Anda di halaman 1dari 7

DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER)

A. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph (Sri Rezeki H.
Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayatalimulaziz.
2006).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia :
Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang
berlangsung akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak
menimbulkan korban pada anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas Surusa, Ali Imran
Umar, 2004). Nyamuk aedes aegyph maupun aedes aibopictus merupakan vektor
penular virus dengue dari penelitian kepada orang lain dengan melalui gigitannya.
Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama
pada waktu pagi hari dan senja hari (Alan R. Tumbelaka, 2004).
C. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma
keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegli) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan
renjatan (syok).
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit >
20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
D. Pathway

Virus Dengue

Viremia

Hipertermia Hepatomegali Depresi sum-sum Permebilitas


tulang kapiler meningkat

Manifestasi
Permebilitas kapiler
- Anoreksia perdarahan
meningkat
- Muntah

Kehilangan Plasma

Ketidakseimbangan nutisi ResikoKekurangan


kurang dari kebutuhan tubuh Volume cairan Hipovolemi

Resiko tjd Efusi pleura asites


perdarahan hemokonsentrasi
Resiko syok
hipovolemia

Ketidakefektifan
Syok perfusi jaringan perifer

Kematian
E. Tanda dan Gejala
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)
1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis demam
disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung,
tulang, persendian dan kepala.
2. Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis,
hematemosis, melene.
3. Hepatomegali
4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi disertai
gelisah dan akral dingin.
5. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain
yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia),
diare, konslipasi.
c. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka,
pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit
bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.

F. Manifestasi Klinis
Kasus DHF ditandai dengan 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan
terutama perdarahan kulit, hepatomegali dan kegagalan peredaran darah (circulatory
failure) (Hassan dan Alatas, 2005). Berdasarkan fase terpajannya, gambaran klinis
penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu :
1. Pada fase febris
Biasanya demam mendadak tinggi 2 – 7 hari, disertai muka kemerahan, eritema
kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa
kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva, anoreksia,
mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti
ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan
pervaginam dan perdarahan gastrointestinal.
2. Fase kritis
Terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai
kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya
berlangsung selama 24 – 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh
lekopeniprogresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi
syok.
3. Fase pemulihan
Bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke
intravaskuler secara perlahan pada 48 – 72 jam setelahnya. Keadaan umum
penderita membaik, nafsu makan pulih kembali , hemodinamik stabil dan diuresis
membaik.

G. Komplikasi
1. Ensefalopatif
2. Perdarahan intraktranial
3. Hernia batang otak
4. Sepsis
5. Pneumonia
6. Hidrasi berlebihan
7. Syok
8. Perdarahan otak
(Monica Ester, 1999).

H. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi : (WHO, 1997).
1. Derajat I
Demam dengan uji bendung positif.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin.
4. Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan.
(Alan R. Tumbelaka, 2004).

I. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1. Hb dan PCV meningkat (> 20%)
2. Trombositopenia (< 100.000 /ml)
3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4. 19 D. Dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolic P CO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah.
8. SGot /SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005).

J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet, makan lunak.
3. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan
beri penderita oralit.
4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi
ketat tiap jam.
5. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk
menurunkan suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial
/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis,
perdarahan atau asidosis.
7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan
untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
DAFTAR PUSTAKA

Doengus ME, Moorhouse MF, GE Isster AC, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan;
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta,
EGC.

Ester Monica, 1999. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian Demam


Berdarah Dengue. Jakarta, EGC.

Mansjoer Arif, Triyanti Kaspuji, Savitri Rokimi, Wardhani Wahyu Ika, Setiawulan Wiwiek,
2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius.

Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Herdman, T Heatrher, PhD, RN, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition.
United State of America : Mosby Elsevier

Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC) United State
of America : Mosby Elsevier

Rezeki Sri H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, 2004. Tatalaksana Demam Dengue /Demam
Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta : FKUI.

Surosa Thomas, Ali Imran Umar, 2004. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Sutaryo, 2004. Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Soedarmo Sumarno Poorwo, 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta
: FKUI.

Tumbelaka Alan R, 2004. Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue. Jakarta :
FKUI.

Tucker SM, dkk, 1998. Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4. Jakarta, EGC.

Wartona Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai