Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Penyakit Tidak Menular


Pokok Bahasan : Hipertensi
Sasaran : Ibu-ibu warga RT 14 RW V Kel.Tempurejo Kec. Pesantren Kota
Kediri
Tempat : Rumah Ny. Puji (Ketua RT 14
Waktu : Minggu 2 Desember 2018, pukul 18.30 WIB
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Media : Leafleat
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan pada Warga RT 14 diharapkan mampu memahami
tentang penyakit hipertensi dan penanganannya.
Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan;
 Warga RT 14 dapat memahami pengertian hipertensi dan klasifikasinya.
 Warga RT 14 dapat mengenal tanda – tanda dan gejala hipertensi
 Warga RT 14 dapat mengetahui penyebab hipertensi
 Warga RT 14 dapat mengetahui komplikasi / bahaya yang dapat ditimbulkan
 Warga RT 14 dapat memahami pencegahannya dan diet pada hipertensi
Rencana Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada saat pembelajaran dan pada akhir pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan, sebagai berikut
a. Jelaskan pengertian hipertensi dengan benar?
b. Sebutkan faktor – faktor penyebab hipertensi?
c. Sebutkan tanda dan gejala hipertensi?
d. Sebutkan diit hipertensi?
e. Sebutkan akibat hipertensi?
f. Sebutkan cara pencegahan hipertensi?

Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Kegiatan penyaji Kegiatan peserta Media
Pembukaan  Salam pembuka Memperhatikan Ceramah
(5 menit)  Menjelaskan maksud dan mendengarkan dan dan
tujuan penyuluhan. menjawab pertanyaan tanya
 Memberi pertanyaan jawab
perihal yang akan
disampaikan
Penyajian Menyampaikan materi : Memperhatikan dan Ceramah
(10 – 15 menit )  Menjelaskan pengertian mendengarkan membagi
hipertensi keterangan kan
 Menyebutkan klasifikasi leafleat
hipertensi
 Menjelaskan penyebab
dari hipertensi
 Menjelaskan tanda –
tanda dan gejala
hipertensi
 Menjelaskan komplikasi
dan bahaya yang dapat
ditimbulkan
 Menjelaskan pencegahan
dari penyakit hipertensi
 Menjelaskan diet bagi
penderita hipertensi
Penutup  Memberikan kesimpulan, Bertanya Tanya
( 5 – 10 menit ) bertanya pada audien Menjawab pertanyaan jawab
 Mengevaluasi hasil penyuluhan
penyuluhan dan salam

Materi Penyuluhan
1. Pengertian
WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 140/90
mmhg, sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi
merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal
dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg
2. Klasifikasi

Klasifikasi Tekanan darah (mmHg)


Normal < 120 - 129 dan atau < 80 - 84
Pre-hipertensi 130-139 dan atau 85-89
Hipertensi tingkat I 140-159 dan atau 90 – 99
Hipertensi tingkat II 160-189 dan atau 100-109
HT emergency ≥190 dan atau ≥110
(JNC VII committee, JAMA 2003: 289;2560-2572)
3. Penyebab hipertensi :
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan
10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
4. Faktor Resiko Hipertensi
Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar
risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena
hipertensi (Mansjoer, 2010). Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut
cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60
tahun. Hal ini disebabkan karena arteri kehilangan elastisitasnya atau
kelenturannya sehingga tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia
(Staessen, et al, 2003).
2. Jenis Kelamin
Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan
wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.
Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai
pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi ( Mansjoer, 2010 ).
3. Riwayat Keluarga
Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko
hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya menderita hipertensi. Menurut Sheps (2005), hipertensi cenderung
merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai
hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan
mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi,
kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.
4. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot
(satu sel telur) dari pada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang
mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara
alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan
hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul
tanda dan gejala (Chunfang, 2003).

Faktor yang dapat diubah/dikontrol


1. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok
dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain
dari lamanya, risiko merokok tergantung pada jumlah rokok yang dihisap
perhari. Seseoramg yang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali
lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok (Price dan
Wilson, 2006).

2. Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap
hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan
garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi
15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Gunawan,
2005; Price dan Wilson: 2006).

3. Konsumsi Lemak Jenuh


Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi (Sheps, 2005). Konsumsi
lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan
kenaikan tekanan darah (Hull-Alison, 1996; Sheps, 2005). Penurunan
konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber
dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang
berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber
dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah (Hull-Alison, 1996).
4. Kebiasaan Konsumsi Minuman Beralkohol
Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena
survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan
konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan
dalam menaikkan tekanan darah ( Nurkhalida , 2003). Diperkirakan
konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua
kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol
per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali
(Saverio,2004; Sheps, 2005).
5. Obesitas
Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan
aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang
rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap
hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik
aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga
maka risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam
bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah.Kelebihan
berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin
dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan
air (Sheps, 2005).
6. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan
yang dibebankan pada arteri (Sheps, 2005 ; Hernelahti, 1998)
7. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.
Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah
menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada
binatang percobaan yang diberikan pemaparan terhadap stress ternyata
membuat binatang tersebut menjadi hipertensi (Ferketich, 2000). Jika stres
berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organ atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau penyakit maag (Gunawan, 2005).
8. Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi
belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan
karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi
hormonal estrogen (Runo, 2003). MN Bustan menyatakan bahwa dengan
lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut), akan
meningkatkan tekanan darah perempuan (Buston, 1997).
5. Tanda dan gejala hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan yang berarti selain
tekanan darah yang tinggi. Namun, pada tahap selanjutnya secara kontinyu dan
progresif penyakit ini dapat merusak organ target sampai gejala yang nampak.
Kebanyakan orang menganggap bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing,
jantung berdebar-debar dan telinga berdengung merupakan gejala dari hipertensi.
Hipertensi diakui sebagai silent killer dengan perjalanan penyakit yang sangat
perlahan. Penderitanya mungkin tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun.
Gejala penyakit ini lebih menunjukkan adanya kerusakan pada vaskuler, dengan
manifest yang khas sesuai dengan organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
tersebut. Penyakit arteri koroner adalah gejala yang paling sering menyertai hipertensi.
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja jantung yang
dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung
tidak dapat mempertahankan maka akan terjadi gagal jantung sebelah kiri. Manifest
lain dapat menyebar ke area ginjal dengan adanya nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azotemia (peningkatan BUN dan kreatinin). Keparahan dari gejala
pembuluh darah dapat mencapai otak dan mengakibatkan stroke dengan manifest
hemiplegia dan gangguan penglihatan (Brunner dan Suddarth, 2002).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahap awal
hipertensi tidak memberikan gejala yang pasti namun yang sering dirasakan untuk
mengindikasikan adanya hipertensi antara lain sakit kepala, pusing, jantung berdebar,
dan gangguan tidur. Pada tahap selanjutnya akan tampak manifest tertentu yang
menandakan terjadinya keparahan pada organ tertentu.

6. Komplikasi / Bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi


 Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan
kolesterol dapat mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan
mata kabur.
 Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat
menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan
menyebabkan kematian yang mendadak.
 Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi
penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada
ginjal.
 Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O 2 berkurang bisa
menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah pada otak (Stroke).

7. Pencegahan pada penyakit hipertensi


 Pola hidup tenang atau santai, dan berfikir sehat ( positif ). Hindari stress serta
sedih berkepanjangan.
 Olahraga sesuai kemampuan dan teratur.
 Istirahat yang cukup.
 Hindari merokok.
 Mengurangi makanan yang mengandung banyak lemak dan garam.
 Banyak makan buah dan sayuran.
 Berobatlah atau kontrol yang teratur bila sudah lama terjangkit darah tinggi.
 Periksalah sedini mungkin darah tinggi.

8. Makanan apakah yang diperbolehkan


Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam seperti:
 Beras, ketan, ubi, mie tawar, maizena, terigu, gula pasir.
 Kacang – kacangan dan hasil olahannya seperti: kacang hijau, kacang merah,
kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu, oncom.
 Minyak goreng, margarin tanpa garam.
 Semua sayuran dan buah – buahan tanpa garam.
 Semua bumbu – bumbu segar dan kering yang tidak mengandung garam dapur.

9. Makanan yang tidak diperbolehkan


Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan seperti:
 Roti, biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau
soda.
 Jerohan, dendeng, abon, corned beef, daging asap, ikan asin, telur pindang, sarden,
ebi, udang kering, telur asin, telur pindang.
 Keju, keju kacang tanah.
 Semua sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur.
 Garam dapur, vetsin soda kue, kecap maggi, terasi, saos tomat, petis, taoco.
 Coklat.
 Minuman berkafein, kopi, teh, dan berkarbonasi atau mengandung soda.

Anda mungkin juga menyukai