PENDAHULUAN
Aborsi merupakan salah satu topik yang selalu hangat dan menjadi
perbincangan di berbagai kalangan masyarakat, di banyak tempat dan di
berbagai negara, baik itu di dalam forum resmi maupun forum-forum non-formal
lainnya. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan
dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan ,infeksi dan
eklampsia. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan
masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan
dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian
aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang
ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat.
Saat ini aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tngginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia
sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Berdasarkan
perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap
tahunnya di Indonesia. Kematian akibat aborsi yang tidak aman merupakan
masalah serius di dunia, karena risiko maternal 100-500 kali lebih tinggi akibat
aborsi yang dilakukan secara tidak aman daripada aborsi yang aman (Royston,
Armstrong,1994).
Hal ini dapat dilihat dari laporan WHO (2008) yang menyatakan bahwa
satu dari delapan kematian ibu (13%) adalah akibat aborsi yang dilakukan secara
tidak aman. Menurut Depkes (2013) pada tahun 2010 sekitar 4% kejadian aborsi
menyumbang terjadinya kematian ibu di Indonesia.
Prawirohardjo (2008) mengatakan bahwa di seluruh dunia terjadi sekitar
114 kasus aborsi perjam, dimana terdapat 15- 20 % kejadian aborsi spontan, dan
bila ditinjau lebih lanjut kejadian aborsi spontan bisa mendekati 50%. Hal ini
dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui
pada 2-4 minggu pertama setelah konsepsi. Aborsi ilegal termasuk Unsafe
abortion yang dilakukan bukan atas dasar pertimbangan medis yang sah
sehingga dilarang oleh hukum. Menurut UndangUndang Kesehatan tahun 2009,
aborsi buatan atau tindakan yang disengaja untuk menghentikan proses
kehamilan dilarang karena dianggap suatu kejahatan kecuali dilakukan sebagai
tindakan menyelamatkan jiwa dan kesehatan ibu.
WHO (2008) melaporkan setiap tahun terjadi sekitar 42 juta kasus aborsi,
dengan catatan 22 juta (52,4%) dilakukan dengan aman yaitu menggunakan
metode dan alat-alat yang dianjurkan Badan Kesehatan Dunia. Sisanya
sebanyak 20 juta (48,6%) dilakukan secara tidak aman. Di negara berkembang,
dari 210 juta kehamilan yang terjadi tiap tahun, sekitar 75 juta kehamilan tidak
direncanakan dan 40-50 juta kehamilan diperkirakan diakhiri dengan aborsi.
Menurut Sedgh (2012), angka kasus Aborsi dunia tahun 1995, 2003, dan
2008, berturut-turut sebesar 35, 29 dan 28 kasus per 1.000 wanita usia 15 – 44
tahun. Angka aborsi di Asia yaitu berada pada rentang 26 – 36 per 1.000 wanita
usia 15 – 44 tahun. Sementara di Afrika pada tahun 2008 hampir semua aborsi
(97%) merupakan unsafe abortion.
Di Amerika Serikat pada tahun 2011 sebanyak 730.322 terdapat kasus
aborsi yang dilaporkan dari 46 wilayah yang disurvei, dimana terdapat angka
13,9 kasus aborsi dari 1.000 wanita usia 15-44 tahun dan 219 kasus aborsi dari
1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan tahun 2010 angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 5% (CDC USA, 2014). Sementara penelitian yang dilakukan
oleh Nojomi, (2005), dari 2.470 wanita Iran yang diteliti, 775 (45,7%) pernah
mengalami aborsi, dimana 20,6% nya adalah aborsi yang disengaja, dan 74,2%
adalah aborsi spontan.
Pada tahun 2000 di Indonesia sekitar 2 juta aborsi spontan terjadi,
dengan angka kasus pertahun 37 per 1000 perempuan usia reproduksi(15-49
tahun).Perkiraan ini cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di
Asia, yaitu sekitar 29 aborsi terjadi setiap 1000 perempuan usia reproduksi.
Sementara tingkat aborsi yang diinduksi tidak begitu.Laporan dari rumah sakit
pendidikan di Indonesia menunjukkan kejadian aborsi bervariasi antara 2,5-15%
(Kusmiran, 2011)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aborsi
Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan,
yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja
maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum
bulan ke empat masa kehamilan). Sampai saat ini janin yang terkecil, yang
dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297
gram waktu lahir. World Health Organization (WHO) memberikan definisi
bahwa aborsi adalah terhentinya kehidupan buah kehamilan di bawah 28
minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah ”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan
sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi
didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur
(ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai 20
minggu. (Sultan Mohamad Zair,1996)..
B. Jenis-Jenis Aborsi
Secara garis besar Aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian yakni :
1) Aborsi Spontan (Spontaneous Abortion) dikenal dengan istilah
keguguran adalah Aborsi yang terjadi akibat kecelakaan atau tidak
disengaja dan mengakibatkan kehamilan terhenti sebelum minggu ke 22.
Aborsi Spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap yakni:
a) Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman
terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
b) Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai
dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka,
akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses
pengeluaran.
c) Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
d) Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
e) Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau
fetus telah meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu
dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
f) Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturu-tturut.
g) Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia.
h) Abortus Terapeutik adalah abortus dengan indikasi medis
(Prawirohardjo, 2008)
.
d) Histeromi atau bedah Caesar
Jenis ini dilakukan untuk janin yang berusia 3 bulan terakhir dengan
cara operasi terhadap kandungan.
e) Prostaglandin
Jenis ini dilakukan dengan cara memakai bahan-bahan kimia yang
dikembangkan yang mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi
mati dan terdorong keluar (Prawirohardjo, 2008)
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa sebagian besar tindakan aborsi
dilakukan oleh wanita muda yang berusia dibawah 30 tahun. Diperkirakan
bahwa jumlah tindakan aborsi yang dilakukan wanita yang belum menikah di
Indonesia jauh lebih tinggi dari yang terjadi di Amerika Serikat. Fakta yang
terjadi membuktikan bahwa kaum wanita akan selalu melakukan aborsi dan
terus melakukannya, tidak peduli dengan sangsi hukum, larangan agama,
atau norma-norma sosial.
Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum
aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa
hak, sebagaimana firman Allah swt :
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah
murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang
besar( Qs An Nisa’ : 93)
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi
menjadi dua bagian sebagai berikut :
1) Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya, :
Pendapat Pertama :Menggugurkan janin sebelum peniupan roh
hukumnya boleh, hal ini apabila dalam batas-batas tertentu, yaitu jika
bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan
bukan dalam katagori dilakukan karena alasan yang bukan medis dan
melanggar hukum yang berlaku. Pendapat ini dianut oleh para ulama dari
madzhab Hanafi, Syafi’I, dan Hambali, dengan dasar hadist yang artinya :
“Sesungguhnya setiap kamu dibentuk di perut ibunya selama 40 hari,
kemudian berbentuk ‘alaqah seperti itu juga, kemudian menjadi
mudhghah seperti itu juga. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk
meniupkan ruh dan menetapkan 4 masalah…. “(HR. Bukhari, Ibnu Majah,
At-Tirmizy), dari hadist tersebut dapat diketahui bahwa sebelum empat
bulan, roh belum ditiup ke janin, dan penciptaan belum sempurna, maka
dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram.
bedasarkan oleh dalil yang mengatakan bahwa air mani yang sudah
tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita
sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah
tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam
Ghozali dan Ibnu Jauzi.
2) Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin
setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin
sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan
hadist Ibnu Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya,
secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia,
sehingga haram untuk dibunuh. Namun jika disana ada sebab-sebab
darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika
lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat:
Pendapat Pertama : Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin
tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya.
Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.
PENUTUP
Nojomi, M., dkk., 2006. Burden of Abortion: Induced and Spontaneous, jurnal
Arch Iranian Med. volume 9.