Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Aborsi merupakan salah satu topik yang selalu hangat dan menjadi
perbincangan di berbagai kalangan masyarakat, di banyak tempat dan di
berbagai negara, baik itu di dalam forum resmi maupun forum-forum non-formal
lainnya. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan
dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan ,infeksi dan
eklampsia. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan
masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan
dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian
aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang
ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat.
Saat ini aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tngginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia
sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Berdasarkan
perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap
tahunnya di Indonesia. Kematian akibat aborsi yang tidak aman merupakan
masalah serius di dunia, karena risiko maternal 100-500 kali lebih tinggi akibat
aborsi yang dilakukan secara tidak aman daripada aborsi yang aman (Royston,
Armstrong,1994).
Hal ini dapat dilihat dari laporan WHO (2008) yang menyatakan bahwa
satu dari delapan kematian ibu (13%) adalah akibat aborsi yang dilakukan secara
tidak aman. Menurut Depkes (2013) pada tahun 2010 sekitar 4% kejadian aborsi
menyumbang terjadinya kematian ibu di Indonesia.
Prawirohardjo (2008) mengatakan bahwa di seluruh dunia terjadi sekitar
114 kasus aborsi perjam, dimana terdapat 15- 20 % kejadian aborsi spontan, dan
bila ditinjau lebih lanjut kejadian aborsi spontan bisa mendekati 50%. Hal ini
dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui
pada 2-4 minggu pertama setelah konsepsi. Aborsi ilegal termasuk Unsafe
abortion yang dilakukan bukan atas dasar pertimbangan medis yang sah
sehingga dilarang oleh hukum. Menurut UndangUndang Kesehatan tahun 2009,
aborsi buatan atau tindakan yang disengaja untuk menghentikan proses
kehamilan dilarang karena dianggap suatu kejahatan kecuali dilakukan sebagai
tindakan menyelamatkan jiwa dan kesehatan ibu.
WHO (2008) melaporkan setiap tahun terjadi sekitar 42 juta kasus aborsi,
dengan catatan 22 juta (52,4%) dilakukan dengan aman yaitu menggunakan
metode dan alat-alat yang dianjurkan Badan Kesehatan Dunia. Sisanya
sebanyak 20 juta (48,6%) dilakukan secara tidak aman. Di negara berkembang,
dari 210 juta kehamilan yang terjadi tiap tahun, sekitar 75 juta kehamilan tidak
direncanakan dan 40-50 juta kehamilan diperkirakan diakhiri dengan aborsi.
Menurut Sedgh (2012), angka kasus Aborsi dunia tahun 1995, 2003, dan
2008, berturut-turut sebesar 35, 29 dan 28 kasus per 1.000 wanita usia 15 – 44
tahun. Angka aborsi di Asia yaitu berada pada rentang 26 – 36 per 1.000 wanita
usia 15 – 44 tahun. Sementara di Afrika pada tahun 2008 hampir semua aborsi
(97%) merupakan unsafe abortion.
Di Amerika Serikat pada tahun 2011 sebanyak 730.322 terdapat kasus
aborsi yang dilaporkan dari 46 wilayah yang disurvei, dimana terdapat angka
13,9 kasus aborsi dari 1.000 wanita usia 15-44 tahun dan 219 kasus aborsi dari
1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan tahun 2010 angka tersebut mengalami
penurunan sebesar 5% (CDC USA, 2014). Sementara penelitian yang dilakukan
oleh Nojomi, (2005), dari 2.470 wanita Iran yang diteliti, 775 (45,7%) pernah
mengalami aborsi, dimana 20,6% nya adalah aborsi yang disengaja, dan 74,2%
adalah aborsi spontan.
Pada tahun 2000 di Indonesia sekitar 2 juta aborsi spontan terjadi,
dengan angka kasus pertahun 37 per 1000 perempuan usia reproduksi(15-49
tahun).Perkiraan ini cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di
Asia, yaitu sekitar 29 aborsi terjadi setiap 1000 perempuan usia reproduksi.
Sementara tingkat aborsi yang diinduksi tidak begitu.Laporan dari rumah sakit
pendidikan di Indonesia menunjukkan kejadian aborsi bervariasi antara 2,5-15%
(Kusmiran, 2011)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aborsi
Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan,
yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja
maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum
bulan ke empat masa kehamilan). Sampai saat ini janin yang terkecil, yang
dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297
gram waktu lahir. World Health Organization (WHO) memberikan definisi
bahwa aborsi adalah terhentinya kehidupan buah kehamilan di bawah 28
minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah ”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan
sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi
didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur
(ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai 20
minggu. (Sultan Mohamad Zair,1996)..

B. Jenis-Jenis Aborsi
Secara garis besar Aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian yakni :
1) Aborsi Spontan (Spontaneous Abortion) dikenal dengan istilah
keguguran adalah Aborsi yang terjadi akibat kecelakaan atau tidak
disengaja dan mengakibatkan kehamilan terhenti sebelum minggu ke 22.
Aborsi Spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap yakni:
a) Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman
terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
b) Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai
dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka,
akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses
pengeluaran.
c) Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
d) Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
e) Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau
fetus telah meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu
dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
f) Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturu-tturut.
g) Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia.
h) Abortus Terapeutik adalah abortus dengan indikasi medis
(Prawirohardjo, 2008)

2) Aborsi Provokatus (sengaja)


Yaitu Aborsi yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu.
Aborsi Provokatus masih terbagi dua bagian kategori besar yakni
Abortus Provokatus Medisinalis( abortus yang dilakukan dengan disertai
indikasi medik) dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan). Abortus
Provocatus Criminalis, ini adalah pengguguran kandungan (abortus)
tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum. Sedangkan
Abortus Provokatus Medisinalis yang terdiri dari:
a) Dilatation dan Curettage
Jenis ini dilakukan dengan cara memasukkan alat ke dalam rahim, janin
yang hidup dipotong kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan
dibuang keluar.
b) Suction (Sedot)
Dilakukan dengan cara memperbesar leher rahim, lalu dimasukkan
sebuah tabung kedihubungkan dengan alat penyedot yang kuat,
sehinggi bayi dalam rahim tercabik-cabik menjadi kepingan-kepingan
kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah sebuah botol.
c) Peracunan dengan garam
Jenis ini dilakukan pada janin yang berusia lebih dari 16 minggu, ketika
dengan memasukan larutan garam yang pekat dalam kandungan.

.
d) Histeromi atau bedah Caesar
Jenis ini dilakukan untuk janin yang berusia 3 bulan terakhir dengan
cara operasi terhadap kandungan.
e) Prostaglandin
Jenis ini dilakukan dengan cara memakai bahan-bahan kimia yang
dikembangkan yang mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi
mati dan terdorong keluar (Prawirohardjo, 2008)

C. Perbandingan Kasus Aborsi di Pedesaan dan Pekotaan


Menurut data SDKI 2008, rata-rata nasional angka kematian ibu
melahirkan (AKI) mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Dari jumlah
tersebut, kematian akibat aborsi tercatat mencapai 30 persen. Sementara itu,
laporan 2013 dari Australian Consortium For In Country Indonesian Studies
menunjukan hasil penelitian di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia
insiden aborsi lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan,
terjadi 43 persen aborsi per 100 kelahiran hidup. Aborsi tersebut dilakukan
oleh perempuan di perkotaan sebesar 60 % dan perempuan di pedesaan
sebesar 40 %. Perempuan yang melakukan aborsi di daerah perkotaan besar
di Indonesia umumnya berusia remaja dari 15 tahun hingga 19 tahun.
Umumnya, aborsi tersebut dilakukan akibat kecelakaan atau kehamilan yang
tidak diinginkan. Peningkatan angka aborsi disebabkan oleh meningkatnya
angka pernikahan usia dini terutama, selain itu, kegiatan seks bebas serta
lemahnya pemahaman mengenai seks menjadi pemicu meningkatnya aborsi
di Indonesia. (Utami Diah Kusumawati, 2014)
Adapun tenaga medis yang membantu proses aborsi baik di pedasaan
maupun perkotaan di paparkan sebagai berikut :Di perkotaan abortus
dilakukan : 24-57% oleh dokter, 16-28% oleh bidan/ perawat, 19-25% oleh
dukun, 18-24% dilakukan sendiri. Di pedesaan abortus dilakukan : 13-26%
oleh dokter, 18-26% oleh bidan/perawat, 31-47% oleh dukun, 17-22%
dilakukan sendiri. Cara abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat
adalah berturut-turut: Kuret isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%),
prostaglandin / suntikan (4%). Sedang abortus yang dilakukan sendiri atau
dukun memakai : pemijatan (79%), jamu/obat tradisional (33%), alat lain
(17%), obat/hormon (8%),
D. Statistik Pelaku Aborsi Berdasarkan Umur
Belum ada badan atau lembaga yang dapat menghitung statistik pelaku
aborsi di Indonesia secara pasti, namun jumlah ini diperkirakan hampir sama
dengan statistik pelaku aborsi di Amerika Serikat karena jumlah tindakan
aborsi yang terjadi per tahunnya juga hampir sama dengan di Indonesia.
Berikut adalah tabel statistik jumlah tindakan aborsi berdasarkan usia
pelakunya.
Usia Jumlah %
Dibawah 15 tahun 14.200 0.9%
15-17 tahun 154.500 9.9%
18-19 tahun 224.000 14.4%
20-24 tahun 527.700 33.9%
25-29 tahun 334.900 21.5%
30-34 tahun 188.500 12.1%
35-39 tahun 90.400 5.8%
40 tahun ke atas 23.800 1.5%

Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa sebagian besar tindakan aborsi
dilakukan oleh wanita muda yang berusia dibawah 30 tahun. Diperkirakan
bahwa jumlah tindakan aborsi yang dilakukan wanita yang belum menikah di
Indonesia jauh lebih tinggi dari yang terjadi di Amerika Serikat. Fakta yang
terjadi membuktikan bahwa kaum wanita akan selalu melakukan aborsi dan
terus melakukannya, tidak peduli dengan sangsi hukum, larangan agama,
atau norma-norma sosial.

Walaupun perdebatan tentang etis atau tidaknya aborsi masih


berlangsung, namun bagi sebagian wanita yang mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan akan selalu melakukannya baik secara sembunyi-sembunyi
minta perlolongan kepada pihak-pihak yang mampu melakukannya atau
bahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya dan dengan peralatan yang
seadanya.

E. Tren Aborsi di Indonesia Beberapa Tahun Terakhir


Kasus aborsi di Indonesia diperkirakan semakin meningkat tiap tahunnya.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia
mencapai 2,5 juta jiwa dari 5 juta kelahiran pertahun, 1-1,5 juta diantaranya
adalah kalangan remaja. Data yang dihimpun Komnas Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) menemukan dalam kurun waktu tiga tahun (2008-
2010) kasus aborsi terus meningkat. Tahun 2008 ditemukan 2 juta jiwa anak
korban Aborsi, tahun berikutnya (2009) naik 300.000 menjadi 2,3 juta janin
yang dibuang paksa. Sementara itu, pada tahun 2010 naik dari 200.000
menjadi 2,5 juta jiwa. 62,6 persen pelaku diantaranya adalah anak berusia
dibawah 18 tahun.
Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada Tahun 2009
menunjukan adanya 166 remaja yang datang berkonsultasi dalam keadaan
sedang hamil dan mengatakan ingin melakukan aborsi. Pada Tahun 2010
tercatat di PILAR PKBI Jawa Tengah angka tersebut turun menjadi 78
remaja, tetapi pada Tahun 2011 PILAR PKBI Jateng mencatat sekitar 142
remaja yang datang dengan tujuan berkonsultasi dengan kehamilan diluar
nikah dan memutuskan untuk melakukan tindakan aborsi (PILAR PKBI
Jawa Tengah,2011)
Data kasus aborsi yang tercatat di Komisi Nasional Perlindungan Anak
meningkat pada 2012, yakni 121 kasus, dengan mengakibatkan delapan
orang meninggal. Menurut Ketua Komnas Anak, pada 2011 kasus aborsi
tercatat ada 86 kasus. Peningkatan tersebut paling utama disebabkan gaya
hidup. "Life style-nya sangat dominan, sudah tidak malu menampilkan foto
berpelukan dan sebagainya. Pengaruhnya karena adanya porno aksi dan
pornografi," ujarnya. Gaya hidup, kata Arist, membuat anak-anak terlibat
dalam pergaulan bebas. "Itu pengaruhnya besar dan ketika dia tidak siap
menanggung akibat dari pergaulan bebas maka melakukan aborsi."
(TEMPO.CO, 2013)

F. Aborsi Dalam Pandangan Islam

Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum
aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa
hak, sebagaimana firman Allah swt :
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah
murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang
besar( Qs An Nisa’ : 93)
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi
menjadi dua bagian sebagai berikut :
1) Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya, :
Pendapat Pertama :Menggugurkan janin sebelum peniupan roh
hukumnya boleh, hal ini apabila dalam batas-batas tertentu, yaitu jika
bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan
bukan dalam katagori dilakukan karena alasan yang bukan medis dan
melanggar hukum yang berlaku. Pendapat ini dianut oleh para ulama dari
madzhab Hanafi, Syafi’I, dan Hambali, dengan dasar hadist yang artinya :
“Sesungguhnya setiap kamu dibentuk di perut ibunya selama 40 hari,
kemudian berbentuk ‘alaqah seperti itu juga, kemudian menjadi
mudhghah seperti itu juga. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk
meniupkan ruh dan menetapkan 4 masalah…. “(HR. Bukhari, Ibnu Majah,
At-Tirmizy), dari hadist tersebut dapat diketahui bahwa sebelum empat
bulan, roh belum ditiup ke janin, dan penciptaan belum sempurna, maka
dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram.
bedasarkan oleh dalil yang mengatakan bahwa air mani yang sudah
tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita
sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah
tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam
Ghozali dan Ibnu Jauzi.
2) Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin
setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin
sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan
hadist Ibnu Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya,
secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia,
sehingga haram untuk dibunuh. Namun jika disana ada sebab-sebab
darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika
lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat:
Pendapat Pertama : Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin
tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya.
Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.

“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah


(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al
Israa’: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan,
sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka
sesuai dengan kaidah fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh
dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu.”, yaitu tidak boleh
membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang
pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan
sesuatu yang masih diragukan.
Pendapat Kedua :Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah
ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih
diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu
lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum
yakin dan keberadaannya terakhir.( Ahmadzain, 2008 )
BAB III

PENUTUP

A. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Aborsi


Adapun beberapa upaya pencegahan terhadap terjadinya aborsi, antara lain:
a) Pedidikan Seks yang kuat
Pendidikan seks harus diberikan sedini mungkin kepada remaja dengan
tetap memperhatikan tingkat perkembangannya. Salah satu fator
dominan dalam seks education selain guru dan petugas kesehatan.
Peran orang tua sangat potensial dalam pengembangan kualitas
kepribadaian remaja terutama masalah kesehatan reproduksi dan tanpa
harus lepas dari makna religious.Keberhasilan pendidikan seks
tergantung pada sejauh mana orang tua bersikap terbuka dan mempu
menjalin komunikasi efektif, tanpa harus melarang remaja melakukan
interaksi, penting juga dalam memberikan rambu-rambu dalam rangka
membangun “Pergaulan yang Sehat’’.
b) Menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma
Dengan mengajarkan serta menerapkan nilai-nilai dan norma-norma
yang berlaku di masyarakat akan menciptakan kehidupan yang tentram,
aman dan sejahtera tanpa adanya suatu masalah akibat penyimpangan
nilai-nilai dan norma-norma.
c) Menguatkan kembali kontrol sosial di masyarakat
d) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
e) Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti
berolahraga, seni dan keagamaan
B. Saran
Untuk mencegah maraknya tejadi suatu tidak pidana kasus aborsi di
masyarakat sebaiknya dilakukan dari liangkungan keluaga dahulu.sehingga
sang anak mendapatkan pengawasan, agar tidak melukan suatu
penyimpangan dalam pergaulan nantinya baik dilingkungan sekolah ataupun
di masyarakat. tindakan aborsi adalah merupakan kejahatan besar dan
dilarang oleh agama dan negara yang akan mendapat hukuman baik itu
dimata hukum di dunia dan di akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadzain, 2008. Hukum Aborsi Dalam Islam. (online) . http://www.ahmadz


ain.com/read/karya-tulis/258/, diakses 16 November 2015.

Kusmiran. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Penerbit


Salemba Medika. Jakarta.

Nojomi, M., dkk., 2006. Burden of Abortion: Induced and Spontaneous, jurnal
Arch Iranian Med. volume 9.

Prawirohardjo,S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono.

Prof., Sultan Mohammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.


Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Royston E & Amstrong S, 1989, Preventing Maternal Deaths, WHO, Geneva.

Sedgh, G. and Ball, H. 2011. Contraceptive Technologies: Responding


to Women’s Needs. New York: Guttmacher Institute.

TEMPO.CO, 2013. Banyak Siswi Smp-Sma Aborsi. http://nasional.tem


po.co/read/news/2013/01/31/173458110/2012-banyak-siswi-smpda
n-sma-aborsi. (online) diakses 16 November 2015.

Utami Diah Kusumawati, 2014. Abosdi Meningkat Di Perkotaan. (online).


http://www.cnnindonesia.com/nasional/1311-12-8642/tercatat-
angka-aborsi-meningkat-di-perkotaan/,diakses 16 November 2015.

WHO, 2008. Understanding and Addressing Violence Against Woman


Guttmacher institute.( online ) Aborsi di Indonesia www.guttmacher.
org/pubs, diakses 16 November 2015.

WHO 2008, Manajemen Aborsi Inkomplet. Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Edisi II, Cetakan 2012.

Anda mungkin juga menyukai