SKRIPSI
Oleh
ABDUL HALIM
F1C1 10 063
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya atas segala kasih sayangnya
Tongkol (Euthynnus affinnis Cantor ) dan Bonggol Jagung (Zea mays Linnaeus)
perwujudannya tidak mungkin akan tercapai jika tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimah kasih
kepada Ibu Desy Kurniawati, S.Si, M.Si dan Ibu Laily Nurliana, S.Si, M.Sc,
selaku pembimbing pertama dan pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran dalam membimbing, mengoreksi, arahan, dan motivasi sejak
penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis ibunda
kandung (Almh) Wa Ode Salma, yang selama hidupnya selalu memberi semangat,
iii
iv
kasih sayang, nasehat, dan perhatian yang memberikan kedamaian hati serta doa yang
tulus kepada penulis ( I miss you MOM forever) dan Ayahanda Amin terimah kasih
banyak atas doa yang diberikan walaupun penulis belum merasakan kasih sayang dari
umur satu bulan lebih sampai sekarang, Ayahanda tetap menjadi yang terbaik buat
penulis. Penulis sadar tanpa Ayahanda penulis tidak akan seperti ini sekarang dan
berupa kesehatan kepada Ayahanda agar penulis sukses kelak nanti Ayahanda bisa
pergi berto’af di Baitulla untuk menunaikan kewajiban dari Allah SWT. Amin.
Penulis tak lupa juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Supriadi Rustad, M.Si selaku Plt Rektor Universitas Halu
Oleo.
2. Bapak Dr. Muh. Zamrun F., M.Si., M.Sc selaku Dekan FMIPA Universitas Halu
Oleo.
3. Bapak Dr. La Ode Ahmad Nur Ramadhan, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia
4. Ibu Desy Kurniawati, S.Si., M.Si, selaku sekretaris jurusan dan penasehat
akademik yang selalu memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi selama
5. Ibu Halimatussaddiyah R., S.Si., M.Si., Bapak Dr. Imran, M.Si dan Bapak La
Ode Ahmad, M.Si, Ph.D selaku dewan penguji yang telah memberikan kritik,
saran serta arahan dalam penelitian dan penyusunan hasil penelitian ini.
6. Bapak Dr. Imran, M.Si selaku Kepala Laboratorium Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Halu Oleo atas izin yang diberikan pada penulis untuk melakukan
penelitian.
7. Kepada analis laboratorium Ibu Hafni, Dinda Herdin dan Dinda Ain yang telah
khususnya para Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis.
Darwis, S.Si., Reo Adi Syaputra, S.Si., Musaddiq, S.Si., Eka Syafutra, S.Si., La
Ode Muh. Kamal S.Si., dan Jamal Arsul S.Si., Riska, S.Si., Rahmi,S.Si., Syarfia,
S.Si., Yuda Marlina, S.Si., Mega, S.Si., Eka Sulisyawati, S.Si., Nita
Rosmawati, S.Si dan Israwati, S.Si terimakasih atas bantuan, dukungan serta
kebersamaannya.
Angi, Fitri, Yeti, Fati, opink, Dahlia, Sigit, dan Ana terimakasih atas bantuan dan
11. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa kimia angkatan 08, 09, 011, 012, 013,
014, 015, dan 016 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
12. Kepada kakakku Fauzi, Safiun dan Rafiun tercinta yang menjadi panutan dan
kebanggaan penulis terima kasih atas segala dukungan, perhatian serta do’a yang
13. Kepada Bapak (Almh) Husni Halimu dan Ibu Saima Baruta yang tercinta terima
kasih atas kasih sayang dan perhatian serta do’a yang tulus kepada penulis selama
masa hidup. Penulis tanpa om dan tante sejak dibangku pendidikan SMP dan
SMA tak akan seperti ini sekarang. Penulis hanya bisa mengirimkan do’a disetiap
usai ibadah sholatku karena hanya do’a yang bisa penulis hanturkan saat ini.
14. Kepada Umi Zufriza yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang,
15. Kepada keluarga besar penulis yang telah memberikan semangat dan do’a,
16. Kepada teman-teman loper Koran Kendari Pos, terima kasih banyak atas motivasi
dan kerja samanya serta canda tawanya. Semoga Allah SWT senantiasa
17. Kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan
Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik dan memperoleh balasan
pahala dari Allah SWT, akhir kata penulis berharap semoga khasanah ilmu yang
terungkap dalam hasil penelitian ini dapat memberikan banyak manfaat. Amin Yaa
Rabbal Alamin.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
LEMBARAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xiii
ABSTRAK xiv
ABSTRACT xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tongkol 5
B. Bonggol Jagung (Zea mays Linnaeus) 6
C. Fermentasi 8
D. Silase 10
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 14
B. Alat dan Bahan Penelitian 14
C. Metode Penelitian 15
viii
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
6. Aroma Silase 26
7. Tekstur Silase 27
x
xi
DAFTAR GAMBAR
1. Ikan Tongkol 6
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
2. Prosedur Kerja 39
4. Perhitungan 48
5. Pembuatan Larutan 50
xii
xiii
xiii
xiv
Oleh :
Abdul Halim
F1C110063
INTISARI
Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah ikan tongkol
(Euthynnus affinnis Cantor) dan bonggol jagung (Zea mays Linnaeus) sebagai bahan
pembuatan silase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
bonggol jagung terhadap silase, pengaruh lama fermentasi terhadap produk silase dan
mengetahui karakteristik silase. Silase dibuat melalui proses fermentasi selama 21
hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bonggol jagung pada silase
dapat meningkatkan kadar protein silase selama fermentasi yaitu pada perbandingan
ragi dan bonggol jagung A1 (1:1) sebesar 4,2% ; A2 sebesar 5,2% ; A3 sebesar
9,97% dan A4 11,2%. pH silase diperoleh selama fermentasi 21 hari sebesar 5,16.
Karakteristik silase yang diamati terdapat warna silase coklat muda, bau sedikit asam,
tekstur sedikt kasar dan terdapat sedikit jamur.
Kata kunci: ikan tongkol, bonggol jagung, silase, Saccharomices sereviciae
xiv
xv
ABSTRACT
Utilization of fish tuna (Euthynnus affinnis Cantor) waste and maize tuber
(Zea mays Linnaeus) as silage making materials has been studied. This study aims to
determine the effect of the use of maize tuber to the silage, to know the influence of
silage fermentation of the product and to know the characteristics of silage. Silage
was made by fermentation for 21 days. The results showed that the use of maize tuber
on the silage can increase the protein content of the silage during fermentation. The
protein content of the silage product during fermentation with yeast and corn stalks
ratio A1 (1: 1), A2 (1:2), A3 (1:3) and A4 (1:4) were 4.2%, 5.2%, 9.97%, and 11.2%,
respectively. pH silage fermentation obtained during 21 days of 5.16. The observed
characteristics of silage silage colors are light brown, slightly sour smell, rough
texture and there is a bit of mildew.
Keywords: tuna , maize tuber, silage, Saccharomices sereviciae.
xv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lautan Indonesia dengan luas 9 juta km2 yang meliputi perairan Indonesia 5,9
juta km2, laut teritorial 0,4 juta km2 dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 2,7 juta km2
merupakan lumbung ikan yang cukup potensial jika dikelola dengan baik (Panitia
Pengembangan Ristek Kelautan dan Industri Maritim, 1995). Salah satu jenis ikan
yang cukup besar produksinya baik dalam bentuk segar maupun olahan adalah ikan
Ikan tongkol adalah ikan yang berpotensi cukup tinggi dan memiliki nilai
ekonomis tinggi. Ikan tongkol memiliki kandungan protein yang tinggi dan juga
sangat kaya akan kandungan asam lemak omega-3, vitamin, protein dan mineral.
Kandungan protein per 100 g ikan tongkol adalah 22 g. Kandungan omega-3 dalam
ikan tongkol 28 kali lebih banyak dari ikan tawar. Mineral yang terkandung dalam
ikan tongkol cukup banyak, salah satunya iodium yang mencapai 28 kali kandungan
iodium ikan air tawar. Ikan tongkol memiliki banyak kandungan gizi, selain itu
memiliki rasa yang lezat dan dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh (Sanger,
2011).
Pasar tradisional banyak menjual ikan tongkol dalam keadaan siap pakai atau
masak sehingga pada pasar tersebut terdapat limbah ikan tongkol seperti sisik, sirip,
jeroan atau isi perut, insang dan kepala ikan. Pada umumnya limbah ikan tongkol
dibuang begitu saja sedangkan kapasitas limbah dalam suatu pasar tidak sedikit
1
2
pencemaran yang diakibatkan oleh limbah ikan tongkol tersebut (Mallawa, 2006).
Salah satu cara untuk menangani limbah ikan tersebut adalah dengan pengolahan atau
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi dari tanaman yang
dicacah, pakan, hijauan, limbah dari industri pertanian dan lain-Iain dengan
kandungan air pada tingkat tertentu yang disimpan dalam suatu tempat yang kedap
udara (Salim, dkk. 2002). Pada kondisi tersebut, bakteri anaerob akan menggunakan
gula pada bahan material dan akan terjadi proses fermentasi dengan memproduksi
asam-asam lemak terutama asam laktat dan sedikit asam asetat, propionat, dan butirat
(Salawu, dkk. 1999). Selama proses pembuatan silase, sebagian protein dari bahan
akan mengalami fermentasi menjadi asam-asam amino dan amonia (Sapienza dan
Bolsen, 1993).
Silase merupakan bahan pakan yang dibuat dari ikan-ikan utuh atau sisa-sisa
industri pengolahan ikan yang dicairkan menyerupai bubur oleh enzim-enzim yang
terdapat pada ikan-ikan itu sendiri melalui proses fermentasi dengan bantuan asam.
Proses fermentasi dengan menggunakan ragi dapat meningkatkan protein dari 3,41 %
Pembuatan silase dikenal dua cara yaitu secara kimiawi dan secara mikrobiologi
melalui proses fermentasi. Pembuatan silase ikan secara kimiawi adalah dengan cara
3
penambahan asam kuat seperti asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), asam
secara biologi adalah dengan memanfaatkan ragi tape dan penambahan karbohidrat
yang tinggi seperti bonggol jagung yang berlangsung dalam keadaan anaerobik
(Zakariah, 2012).
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan aditif dalam pengolahan
silase adalah bonggol jagung yang dapat meningkatkan nilai gizi dan mendukung
pertumbuhan mikroba selama dalam proses fermentasi. Bonggol jagung (Zea mays
Linnaeus) adalah bagian dari buah jagung setelah bijinya dipisahkan dari bonggolnya.
Selama ini bonggol jagung dibuang padahal dapat dimanfaatkan sebagai pakan
(Munawaroh, 2012).
dengan bahan kadar air tinggi, salah satunya adalah ragi tape (Saccharomyces
yaitu mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang
tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat beradaptasi
limbah ikan tongkol (Euthynnus affinis Cantor) dan bonggol jagung (Zea mays
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
dihasilkan.
D. Manfaat penelitian
tetapi kadang-kadang bisa mencapai 100 cm (Sunyoto, 1986 dalam Suwamba, 2008).
dengan lautan terbuka yaitu lautan Pasifik dan Hindia. Ikan tongkol dewasa
berkumpul dekat pantai untuk memijah setiap tahun selama bulan Juni sampai
Agustus di perairan yang mempunyai suhu 20ºC - 25ºC dan salinitas 20% - 26%.
Makanan Ikan tongkol adalah teri, ikan pelagis dan cumi-cumi (Williamsom, 1970
Ikan tongkol menurut Beufort dan Jamasuta (1992) dalam Suwamba (2008),
termasuk famili Scombroidae, famili tersebut terdiri dari tiga genus yaitu genus
Thunus, Euthynus dan genus Auxis. Ikan tongkol merupakan salah satu ikan laut yang
Phylum : Chordata
Subphylum : vertebrata
Superclass : Gnathostomata
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Scomberoidei
5
6
Family : Scombridae
Subfamily : Scombrinae
Suku : Thunnini
Genus : Euthynnus
Species : Euthynnus affinis Cantor
Jagung (Zea mays Linnaeus) merupakan bahan pangan yang berperan penting
industri pangan. Menurut (Wardhani dan Musofie, 1991). Kandungan nutrisi jagung
7
tidak kalah dengan terigu, bahkan memiliki keunggulan karena mengandung pangan
fungsional seperti serat pangan, unsur Fe dan beta-karoten (pro vitamin A).
Jagung (Zea mays Linnaeus) termasuk golongan tanaman musim yang banyak
sangat penting setelah padi. Prospek cukup cerah karena selain bahan konsumsi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Genus : Zea
Species : Zea mays Linnaeus
Jagung (Zea mays Linnaeus) adalah merupakan tanaman pangan yang penting
di Indonesia. Pada tahun 2006, luas panen jagung adalah 3,5 juta hektar dengan
produksi rata-rata 3,47 ton/ha, produksi jagung secara nasional 11,7 juta ton. Menurut
Prasetyo (2002) limbah batang dan daun jagung kering adalah 3,46 ton/ha sehingga
penggunaan bonggol jagung untuk keperluan bahan bakar sekitar 90% sedangkan
limbah batang dan daun sekitar 30% dari potensi yang ada (Sudradjat, 2004).
senyawa yang potensial dapat dikonversi menjadi senyawa lain secara biologi.
substrat dalam proses fermentasi untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai
C. Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerob
(tanpa oksigen) maupun aerob. Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai tinggi, seperti asam–asam
9
proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan oleh nenek
dikonsumsi manusia sampai sekarang seperti tape, tempe, oncom, dan lain–lain
(Sa’id, 1987).
khamir dan jamur. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi pengasaman
susu, dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol dan karbondioksida, serta oksidasi
Pada proses fermentasi lebih dari 3 hari terjadi perombakan gula menjadi
alkohol, akan dapat menyebabkan minuman sari buah beralkohol (Siswadji, 1985).
Pada proses fermentasi melibatkan beberapa enzim yang dikeluarkan oleh kapang,
sehingga jumlah sel kapang yang hidup paling tinggi terdapat pada lama fermentasi 3
hari dan semakin lama fermentasi aktivitas kapang semakin menurun (Nurdyastuti,
2008).
sekitar 1-2 minggu dapat menghasilkan produk dengan kandungan etanol 3-8%.
Contohnya adalah produk bir. Sedangkan proses pemeraman yang lebih panjang
(fermentasi sempurna) yang dapat mencapai waktu bulanan bahkan tahunan seperti
dikenal dengan nama jalur Embden-Meyerhof-Parnas (EMP). Pada jalur EMP 1 mol
glukosa akan membentuk dua molekul etanol dan CO2 Sehingga secara stoikiometri
satu gram glukosa menghasilkan 0,51 gram etanol (Judoamidjodjo, dkk. 1995).
S. cereviceae
C6H12O6 2 CH3CH2 + 2 CO2
Glucosa Etanol Karbondioksida
(Fessenden, 1986)
yang mengubah rupa, bentuk (body) dari pangan aslinya. Perubahan–perubahan ini
E. Silase
Silase adalah pakan yang diawetkan dan diproses dari bahan berupa tanaman
hijau, limbah industri pertanian dan bahan baku alami lainnya dengan kadar air pada
tingkat tertentu kemudian dimasukkan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat
kedap udara (Sandi S dkk. 2012). Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk
dimanfaatkan pada masa mendatang. Silase dengan mutu baik diperoleh dengan
11
berkembangnya bakteri asam laktat yang sudah ada pada bahan (Schroeder, 2004).
Menurut (Bolsen, dkk. 2003) ada tiga hal penting agar diperoleh kondisi silase
yang baik yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang
membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen ke dalam tempat silase dan
bebas dari bakteri (Kompiang dan Ilyas, 1983). Proses pembuatan silase melibatkan
pemotongan limbah ikan segar untuk memperluas area permukaan bahan sehingga
Dalam pembuatan silase dikenal dua cara yaitu secara biologis murni dan
1. Biologis
Pembuatan silase secara biolgis murni berarti tidak menggunakan bahan kimia
dan disebut metode fermentasi yaitu proses fermentasi bahan sampai terbentuk asam
sehingga menurunkan pH silase dalam kondisi anaerob. Asam yang terbentuk selama
proses tersebut antara lain adalah asam laktat, asam asetat dan asam butirat serta
monooksida, nitrit dan panas (McDonald, dkk. 2002). Waktu fermentasi biasanya akan
berlangsung relatif lama lebih dari 7 hari, ditandai dengan hancurnya daging dan
12
rapuhnya tulang sehingga bentuk akhir menjadi seperti bubuk dan tidak berbau
busuk.
2. Kimiawi
menambahakan bahan kimia yang bersifat asam ke dalam bahan baku. Penambahan
asam sebagai pengawet seperti asam format, asam propionat, asam klorida dan asam
sulfat. Penambahan tersebut dibutuhkan agar pH silase dapat turun dengan segera
(sekitar 4,2), sehingga keadaan ini akan menghambat proses respirasi dan proteolisis
(Akhirany, 2011). Oleh sebab itu fungsi bahan kimia tersebut juga dapat dikatakan
sebagai starter. Hal ini akan mempercepat waktu proses pembuatan silase menjadi ± 7
hari.
ikan yaitu: (1). Penambahan asam organik untuk menurunkan pH sampai kondisi
sebagai sumber energi, sehingga terjadi fermentasi dimana asam tersebut dapat
memproduksi silase. Keberhasilan pembuatan silase tergantung pada dua faktor yaitu
ada tidaknya serta besarnya populasi bakteri asam laktat dan keadaan lingkungan.
Untuk mengetahui baik atau tidaknya silase diperlukan kriteria tertentu. Kriteria
1. Alat
desikator (vakuum fest), timbangan analitik (Acis), hot plate (Corning), blender
(Miyako), loyang. Alat-alat gelas yang digunakan adalah : cawan porselen, gelas
kimia (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), cawan petri (pyrex), labu Kjehdal (Kimax), labu
takar (Pyrex), alat destilasi (Pyrex), erlenmeyer (Pyrex), buret (Pyrex), alat soklet
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu limbah ikan tongkol, ragi
dekstrosa, Asam Sulfat (H2SO4 pekat) Natrium hidroksida (NaOH 50 %), Asam
Klorida (HCl) 0,1 N, Asam borat (H3BO3) 0,1 N, Metil Merah, Bromochresol Green,
14
15
C. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Sampel
Kota Kendari dan bonggol jagung sisa hasil buangan limbah rumah tangga.
2. Preparasi Sampel
a. Bonggol Jagung
Bonggol jagung yang telah diperoleh dipotong kecil-kecil dan dikeringkan pada
dan titrasi.
a. Destruksi
labu Kjedahl. Kemudian labu Kjedahl ditambahkan batu didih, 3 g katalis campuran
jernih.
16
b. Destilasi
dimasukkan ke dalam labu destilasi, ditambahkan batu didih dan dijadikan basa
dengan menambahkan 25 mL NaOH 50% dingin, selanjutnya labu dipasang pada alat
destilasi. Erlenmeyer disiapkan untuk menampung destilat, yang telah diisi dengan 25
Metil Red (2:1). Larutan blanko dibuat dengan prosedur yang sama dengan sampel,
c. Titrasi
Pada tahap titrasi, hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai timbul
perubahan warna, volume HCl dicatat. Kemudian dilakukan titrasi untuk blanko, titer
Pembuatan silase yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara fermentasi.
Limbah ikan tongkol yang telah dipreparasi dibagi ke dalam 4 perlakuan. Perlakuan
pertama adalah 1000 gram ikan tongkol ditambahkan dengan 50 gram ragi dan 50
17
gram bonggol jagung. Perlakuan kedua adalah 1000 gram ikan tongkol ditambahkan
dengan 50 gram ragi dan 100 gram bonggol jagung. Perlakuan ketiga adalah 1000
gram ikan tongkol ditambahkan dengan 50 gram ragi dan 150 gram bonggol jagung
dan perlakuan keempat adalah 1000 gram ikan tongkol ditambahkan dengan 50 gram
ragi dan 200 gram bonggol jagung. Waktu fermentasi biasanya akan berlangsung
Kualitas fisik silase meliputi warna, bau, dan tekstur silase serta adannya jamur
atau lendir. Penilaian terhadap warna didasarkan pada tingkat kegelapan atau
perubahan warna terhadap silase yang dihasilkan. Penilaian tekstur dilakukan dengan
mengambil beberapa genggam silase dari beberapa wadah silase dan dirasakan
dengan meraba tekstur yang dihasilkan ( halus, sedang atau kasar). Kemudian dengan
indera penciuman dilakukan penilaian aroma silase (asam, tidak berbau atau busuk)
6. Uji pH Silase
dalam silase. Kemudian ditunggu hingga angka pH tertera dilayar sampai angkanya
Kentang yang telah didapat dikupas dan dicuci dengan air bersih. Kemudian
kentang dipotong kecil-kecil lalu ditimbang sebanyak 250 gram dan direbus dalam
1000 ml air. Kentang direbus hingga air rebusan tersisa setengahnya. Selanjutnya
kentang disaring. Air hasil saringannya digunakan untuk membuat media PDA.
19
b. PDA Padat
200 ml kaldu kentang, dekstrosa 0,20 gram dan agar 4,8 gram dimasukkan
dalam Erlenmeyer 250 ml. Diaduk hingga homogen, lalu disterilisasi 60 menit pada
A. Pembuatan Silase
Silase adalah bahan pakan yang dibuat dari ikan-ikan utuh atau sisa-sisa ikan
yang diawetkan dalam suasana asam. Pembuatan silase ikan bertujuan untuk
memanfaatkan limbah produk hasil perikanan atau pertanian untuk bahan campuran
sehingga akan terjadi penurunan pH dan menyebabkan silase bebas dari bakteri
(Kompiang dan Ilyas, 1983). Cara pembuatan silase ikan telah berkembang dan
dikenal dua cara pembuatannya yaitu secara kimiawi dan biologis (Handajani, dkk.
2013).
Dalam penelitian ini, pembuatan silase ikan dilakukan dengan cara biologis
yaitu melalui proses fermentasi. Proses fermentasi yang dilakukan adalah dengan
pembuatan silase biologis adalah adanya perubahan kualitas yang disebabkan proses
fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat, mengakibatkan perubahan kimia
dari suatu senyawa yang bersifat komplek menjadi senyawa yang sederhana dan
diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap tingkat kecernaan dan nilai energi
20
21
(a) (b)
Gambar 2. Proses pembuatan silase (a) Penimbangan limbah ikan tongkol, (b)
pencampuran bahan silase
Saccharomyes cerevisiae yang mampu beradaptasi dengan kadar air yang tinggi dan
mempunyai kandungan nutrisi yang memadai dan dapat meningkatkan nilai gizi pada
selama 21 hari.
asam serta terjadi penurunan pH (Nunung, 2012). Bonggol jagung dapat digunakan
limbah dari pertanian atau rumah tangga dan hanya dianggap sebagai sesuatu yang
sumber energi yang bisa langsung digunakan oleh jamur tersebut. Jamur
Pada penelitian ini penggunaan bonggol jagung sebagai bahan pembuatan silase
terdiri atas empat variasi. Variasi yang pertama (A1) dengan perbandingan ragi dan
bonggol jagung yaitu 1:1 (50g : 50g), variasi kedua 1:2 (50g : 100g), variasi ketiga
250
11,2%
200
Konsentrasi Protein
karbohidrat yang banyak. Hal ini dapat dilihat bahwa hasil penelitian yang diperoleh
sejalan dengan penelitian (Sunarto dkk. 2001) dan Raldi M.K. dkk. (2015) dimana
23
tinggi.
adanya katalisator biokimia yaitu enzim yang dihasilkan oleh jenis mikroorganisme
tertentu (Miswadi, 2012). Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi sebagian
Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi daripada
bahan aslinya karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri (Winarno
dan Fardiaz, 1980). Untuk mengetahui pengaruh penambahan bonggol jagung dan
waktu fermentasi terhadap produk silase dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
7
Nilai pH Fermentasi
6,5
6
Silase A1
5,5
Silase A2
5 Silase A3
4,5 Silase A4
4
1 6 11 16 21
fermentasi yang digunakan, maka semakin baik mutu silase yang diperoleh karena pH
yang dimiliki juga semakin menurun. Hermanto (2011) menyatakan bahwa pH silase
yang cukup baik adalah 4,3 – 4,5 dan pH yang sangat ideal adalah 3,8 – 4,2.
Demikian pula dengan hasil penelitian dari Ohshima dkk. (1997) yang menyatakan
bahwa silase yang baik dapat terjadi apabila pH silase telah mencapai kurang dari 4,5.
Berdasarkan grafik di atas, silase yang diperoleh dari penelitian ini memiliki nilai pH
> 5, sehingga silase yang dihasilkan termasuk silase yang baik namun belum
termasuk ideal.
D. Karakteristik Silase
1. Warna silase
Warna merupakan salah satu nilai fisik untuk menentukan kriteria silase ikan.
Menurut Sulistyono (1976) dalam Sumarsih dan Waluyo (2002) warna silase ikan
yang baik ialah warna yang sesuai dengan warna bahan atau bubur ikan sebelum
penambahan bahan pembuat silase, artinya tidak ada perubahan warna silase selama
Dalam penelitian ini, penilaian warna silase selama proses fermentasi yang
menggunakan ragi dan bahan aditif bonggol jagung memiliki warna coklat muda
kemerahan.
25
Selama proses fermentasi terjadi degradasi warna dari warna coklat muda
warna ini diduga karena adanya pengaruh penambahan bonggol jagung yang
berwarna coklat muda. Perubahan yang terjadi dari semua perlakuan selama
fermentasi terjadi proses biokimiawi yang dapat merubah warna awal silase. Akan
(a) (b)
Gambar 5. Warna silase fermentasi (a) Sebelum fermentasi, (b) Setelah fermentasi
pada tanaman dalam proses pembuatan silase disebabkan oleh proses respirasi aerob
yang berlangsung selama persediaan oksigen masih ada sampai gula tanaman habis.
Gula akan teroksidasi menjadi CO2 dan air, panas juga dihasilkan pada proses ini,
sehingga temperatur naik serta temperatur yang tidak terkendali menyebabkan silase
caramel (gula bakar) atau gosong menunjukkan warna silase yang erat hubungannya
dengan tingkat kebusukan. Hasil penelitian menunjukkan warna silase pada semua
26
perlakuan memiliki warna yang sama yaitu berwarna coklat muda. Hasil penelitian
yang diperoleh sejalan dengan penelitian (Utomo, 1999) dimana warna silase yang
2. Aroma silase
Nilai bau merupakan bagian dari penilaian fisik yang dilakukan untuk menguji
kualiatas silase ikan yang dibuat dengan berbagai jenis asam organik dan bakteri
asam laktat (Handajani H, 2005). Kriteria penilaian bau silase menurut Vidianto dan
Fatmala (2011) yaitu baik apabila mempunyai bau asam, sedang apabila mempunyai
Dalam penelitian ini perlakuan A2 (1:2) dan A3 (1:3) memiliki bau kurang
asam pada hari ke 21 dan perlakuan A4 (1:4) memiliki bau kurang asam pada hari ke
16 sampai hari ke 21. Hal ini sesuai dengan penelitian Fatmala (2011) dan
Departemen Pertanian (1980) bahwa silase yang berbau kurang asam termasuk
kriteria silase sedang. Silase yang berbau busuk terdapat pada silase A1 (1:1) selama
fermentasi, dimana hal ini disebabkan karena aktivitas bakteri sakarolitik terhadap
gula atau asam laktat menghasilkan asam butirat (Mc. Cullough, 1978). Bila udara
27
dalam tempat silase juga kurang baik (Susetyo, 1980). Siregar (1996) menyatakan
bahwa, secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri rasa dan bau asam, tetapi
3. Tekstur
proses fermentasi (halus, sedang atau kasar). Menurut Sireger (1996), ciri-ciri tekstur
yang baik pada silase adalah masih utuh seperti awal pembuatan.
nilai yang sedang yaitu sedikit kasar dari awal hingga 21 hari fermentasi pada semua
perlakuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Utomo (1999) bahwa silase yang baik
memiliki ciri tekstur kasar dan tidak berlendir. Pembuatan silase dalam penelitian ini
dengan pemberian sumber karbohidrat memberikan hasil silase yang baik dari segi
tekstur.
28
Kadar protein pada silase ikan ditentukan dengan metode Semi Mikro Kjeldahl.
Analisa protein cara Kjeldahl dibagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap destruksi, destilasi
dan titrasi. Protein adalah senyawa organik yang peranannya sangat penting dalam
bahan pangan. Fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan. Protein merupakan
sumber utama energi bagi ikan dan kandungan nutrisi pakan selalu dilihat dari
ikan baik untuk menghasilkan tenaga maupun untuk pertumbuhan bagi ikan. Protein
merupakan sumber tenaga yang paling utama dimana didalamnya terdapat asam-asam
12 11,2%
9,97%
10
8 Sebelum Fermentasi
% Protein Silase
Setelah Fermentasi
6 5,25%
4,2%
4 1,75%
1,75%
1,75%
1,75%
2
0
A1 A2 A3 A4
Variasi Bonggol Jagung
Gambar 6. Grafik kadar protein sebelum dan sesudah fermentasi
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa masing-masing perlakuan silase selama
silase maka kandungan protein akan semakin besar pula, dimana perbandingan ragi
dan bonggol jagung dalam pembuatan silase pada perlakuan (A1) 1:1, perlakuan (A2)
1:2, perlakuan (A3) 1:3 dan perlakuan (A4) 1:4. Banyaknya kandungan protein dalam
sehingga akan meningkatkan kadar protein sejalan dengan bertambahnya lama waktu
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nunung
(2012) yang menyatakan bahwa pembuatan fermentasi pada kondisi asam membuat
bakteri pembusuk tidak dapat tumbuh sehingga dapat menyimpan bahan dalam waktu
lama. Dalam proses tersebut kadar protein dapat dipertahankan karena senyawa
protein fermentasi sudah diurai menjadi lebih sederhana. Jadi, walaupun silase
disimpan dalam waktu lama, kandungan protein didalamnya tidak akan berkurang.
Pada umumnya jamur yang hidup pada kondisi aerob adalah jamur yang
bersifat patogen dan merupakan jenis jamur yang merugikan karena menyebabkan
diakibatkan oleh termakannya zat toksik yang dihasilkan organisme tertentu dan
gangguan akibat terinfeksi organisme penghasil toksik. Zat toksik dapat ditemukan
secara alami pada beberapa tumbuhan dan hewan atau suatu produk metabolit zat
Dalam mengidentifikasi isolat jamur pada penelitian ini, silase perlu dilakukan
pengamatan yang dilakukan pada media PDA diperoleh adanya sedikit jamur yang
berwarna putih pada semua perlakuan dalam pembuatan silase. Hal ini sesuai dengan
penelitian Departemen Pertanian (1980) bahwa silase yang baik memilki sedikit
jamur. Menurut Yulianto dan Saparianto (2011) Jamur yang berwarna putih sifatnya
tidak merusak dan beracun. Berbeda jika ditemukan jamur berwarna merah atau
A. Simpulan
affinnis Cantor) dan bonggol jagung sebagai bahan pembuatan silase, maka dapat
2. Semakin lama fermentasi semakin baik silase yang dihasilkan dilihat dari
fermentasi.
sedikit asam, tekstur sedikit kasar dan berair serta terdapat sedikt jamur.
B. Saran
Dalam penelitian ini telah diketahui nilai kandungan silase selama proses
fermentasi secara biologis. Oleh karena itu diharapkan masyarakat dapat membuat
silase sebagai bahan pengganti pakan ternak atau pakan ikan untuk menghindari
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Akhirany, N. 2011. Silase Ikan untuk Pakan Ternak. Makassar: UPTD-PSP3 Dinas
Peternakan Propinsi Sulawesi Selatan.
Berger, J. 2002. Maize Production and the Manuring of Maize. Yogyakarta: Printed
in Press.
Danarti, N. 1997. Palawija Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Dinas Kelautan dan Perikanan Bengkulu. 2008. Laporan Statistik Perikanan Tangkap
Tahun. Bengkulu.
Efka Aris, R., Suwandyastuti, S.N.O., dan Sri Rahayu. 2004. Biotransformasi Limbah
Ikan Menjadi Bahan Pakan yang Stabil untuk Pakan Ternak Ruminansia,
Laporan Hibah Bersaing XII/1. Perguruan Tinggi. Fakultas
PeternakanUNSOED, Purwokerto.
33
34
Jatmiko, B. 2002. Teknologi dan Aplikasi Tepung Silase Ikan, Thesis, Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Kompiang, I.P., dan Ilyas, S. 2003. Silase Ikan, Pengolahan, Penggunaan dan
Prospeknya di Indonesia, Proseding Seminar Penelitian Balai Penelitian
Ternak Ciawi Bogor
Khomsan, A., 2006, Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta:
Grasindo
Nunung A. 2012. Silase Ikan Untuk Pakan Ternak. Dinas Peternakan Sulawesi
Selatan, Makassar.
Ohshima, M., Cao, L. M., Kimura, E. and Yokota, H., 1997. Fermentasi Kuality of
Alfalfa and Italian Reygrass silase Treated From both the Herbages.
Anim. Feed Sci. Technol. 68: 41-44
Raldi M.Kojo., Rustandi, Y.R.L., dan S.S. Malalatang., 2015 Pengaruh Penambahan
Dedak Dan Tepung Jagung terhadap Kualitas Fisik silase Rumput Gaja,
Vol. 35(25). Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.
Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Jilid I Dan Jilid II. Bina
Cipta. Bandung.
Sanger, G. 2010, Mutu Kesegaran Ikan Tongkol Selama Penyimpanan Dingin, Warta
WIPTEK. 35 : 1-2.
Singh, J., 1987, Field Manual of Maize Breeding Procedures, Indian Agricultural
Research Institute New Delhi, India
Sudradjat, R. 2004. The Potential of Biomass Energy Resources in Indonesia for the
36
Sunarto, Rosani, W., dan Yuni, As., 2001. Pemanfaatan Limbah Ikan Dan Onggok
Topioka Untuk Pembuatan Silase dengan Menggunakan Inokula
Mikrobia Dari Cairan Asinan Kobis. Vol. I (5). Jurusan Produksi ternak
Fakultas Peternakan UNSOED.
Shofiyanto, M. Edy. 2008. Hidrolisa Tongkol Jagung oleh Bakteri Selulolitik Untuk
Produksi Bioetanol Dalam Kultur Campuran. Fakultas Teknologi
Pertanian IPB. Bogor
Wardhani, N. K. dan A. Musofie. 1991, Jerami jagung segar, kering dan teramoniasi
sebagai pengganti hijauan pada sapi potong. Jurnal Ilmiah Penelitian
Ternak Grati. 2(1):1-5
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
37
Woolfrod, M. K. 1984. The Silage Fermentation. Marcel Dekker, Inc. New York
Zuta, C.P., Simpson, B.K., Chan, H.M. dan Philips, L. (2003). Concentrating PUFA
from Mackerel processing waste. Journal American Oil Chem. Soc. 80:
933-936
.
38
LAMPIRAN
Preparasi Sampel
Tongkol
Fermentasi
38
39
-Dipotong kecil-kecil
-Ditimbang 400 gram
-Dimasukkan kedalam wadah plasitk
-Uji pH sebelum fermentasi
-Uji kadar protein sebelum fermentasi
Hasil
40
2. Uji pH
Silase
Hasil
41
1. Tahap Destruksi
2. Tahap Destilasi
Larutan campuran
3. Tahap Titrasi
Hasil
43
Silase A1
Hasil
44
Lampiran 4. Perhitungan
= 0,0175 x 100%
= 1,75 %
Silase A1
= 4,2 %
49
NaOH
b. H3BO3 0,1 N
H3BO3
H3BO3 0,1 N
c. HCl 0,1 N
HCl
HCl 0,1 N
51