Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Nasional

Ki Hajar Dewantara (source: wikipedia)

Beliau merupakan putra dari GPH Soerjaningrat dan cucu dari Pakualaman III, Ki Hajar
Dewantara dibesarkan di lingkungan keraton Yogyakarta.

Pendidikan
Ki Hajar Dewantara bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School), Sekolah Dasar
pada zaman Belanda. Kemudian beliau melanjutkan sekolah di STOVIA (Sekolah
Dokter Bumiputra), merupakan sekolah dokter bagi pribumi di Batavia (sekarang
Jakarta) tetapi tidak lulus karena sakit.
Pekerjaan
Ki Hajar Dewantara bekerja menjadi penulis di berbagai surat kabar terkenal pada waktu
itu seperti: Kaoem Moeda, Midden Java, Poesara, Sedioutomo, De Expres, Oetoesan
Hindia dan Tjahaja Timoer. Tulisannya terkenal tajam dengan semangat antikolonial.

Organisasi
Ki Hajar aktif sebagai seksi propoganda untuk menggugah dan mensosialisasikan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa sejak
berdirinya Boedi Oetomo tahun 1908.
Beliau juga aktif menjadi anggota organisasi Insulinde yang merupakan organisasi
multietnik guna memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda. Organisasi ini
dipengaruhi oleh Ernest Douwes Dekker yang kemudian mendirikan Indiche Partij.
Tulisan dari Ki Hajar Dewantara yang paling terkenal adalah Als ik een Nederlander was
(Seandainya aku seorang Belanda) dan dimuat di surat kabar De Expres milik Douwes
Dekker pada tanggal 13 Juli 1913.
Setelah menulis itu, beliau ditangkap dan akan diasingkan ke Pulau Bangka. Namun
Tjipto Mangoenkoesoemo dan Douwes Dekker memprotes hal tersebut dan pada
akhirnya ketiga orang tersebut diasingkan ke Belanda pada tahun 1913. Ketiga tokoh ini
dikenal dengan nama Tiga Serangkai.
Di Belanda, Ki Hajar Dewantara aktif menjadi anggota organisasi para pelajar yang
berasal dari Indonesia yaitu Perhimpunan Indonesia (Indiche Vereeniging). Di organisasi
inilah beliau merinris cita-citanya untuk memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu
pendidikan.

Taman Siswa
Setelah kembali dari pengasingan dari Belanda pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara
bergabung dengan sekolah yang dikelola oleh saudaranya. Pada tanggal 3 Juli 1922
beliau mendirikan sebuah Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Insitut
Taman Siswa). Taman Siswa merupakan lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada orang-orang pribumi pada waktu itu agar dapat memperoleh hak
pendidikan layaknya orang berada dan orang-orang Belanda.
Ing Ngarsa Sun Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa,Tut Wuri Handayani
Itulah ajaran yang terkenal dari Pendiri Taman Siswa ini yang bermakna sebagai berikut:
1. Ing Ngarsa Sun Tulodho (Di depan menjadi teladan)
Semboyan ini bermakna ketika kita berada di garis depan atau sebagai pemimpin kita
harus bisa menjadi teladan dan contoh yang baik bagi orang-orang yang berada di
sekitar kita.
2. Ing Madya Mangun Karsa (Di tengah membangun semangat)
Semboyan ini bermakna ditengah kesibukan yang kita jalani kita harus bisa
membangkitkan semangat untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
3. Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)
Semboyan ini bermakana kita harus bisa memberikan semangat dari belakang.

Anda mungkin juga menyukai