebagai berikut:

 4cc/kgBB/% luka bakar/24 jam

 Separuhnya diberika dalam 8 jam pertama dan separuhnya lagi diberikan

dalam 16 jam berikutnya.

 Rumus ini pun tidak mutlak tepat karena banyak faktor tidak

diperhitungkan, misalnya luka bakar yang dalam

Contoh:

Korban gawat darurat dengan BB 50 kg, luas luka bakar 20%. Maka korban

gawat darurat akan mendapatkan 50 x 20 x 4cc /24 jam = 4000cc/24 jam.

Seperuhnya 2000cc (4 kolf) dalam 8 jam pertama, dan separuhnya lagi 2000cc

(4 kolf) dalam 16 jam berikutnya.

Rumus ini hanya merupakan patokan awal, dan menilai cukupannya cairan

yang diberikan lebih tepat dengan menilai produksi urin setiap jam, yaitu 30-

50cc setiap jam pada orang dewasa. Atau dapat menggunakan ukuran 1 – 1,5

cc/ kgBB/ jam. Contohnya, korban yang BB-nya 50Kg, maka produksi

urinnya normal 50 – 75 cc/ jam.

Bila masa pra-rumah sakit hanya singkat, maka tidak perlu pemasangan

kateter uretra (pemasangan DC). Namun dalam keadaan khusus dimana masa
pra-rumah sakit yang lama (transportasi yang sangat lama), maka perlu

pemasangan DC sehingga dapat dilakukan monitoring produksi urin.

4. Airway

Pada kali pertama ditemukan airway biasanya tidak terganggu. Dalam

keadaan ekstrim bisa saja airway terganggu, misalnya karena lama berada

dalam ruangan tertutup yang terbakar sehingga terjadi pengeruh panas yang

lama terhadap jalan napas. Menghisap gas atau partikel karbon yang terbakar

dalam jumlah banyak juga akan dapat mengganggu airway. Pada permulaaan

penyumbatan airway tidak total, sehingga akan tibul suara stridor (crowing).

Bila menimbulkan sesak berat dan bila dimonitor O2 kurang dari 95%, maka

ini merupakan indikasi mutlak untuk segera intubasi. Obstruksi parsial ini

dibiarkan, akan menjadi obstruksi total sehingga dapat mengakibatkan

kematian. Pada luka bakar wajah, kepala dan dada harus selalu diwaspadai

dan dimonitor jalan napas. Karena bisa terjadi tanda obstruksi setelah 6 jam

trauma. Sehingga korban dilanjutkan dirawat ICU, sampai dipastikan jalan

napas tidak terjadi obstruksi.

5. Breathing

Gangguan breathing atau pernapasan dapat timbul segera atau setelah

beberapa saat kemudian. Gangguan pernapasan yang timbul cepat dapat

disebabkan kerena:
 Inhalasi partikel –partikel panas yang menyebabkan proses peradangan dan

edema pada saluran jalan napas yang paling kecil. Mengatasi sesak yang

terjadi adalah penanganan yang agresif.

 Keracunan CO (Carbon Mono-oksida)

Asap dari api mengadung CO. Apabila korban gawat darurat berada dalam

ruangan tertutup yang terbakar, maka kemungkinan keracunana CO cukup

besar. Diagnostiknya sulit (apalagi fase pra-rumah sakit). Kulit yang

berwarna merah akan menunjukan tingkat saturasi O2 yang cukup, walupun

korban gawat darurat dalam keadaan sesak.

Bila diduga keracunan CO, maka diberikan O2 100% dengan

mengunakan non-breathing mask, ataupun bila perlu ventilasi tambahan

dengan BVM yang ada reservoir O2.

C. Fraktur Tulang Belakang

Fraktur yang paling umum dari tulang belakang terjadi pada toraks

(didaerah punggung) dan lumbar tulang belakang (punggung bawah) atau

sambungan dari keduanya (persimpangan torakolumbalis). Patah tulang ini

biasanya disebabkan oleh kecelakaan-kecepatan tinggi, seperti kecelakaan mobil

atau jatuh dari ketinggian.


Trauma pada tulang belakang (spinal cors injury) adalah cedera yang mengenai

servikal, vertebralis, dan lumbalis dari suatu trauma yang mengenai tulang

belakang (Mutttaqin, 2008).

Tindakan kegawatannya:

Pada fase pra-rumah sakit yaitu dengan menggunakan prinsip penanganan dimana

dalam penangan luka, tidak boleh mengkesampingkan atau melupakan luka

ekstremitas, walaupun perhatian kita tercurah pada keadaan yang mengancam

nyawa.

1. Survei Primer Dulu (CAB)

Bila cedera ekstremitas yang mengganggu CAB misalnya syok karena luka

dan perdarahan aktif, harus dilakukan dalam bentuk control perdarahan.

2. Survei Sekunder

Kerusakan pada ekstremitas sudah harus mendapat perhatian.

3. Memprioritaskan penanganan trauma estremitas dan luka hanya apabila

mengancam CAB.

4. Dan dalam melakukan transportasi atau mobilisasi pada korban fraktur tulang

belakang ataupun fraktur servikal lakukan teknik log roll. Serta imobilisasi

selalu harus dilakukan untuk mencegah paralisis seumur hidup bahkan

kematian.
D. Fraktur Servikal

Cedera sevikal merupaka penyebab yang paling dari kecacatan dan kelemahan

setelah trauma. Tulang servikal terdiri dari 7 tulang C1 atau atlas, C2 atau axis,

C3, C4, C5, C6, dan C7. Benturan keras atau benda tajam yang mengenao tulang

servikal ini tidak hanya akan merusak struktur tulang saja namun dapat

menyebabkan cedera pada medulla spinalis apabila benturan yang disebabkan ini

sampai pada bagian posterior tulang servikal. Struktur tulang servikal yang usak

dapat menyebabkan pergerakan kepala menjadi terganggu. Sedangkan apabila

mengenai serabut saraf spinal dapat menghambat impuls sensorik dan motorik

tubuh.

Tindakan Kegawatannya:

Pada fase pra-rumah sakit yaitu dengan menggunakan prinsip penanganan dimana

dalam penangan luka, tidak boleh mengkesampingkan atau melupakan luka

ekstremitas, walaupun perhatian kita tercurah pada keadaan yang mengancam

nyawa.

1. Survei Primer Dulu (CAB)

Bila cedera ekstremitas yang mengganggu CAB misalnya syok karena luka

dan perdarahan aktif, harus dilakukan dalam bentuk control perdarahan.

2. Survei Sekunder

Kerusakan pada ekstremitas sudah harus mendapat perhatian.

3. Memprioritaskan penanganan trauma estremitas dan luka hanya apabila

mengancam CAB.
4. Dan dalam melakukan transportasi atau mobilisasi pada korban fraktur tulang

belakang ataupun fraktur servikal lakukan teknik log roll. Serta imobilisasi

selalu harus dilakukan untuk mencegah paralisis seumur hidup bahkan

kematian. Pada korban fraktur servikal dilakukan pemasangann neck collar

untuk fixsasi tulang leher.

Anda mungkin juga menyukai