PENDAHULUAN
Jawa Timur pada tahun 2014 sejumlah 4.508 orang (6%), tahun 2015
sejumlah 4.155 orang (27%) dan pada tahun 2016 sejumlah 6.513 orang
jumlah kasus baru AIDS di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 sejumlah
1.456 orang (45%), tahun 2015 sejumlah 647 orang (20%) dan pada tahun
keuntungan bagi klien dengan hasil tes positif maupun negative dengan fokus
1
2
kepada 3 orang risiko tinggi pada 18 September 2017, diketahui bahwa alasan
adanya anjuran dari petugas kesehatan, serta 67% ingin mengetahui status
HIV/AIDS mereka.
Health Belief Model (HBM) merupakan salah satu model yang digunakan
barrier), self efficacy, serta faktor pendorong (cues to action) (Wabula, 2012).
yang diperoleh dari laporan VCT di Puskesmas Dupak selama tahun 2011,
orang per tahun dalam setiap layanan VCT berdasarkan ketersediaan tenaga,
jumlah jam kerja dan efektivitas layanan yang akan dilakukan sehingga dalam
3
1 tahun hanya 32,2% orang risiko tinggi yang dapat memenuhi target KPA
tersebut diperkirakan terdapat 600 Pekerja Seks Komersial (PSK) yakni 250
PSK di Dupak dan 350 PSK di Tambak Asri, serta diketahui sekitar 10% dari
PSK di wilayah tersebut telah HIV positif. Hasil wawancara lanjutan yang
dilakukan oleh peneliti dengan salah satu dokter di Puskesmas Dupak pada 18
September 2017, diketahui bahwa sampai saat ini cakupan pemanfaatan VCT
tinggi lainnya di luar PSK seperti pelanggan, pria risiko tinggi, serta pasangan
orang risiko tinggi belum mau melakukan VCT dengan berbagai alasan
seperti takut dengan hasil tes yang positif, merasa tidak berisiko terhadap
HIV/AIDS, tidak tahu dengan VCT, serta perasaan takut distigma. Apabila
HIV/AIDS dan VCT terutama bagi orang risiko tinggi. Banyak faktor yang
niatnya untuk VCT, responden yang memiliki persepsi hambatan yang tinggi
yang memiliki persepsi yang rendah, dan responden yang merasakan adanya
daripada mereka dengan persepsi yang rendah. Hasil penelitian yang telah
tinggi HIV antara lain 91% dari responden melaporkan bahwa mereka telah
mendengar tentang HIV/AIDS (36% mendengar melalui media dan 33% dari
risiko tertular HIV, 46% responden mengetahui tempat di mana tes HIV
(VCT) dilakukan dan 85% responden mengatakan bahwa tempat itu adalah
rumah sakit. Apabila masalah ini tidak segera diatasi maka penyebaran
HIV/AIDS akan semakin meningkat. Bila hal ini dibiarkan tanpa tindakan
yang nyata baik dari pihak eksekutif, legislatif, yudikatif maupun masyarakat
penyakit (Wabula, 2012). HBM juga dapat digunakan untuk mengidentifi kasi
keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak menentu serta teori ini
rencana dan strategi selanjutnya agar orang risiko tinggi yang memanfaatkan
dijelaskan.
Apakah ada faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan VCT pada ODHA
Surabaya.
dirasakan.
1.4.1 Teoritis
Model.
7
1.4.2 Praktis
dan profesional.
3. Penderita
Sebagai bahan rujukan atau pedoman bagi penderita dalam
Puskesmas.