LAPORAN OBSERVASI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
BimbinganPenyuluhan di SD
Yang dibinaolehSyaiful Imam, S.Pd.,M.Pd.
Oleh :
Puji tuhan kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memudahkan kita dalam memahami
materi mengenai “Pelaksanaan Bimbingan Penyuluhan di SDN Sawojajar 3”
Dalam penulisan laporan ini kami menyadari banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini masih belum
sempurna. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu dosen serta teman-
teman yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. RUANG LINGKUP
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Persiapan Konseling
Pada tahaap ini, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh konselor untuk
memulai proses konseling yaitu: (1) membentuk kesiapan untuk konseling, (2)
memperoleh riwayat kasus, dan (3) evaluasi psikodiagnostik.
Kesiapan untuk konseling tertuju kepada konselor atau kliennya. Setiap
aktivitas yang berproses akan memerlukan persiapan yang matang. Aktivitas
konseling sebagai suatu proses, memerlukan kesiapan yang matang. Tanpa
persiapan konseling tidak akan dapat berjalan secara efektif dan sangat mungkin
tujuan konseling tidak tercapai. Untuk dapat melakukan konseling secara efektif
dan agar konseling berhasil dan berdaya guna konselor harus melakukan
persiapan. Begitu juga klien, agar dapat berpartisipasi aktif sesuai tuntunan
konseling, harus siap untuk mengikuti konseling. Dalam proses konseling,
seorang konselor harus mempunyai respons tertentu terhadap siswa yang memiliki
masalah, agar siswa tersebut mau berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
konseling sehingga proses konseling akan berjalan lancar. Apabila konselor tidak
mampu menunjukkan sikap atau respons yang baik terhadap siswa maka proses
konseling yang diharapkan tidak akan berjalan dengan lancar.
Menurut pendapat Tohirin (2007: 307) riwayat kasus adalah suatu
kumpulan fakta yang sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan masa lalu.
Dengan perkataan lain mengumpulkan sejumlah kasus yang dialami oleh klien
pada masa sekarang maupun yang telah lalu. Secara sederhana riwayat kasus bisa
dikatakan melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang dialami klien.
Menurut surya 1988: 160 (dalam Tohirin, 2007: 308) riwayat kasus dapat dibuat
dalam beberapa bentuk: (a) riwayat konseling psikoterapeutik, yang lebih
memusatkan pada masalah-masalah psikoterapeutik dan di peroleh melalui
wawancara konseling, (b) catatan komulatif yaitu suatu catatan tentang berbagai
aspek yang menggambarkan perkembangan seseorang, (c) biografi dan
autobiografi, (d) tulisan-tulisan yang dibuat sendiri oleh siswa yang berkasus
sebagai dokumen pribadi ( mungkin dalam bentuk catatan anekdot), (e) grafik
waktu tantang kehidupan siswa yang berkasus.
Menurut Tohirin (2007: 308) pengertian evaluasi psikodiagnostik, dalam
bidang medis, diagnosis diartikan sebagai suatu proses memeriksa gejala,
memperhatikan sebab-sebab, mengadakan observasi menempatkan gejala dalam
kategori, dan memperkirakan usaha-usaha penyembuhannya. Dalam hal ini
konselor berupaya untuk menentukan hal yang dilakukan sebelum melakukan
konseling, dimana langkah awal yang diakukan konselor adalah menemukan
masalah yang dihadapi, sebelum melakukan dan menentukan upaya atau usaha
penyembuhan yang diberikan kepada siswa.
Menurut pendapat Surya (dalam Tohirin 2007: 308) secara umum
diagnosis dalam bidang psikologis berarti pernyataan tentang masalah klien,
perkiraan sebab-sebab kesulitan, kemungkinan teknik-teknik konseling untuk
memecahkan masalah, dan memperkirakan hasil konseling dalam bentuk tingkah
laku klien di masa yang akan dating. Konselor harus mampu memberikan
pernyataan tentang masalah yang dihadapi siswa, kesulitan-kesulitan yang
diapatkan sebelum melakukan konseling dan menentukan teknik yang digunakan
dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Setelah melakukan hal tersebut
konselor menyimpulkan hasil yang didapatkan setelah melakukan kegiatan
konseling.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. BimbinganPenyuluhan
Menurut narasumber, Ibu Dewi wali kelas 2 SDN Sawojajar 3, bimbingan
penyuluhan merupakan bimbingan yang diberikan pada anak-anak. Dalam
bimbingan ini ditambahkan pengetahuan yang tidak terdapat di dalam
pembelajaran, yaitu mengenai budi pekerti, sikap, moral dan spiritual.Individu
yang berbeda
2. PelaksanaanBimbinganPenyuluhan di SDN Sawojajar 3 Malang
Pelaksanaan bimbingan penyuluhan di SDN Sawojajar 3 Malang
khususnya kelas 2 dilaksanakan sebelum, saat, dan sesudah masalah terjadi
.Penyampaian materi bimbingan diselipkan pada saat pembelajaran tematik di
kelas. Penyampaian materi bimbingan penyuluhan pada kelas rendah dilakukan
secara bertahap, pengasuhan pada siswa juga ditambah. Sedikit punishment yang
menimbulkan rasa malu juga dilakukan.
Pelaksanaan bimbingan penyuluhan di SDN Sawojajar 3 tidak hanya
dilakukanoleh guru kelas saja, kepala sekolah juga turut ambil bagian dalam
pelaksanaan bimbingan penyuluhan bagi siswa. Kepala sekolah member
bimbingan penyuluhan melalui nasihat-nasihat yang diberikan pada saat upacara
bendera. Sifat pelaksanaan bimbingan penyuluhan di tiapjenjang kelas berbeda,
tergantung kebijakan guru kelas dantingkat permasalahan yang terjadi di dalam
kelas.
Pelaksanaan bimbingan penyuluhan di SD merupakan kewajiban dan
tanggung jawab serta kesadaran guru kelas. Kepala sekolah mengawasi
pelaksanaan bimbingan penyuluhan yang dilakukan guru, dan jika guru
mengalami kesulitan dalam menangani masalah yang dihadapi, kepala sekolah
berkewajiban turuntangan dalam menangani masalah tersebut.
3. Masalah yang sering muncul
Masalah yang sering muncul tidak hanya dari segi pendidikan saja. Namun
masalah yang sering muncul pada siswa kelas 2 SDN Sawojajar 3 Malang adalah
kurangnya perhatian siswa, kurangnya tingkat kedisiplinan siswa dalam
menggunakan atribut sekolah. Selain itu masalah lain yang muncul adalah
kurangnya interaksi siswa dengan buku, dengan kata lain masalah yang terjadi
adalah siswa kurang membaca.
B. PEMBAHASAN
Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang peserta didiknya
kebanyakan dimulai dari umur 7th-13th. Pada usia-usia tersebut adalah dimana
mereka masih senang bermain, mergurau, serta dalam belajar mereka masih
bersifat konkret. Bimbingan menurut Ibu Dewi wali kelas 2 SDN Sawojajar 3,
bimbingan penyuluhan merupakan bimbingan yang diberikan pada anak-anak.
Dalam bimbingan ini ditambahkan pengetahuan yang tidak terdapat di dalam
pembelajaran, yaitu mengenai budi pekerti, sikap, moral dan spiritual.Individu
yang berbeda. Sedangkan Bimbingan di Sekolah dasar merupakan wadah dalam
perkembangan optimal pada setiap individu sesuai dengan kemampuan atau
potensinya, minatnya serta nilai sebagai pandangan hidupnya (Nurihsan dan
Sudianto: 2005, Prayitno dan Amti: 2001, Depdiknas: 2008) .
Penerapan Bimbingan di sekolah dasar merupakan sebuah tugas dari
seorang guru kelas..Sebab di sekolah dasar tidak terdapat konselor ataupun guru
khusus bimbingan konseling. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
memang mengatur personel yang bertugas memfasilitasi pengembangan diri
peserta didik yaitu konselor, guru, atau tenaga kependidikan (Lih., misalnya,
Harianti, 2006; Pidarta, 2000). Oleh sebab itu bimbingan dan konseling dilakukan
oleh guru kelas. Guru kelas bagi peserta didik di sekolah dasar merupakan
orangtua di sekolah yang hampir sebagian banyak waktunya selalu bersama
peserta didiknya didalam kelas. Ini membuat guru memahami, mengetahui lebih
dalam tentang masing-masing karakteristik setiap peserta didiknya.
Dalam melaksanakan program BK di sekolah terdapat berbagai macam paradigma
atau pendekatan. Paradigma atau pendekatan ini merupakan pola pikir yang
menjadi acuan ketika sekolah itu melaksanakan program BK. Ada empat
pendekatan yakni: (1) pendekatan krisis, (2) pendekatan remedial, (3) pendekatan
preventif dan (4) pendekatan perkembangan (Yusuf dan Nurihsan: 2008). Menurut
hasil wawan cara dengan wali kelas 2 SD Negeri Sawojajar 3 sudah menerpakan
hal tersebut.
(1) Pendekatan krisis, pendekatan ini lazim juga disebut pendekatan
klinis. Dalam pendekatan ini BK dilakukan untuk mengatasi krisis atau
masalah serius. Ciri utama yang ada pada pendekatan ini ialah konselor
menunggu kedatangan konseli menyampaikan masalahnya untuk dicarikan
jalan keluar. Model demikian (konselor menunggu konseli) ini karena yang
merasakan masalah serius atau tidak konseli. Cara demikian itu mirip
seperti praktek dokter yang menangani pasien di tempat praktek. Kalu
dalam lingkup bimbingan di sekolah dasar bukan guru yang menunggu
peserta didik untuk bercerita melainkan guru perlu melakukan pendekatan
tertentu kepada peserta didik mau terbuka terhadap guru wali kelasnya.
Dan caranya begitu peserta didik akan dengan sendirinya bercerita tentang
dirinya dan apa yang terjadi pada dirinya. Di kelas 2, guru membangun
pendekatan dengan peserta didiknya dengan cara membagi-bagikan
makanan yang dibawa guru dari rumah biasanya berupa oleh-oleh,
memancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang berupa percapan
sederhana, dan lain-lain. Jika masalat tersebut tingkat kesiriusannya cukup
tinggi, guru kelas berkonsultasi atau berdiskusi dengan orangtua/wali
peserta didik yang bersangkutan. Jika masalah taraf keseriusannya tidak
terlalu tinggi guru kelas biasanya hanya member hukuman yang mendidik
dan ringan namun membuat mereka tidak akan melakukannya lagi yaitu
dengan cara maju ke depan kelas.
(2) Pendekatan remidial, sesuai dengan namanya remidial berarti
perbaikan, maka program BK dilakukan untuk menyelesaikan masalah
dengan cara memperbaiki hal hal yang menimbulkan masalah itu. Upaya
yang dilakukan ialah memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, yang
karena ada kelemahan itulah orang menjadi bermasalah. Misalnya siswa
yang nilainya rendah, harus dicari kelemahan apakah yang ada. Cara
belajarnya, waktu belajarnya, buku catatannya, motivasinya, lingkungan
yang lemah. Jika telah diketahui maka aspek itulah yang harus diperbaiki.
Di SD Negeri Sawojajar 3 tepatnya di kelas 2, guru kelas juga sudah
melakaukan hal tersebut, guru akan mengetahui dengan sendirinya jika
peserta didiknya mempunyai masalah sebab guru kelas merupakan guru
yang paling lama bertemu peserta didiknya didalam kelas. Oleh karena itu
guru akan mudah tahu tentang perubahan yang terjadi pada peserta
didiknya yang disebabkan oleh suatu hal. Penyebab terjadinya maslah yang
di perlihatkan oleh peserta didik dapat diperoleh guru kelas melalui
beberapa pertanyaan yang dilontarkan guru yang berupa pertanyaan-
pertanyaan sederhana yang mengarah kepada factor masalah terjadi.
Setelah guru kelas baru mampu menyelesaikan masalah tersebut melalui
factor-faktor penyebab masalah itu terjadi.
(3) Pendekatan preventif, merupakan upaya bimbingan yang diarahkan
untuk mencegah munculnya masalah pada peserta didik. Dalam
melaksanakan pendekatan ini konselor harus memperhitungkan berbagai
kemungkinan masalah yang bisa muncul dalam kehidupan peserta didik.
Antisipasi demikian diperlukan karena program BK disusun atas dasar
perkiraan masalah yang bisa muncul. Untuk bisa membuat antisipasi
demikian maka diperlukan sekali pengalaman dan kecermatan konselor
dalam memperhitungkan masalah apa yang biasa terjadi. Gru kelas 2 di SD
Negeri Sawojajar 3 juga sudah merealisasikan pendekatan tersebut dengan
cara bernyanyi dan membaca, member pengarahan, mengingatkan. Guru
kelas menerapkan cara membaca seluruh pajangan mengenai kata-kata
bijak yang ada di dalam kelas serta bernyanyi lagu-lagu yang berisi nilai-
nilai yang baik, hal tersebut merupakan upaya guru kelas supaya nilai-nilai
yang terkandung dalam kata-kata bijak serta dalam lagu yang dinyanyikan
tersebut bisa tertanam pada jati diri peserta didik.
(4) Pendekatan perkembangan, dalam pendekatan perkembangan arah
program BK ditujukan untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik.
Setiap peserta didik akan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu
untuk mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi. Pada setiap
periode perkembangan, setiap individu akan mengalami dinamika
perkembangan yang bercirikan khusus berbeda dengan periode lainnya.
Dinamika pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa remaja
dipastikan berbeda dengan ketika mereka kanak-kanak, dan berbeda pula
dinamikanya ketika ia dewasa nanti. Program BK memfasilitasi
perkembangan itu melalui pemberian informasi, konsultasi, konseling,
diskusi kelompok, penempatan dan penyaluran, bimbingan kelompok, serta
kegiatan BK lainnya. Di kelas 2 juga sudah menerapkan hal tersebut guru
kelas mengaplikasikannya dengan cara memasukkannya kedalam KBM.
Hal tersebut yang membedakan sistem pendekan perkembangan di sekolah
dasar (SD) dengan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah
menengah atas (SMA).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR RUJUKAN
Nurihsan, A.J. dan Sudianto, Akur. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling
di SD/MI, Jakarta: Grasindo.
Yusuf, S. & Nurihsan A.J. 2008. Landasan Bimbingan & Konseling, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta.