Anda di halaman 1dari 17

ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK BOLAK BALIK

ARUS BOLAK BALIK

GENERATOR

Generator adalah mesin yang mengubah energi kinetik (mekanik) menjadi energi listrik.
Prinsip kerja generator adalah menghasilkan arus listrik induksi dengan cara memutar
kumparan dalam suatu medan magnetik.
Berdasarkan jenis ggl induksi atau arus listrik induksi yang dihasilkan maka generator
dapat dibedakan atas generator arus bolak-balik (AC) dan generator arus searah (DC).
Perbedaan generator arus searah dengan generator arus bolak-balik hanyalah pada
cincin luncur (cincin kolektor) yang berhubungan dengan kedua ujung kumparan
dimana generator AC memiliki dua buah cincin yang masing-masing berhubungan
dengan tiap ujung kumparan sedangkan generator DC memiliki sebuah cincin yang
terbelah di tengahnya yang disebut cincin belah atau komutator.
Generator AC sederhana terdiri dari sebuah kumparan yang diputar dalam suatu medan
magnetik seperti gambar yang ditunjukkan gambar di atas. Untuk melihat bagaimana
arus dibangkitkan oleh generator, perhatikan dua sisi vertikal dari kumparan pada
gambar tersebut. Agar kumparan berputar berlawanan arah jarum jam maka sisi
vertikal kiri harus mengalami gaya F ke depan dan sisi vertikal kanan harus mengalami
gaya F ke belakang. Sesuai dengan kaidah telapak tangan untuk gaya magnetik (gaya
Lorentz), arus I pada sisi vertikal kiri haruslah ke atas, dan arus I pada sisi vertikal
kanan haruslah ke bawah, seperti ditunjukkan pada gambar tersebut. Arah gaya F pada
gambar searah dengan arah normal bidang kumparan n. dengan demikian sudut antara
arah induksi magnetik B dan arah normal bidang n adalah θ. Dalam generator,
perputaran kumparan menyebabkan sudut θ selalu berubah, dan ini menyebabkan fluks
magnetik (Ф), yang menerobos bidang kumparan juga berubah. Pada ujung-ujung
kawat loop dibangkitkan ggl induksi (ε), yang dapat dihitung dengan persamaan:
ε=-NBA (d cosθ)/dt

Bila loop diputar dengan kecepatan sudut ω maka θ = ωt, dan persamaan di atas dapat
ditulis sebagai:
ε=-NBA (d )/dt(cos⁡〖ωt)〗
ε=NBA ω sin⁡ωt

Jika ggl induksi maksimum antara ujung-ujung sikat sama dengan ε_m, maka
persamaan di atas dapat ditulis sebagai:
ε=ε_m sin⁡〖ωt=〗 NBA ω sin⁡ωt

Dengan ggl maksimum, ε_m, diberikan oleh:


ε_m=NBAω

Dengan ε = ggl induksi sesaat, ε_m = ggl induksi maksimum, ω = kecepatan sudut putar
dari loop dan t = lama loop telah berputar. Nyata bahwa ggl induksi yang dihasilkan
pada loop berubah terhadap waktu setiap satu periode T=2π/ω.
ARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK
Arus dan tegangan bolak-balik adalah arus dan tegangan yang nilainya selalu berubah
terhadap waktu secara periodik. Besaran seperti ini disebut arus dan tegangan
bolak-balik atau AC (Alternating Current). Apabila pada arus searah Anda dapat
mengetahui nilai dan tegangannya yang selalu tetap. Maka, pada arus bolak-balik Anda
akan dapat mengetahui nilai maksimum yang dihasilkan dan frekuensi osilasi yang
dihasilkan oleh sumbernya. Arus dan tegangan listrik bolak-balik berbentuk sinusoida
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1.3 berikut.

Secara matematis, arus dan tegangan listrik bolak-balik tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut:

Dimana:
V = tegangan sesaat (V)
I = arus sesaat (A)
Vm = tegangan maksimum (V)
Im = arus maksimum (A)
f = frekuensi (Hz)
T = periode (s)
t = waktu (s)
ωt = sudut fase (radian atau derajat)

Hubungan amplitudo tegangan atau arus bolak-balik dengan sudut fase dapat
dinyatakan secara grafik dalam diagram fasor. Fasor adalah suatu vektor yang berputar
berlawanan arah putaran jarum jam terhadap titik asal dengan kecepatan sudut ω. Fasor
suatu besaran dilukiskan sebagai suatu vektor yang besar sudut putarnya terhadap
sumbu horizontal (sumbu x) sama dengan sudut fasenya. Nilai maksimum besaran
tersebut adalah sama dengan panjang fasor, sedangkan nilai sesaatnya adalah proyeksi
fasor pada sumbu vertikal (sumbu y). Berikut adalah gambar diagram fasor untuk arus
dan tegangan yang sudut fasenya sama (sefase) serta gambar fungsi waktu dari arus dan
tegangan tersebut.

Sesungguhnya arus dan tegangan bolak-balik bukanlah besaran vektor, melainkan


besaran skalar. Penggambaran arus dan tegangan bolak-balik sebagai fasor adalah
untuk mempermudah analisis rangkaian arus bolak-balik yang lebih rumit.
NILAI RATA-RATA DAN NILAI EFEKTIF
Nilai rata-rata arus bolak-balik adalah kuat arus bolak-balik yang nilainya setara
dengan kuat arus searah untuk memindahkan sejumlah muatan listrik yang sama dalam
waktu yang sama. Arus rata-rata dinyatakan dengan:

Sedangkan tegangan rata-rata dinyatakan dengan:

Nilai efektif arus dan tegangan bolak-balik ialah arus dan tegangan bolak-balik yang
setara dengan arus dan tegangan searah untuk menghasilkan jumlah kalor yang sama
ketika melalui suatu resistor dalam waktu yang sama. Secara matematis, hubungan
antara arus dan tegangan efektif dengan arus dan tegangan maksimum dinyatakan
dengan:

Contoh Soal

Jala-jala listrik di rumah mempunyai tegangan 220 volt. Sebuah alat listrik dengan
hambatan 50 ohm dipasang pada jala-jala tersebut. Hitunglah:
Nilai efektif dan maksimum tegangan
Nilai efektif dan maksimum arus listrik yang mengalir
Penyelesaian:
Tegangan hasil pengukuran adalah nilai efektif, jadi Vef = 220 volt dan R = 50 Ω
Vef = 220 volt
Vmax = V_ef √2=220√2 volt

Gunakan hukum Ohm untuk menentukan kuat arus.


I_ef=V_ef/R=220/50=4,4 A
I_m=V_m/R=(220√2)/50=22/5 √2 A

Sebuah generator AC menghasilkan tegangan sebagai fungsi waktu sebagai berikut:


V=200√2 sin⁡〖50t volt.〗 Hitunglah:
Tegangan maksimum
Tegangan puncak ke puncak
Tegangan efektif
Frekuensi angular
Periode
Frekuensi
Tegangan pada saat 0,01π sekon
Penyelesaian:
Bandingkan persamaan umum tegangan dengan persamaan yang diketahui:
V=V_m sin⁡ωt volt
V=200√2 sin⁡〖50t volt〗
V_m=200√2 volt
Tegangan puncak ke puncak sama dengan dua kali tegangan maksimum
Vpp = 2Vm = 2 . 200√2 volt = 400√2 volt
V_ef=V_m/√2=(200√2)/√2=200 volt
ω=50 rad/s
ω=2π/T → T=2π/ω=2π/50=π/25 s
f=1/T=1/(π⁄25)=25/π Hz
V pada t = 0,01 π sekon:
V=200√2 sin⁡50t=200√2 sin⁡〖50 (0,01π)〗
V=200√2 sin⁡〖0,5π=200√2 sin⁡〖〖90〗^o=〗 〗 200√2 volt

Alat Ukur Tegangan dan Arus Bolak-Balik

Tegangan dan arus listrik bolak-balik diukur dengan voltmeter AC dan amperemeter
AC (seperti terlihat pada gambar 1.5). Dengan menggunakan alat ukur voltmeter atau
amperemeter AC besaran yang terukur adalah nilai rms (root mean squere) = akar
rata-rata kuadrat arus = ; = rata-rata dari atau nilai efektif dari tegangan atau arus.
Secara umum hasil pengukuran tegangn (V) dan arus (I) dapat ditulis sebagai berikut:
I=(Penunjukan jarum)/(Skala maksimum)×Batas ukur maksimum

V=(Penunjukan jarum)/(Skala maksimum)×Batas ukur maksimum

Contoh Soal

Sebuah amperemeter AC digunakan untuk mengukur kuat arus bolak-balik sehingga


jarum amperemeter menunjukkan angka seperti pada gambar di samping. Tentukanlah:
Nilai efektif
Nilai maksimum
Nilai rata-rata arus bolak-balik

Penyelesaian:
Kawat rangkaian listrik dihubungkan dengan terminal arus 0 A dan 10 A, artinya batas
ukur maksimum amperemeter 10 A. Skala amperemeter adalah 0 sampai dengan 50,
sehingga jika jarum amperemeter menunjukkan angka 50 maka hasil pengukuran
adalah maksimum, 10 A.
Penunjukkan amperemeter adalah nilai efektif sehingga:
I_ef=40/50×10=8 A
Nilai maksimum I_m=I_ef √2=8√2 A
Nilai rata-rata I_r=(2I_m)/π=(2×8√2)/π=16/π √2 A

Untuk melihat bentuk tegangan atau arus sinusoidal yang dihasilkan oleh sumber
bolak-balik dapat digunakan alat ukur osiloskop (Lihat gambar 1.6). Sumbu vertikal
menunjukkan nilai tegangan atau arus yang dihasilkan oleh sumber bolak-balik dan
sumbu horizontalnya menunjukkan waktu. Dari monitor osiloskop dapat ditentukan
nilai maksimum dari tegangan atau arus listriknya dan dari sumbu horizontal dapat
ditentukan periode atau frekuensi dari sumber bolak-baliknya. Monitor dari sebuah
osiloskop terbagi-bagi menjadi baris-baris dan kolom-kolom sehingga membentuk
sebuah kotak.

Perhatikan gambar berikut!


Jika sumbu vertikal diatur pada tegangan 2 V/cm, waktu dalam arah horizontal
menunjukkan 10 ms/cm dan tiap kotak memiliki ukuran 1 cm × 1 cm. Tentukanlah:
a. tegangan maksimum sumber AC;
b. frekuensi sumber AC.
Penyelesaian:
a. Dari gambar dapat dilihat tegangan dari puncak ke puncak

Jadi, tegangan maksimumnya 4 volt.

b. Periode dari gelombang sinusoidal yang dihasilkan adalah:

Frekuensi getarnya

Jadi besar frekuens sumber AC tersebut adalah 25 Hz.

RESISTOR, INDUKTOR DAN KAPASITOR DALAM


RANGKAIAN AC
GEJALA PERALIHAN PADA INDUKTOR
Tinjau rangkaian RL–seri yang dihubungkan dengan baterei ε melalui sakelar S, seperti
dalam Gambar 2 (a). Gambar 2 (b) menggambarkan beberapa contoh induktor dalam
berbagai bentuk dan ukuran yang tersedia di pasaran. Induktor berperilaku mirip massa
yang selalu menghambat gerakan, maka induktor juga selalu melawan perubahan
tegangan. Pada saat sakelar disambungkan maka dalam rangkaian terjadi perubahan
tegangan, di sinilah perlawanan induktor akan teramati. Perilakunya berbeda dengan
resistor. Hubungkan sakelar S ke a, berarti rangkaian RL–seri tersambung dengan
baterei ε, sehingga arus mengalir dalam rangkaian dan memenuhi hukum kedua
Kirchhoff:
ε= V_L+ V_R=L di/dt+iR
L di/dt= ε-iR

Sesuaikan ruas kiri hingga mendapatkan bentuk integral dx/x. Kemudian lakukan
integral dengan batas waktu saat t = 0 adalah saat sakelar ditutup dan nilai arus i(0) = 0.
Sedangkan saat t detik dari saat sakelar ditutup nilai arus listrik pada rangkaian adalah
i(t).
ln⁡〖((ε-iR)/ε)= -R/L t〗
Ambil nilai eksponesial dipangkatkan dengan nilai masing masing ruas persamaan
tersebut yaitu:
e^(ln⁡((ε-iR)/ε) )= ((ε-iR)/ε)=1-iR/ε=e^(-Rt/L)
i(t)= ε/R (1-e^(-Rt/L) )

Jika persamaan diatas digambarkan dalam bentuk grafik arus terhadap waktu, diperoleh
Gambar 3. Persamaan 1 menggambarkan arus pada rangkaian RL–seri sebagai fungsi
waktu yaitu merupakan proses penyimpanan energi baterei ε menjadi energi magnetik
dalam induktor, dari persamaan tersebut terlihat bahwa nilai maksimum arus dalam
rangkaian i(t) = ε/R dicapai pada t = ∞.

Nilai arus i(t) memerlukan waktu τ = L/R bertepatan dengan nilai arus [1– (1/e)] dari
nilai arus saat dimulainya proses (t = 0). Sedangkan nilai maksimum arus pada
rangkaian yaitu I = ε/R, dapat tercapai dalam waktu t » τ, seperti pada Gambar 3. Jika
sakelar S pada gambar 2 dipindah ke titik b, berarti baterei dilepas dari rangkaian RL–
seri, persamaan hukum kedua Kirchhoff menjadi:
V_L+V_R=0
L di/dt+iR=0
di/t=-R/L dt

Integralkan persamaan tersebut dengan batas awal t = 0 sesuai dengan i(0) = ε/R sampai
dengan saat t detik dengan arus pada induktor i(t), diperoleh :
ln[(i(t))/(ε⁄R)]=-R/L t
Ambil nilai eksponesial dipangkatkan dengan nilai masing masing ruas persamaan:
e^ln[(i(t))/(ε⁄R)] =(i(t))/[ε⁄R] =e^(-R/L t)
i(t)=ε/R e^(-Rt/L)

Persamaan 4 menggambarkan arus pada induktor berubah terhadap waktu bila baterei
dilepas dari rangkaian RL dari kondisi arus awal pada induktor adalah arus maksimum
i(0) = ε/R. Nilai arus pada induktor akan terus menurun secara ekponensial, dari
persamaan tersebut terlihat bahwa i(t) = 0 dicapai pada t = ∞.

GEJALA TRANSIEN PADA KAPASITOR


Biasanya pengertian kapasitor adalah dua bahan logam yang berbentuk identik yang
kedua luas permukaannya dapat berhadapan secara simetris mengikuti arah medan
listrik, sehingga memiliki kemampuan untuk menyimpan muatan listrik. Namun
kenyataanya konduktor tunggalpun memiliki kapasitansi yang merupakan ukuran daya
tampung muatan. Artinya konduktor tunggal pun mampu menampung muatan listrik.
Contoh benda berbentuk bola dapat diberi muatan karena bentuk simetri lainnya
dianggap berada di tak hingga. Kapasitor yang tersedia di pasar dapat ditunjukkan
dalam berbagai jenis dan ukuran seperti gambar di atas. Simbol untuk kapasitor
digambarkan seperti gambar berikut.

Kapasitansi didefinisikan sebagai:


C=Q/∆V

Artinya, daya tampung muatan pada suatu kapasitor bergantung pada beda potensial
diantara kedua keping yang berhadapan secara simetris. Nilai beda potensial ini
bergantung pada bentuk fisik dan ukuran serta jarak antara kedua keping. Hampir
semua komponen dalam rangkaian listrik memiliki kapasitansi, misal kabel, kawat
maupun resistor. Satuan SI untuk menyatakan kapasitansi adalah F (farad), namun
karena satuan ini terlalu besar untuk keperluan sehari hari digunakan mikrofarad
(ditulis μF = 10–6F), nanofarad (ditulis nF = 10–9F) dan pikofarad (ditulis pF = 10–
12F).

Gambar 1.10 menunjukkan hubungan antara bentuk fisik dan arah medan listrik pada
kapasitor berbentuk keping.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK


Pada dasarnya, komponen-komponen rangkaian listrik menunjukkan karakteristik yang
berbeda ketika dihubungkan dengan sumber tegangan searah dan ketika dihubungkan
dengan sumber tegangan bolak-balik. Karena itu, karakteristik rangkaian arus searah
berbeda dengan karakteristik rangkaian arus bolak-balik dan salah satu perbedaan
tersebut berkaitan dengan fase antara tegangan dan arus.
Pada umumnya, semua rangkaian listrik mempunyai hambatan, kapasitas, dan
induktansi meskipun pada rangkaian tersebut tidak terdapat resistor, kapasitor, dan
induktor. Akan tetapi nilai hambatan, kapasitas, dan induktansi tersebut tergantung
pada jenis komponen yang terdapat dalam rangkaian, dan mungkin pada keadaan
tertentu nilai hambatan, kapasitas, dan induktansi tersebut dapat diabaikan, sedangkan
pada keadaan lain mungkin tidak dapat diabaikan. Secara teoritis dapat dianggap bahwa
rangkaian listrik terdiri dari rangkaian resistif, rangkaian induktif, dan rangkaian
kapasitif

RANGKAIAN RESISTIF
Rangkaian resistif merupakan rangkaian yang hanya terdiri dari sumber tegangan (V)
dengan resistor yang mempunyai hambatan R dan nilai kapasitas (C) maupun
induktansi (L) rangkaian tersebut diabaikan. Perhatikan sebuah rangkaian arus
bolak-balik yang terdiri dari sebuah resistor dan generator AC seperti gambar berikut
ini:

Tegangan pada resistor VR sama dengan tegangan generator sehingga untuk rangkaian
resistif dapat ditulis:

V_R=V_m sin⁡ωt

I_R=V_m/R sin⁡ωt= I_m sin⁡ωt


Dengan demikian akan berlaku juga hubungan sebagai berikut:

I_m=V_m/R

I_ef=V_ef/R

Karena rangkaian resistif dianggap tidak mempunyai induktansi dan kapasitas, maka
rangkaian resistif tidak dipengaruhi oleh perubahan medan magnet di sekitarnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada rangkaian resistif, arus dan tegangan bolak-balik
mempunyai fase yang sama atau beda fasenya nol.

RANGKAIAN INDUKTIF
Rangkaian induktif merupakan rangkaian yang hanya terdiri dari sumber tegangan (V)
dengan induktor yang mempunyai induktansi L dan nilai-nilai hambatan (R) maupun
kapasitas (C) rangkaian tersebut diabaikan, seperti ditunjukkan gambar berikut:

Arus yang mengalir pada rangkaian induktif murni berubah terhadap waktu yang
memenuhi persamaan I=I_m sin⁡〖ωt,〗 sehingga pada induktor terinduksi gaya
gerak listrik yang memenuhi persamaan:

ε_ind=-L dI/dt=-L d(I_m sin⁡ωt )/dt

Karena pada rangkaian induktif, hambatan rangkaian (R) dan kapasitasnya (C)
diabaikan, maka tidak ada penurunan potensial (IR) pada induktor, sehingga tegangan
sumber V sama dengan gaya gerak listrik induksi 〖-ε〗_ind= V_L, yaitu:

V=-ε_ind atau V = VL

V_m sin⁡ωt= L dI/dt → dI=V_m/L sin⁡〖ωt dt〗

∫▒〖dI= ∫〖V_m/L sin⁡〖ωt dt〗 〗〗

I=-V_m/ωL cos⁡〖ωt, dimana cos ωt= -〖sin(〗⁡〖ωt-π/2)〗 〗


I=V_m/ωL sin (ωt-π/2)= I_m 〖 sin〗⁡(ωt-π/2)

Jadi pada rangkaian induktif arus listrik mempunyai fase yang berbeda dengan
tegangan. Sesuai dengan persamaan I dan V di atas, maka beda fase antara arus dan
tegangan pada rangkaian induktif adalah ∅ =π/2. Dalam hal ini, pada rangkaian induktif,
tegangan (V) mendahului arus (I) dengan beda fase sebesar π/2 atau 90o.
Meskipun pada rangkaian induktif tidak terdapat resistor, tetapi pada rangkaian ini
terdapat sebuah besaran yang mempunyai sifat yang sama dengan hambatan listrik,
yaitu reaktansi induktif, yang besarnya dapat ditentukan sebagai berikut:

X_L=ωL=2πfL
Dengan:
X_L = reaktansi induktif (Ω)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
f = frekuensi sumber AC (Hz)
L = induktansi induktor (H)

RANGKAIAN KAPASITIF
Rangkaian kapasitif adalah rangkaian yang hanya terdiri dari sumber tegangan (V)
dengan kapasitor yang mempunyai kapasitas C dan nilai-nilai hambatan (R) dan
induktansi (L) rangkaian tersebut diabaikan, seperti ditunjukkan gambar berikut ini:

Pada rangkaian kapasitif murni, tegangan yang dipasang pada kapasitor berubah
terhadap waktu sesuai dengan persamaan V=V_m sin⁡〖ωt,〗 sehingga muatan yang
tersimpan pada kapasitor memenuhi persamaan berikut:

Q=CV=C(V_m sin⁡ωt )=CV_m sin⁡ωt

Sehingga arus listrik pada kapasitor ditentukan sebagai berikut:

I=dQ/dt=d(CV_m sin⁡ωt )/dt

I=ωC V_m cos⁡ωt

I=ωC V_m sin⁡〖(ωt+π/2)= I_m 〗 sin⁡(ωt+π/2)

Sesuai dengan persamaan I dan V di atas, maka pada rangkaian kapasitif, arus
mempunyai beda fase sebesar ∅ =π/2 dengan tegangan. Dalam hal ini, arus mendahului
tegangan dengan beda fase sebesar π/2 atau 90o.
Seperti juga pada rangkaian induktif, maka pada rangkaian kapasitif terdapat sebuah
besaran reaktansi yang disebut reaktansi kapasitif dan besarnya dapat ditentukan
sebagai berikut:

X_C=1/ωC=1/2πfC
Dengan:
X_C = reaktansi kapasitif (Ω)
C = kapasitas kapasitor (F)

Contoh Soal

Sebuah rangkaian arus bolak-balik yang bersifat induktif murni terdiri dari induktor
dengan induktansi L = 25 mH dan sumber tegangan AC dengan tegangan efektif 150 V.
berapakah:
Reaktansi induktifnya
Kuat arus efektif rangkaian jika frekuensi sumber 50 Hz.

Penyelesaian:
X_L=ωL=2πfL=2π(50)(25×〖10〗^(-3) )=7,85 Ω
I_ef=V_ef/X_L =150/7,85=19,1 A
Sebuah kapasitor 8 μF dihubungkan dengan sebuah sumber tegangan AC yang
tegangan efektifnya 150 V dan frekuensinya f = 50 Hz. Berapakah:
Reaktansi kapasitif
Arus efektif di dalam rangkaian

Penyelesaian:
X_C=1/ωC=1/2πfC=1/(2π(50)(8×〖10〗^(-6)))=397,89 Ω
I_ef=V_ef/X_C =150/397,89=0,38 A

RANGKAIAN SERI R-L-C

Pada kegiatan belajar sebelumnya telah dibahas bagaimana pengaruh resistor, induktor,
dan kapasitor yang dihubungkan secara terpisah dengan sebuah sumber arus
bolak-balik I=I_m sin⁡ωt. Sekarang akan ditinjau, apa yang akan terjadi jika ketiga
elemen tersebut dihubungkan secara seri, yang sering disebut rangkaian seri RLC
seperti gambar di atas.

HUBUNGAN VR, VL, VC, DAN V PADA RANGKAIAN SERI RLC

Untuk menentukan hubungan VR, VL, dan VC digunakan diagram fasor. Perhatikan
bahwa karena ketiga elemen berhubungan seri, maka arus yang mengalir melalui semua
elemen sama besar, yaitu I=I_m sin⁡ωt. Dengan kata lain arus bolak-balik di semua
titik pada rangkaian seri RLC memiliki nilai maksimum dan fase yang sama. Akan
tetapi tegangan pada masing-masing elemen akan memiliki nilai dan fase yang berbeda.
Tegangan pada resistor VR sefase dengan arus I, tegangan pada induktor VL
mendahului arus π/2 rad atau 90o, dan tegangan pada kapasitor tertinggal dari arus π/2
rad atau 90o. Dengan demikian dapat ditulis:
V_R=I_m R sin⁡ωt= V_mR sin⁡ωt
V_L=I_m X_L 〖sin 〗⁡〖(ωt〗+〖90〗^o)= V_mL sin⁡〖 (ωt〗+〖90〗^o)
V_C=I_m X_C sin⁡〖 (ωt〗-〖90〗^o)= V_mC sin⁡〖 (ωt〗-〖90〗^o)

Jika ditetapkan sudut ωt pada sumbu x, maka diagram fasor untuk arus I, tegangan VR,
VL, dan VC akan tampak seperti gambar berikut.

Sesuai dengan hukum Kirchoff, tegangan antara ujung-ujung rangkaian seri RLC, yaitu
VAB = V adalah jumlah fasor antara VR, VL, dan VC. penjumlahan fasor tersebut
menghasilkan besar tegangan total, yaitu:

V=√(V_R^2+(V_L-V_C )^2 )

Tampak jelas pada gambar bahwa beda sudut fase antara arus dan tegangan θ
memenuhi hubungan:

tan⁡〖θ=(V_L-V_C)/V_R 〗

IMPEDANSI RANGKAIAN SERI R-L-C


Pada rangkaian DC umumnya hanya akan ditemukan satu macam hambatan yaitu
resistor murni R, nilai hambatan total dari beberapa resistor yang terhubung secara seri
adalah penjumlahan secara aljabar (skalar) masing-masing hambatan tersebut.
Pada rangkaian AC, terdapat resistor, induktor, dan kapasitor dalam rangkaian. Efek
hambatan total yang dihasilkan oleh R, XL, dan XC dalam rangkaian AC disebut
impedansi (Z). Nilai Z tidak dapat dihitung dengan penjumlahan aljabar (skalar) seperti
pada arus searah. Untuk menentukan nilai Z digunakan persamaan berikut:
V=√(V_R^2+(V_L-V_C )^2 )
IZ=√((IR)_^2+(〖IX〗_L-〖IX〗_C )^2 )
IZ=I√((R)_^2+(X_L-X_C )^2 )
Z=√((R)_^2+(X_L-X_C )^2 )

Beda sudut fase antara kuat arus I dengan tegangan V adalah:

tan⁡〖θ=(V_L-V_C)/V_R 〗=(〖IX〗_L-〖IX〗_C)/IR

tan⁡〖θ=(X_L-X_C)/R〗

Dengan menggunakan kedua persamaan di atas dapat dibuat diagram fasor untuk
impedansi seperti tampak pada gambar berikut.

Contoh Soal

Rangkaian R-L-C seri dengan R = 80 ohm, XL = 100 ohm, dan Xc =40 ohm. Rangkaian
ini dihubungkan dengan tegangan bolak-balik dengan tegangan efektif 220 V.
Tentukanlah:
a. impedansi rangkaian;
b. arus efektif yang mengalir pada rangkaian;
c. tegangan efektif antara ujung-ujung induktor.

Penyelesaian:
Impedansi rangkaian

Arus efektif pada seluruh rangkaian

Tegangan efektif antara ujung-ujung induktor

RESONANSI PADA RANGKAIAN R-L-C

Resonansi pada rangkaian seri R-L-C terjadi ketika XL = XC. Keadaan ini
menyebabkan impedansi rangkaian Z memiliki harga minimum yang bernilai sama
dengan hambatan murni R. Adapun arus dalam rangkaian menjadi maksimum. Garis
singgung antara kurva Z dan garis linear R merupakan titik terjadinya frekuensi
resonansi. Di titik tersebut besaran Z bernilai minimum. Perhatikan gambar berikut.

Saat terjadinya resonansi,


Oleh karena , maka diperoleh frekuensi resonansi

Rangkaian resonansi dapat dijumpai pada rangkaian penala, caranya dengan


mengubah-ubah frekeunsi melalui kondensator variabel. Jika frekuensinya sesuai,
frekuensi gelombang radio akan di tangkap.

Contoh Soal
Pada frekuensi berapakah sebuah rangkaian R-L-C seri yang dihubungkan bertegangan
bolak-balik akan beresonansi. Apabila R = 80 ohm, L = 1 henry, dan C = 1 F?
Penyelesaian:
Diketahui
R = 80 ohm
L = 1 henry
C = 1 F = 10-6 F
Ditanyakan: f = …?
Jawab:
Frekuensi resonansi terjadi jika:

Oleh karena , maka diperoleh frekuensi resonansi

Jadi besar frekuensi resonansinya adalah Hz.

DAYA PADA ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK

Induktor dan kapasitor yang terpasang pada rangkaian arus bolak-balik membutuhkan
tambahan energi listrik. Daya yang diserap dalam rangkaian resistif (Z) besarnya
adalah

Dan dalam rangkaian R-L-C seri adalah


c
Persamaan di atas disebut juga sebagai daya semu. Adapun daya yang sesungguhnya
atau daya rata-rata adalah

Keterangan
= beda fase antara arus dan tegangan
Cos = faktor daya

Contoh Soal
Sebuah rangkaian seri R–L-C dengan R = 30 Ω, L = 0,6 H dan C = 500 F
dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik yang memiliki V = 300 sin 100t
Volt. Tentukan:
Impedansi rangkaian
Daya rata-rata yang diserap rangkaian

Penyelesaian:
Diketahui:
R = 30 Ω
L = 0,6 H
C = 500 F = 500 x 10-6 F = 5 x 10-4 F
V = 300 sin 100t Volt
Ditanyakan:
Z = …?
P = …?
Jawab:
Dari tegangan V = 300 sin 100 t Volt, didapatkan:
Vm = 300
= 100
Beda sudut fase

Impedansi rangkaian
XL = .L = 100 . 0,6 = 60 Ω

Sehingga:

Daya rata-rata yang diserap rangkaian adalah

Sehingga:

Jadi besar daya rata-rata yang diserap adalah 540 W.

TRANSFORMATOR

Apakah transformator itu? Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kamu sering


mendengar atau mungkin telah menggunakan transformator. Transformator adalah alat
yang digunakan untuk mengubah tegangan bolak-balik (AC) dari satu nilai tertentu
menjadi nilai yang diinginkan.
Transformator atau trafo terdiri dari pasangan kumparan primer dan sekunder yang
terpisah dan dililitkan pada inti besi lunak. Kumparan primer berfungsi sebagai input
dan kumparan sekunder berfungsi sebagai output. Prinsip dasar cara kerja
transformator adalah hukum induksi Faraday. Kumparan primer dihubungkan ke suatu
sumber arus bolak-balik yang besar arus listriknya senantiasa berubah terhadap waktu.
Arus pada kumparan primer ini bekerja seolah-oleh mengalirkan atau memutuskan arus
searah secara berulang-ulang sehingga terjadi perubahan garis-garis gaya magnet yang
memotong kumparan sekunder. Akibatnya, timbul GGL induksi dalam kumparan
sekunder yang berfungsi sebagai output dengan mengalirkan arus listrik induksi.
Dengan menentukan jumlah lilitan yang
sesuai untuk tiap kumparan, dapat dihasilkan GGL kumparan sekunder yang berbeda
dengan GGL pada kumparan primer.
Hubungan antara tegangan dengan jumlah lilitan kumparan pada sebuah transformator
dapat ditulis secara matematis sebagai berikut.

dengan:
Vs = tegangan sekunder (volt)
Vp = tegangan primer (volt)
Ns = lilitan sekunder (lilitan)
Np = lilitan primer (lilitan)

Contoh Soal
Sebuah tarfo step-up kumparan primernya terdiri atas 50 lilitan dan kumparan
sekundernya 100 lilitan. Jika tegangan primernya 110 V, berapakah tegangan pada
kumparan sekundernya?

Penyelesaian
Diketahui:
Np = 50 lilitan
Ns= 100 lilitan
Vp = 110 V
Ditanyakan: Vs = ?
Jawab:

Jadi, tegangan pada kumparan sekunder adalah 220 V.

Persamaan Trafo untuk Transformator Ideal


Apakah jumlah energi yang masuk sama dengan jumlah energi yang keluar? Menurut
hukum kekekalan energi, apabila transformator itu adalah transformator ideal maka
jumlah energi yang masuk ke dalam sebuah transformator sama dengan jumlah energi
yang keluar dari transformator itu. Akibatnya, daya listrik yang ada pada kumparan
primer (Pp) adalah sama dengan daya listrik yang ada pada kumparan sekunder (Ps).
Dengan demikian, secara matematis dapat ditulis:

Pp = Ps

Karena Pp = Vp Ip dan Ps = Vs Is, maka:

Vp Ip = Vs Is

Keterangan:
Pp = daya pada kumaparan primer (watt)
Ps = daya pada kumparan sekunder (watt)

Contoh Soal
Sebuah trafo step-down dihubungakan dengan sumber tegangan 220 V. Trafo ini
digunakan untuk menyalakan lampu bertegangan 10 V. Jika kuat arus listrik yang
melalui lampu 4 A, berapakah kuat arus listrik yang melalui kumparan primer?

Penyelesaian:
Diketahui:
Vp = 220 V
Vs = 10 V
Is = 4 A
Ditanyakan: Ip =….. ?
Jawab:
Vp Ip = Vs Is

Jadi, arus listrik yang melewati kumparan primer adalah 0,182 A.

Efisiensi Transformator

Inti transformator terbuat dari pelat-pelat besi. Ketika suatu tegangan bolak-balik
dihubungkan pada transformator maka akan dihasilkan garis-garis gaya magnet yang
selalu berubah. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya arus pusat pada inti
tarnsformator. Inti transformator terbuat dari besi yang bersifat sebagai penghantar
yang memiliki hambatan listrik sehingga timbul kehilangan energi dalam bentuk kalor.
Selain itu, kumparan primer dan sekunder yang terbuat dari kawat tembaga dan bersifat
sebagai penghantar dengan nilai hambatan listrik tertentu juga menimbulkan
kehilangan energi dalam bentuk kalor. Dalam transformator selalu timbul kalor
sehingga energi listrik yang keluar dari transformator selalu lebih kecil daripada energi
listrik yang masuk ke transformator. Sebagian energi listrik itu berubah menjadi kalor.
Keadaan ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.
Efisiensi transformator didefinisikan sebagai perbandingan antara daya listrik yang
keluar dari transformator dengan daya listrik yang masuk ke transformator.

Transformator adalah alat atau mesin yang sangat efisien. Efisiensi transformator dapat
mencapai 99%.

Contoh Soal
Sebuah tarnsformator memiliki tegangan primer 220 V dan tegangan sekunder 110 V.
Apabila kuat arus yang mengalir melalui tegangan primer sebesar 0,2 A, ternyata kuat
arus yang mengalir pada kumparan sekunder menjadi 0,3 A. Berapakah efisiensi
transformator itu?
Jawaban:
Diketahui:
Vp = 220 V
Vs = 110 V
Ip = 0,2 A
Is = 0,3 A
Ditanyakan: = ….. ?
Jawab:

Jadi, efisiensi transformator adalah 75%.

Anda mungkin juga menyukai