Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sel merupakan adalah unit terkecil dari struktur fungsional kehidupan. Sel memiliki
sistem organisasi molekuler dan biokimiawi yang mampu menyimpan informasi,
menterjemahkan informasi untuk melakukan sintesis molekul sel, serta menggunakan energi
untuk melakukan kegiatan seperti pertumbuhan, reproduksi, dan perbaikan. Semua reaksi
kimia dan fisika terjadi di dalam sel untuk mendukung fungsi dari sel. Terdapat dua
kelompok sel yang menyusun organisme di bumi ini, dua kelompok sel tersebut adalah sel
prokariotik dan sel eukariotik. Pengelompokan sel berdasarkan ada tidaknya membran inti
sel. Sel prokariotik dan sel eukariotik juga memiliki ciri yang sama dan berbeda. Sel
prokariotik tidak memiliki membran inti, terdapat pada golongan monera (archae dan
bakteri) sedangkan sel eukariotik, memiliki membran inti sel terdapat pada golongan
protista, fungi, tumbuhan, dan hewan. Virus masih diperdebatkan sebagai benda mati atau
benda hidup. Virus memiliki ciri sebagai makhluk hidup maupun benda mati. Virus biasanya
menginfeksi sel. Virus disebut parasit obligat hal tersebut karena virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk
hidup, karena virus tidak mempunyai alat reproduksi sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan Apa Itu Bacteria (Bakteri) ?
2. Jelaskan Apa Itu Archaeae ?
3. Jelaskan Apa Itu Fungi (Jamur) ?
4. Jelaskan Apa Itu Alga ?
5. Jelaskan Apa Itu Protozoa ?
6. Jelaskan Apa Itu Helminth (Cacing) ?
7. Jelaskan Apa Itu Virus, Viroid Dan Prion ?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Bacteria (Bakteri).
2. Untuk Mengetahui Apa Itu Archaeae.
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Fungi (Jamur).
4. Untuk Mengetahui Apa Itu Alga.
5. Untuk Mengetahui Apa Itu Protozoa.
6. Untuk Mengetahui Apa Itu Helminth (Cacing).
7. Untuk Mengetahui Apa Itu Virus, Viroid Dan Prion.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. BACTERIA (BAKTERI)

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas
dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya merupakan organisme
uniseluler (bersel tunggal), prokariota/ prokariot, tidak mengandung klorofil, serta berukuran
mikroskopik (sangat kecil).
Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki jumlah spesies
mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di mana-mana mulai dari di tanah, di
air, di organisme lain, dan lain-lain juga berada di lingkungan yang ramah maupun yang
ekstrim.
Dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan
jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti ph, suhu temperatur,
kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme.

a) CIRI-CIRI BAKTERI

2
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
1. Organisme multiselluler
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya
memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasite
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut
dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung
peptidoglikan.

b) STRUKTUR BAKTERI

Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:


1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri) Meliputi: dinding sel,
membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan
2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu) Meliputi kapsul, flagelum,
pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.
- Struktur dasar sel bakteri
Struktur dasar bakteri :
1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida
(ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila
peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).

3
2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas
lapisan fosfolipid dan protein.
3. Sitoplasma adalah cairan sel.
4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan
RNA.
5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang
dibutuhkan.

- Struktur sel bakteri


Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat
berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding
sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda
(peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya
ini disebabkan oleh flagel.
Bakteri memiliki bentuk sel yang bervariasi, bulat (coccus), batang (bacillus) dan
lengkung (vibrio, coma atau spiral). Umumnya sel bakteri yang berbentuk bulat
berdiameter sekitar 0,7 - 1,3 mikron. Sedangkan sel bakteri berbentuk batang lebarnya
sekitas 0,2 - 2,0 mikron dan panjangnya 0,7 - 3,7 mikron.
Bagian tubuh bakteri pada umumnya dapat dibagi atas 3 bagian yaitu dinding sel,
protoplasma (di dalamnya terdapat membran sel, mesosom, lisosom, DNA, endospora),
dan bagian yang terdapat di luar dinding sel seperti kapsul, flagel, pilus. Di antara
bagianbagian tersebut ada yang selalu didapatkan pada sel bakteri, yaitu membran sel,
ribosom dan DNA. Bagian-bagian ini disebut sebagai invarian. Sedangkan bagian-bagian
yang tidak selalu ada pada setiap sel bakteri, misalnya dinding sel, flagel, pilus, dan
kapsul. Bagianbagian ini disebut varian.
Susunan bagian-bagian utama sel bakteri, dijelaskan sebagai berikut:
a. Membran sel
Membran sel merupakan selaput yang membungkus sitoplasma beserta isinya, terletak di
sebelah dalam dinding sel, tetapi tidak terikat erat dengan dinding sel. Bagi membran sel
sangat vital, bagian ini merupakan batas antara bagian dalam sel dengan lingkungannya. Jika
membran sel pecah atau rusak, maka sel bakteri akan mati. Membran sel terdiri atas dua lapis
molekul fosfolipid. Pada lapisan fosfo-lipid ini terdapat senyawa protein dan karbohidrat
dengan kadar berbeda-beda pada berbagai sel bakteri.

4
b. Ribosom
Ribosom merupakan bagian sel yang berfungsi sebagai tempat sintesa protein.
Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran. Ribosom tersusun atas
protein dan RNA.
c. DNA (Deoxyribonucleic Acid)
DNA merupakan materi genetik, terdapat dalam sitoplasma. DNA bakteri berupa benang
sirkuler (melingkar). DNA bakteri berfungi sebagai pengendali sintesis protein bakteri dan
pembawa sifat. DNA bakteri terdapat pada bagian menyerupai inti yang disebut nukleoid.
Bagian ini tidak memiliki membran sebagaimana inti sel eukariotik.
d. Dinding sel
Dinding sel bakteri tersusun atas makromolekul peptidoglikan yang terdiri dari monomer-
monomer tetrapeptidaglikan (polisakarida dan asam amino). Berdasarkan susunan kimia
dinding selnya, bakteri dibedakan atas bakteri gram-positif dan bakteri gramnegatif. Susunan
kimia dinding sel bakteri gram-negatif lebih rumit daripada bakteri gram-positif. Dinding sel
bakteri grampositif hanya tersusun atas satu lapis peptidoglikan yang relatif tebal, sedangkan
dinding sel bakteri gram-negatif terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar tersusun atas protein
dan polisakarida, lapisan dalamnya tersusun atas peptidoglikan yang lebih tipis dibanding
lapisan peptidoglikan pada bakteri gram-positif. Dinding sel bakteri berfungsi untuk memberi
bentuk sel, memberi kekuatan, melindungi sel dan menyelenggarakan pertukaran zat antara
sel dengan lingkungannya.
e. Flagel
Flagel merupakan alat gerak bagi bakteri, meskipun tidak semua gerakan bakteri
disebabkan oleh flagel. Flagel berpangkal pada protoplas, tersusun atas senyawa protein yang
disebut flagelin, sedikit karbohidrat dan pada beberapa bakteri mengandung lipid. Jumlah dan
letak flagel pada berbagai jenis bakteri bervariasi. Jumlahnya bisa satu, dua, atau lebih, dan
letaknya dapat di ujung, sisi, atau pada seluruh permukaan sel. Jumlah dan letak flagel
dijadikan salah satu dasar penggolongan bakteri.
f. Pilus
Pada permukaan sel bakteri gram-negatif seringkali terdapat banyak bagian seperti
benang pendek yang disebut pilus atau fimbria (jamak dari pilus). Pilus merupakan alat lekat
sel bakteri dengan sel bakteri lain atau dengan bahan-bahan padat lain, misalnya makanan sel
bakteri.

5
g. Kapsul
Kapsul merupakan lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel bakteri. Pada umumnya
kapsul tersusun atas senyawa polisakarida, polipeptida atau protein-polisakarida
(glikoprotein). Kapsul berfungsi untuk perlindungan diri terhadap antibodi yang dihasilkan
sel inang. Oleh karenanya kapsul hanya didapatkan pada bakteri pathogen.
h. Endospora
Di antara bakteri ada yang membentuk endospora. Pembentukan endospora merupakan
cara bakteri mengatasi keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Keadaan lingkungan
yang tidak menguntungkan antara lain: panas, dingin, kering, tekanan osmosis dan zatkimia
tertentu. Jika kondisi lingkungan membaik maka endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri.
Endospora bakteri tidak berfungsi sebagai alat perkembangbiakan, tetapi sebagai alat
perlindungan diri.
Sel-sel bakteri yang membentuk spora tampak sebagai ruangan berisi benda bulat, yang
letaknya dapat di salah satu ujung ruang itu, dapat pula di tengah-tengah.
Apabila lingkungan hidup bakteri menjadi buruk, maka banyak yang mati, akan tetapi
ada juga bakteri-bakteri yang dapat membentuk spora spora yang tahan terhadap lingkungan
ynag buruk seperti kekeringan, kekurangan bahan makanan dan lain sebagainya. Jika keadaan
menjadi baik kembali, maka spora itu akan tumbuh menjadi bakteri biasa yang disebut bentuk
vegetaif. Spora-spora pada bakteri ini dibentuk disebelah dalam dinding sel bakteri sehigga
dinamakan endospora. Proses pembentukan endospora yang di dalam sel induk dikenal
sebagai sporulasi atau sporogenesis.
Pada tahap pertama proses sporulasi ini dapat dilihat terjadinya replikasi kromosom
bakteri dan sebagai kecil dari sitoplasma terpisah oleh suatu sekat(septum) spora. Sekat spora
ini menjadi membrane yang berlapis dua yang masing-masing mengelilingi kromosom dab
sitoplasma. Struktur ini seluruhnya dibungkus idalam sel asal yang disebut fore spore.
Lapisan-lapisan peptidoglikan yang tebal terdapat diantara 2 lapisan membran. Kemudian
suatu mantel spora yang tebal yang terdiri dari protein terbentuk disebelah luar membran.
Mantel ini berfungsi untuk melindungi endospora terhadap zat-zat kimia keras. Kemudian
endospora dapat keluar atau bebas dari sel. Letaknya endospora di dalam sel bakteri
tergantung dari spesies bakterinya. Apabila endospora telah matang dinding sel vegetatif
melebur dan endospora dibebaskan. Inti endospora yang mengalami dehidrasi yang tinggi,
hanya mengandung sedikit DNA, RNA, ribosom, enzim dan beberapa molekul yang penting.

6
Endospora itu dapat dianggap sebagai bentuk laten dari bakteri yang dapat berlangsung
dalam jangka waktu yang lama sekali. Endospora yang kembali kepada keadaan vegetatif
mengalami suatu proses yang disebut dengan germinasi. Proses germinasi atau
perkecambahan ini dipacu adanya kerusakan fisik dan kemis pada mantel endospora. Enzim-
enzim yang terdapat dalam endospora akan merusak lapisan-lapisan lain terdapat di sekeliling
endospora, kemudian air dapat masuk sehingga metabolism dapat berlangsung. Oleh karena
satu sel vegetatif hanya membentuk satu endospora, maka sporogenesis pada bakteri bukan
merupakan alat perkembangbiakan, karena tidak ada pertambahan jumlah sel. Dipandang dari
segi klinis, endospora ini sangat penting karena tahan terhadap pemanasan, pendinginan,
penggunaan zat-zat kimia dan radiasi. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 700C
sedangkan endospora dapat tetap hidup pada air mendidih sampai setengah jam atau lebih.

B. ARCHAEAE
Arkea atau archaea (bahasa Yunani: αρχαία— "yang tua"), juga disebut arkeobakteri,
merupakan satu divisi organisme hidup yang utama. Meskipun filogeni yang tepat masih
tidak dapat dipastikan untuk kumpulan-kumpulan ini, Arkea, Eukariota, dan Bakteria
merupakan kelas yang termasuk sistem tiga domain. Sama dengan bakteria, Arkea
merupakan organisme yang tidak memiliki nukleus, oleh sebab itu, Arkea termasuk
Prokariota. Awalnya, termasuk dalam kerajaan Monera. Arkea berhabitat di lingkungan
kotor, tetapi ditemukan bahwa arkea terdapat di setiap tempat.
Pokok filogenetik berdasarkan data rRNA yang menunjukkan pemisahan bakteria, arkea,
dan eukariota. Arkea ditemukan pada tahun 1977 oleh Carl Woese dan George Fox
berdasarkan pemisahan dari prokariot yang lain dalam pohon filogentik rRNA 16S. Awalnya,
kedua kumpulan ini adalah Arkeabakteria dan Eubakteria, dan dibagi dalam kingdom atau
subkingdom yang diistilahkan oleh Woses dan Fox sebagai Urkingdom.
Woese berpendapat bahawa Arkea pada dasarnya merupakan satu cabang hidupan yang
berlainan. Ia kemudian memberi nama Arkea dan Bakteria untuk memperkuat pendapatnya,
dan berpendapat bahwa Arkea merupakan bagian dari tiga domain.
Istilah biologi, Arkea, harus tidak dikelirukan dengan frasa geologi, eon Arkean, yang
juga dikenal sebagai Era Arkeozoik. Istilah kedua ini merujuk kepada zaman primordium
dalam sejarah bumi ketika Arkea dan Bakteria merupakan organisme bersel yang tunggal di
bumi. Fosil-fosil ini kemungkinan merupakan fosil mikroba yang berasal dari 3,8 juta tahun
yang lalu.

7
a) Ciri-ciri Archaebacteria

Archaebacteria memiliki ciri-ciri sebagai berikut.


1. Sel bersifat prokaryotik.
2. Lipida pada membran sel bercabang.
3. Tidak memiliki mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi, dan lisosom.
4. Habitat di lingkungan bersuhu tinggi, bersalinitas tinggi, dan asam.
5. Berukuran 0,1 um sampai 15 um, dan beberapa ada yang berbentuk filamen
dengan panjang 200 m.
6. Dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram.
Archaebacteria berukuran dari 0,1 um sampai 15 um, dan ada beberapa Archaebacteria
yang berbentuk filamen mencapai panjang 200 m. Bentuk Archaebacteria bervariasi, seperti
berbentuk bola, batang, spiral, cuping, dan empat persegi panjang. Bentuk-bentuk yang
berbeda ini menunjukkan perbedaan tipe metabolismenya.
Pada prinsipnya habitat Archaebacteria di lingkungan bersuhu tinggi, bersalinitas tinggi
dan asam. Tetapi biasanya Archaebacteria dikelompokkan berdasarkan habitatnya, yaitu:
1) Halophiles, yaitu lingkungan yang berkadar garam tinggi.
2) Methanogens, yaitu lingkungan yang memproduksi methan. Ini dapat ditemukan pada
usus binatang.
3) Thermophiles, yaitu lingkungan yang mempunyai suhu tinggi.
Dalam contoh konkrit kalian dapat menemukan Archaebacteria di gletser, asap hitam,
tanah rawa, kotoran, air laut, tanah dan saluran pencernaan makanan pada binatang seperti
ruminansia, dan rayap.

Terdapat juga pada saluran pencernaan makanan pada manusia. Walaupun demikian,
Archaebacteria biasanya tidak berbahaya bagi organisme lainnya dan tidak satu pun dikenal
sebagai penyebab penyakit.

b) Klasifikasi Protista

Arkhaebakteria banyak ditemukan hidup di lingkungan ekstrim seperti di sumber air


panas, telaga garam, bahkan dalam saluran pencernaan hewan ruminansia (sapi, domba).
Berdasarkan lingkungan yang ekstrim Archaebacteria dibedakan menjadi 3 kelompok :
1. Metanogen
Kelompok Archaebacteria ini bersifat anaerobik dan kemosintetik. Bakteri ini
memperoleh makanan dengan mereduksi CO2 menggunakan H2 menjadi metana (CH4).

8
Hidup di rawa-rawa dan danau yang kekurangan oksigen karena konsumsi
mikroorganisme lain.
4H2 + CO2 ―→ CH4 + 2H2O
Metanogenik juga berperan dalam pembusukan sampah dan kotoran ternak.
Metanogenik merupakan bakteri utama dalam pembentukan biogas atau gas metana.
Beberapa bakteri metanogenik bersimbiosis dalam rumen herbivora dan hewan
pengonsumsi selulosa lainnya.
Contoh :
- Lachnospira multiparus, organisme ini mampu menyederhanakan pectin
- Ruminococcus albus, organisme ini mampu menghidrolisis selulosa
- Succumonas amylotica, memiliki kemampuan menguraikan amilum.
- Methanococcus janashii, penghasil gas methane

2. Halofilik
Bakteri Halofilik (halo : garam, philis: suka) ini hidup pada lingkungan dengan kadar
garam tinggi dan sebagian memerlukan kadar garam 10 kali lebih tinggi daripada air laut
untuk dapat hidup. seperti di danau Great Salt (danau garam), Laut Mati, atau di dalam
makanan yang bergaram. Beberapa bakteri halofilik dapat berfotosintesis dan memiliki
zat warna yang disebut bacteriorodhopsin
3. Termofilik
Sesuai dengan namanya (thermo: panas, philis: suka), Archaebacteria ini hidup di
tempat dengan suhu 60°C hingga 80°C. Beberapa bakteri termofilik mampu
mengoksidasi sulfur, seperti Sulfolobus yang hidup di mata air sulfur. Bahkan, beberapa
spesies mampu dengan suhu 105°C

9
Menurut Woese, Kandler dan Wheelis, 1990, Archaebacteria dibagi menjadi beberapa
phylum, yaitu:
1. Phylum Grenarchaeota
2. Phylum Euryarchaeota
3. Halobacteria
4. Methanococci
5. Methanophyri
6. Archaeoglobi
7. Thermococci
8. Thermoplasmata
9. Phylum Korarchaeota
10. Phylum Nanoarchaeota

c) Peranan Protista

Arkae juga mempunyai peranan dalam kehidupan, diantaranya:

a. Menggunakan reaksi kimia yang digunakan untuk membuat materi organic dan reaksi
kimai lainnya (umumnya menghasilkan gas metan dan sulfur dioksida).
b. Mengubah karbon dioksida dan hydrogen menjadi metan.
c. Gas metan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai biogas.
d. Mampu mengoksida sulfur.
e. Bakteri metanogen yang ada di Ruminansia (pemamah biak) dapat mencegah pectin
(lachnospira multipharus), memecah amilum (succinomonas amylolytica), dan
memecah selulosa (ruminococcus albus).

C. FUNGI (JAMUR)

10
Jamur adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di daerah tropik,
subtropik, di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga ditemukan di darat, di perairaian
tawar, di laut, di mangrove, di bawah permukaan tanah, di kedalaman laut, dipengunungan,
maupun di udara. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan fungi, antara
lain kelembapan, suhu, keasaman substrat, pengudaraan, dan kehadiran nutrien-nutrien yang
diperlukan. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Fungi adalah nama regnum dari
sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar
tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya.
Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota
Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah
penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi
sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang
sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak
diri secara seksual dan aseksual.
Sedangkan dari sudut lain mengatakan bahwa fungi adalah mikroorganisma eukaryotik
yang hidup secara saprofit karena tidak dapat berfotosintesa. Pada dasarnya sel -sel fungi
hampir sama dengan sel - sel hewan. Bahkan hal ini juga yang menjadi salah satu alasan
mengapa sulit ditemukan strategi yang tepat dalam mengobati infeksi oleh jamur tanpa
berefek toksik bagi inang / host nya.
Di alam ini fungi dapat bersifat sangat merugikan manusia dengan menimbulkan infeksi
(penyakit) dan toksin yang dihasilkan ataupun bersifat menguntungkan dengan
menghasilkan produk - produk yang dapat digunakan oleh manusia sebagai contoh
antibiotika, vitamin, asam organik dan enzim.

a) Reproduksi Jamur
Spora fungi memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara seksual
maupun aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler , tetapi ada juga
spora multiseluler. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesalisasi.
Ketika kondisi lingkngan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon diri
mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekal spora secara aseksual. Terbawa
oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecamabh jika berada pada tempat yang
lembab pada permukaan yang sesuai (Campbell 2003).

11
Menurut Pelczar (1986), bahwa spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua
nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu:
1) Aksospora: Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang
dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
2) Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang
dinamakan basidium.
3) Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-
ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa
cendawan melebur.
4) Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium,
pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteredium
mengasilkan oospora.

b) Struktur Tubuh Jamur

Jamur termasuk tumbuhan tingkat rendah dan seperti halnya dengan tumbuhan
lainnya jamur mempunyai 2 fase dalam siklus hidupnya, yaitu:
- fase vegetatif
- fase reproduktif/generatif.
Struktur vegetatif dari jamur sendiri terdiri dari hifa yang menyerupai benang-
benangpanjang. Hifa secara kolektif membentuk miselium dan panjangnya ada yang
sampai beberapa meter. Hifa ada yang beruas dan tak beruas. Pada hifa yang beruas
hifanya terbagi dengan sekat-sekat dan setiap ruas mengandung satu nucleus atau banyak
nucleus. Pada tipe yang tak beruas terdiri dari hifa yang mempunyai banyak nucleus yang
tidak dibatasi oleh sekat. Pada tipe ini dapat pula dijumpai dinding sekat terutama pada
hifa yang tua. Jamur parasit mempunyai hifa yang ektofitik atau endofitik.

12
Miselium yang ektofitik berada pada permukaan tanaman inang sedangkan miselium
yang endofitik berada didalam jaringan tanaman inang dan dapat tumbuh secara
interseluler (diantara sel) atau intraseluler (masuk kedalam sel). Hifa yang ektofitik dan
interseluler membentuk haustorium ke dalarn sel untuk memperoleh zat makanan. Bentuk
haustorium dapat bulat atau seperti akar.

c) Klasifikasi Jamur
1. Divisi Zygomycota

Jamur yang tergolong divisi ini hidup di darat, di atas tanah, atau pada tumbuhan dan
hewan yang telah membusuk. Namun, Zygomycota berasal dari Zigospongarium.
Zigospora merupakan spora istirahat yang memiliki dinding tebal.
Jenis jamur yang tergolong Zygomycota, antara lain:
- Jamur Roti (Rhizopus Nigricans) : Jika roti yang lembab disimpan ditempat yang
hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak jamur tumbuh diatasnya. Pada
roti akan tumbuh bulatan hitam, yang disebut Sporangium yang dapat menghasilkan
sekitar 50.000 spora.
- Jamur Tempe (Rhizopus Stolonifer) : Jamur tempe digunakan dalam pembuatan
tempe. Reproduksi rhizopus Stolonifer dapat terjadi secara seksual dan aseksual.
- Pilobolus : Adalah salah satu jamur yang biasa hidup pada kotoran hewan yang telah
terdekomposisi. Jamur ini tidak dapat bereproduksi tanpa adanya bantuan cahaya.
Jamur ini menunjukkan respon positif terhadap cahaya.

13
2. Divisi Ascomycota

Jamur Ascomycota “jamur kantung” ada yang uniseluler dan multiseluler. Jamur ini
ada yang bersifat parasit dan ada juga yang bersifat saprofit.
Spesies yang tergolong Ascomycota, diantaranya sebagai berikut:
- Penicillium : Jamur ini berwarna hjjau kebiruan dan tumbuh baik pada buah-buahan
yang telah masak, roti, nasi, serta makanan bergula. Penicillium dibagi menjadi dua:
Penicillium Camemberti dan Penicilium Requeforti, kedua jamur ini dimanfaatkan
dalam industri keju. Beberapa setelah keju tersebut ditanam diatas keju, cabang hifa
akan tumbuh diseluruh keju.
- Ragi (Saccharomyces) : Merupakan organisme uniseluler yang dikelompokkan ke
dalam Ascomycotakarena reproduksi seksualnya terjadi dengan pembentukan Askus
- Neurospora : Jamur ini dimanfaatkan untuk pembuatan makanan dari kacang tanah
dengan suatu proses fermentasi jamur. Selain dimanfaatkan sebagai pembuatan
oncom, jamur juga digunakan sebagi objek penelitian genetika.
- Higrophorus Coccineal dan Morcella Deliciosa : Jamur ini bersifat parasit, banyak
menyerang hewan selain itu, dapat membusukkan kayu dna buah-buahan.
3. Divisi Basidiomycota

Pada umumnya tubuh buah jamur dari divisi Basidiomycota berukuran besar
(Makroskopis), walapun ada juga yang berukuran kecil (Mikroskopis).

14
Jamur dari divisi basidomycota memiliki ciri khas, yang memiliki Basidium.
Basidium merupakan alat reproduksi seksual yang terdapat dalam bilah. Seluruh
Basidium berkumpul membentuk suatu badan yang disebut Basidiokarp. Spora yang
dihasilkan dalam basidium dinamakan Basidiospora.
Beberapa contoh spesies dari Divisi Basidiomycota, antara lain:
- Puccinia Graminis
- Jamur Merang (Volcariella Volvacea)
- Ustilago maydis
- Jamur Kuping
- Amanita Muscaria

4. Divisi Deuteromycota

Jamur yang tergolong Deuteromyota adalah jamur yang belum diketahui reproduksi
seksualnya. Jamur ini biasa disebut jamur tidak sempurna atau Jamur Imperfecti
(Campbell, 1998: 581). Reproduksi aseksualnya terjadi dengan fragmentasi atau dengan
Konidium.
Berikut contoh jamur dari Divisi Deuteromycota, antara lain:
 Aspergillus : Merupakan jamur yang hidup pada medium dengan derjat keasaman dan
kandungan gula tinggi.
 Epidermophyton dan Mycosporium : Kedua jenis jamur ini merupakan parasit pada
manusia. Epidermophyton menyebabkan penyakit kaki pada atlit, sedangkan
Mycosporium penyebab penyakit kurap.
 Fusarium, Verticellium, dan Cercos : Ketiga jenis jamur ini merupakan parasit pada
tumbuhan. Jamur ini jika tdaik dibasmi dengan fungisida dapat merugikan tumbuhan
yang diserangnya.

15
D. ALGA

Alga adalah tumbuhan nonvascular yang memiliki bentuk thalli yang beragam,
uniseluler atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik. Alga bentik (makroalga) dapat
hiduup di perairan tawar dan laut (bold & wynne 1978:1; dawea 1981:59).
Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada subtract
didasaran laut. Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang daun, bunga, buah, dan biji
ssejati (sumich 1979:99; mnConnaughey & zottoli 1983: 114 lerman 1986:39). Makroalga
terbesar didaerah litoral dan sublitoral. Daerah tersebut masih dapat memperoleh cahaya
matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung (dawes 1981:13).
Makraoalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan
(leviton 2001: 270).
Menurut atmaja & sulistijo ( 1988: 5), makroalga dapat diklasifikasikan menjadi tiga
divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris, yaitu: cholorophyta,
phaeophyta, dan rhodophyta. Dalam dunia tumbuhan alga (ganggang) termasuk kedalam
dunia tallopyta (tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara
jelas. Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak dengan
bentuk serupa benang atau lembaran.
Tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan yang hidup di air,baik air tawar atau air
laut,setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab dan basah.Ada yang bergerak
aktif dan ada yang tidak.jenis ganggang yang bergerak aktif mempunyai alat untuk bergerak
yang berupa bulu-bulu cambuk atau flagel.Yang berjumlsh satu atau lebih.jenis yang
tubuhnya bersel tunggal dan adapat bergerak aktiv merupakan penyusun plankton,tepatnya
fikoplankton.Yang melekat pada sesuatu yang ada didalam air seperti batu atau kayu,disebut
bentos.

16
Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu :

 Fikosianin : warna biru


 Klorofil : warna hijau
 Fikosantin : warna perang/ coklat
 Fikoeritrin : warna merah karoten : warna keemasan
 Xantofil : warna kuning

Alga (ganggang) bersifat autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri). Hampir


semua alga bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut dan tempat-tempat
yang lembab.

Alga (ganggang) terbagi menjadi beberapa kelas :


a. Cyanophyta (ganggang biru), masih prokaryotik.
b. Chlorophyta (ganggang hijau)
c. Chrysophyta (ganggang keemasan)
d. Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)
e. Rhodophyta (ganggang merah)

a) Habitat Alga
Algae dapat hidup di permukaan atau dalam perairan (aquatik) maupun daratan
(terestrial) yang terkena sinar matahari, namun kebanyakan hidup di perairan. Algae laut
mempunyai peranan yang sangat penting di dalam siklus unsur-unsur di bumi, mengingat
jumlah massanya yang sangat banyak yang kemungkinan lebih besar dari jumlah
tumbuhan di daratan.

17
Beberapa algae laut bersel satu bersimbiosis dengan hewan invertebrata tertentu yang
hidup di laut, misalnya spon, koral, cacing laut. Algae terestrial dapat hidup di permukaan
tanah, batang kayu, dan lain-lain. Algae darat dapat bersimbiosis dengan jamur dan
membentuk lumut kerak (Lichenes). Pada lichenes algae bertindak sebagai fikobion,
sedangkan jamur sebagai mikobion. Algae yang dapat membentuk Lichenes adalah
anggota dari Chlorophyta, Xanthophyta, dan algae hijau biru (Cyanobacteria) yang
termasuk bakteri. Fikobion memanfaatkan sinar matahari untuk fotosintesa, sehingga
dihasilkan bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh mikobion. Mikobion
memberikan perlindungan dan berfungsi untuk menyerap mineral bagi fikobion. Pada
beberapa kasus mikobion dapat menghasilkan faktor tumbuh yang dapat dimanfaatkan
oleh fikobion. Lichenes sangat lambat pertumbuhannya, tetapi dapat hidup pada tempat
ekstrem yang tidak bias digunakan untuk tempat tumbuh jasad hidup lain. Sebagai contoh
Lichenes dapat tumbuh pada batuan dengan keadaan yang sangat kering, panas dan
miskin unsur hara atau bahan organik.

Lichenes menghasilkan asam-asam organik yang dapat melarutkan mineral batuan.


Kandungan beberapa pigmen fotosintetik pada algae memberikan warna yang spesifik.
Beberapa divisi algae dinamakan berdasarkan warna tersebut, misalnya algae hijau, algae
merah dan algae coklat.

b) Morfologi Alga (Ganggang)

Banyak spesies alga terdapat sebagai sel tunggal yang dapat berbentuk bola, batang,
gada atau kumparan. Dapat bergerak atau tidak. Algae hijau uniseluler yang khas. Algae
mengandung nucleus yang dibatasi membrane. Setiap sel mengandung satu atau lebih
kloroplas, yang dapat berbentuk pita atau seperti cakram-cakram diskrit (satuan-satuan
tersendiri) sebagaimana yang terdapat pada tumbuhan hijau. Di dalam matriks kloroplas
terdapat membrane tilakoid yang berisikan klorofil dan pigmen-pigmenpelengkap yang
merupakan situs reaksi cahaya pada fotosintesis.

Algae berkembang biak secara seksual atau aseksual. Reproduksi aseksual berupa
pembelahan biner sederhana. Reproduksi seksual dijumpai di antara algae. Dalam proses
ini terdapat konyugasi gamet (sel seks) sehingga menghasilkan zigot.

18
c) Fisiologis Alga (Ganggang)

Algae adalah mikroorganisme aerobic fotosintetik, dijumpai di mana saja yang


tersedia cukup cahaya, kelembapan, dan nutrient sederhana yang memperpanjang
hidupnya. Pertumbuhan algae berlangsung cepat di air yang diam dengan bantuan sinar
matahari. Phosphat dan Nitrat dalam air dapat mendukung pertumbuhan Algae.Beberapa
spesies algae hidup pada salju dan es di daerah-daerah kutub dan puncak-puncak gunung.
Beberapa ganggang hidup dalam sumber air panas dan suhu setinggi 70 0C. beberapa
algae beradaptasi pada tanah lembab, pepagan pohon, dan bahkan permukaan batuan.

Alga (ganggang) mempunyai tiga macam pigmen fotosintetik yaitu klorofil,


karotenoid, dan fikobilin (ketiganya terdapat dalam kloroplas). Sebagai hasil
fotosintetiknya, algae menyimpan berbagai produk makanan cadangan sebagai granul
atau globul dalam sel-selnya. Ganggang hijau menyimpan pati seperti yang terdapat pada
tumbuhan. Algae lain dapat menyimpan macam-macam karbohidrat, beberapa algae
menyimpan minyak atau lemak.

d) Pembagian Kelas Alga (Ganggang)


1. Cyanophyta (Ganggang Hijau Biru)
Ganggang hijau biru termasuk kedalam monera, karena struktur selnya sama dengan
struktur sel bakteri, yaitu bersifat prokariotik. Ganggang hijau biru berukuran
mikroskopis. Ganggang hijau biru tersebar luas, banyak ditemukan di perairan tanah yang
lembab, permukaan dinding tembok, pot, batu karang yang lembab. Bahkan ditemukan
pula di tempat yang kurang menguntungkan lingkungannya. Beberapa jenis dijumpai
pada sumber air panas seperti mata air panas Yellow Stone Park di Amerika. Ciri-ciri dan
sifat ganggang hijau biru:

 Tumbuhan bersel satu, benang (filamen) dan hidup berkoloni


 Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin dan
fikoeritin (sering disebut ganggang hijau biru)
 Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulosa, kadang -kadang
berlendir Inti sel tidak memiliki membran (prokarion) Contoh:
a) Bentuk unisel (satu sel): Chroococcus, Gloeocapsa
b) Bentuk koloni: Polycystis
c) Bentuk filamen: Oscilatoria, Nostoc, Anabaena, Rivularia.

19
2. Chloropyta (ganggang hijau)
Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga
dapat melakukan fotosintesis. 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup
di air umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah.
Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya diantara
gangganga lain.Cara reproduksi dengan fragmentasi dan konjugasi.
Adapun contoh-contohnya yaitu:
1. Chlorella : bersel satu, bentuk bulat, kloroplas menyerupai mangkuk atau lonceng,
hidup di air tawar/ laut/ payau/ darat, pembiakan vegetatif dengan pembelahan sel dan
tiap sel membentuk 4 sel anakan. Beberapa ahli beranggapan ganggang ini dapat
dimanfaatkan kelak untuk memproduksi bahan makanan baru bagi manusia, yakni
protein, lemak dan karbohidrat.
2. Ulva : terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada air dan
dapat dimakan.
3. Spiroggyra: berbentuk benang (filamen) silindris, hidup di kolam, sawah atau perairan
yang airnya tidak deras, reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, generatif dengan
konyugasi yaitu dua Spirogyra yang bertonjolan berdekatan, kemudian dua tonjolan
bergabung membentuk pembuluh, protoplasma isi sel yang berlaku sebagai gamet,
gamet sel yang satu pindah ke gamet sel yang lain dan terjadilah plasmogami dan
diikuti kariogami, hasil persatuan ini berupa zigospora diploid, zigospora mengadakan
meiosis dan tumbuh menjadi benang baru yang haploid, dan hanya satu sel yang
menjadi individu baru.
4. Chlamidomonas: berbentuk bulat telur dengan dua flagelum, satu vakuola dan satu
nukleus. Ditemukan butir stigma dan pirenoidyang berfungsi sebagai pusat
pembentukan tepung (amilum). Reproduksi dilakukan membelah diri dan konyugasi.
5. Euglena: juga dikelompokan ke dalam protozoa (hewan), karena selain mempunyai
klorofil juga dapat berpindah tempat.
6. Hydrodictyon: ditemukan di air tawar dan koloninya berbentuk jala. Reproduksi
vegetatif dengan fragmentasi (pemisahan) sel koloni menghasilkan zoospora, sedang
generatif dengan konyugasi sel gamet yang dilepas dari induknya menghasilkan
zigospora.
7. Oedogonium: biasanya melekat pada tanaman air, rumaha siput dan lain-lain.

20
8. Chara : bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, terdapat di air tawar. Batang
beruas-ruas dan tiap ruas bercabang kecil.

3. Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)

Phaeophyceae atau Ganggang coklat adalah salah satu kelas dari dari ganggang
berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Pigmen yang lebih dominan adalah pigmen
xantofil yang menyebabkan ganggang berwarna coklat. Pigmen lain yang terdapat dalam
Phaeophyceae adalah klorofil A dan C serta karoten. Sebagian besar Phaeophyceae
terdapat dilaut, hanya ada tiga jenis saja yang hidup di air tawar dan jenis-jenis ini
merupakan jenis yang langka. Phaeophyceae banyak terdapat didaerah yang beriklim
dingin. Alga ini banyak mendominasi bagian lateral daerah artik dan antartik. Walaupun
demikian, ada jenis-jenis lainnya yang hidup didaerah tropic dan subtropik. Sebagian
besar dari phaeophyceae hidup melekat pada subtract karang dan lainnya. Beberapa
diantaranya hidup sebagai epifit. Paeophyta atau ganggang coklat dibagi menjadi tiga
golongan, berdasarkan tipe pergantian keturunan. Ganggang coklat ini hidup pada air laut,
hanya beberapa jenis saja yang di temukan di air laut,hanya bebepa saja yang hidup di air
tawar, di laut samudra, di daerah iklim sedang dan dingin. Ganggang coklat ini masuk
dalam satu kelompok yang sangat besar, Heterokontopyta,suatu eukaryotic kelompok
organisma yang di bedakan secara mencolok, ganggang ini lebih banyak di temukan
irtidal, terutama pada daerah belahan utara.Anggota phaeophyta di temukan sekitar 500
genus dengan 5600 spesies. Pada daerah tropis, beberapa spesies ini dapat membentuk
biomasa penting. Hidup di pantai, warna coklat karena adanya pigmen fikosantin
(coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran
yang dapat mencapai puluhan meter.Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi,c
sedangkan generatif dengan isogami dan oogami. Contoh-contoh ganggang cokelat :
Laminaria, Fucus, Turbinaria, dan Sargasum

4. Rhodophyta (ganggang merah)

Umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, mengandung pigmen kklorofi
a, klorofil d, karoten, fikoeritrin, fikosianin.Tubuh bersel banyak menyerupai benang atau
lembaran.Reproduksi vegetatif dengan spora. Contoh : Batrachospermum, Gelidium,
Eucheuma, Gracililaria, Chondrus, Porphyra, Polysiphonia, Nemalion, dll.

21
5. Chrysophyta ( ganggang keemasan)

Bersel tunggal atau banyak, mempunyai pigmen klorofil a, klorofil c, karoten, xantofil
dan fikosantin.Hidup di tempat yang basah, laut, air tawar, dan merupakan fitoplankton.

Contoh :
 Vaucheria : hidup di air atau tempat yang basah, berbentuk benang sering bercabang.
 Ochromonas : sel berbentuk bola, berstigma, flagel dua sama panjang, kloroplas
berupa lembaran melengkung warna kekuningan.
 Diatome (Navicula atau ganggang kersik): hidup di air tawar, laut sebagai epifit dan
mayoritas sebagai plankton. Contoh yang terkenal dari Diatome adalah Pinnularia sp.
Cangkok Diatome dibuat dari bahan gelas yaitu silica.

E. PROTOZOA
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari bahasa
Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi, Protozoa adalah hewan
pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara
algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Protozoa termasuk kelompok protista yang
mirip hewan. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan
selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari
jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir
karena tidak dapat membentuk badan buah.

22
a) Bentuk Tubuh Protozoa
Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Ukuran tubuhnya
antara 3-1000 mikron. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal
(unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua tugas
tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Bentuk tubuh
macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada
yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia.

b) Habitat Protozoa
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup
bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat
parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa
organisme sederhana seperti algae, sampai vertebratayang kompleks, termasuk manusia.
Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan.
Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa
jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di
dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau
genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus
termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya bagi
manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius.
Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan
menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya. Protozoa hidup secara soliter atau
bentuk koloni. Didalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton. Permukan tubuh
Protozoa dibayangi oleh membran sel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari
bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa
memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik dan kapur.
Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa
membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat di dalam sel antara lain
nucleus, badangolgi, mikrokondria, plastida, dan vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-
macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme lainnya,.
Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat
organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang bersifat saprofitik, yaitu
menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat
parasitik.

23
Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan
tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa meriupakan bentuk peralihan dari
bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya.

c) Ciri-ciri Protozoa
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum
dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan
menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria.
Ciri-ciri umum :
 Organisme uniseluler (bersel tunggal)
 Eukariotik (memiliki membran nukleus)
 Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
 Sifat hidupnya kosmopolit artinya dapat hidup di tempat atau habitat apapun.
 Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
 Hidup bebas, saprofit atau parasite
 Protozoa merupakan bagian plankton di air tawar atau air laut dan berperan
penting sebagai indikator polusi
 Sejumlah protozoa dapat menimbulkan penyakit.
 Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup
 Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagella
Ciri-ciri prozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau .
Memiliki membran sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa berubah-
ubah. Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup
autotrof. Ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang mencirikan sebagai sebagai
tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan
amuba. Perkembangbiakan amuba dan bakteri yang biasa dilakukan adalah dengan
membelah diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap
15 menit.
Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua.
Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing-masing
menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting diikuti
dengan pemisahan sitoplasma.

24
Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel
baru yang masing=masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula. Pada
amuba bila keadaan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau panas atau kurang
makan, maka amuba akan membentuk kista. Didalam kista amuba dapat membelah
menjadi amuba-amuba baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik
kembali, maka dinding kista akan pecah dan amuba-amuba baru tadi dapat keluar.
Selanjutnya amuba ini akan tumbuh setelah sampai pada ukuran tertentu, dia akan
membelah diri seperti semula.

d) Morfologi Protozoa
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai
pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis.
Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada
dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa
pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan
hidupnya.
Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah
menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung
selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai
bentuk spesifik, yang ditandai denganfleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran
sel. Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras
yang tersusun dari Si dan Ca.
Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk
membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan
skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka
luarForaminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat
membentuk batuan kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara
khas menggunakan pseudopodia (kaki semu), flagela atau silia, namun ada yang tidak
dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah
protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas.

25
F. HELMINTH (CACING)

a) Ciri-Ciri Umum Cacing


Helminth berarti cacing, baik yang hidup secara parasie maupun yang hidup bebas.
Helminth (cacing) termasuk dalam golongan Metazoa (binatang bersel banyak) yang
dilengkapi dengan jaringan ikat dan organ-organ yang berasal dari ektoderm,
endodermdan mesoderm. Kulit cacing ata kutikula dapat keras atau kuat dan elastis,
relatif lembut. Kebanyakan resisten terhadap pencemaan. Dapat dilengkapai oleh spine
(spina), Hooks (kait-kait),cutting plate, stylet, untuk melekat, menembus dan merusak
jaringan host (inang). Bentukan-bentukan tersebot biasanya terdapat disekitar mulut.
Beberapa spesies dilengkapi dengan kelenjer yang sektesinya masuk kedalam mulut
cacing dan berfungsi mencema jaringan host(inang) yang digunakan sebagai makanannya
atau dapatjuga menyebabkan cacing bermigrasi dalam jaringan host (inang).
Tanda-tanda umum cacing adalah :
1. Multiseluler
2. Bilateral Simetris
3. mempunyai tiga lapis germ (tripblastik meazoa)
b) Habitat Cacing ( Helminth)
 Usus : Habitat cacing (helminth) pada manusia berada pada bagian us if dan somatik.
Pada bagian usus halus terdapat beberapa cacing yang hidup adalah Taenia saginata,
Tily menolepisnana, Taenia solium, Ascaris lumbri coides, Necator americanus,
Strongilides stercoralis, trichinella spiralis, Capillaria philipinensis. Sedangkan pada
bagian Caecum dan Appendine beberapa cacing yang hidup adalah Enterobias
Vermicuralis, Trichuris trichiura. Dan di dalam Usus besar terdapat cacing, Enteroius
vermicu caris.
 Somatik : Didalam kelenjar somatik yaitu pada lyymphatik sistem beberapa cacing
yang hidup adalah Wucheria brancofti, Brugia malayi, Brugia Timoris. Jaringan

26
Subhutan juga hidup beberapa cacing seperti Loa-loa,Onchocerra volvulus,
Dianculculus medinensis. Pada Paru-paru cacing Strongyloider stercoralis. Di
Mesenterium beberapa cacing yang hidup adalah Acanthocheilonema perstans,
Mansonella azzardi, dan di Konjungtifa adalah cacing Loa-loa

c) Klasifikasi Cacing ( Helminth ) Ng Berbahaya Pada Hewan Dan Manusia


Cacing-cacing yang penting untuk menusia dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
terdiri dari 2 phylum yakni Phylum Nemathelminthe dan Platyhelmintees, Phylum
Nemathelmintes terdiri dari.
1. Klass yaitu klass nematoda. Phylum platyhelminthe
2. Klass yaitu klass cestoda dan klas trematoda.
Adapun ciri-ciri cacng phylum nemathelminthes adalah Silindris, panjang, Tidak
bersegmen, Sere: terpisah, Jantan dan betina, Saluran Pencemaan lengkap, Mempunyai
rongga tubuh ( body cavity). Sedangkan ciri-ciri cacing phylum pthatyhelminthes adalah
Pipih seperti daun, atau pita/bersegmen, Pada umumnya hemaphrodite, Saluran
pencemaan tidak lengkap, Tidak mempunyai rongga tubuh.

d) Jenis-Jenis Cacing (Helminth)


Jenis-jenis cacing yang ada di tubuh manusi yang berasal dari klass nematoda
diantaranya adalah Trichinella spiralis, Trihinella Trichuiura, ancylostoma duodenale,
necator americanus, ascais lumbricoides, Brugia malaya, loa-loa, mansonella ozzadi,
wuchereria bancobri. Sedangkan yang berasal dari klass cestoda banyak diantarana yaitu
Diphiyllobothrium latum, diphiyllobathrium mansoni, taenia saginata, taenia solim, "
achinococcus granulosus, echinicoccus multilocularis, Hymenolepsis nana, Hymenolepsis
diminuta. Untuk spesis yang hidup dalam tubuh manusia adalah faschiola hepatica,
faschiola busci, schistosoma haematobium, schistosoma mansoni, schistosoma
japonicum, paragonimus wetermani, metagonimus yokogawai, clonorchis sinensis, ^
opisthorchis felineus, opisthorchis viverini.”

e) Siklus Hidup Cacing (Helminth)


1. Siklus hidup Ascaris Pumbricoides
Manusia adalah satu-satunya hospes defmitif. Tahap-tahap dari siklus hidup cacing
ini adalah :

27
Telur yang terdapat pada tinja Merupakan telur yang fertil dan tak bersegmen (
unsegmented ovum ). Tidak infektif. Petumbuhan telur ditanah sampai menjadi telur
infektif butuh waktu kurang lebih 3 minggu, dan lebih optimal ditanah yang teduh,
berlumpur, dan bersuhu ± 25° C,Unsegmental ovum berkembang menjadi larva, telur
merisi larva. Telur yang berisi larva ini infektif. Kemudian Telur tertelan, menetas
dalam lumen usus, dan larva keluar, dibagian atas usus halus.Selanjutaya Migrasi larva
keparu-paru ( Lung Migration ).Larva yan baru menetes menembus dinding usus halus,
sampai ke vena porta, kejantung kanan, keparu dan berhenti serta tumbuh dan
mengalami moulting 2 kali dalam alveoni paru. Migrasi ini berlangsung selama 10-15
hari. Setelah itu Dari alveoli bermigrasi menuju bronkhus, pharynx, larynx dan akhimya
ikut tertelan masuk kedalam lambung dan Di usus halus moulting satu kali lagi, cacing
tumbuh menjadi dewasa dan setelah jantan dan betina kawin, beina sudah dapat
menghasilkan telur kurang lebih 2 bulan sejak inveksi pertama. Periode ini disebut
dengan periode prepatent.”6

2. Siklus Hidup Cacing Tambang


Telur yang keluar bersama faeces tidak infentik, biasanya berisi blastomere.
Perkembangan di tan ah. Perkembangan telur di atas tanah dipengaruhi oleh beberapa
keadaan yang optimal untuk pertumbuhan telur adalah ditanah yang lembab, gembur,
berpasir, teduh dan hangat.
Disini telur akan menetas dan keluar larva stadium 1 (rhabditoid larrva) yang
panjangnya kurang lebih 0,25-0,30 milimeter. Stadium yang aktif makan bahan-bahan
organik dan bakteri di sekitarnya. Bentuk dari rhabditiform larva inindapat dikenal
dari buccal caviti yang terbuka panjang. Dan Oesphagus yang muskular dan berbentuk
botol sepanjang 1/3 anterior panjang tubuh, Rectum yang pendek, Genital primordial
yang tidak jelas, Pertumbuhan telur menjadi lambat pada faeces yang encer atau
bahkan mungkin terhenti bila bercampur dengan urine, selanjutnya Larva terus tumbuh
dan dalam waktu 6-8 hari kemudian setelah moulting dua kali tumbuh menjadi larva
stadium III (filariform) yang dapat dikenal dari, Bentuknya yang relatif langsing
panjang 500-600, Buccal cavity menutup, Oesoghagus yang muscular dan memanjang,
Stadium ini menjadi bentuk yang non feeding dimana tubuhnya tertutup oleh
selaput/sheath/cuticula mulai dari ujung anterior sampai posterior sebagai bahan

28
protektive. Bentu ini invektif untuk manusia dan dapat bertahan lama di atas tanah
sampai beberapa minggu.
Pada stadium ini dapat dibedakan karena filariform larva Necator amaericanus
sheath yang membungkus tubuh nampak adanya garis-garis / striae tansversal, sedang
pada Ancylostoma duodenale tidak. Inokulasi dan Penetrasi melalui kulit kejaringan,
Bila sebelum periode infektif (filariform larva ) teijadi kontak dengan kulit manusia,
maka filariform larva akan menebus kulit dan masuk ke jaringan secara aktif. Biasanya
yang sering adalah kulit inter digiti melalui follicle rambut, atau epidermis yang
mengulupas, penetrasi ke lapisan di bawahnya, sampai kelapisan corium dan lapisan
subcutan sampai ke venulae biasanya mati dan diphagositisis.
Larva yang berhasil mencapai peredaran darah melalui venulae/pembunuh
lymphe, dengan mengikuti peredaran darah vena sampai kejantung kanan, paru- paru
mengalami lung migration dan kembali tertelan masuk kedalam usus dan kemudian
mengadakan moulting lagi yang ke 3. Tiba dihabitat, setelah sampai di usus halus larva
melepaskan kulitnya lalu melekatkan diri pada mucosa / vili usus, tumbuh dan
mengadakan deverensiasi sexuil sampai menjadi dewasa dan terbentuk mulut yang
sempuma, waktu yang dibutuhkan meulai kulit sampai cacing dewasa betina
menghasilkan telur kurangdari 5 mingu atau lebih, Infeksi juga bisa teijdi melalui
mulut dimana filariform larva tertelan dan langsung sampai keusus dan tumbuh
menjadi dewasa tanpa melalui lung migration.”

3. Siklus Hidup Strongiloides Stercoralis


Siklus hidup yang lengkap dapat terdiri satu atau lebih dari fase-fase di bawah ini
pada saat yang sama atau tidak.
 Indirect development ( pertumbuhan tak langsung )
Berdasarkan atas pertumbuhan bentuk bebas (free living) di atas tanah dan baru
mengadakan perubahan menjadi bentuk parasitik bila keadaan tak memungknkan lagi
untuk hidup bebas ( rhabditoid larva-dewasa-telur- rhsbditoid larva-dewasa dan
seterusnya)
 Direct development
Terjadi dalam tubuh manusia, yang dimulai dari masuknya filariform larva kedalam
tubuhmanusia yang siklusnya sesuai dengan siklus hidup hidup cacing tambang.
Filariform larva yang masuk menembus kulit akan mengiuti aliran darah dan sampai

29
di paru-paru (lung migration) dan seterusnya seperti cacing tambang dan akan
menjadi dewasa di dalam usus halus. Baik bentuk parasitik maupun yang free living
setalah kawin dan yang betina menghasilkan telur, telur tersebut dengan segera
menetas menjadi rhabditiform larva dalam beberapa jam sehingga jarang kita temukan
tekumya dalam faeces penderita. Larva akan dikeluarkan bersama faeces ke dunia luar
untuk mengikuti kehidupan yang free living atau parasitik lag bila keadaan tersebut
tak memungkinkan.
a. Auto infection
Dalam keadaan tertentu mungkin teijadi pembentukan filariform larva dalam
lumen usus, sehingga teijadi autoinfection secara internal dimana filariform larva
menemukan dinding usus atau pun melalui perihal dari penderita yang sama. Pada
auto-infectiondapat teijadi reinfeksi yang persistent atau hyper-infeksi.”

G. VIRUS, VIROID DAN PRION


a. Pembiakan Virus

Virus adalah parasit obligat intrasel, karenanya virus tidak dapat berkembang biak di
dalam medium mati. Ada tiga cara mengembangbiakan virus, yaitu: cara perbenihan
jaringan (in vitro) dan telur bertunas (in ovo).

1. Cara perbenihan jaringan (in vitro)

In vitro pada sel yang ditumbuhkan dalam bentuk potongan organ (biakan organ),
potongan kecil jaringan (biakan jaringan), sel-sel yang telah dilepaskan dari pengikatnya
(biakan sel).

30
Biakan organ dan biakan jaringan hanya dapat bertahan dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu saja. Sedangkan biakan sel dapat bertahan beberapa hari sampai
beberapa waktu yang tak terbatas, tergantung pada jenis biakan. Biakan sel terbagi atas:

a) Biakan sel primer

Sel diambil dalam keadaan segar dari binatang. Sel demikian mampu secara terbatas
membelah dan selanjutnya mati, misalnya biakan primer berasal dari ginjal monyet,
embrio ayam, dll. Proses pembuatan biakan sel dimulai dengan pelepasan sel-sel dari alat-
alat tubuh dengan mengocok sepotong jaringan dengan larutan tripsin. Sel-sel yang
didapatkan dalam suspensi ini kemudian dibiakan dalam larutan pembenihan tertentu.
Sel-sel akan tumbuh melekat pada dinding tabung sampai mebentuk selapis jaringan yang
siap digunakan untuk pembiakan virus. Sel-sel ini dapat dipindahbiakan dengan membuat
suspensi baru dan disebarkan dalam tabung-tabung lain sehingga didapat biakan
sekunder. Tergantung pada asal sel, di dalam biakan jaringan akan didapatkan sel-sel
jenis tertentu. Misalnya biakan sel-sel jaringan yang berasal dari ginjal monyet akan
menghasilkan sel-sel jenis epitel. Biakan yang berasal dari embrio ayam akan
menghasilkan sel jenis fibroblas. Jenis sel tertentu diperlukan untuk pembiakan virus-
virus tertentu.

Virus yang dibiakan di dalam sel biakan jaringan dapat menimbulkan ESP (Efek
Sitopatogenik), seperti perubahan bentuk sel menjadi lebih bulat, perubahan pada inti sel,
kemungkinan pembentukkan jisim atau sel sinsitia dan juga sel-sel akan melepas dari
dinding tabung.infeksi selanjutnya akan menyerang sel-sel disekitarnya dan bila pada
tepat itu sudah ada banyak sel yang terlepas, maka akan tampak sebagai tempat yang
berlubang dan tempat ini disebut plaque. Tiap virion infektif dalam biakan sel dapat
membentuk plaque dan ini dapat dipakai untuk titrasi virus, sama halnya dengan
pembentukkan koloni oleh kuman pada permukaan perbenihan padat.

b) Biakan sel haploid

Sel haploid adalah sel yang terdiri dari hanya satu pasang kromosom, yang
merupakan struktur dalam inti sel yang mengandung informasi genetik yang bertanggung
jawab untuk transmisi sifat turun-temurun kepada keturunannya. Yaitu kumpulan satu
jenis sel yang mampu membelah kira-kira 100 kali sebelum mati.

31
c) Biakan sel letusan (continous cell lines culture)

Yaitu sel yang mampu membelah tak terbatas. Kromosomnya sudah bersifat poliploid
atau aneuploid. Dapat berasal dari sel tumor ganas ataupun sel diploid yang telah
mengalami transformasi.

Diantaranya adalah sel Hela, Hep-2, KB yang berasal dari manusia, BHK-21 yang
berasal dari binatang hamster, sel LLC-MK dari ginjal monyet, J-III dari leukemia
manusia dan sebagainya.

Cara pembiakan in vitro dapat bermanfaat untuk:

1) Isolasi primer virus dari bahan klinis. Untuk itu, dipilih sel yang mempunyai
kepekaan tinggi, mudah dan cepat menimbulkan ESP
2) Pembuatan vaksin. Untuk itu, dipilih sel yang mampu menghasilkan virus dalam
jumlah besar
3) Penyelidikan biokimiawi, biasanya dipilih biakan sel terusan dalam bentuk suspense

2. Cara telur bertunas (in ovo)

Telur juga merupakan perbenihan virus yang sudah steril dan embrio telur yang
tumbuh di dalamnya tidak mebentuk zat anti yang dapat mengganggu pertumbuhan virus.
Karena telur merupakan sumber sel hidup yang relatif murah untuk isolasi virus, maka
cara in ovo ini sering digunakan dalam laboratorium.

Cara pertama: dengan mempergunakan lapisan luar (lapisan ektoderm) selaput


korioalantois telur berembrio 10 hari. Cara penanaman ini berguna untuk isolasi virus
yang menyebabkan kelainan pada kulit yang dulu digolongkan sebagai virus
dermatotrofik seperti virus variola, virus vaccinia, dan virus herpes.

Tiap virion yang infektif akan meyerang sel-sel di sekitarnya dan menibulkan reaksi
inflamasi yang dapat dilihat sebagai bercak putih yang disebut pock. Pock ini berlainan
ukurannya dan bersifat bergantung pada virus yang menyebabkannya. Cara penanaman
pada selaput korioalantois juga berguna untuk titrasi virus dan titrasi antibodi terhadap
virus dengan teknik menghitung jumlah pock.

32
Cara kedua: dengan menyuntikkan bahan ke dalam ruang anion terlur berembrio yang
berumur 10-15 hari. Cara ini terutama untuk isolasi virus influenza dan virus parotitis
karena virus ini tumbuh di dalam sel epitel paru-paru embrio yang sedang berkembang.
Adanya perkembangan virus dikenal dengan adanya reaksi hemaglutinasi.

b. Viroid

Pada tahun 1971, ahli patologi tumbuhan O. T. Diener menemukan partikel RNA
infektif yang lebih kecil dari pada virus dan dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan.
Ia menamakannya viroid. Viroid merupakan molekul kecil RNA sirkuler telanjang (tanpa
kapsid) yang lebih kecil dari virus. Viroid hanya berupa asam nukleat yang terdiri atas
beberapa ratus nukleotida dan tidak mengkode protein, tetapi mampu bereplikasi didalam
sel inang dengan menggunakan enzim seluler. Viroid menginfeksi tanaman kentang,
menyebabkan umbi kentang menggelendong (spindle tuber disease). Selain itu viroid juga
dikenal menginfeksi chrysanthemum (sejenis tanaman bunga) dan menghambat
pertumbuhan tanaman tersebut. Viroid juga menyebabkan kepucatan pada mentimun.
Jutaan dolar hilang setiap tahun di ladang akibat aksi viroid. Viroid mirip dengan virus,
yaitu hanya mampu bereproduksi di dalam sel hidup sebagai partikel RNA. Akan tetapi,
viroid berbeda dengan virus dimana setiap partikel RNA berisi RNA tunggal yang
spesifik. Sebagai tambahan, viroid tidak mempunyai kapsid ataupun dinding luar.

33
c. Prion

Pada tahun 1997, ilmuan amerika , Stanly Prusiner, mendapatkan Hadiah Nobel atas
penelitiannya terhadap protein penginfeksi yang lebih sederhana dari viroid, yaitu prion.
Berbeda dengan viroid, prion merupakan protein yang tidak dapat bereplikasi, tetapi
mampu mengubah protein inang menjadi protein versi prion. Sebuah hipotesis
menjelaskan bahka prion merupakan versi “salah lipat” dari suatu protein yang biasanya
terdapat di sel otak. Jika suatu prion melakukan kontak dengan “kembarannya” (protein
yang normal), prion dapat menginduksi proteun normal tersebut menjadi benntuk
abnormal. Reaksi berantai dan berlanjut terus hingga prion terakumulasi dalam jumlah
yang membahayakan, menyebabkan malfungsi seluler, dan pada akhirya menyebabkan
terjadinya degenerasi otak.

Penyakit degenerasi sistem saraf pusat (otak) yang disebabkan oleh prion, anatara
lain, csrapie pada domaba, mad cow disease (penyakit sapi gila), BSE (bovino
spongiform encephalopathy) pada sapi, penyakit CJD (Creuzfeld-jakob disease) pada
manusia, penyakit kuru di Papua New Guenia, GSSD (Gerstemann-Straussler-Scheinker
disease), serta penyakit FFI (fatal familial insomnia) atau penyakit susah tidur yang
mematikan pada manusia.

Penyakit BSE pada sapi diduga akibat pemberian pakan ternak MBM (meat born
meal) yang terbiat dari jeroan hewan untuk mamacu produksi susu dan daging. Orag yang
mengonsumsi jeroan sapi yang terinfeksi dikhawatirkan dapat tertular penyakit ini.
Sementara itu, penyakit kuru di Papua New Guinae, sekitar tahun 1950, disebabkan olewh
praktik kanibalisme, dengann memakan otak dari musuh yang terbunuh. Namun, sejak
ritual kanibalisme tersebut dilarang, penyakit kuru tidak muncul lagi.

34
d. Perbedaan Viroid Dan Prion
1. Viroid
 Lebih sederhana dari virus
 Molekul kecil RNA sirkuler telanjang (tanpa kapsid)
 Hanya terdiri atas beberapa ratus nukleotida
 Tidak mengkode protein
 Tidak mampu bereplikasi di dalam sel inang
 Biasanya menginfeksi tanaman
2. Prion
 Lebih sederhana dari prion
 Merupakan protein
 Tidak dapat bereplikasi
 Mampu mengubah protein inang menjadi protein versi prion
 Menyebabkan penyakit degeneratif otak

35
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan
menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti
mikroskop, lup dan lain-lain. Klasifikasi adalah suatu istilah yang berkaitan dan sering kali
digunakan atau dipertukarka dengan taksonomi. Mikroorganisme terbagi menjadi dua
kelopok yaitu: 1) Karyota, yaitu kelompok mikroba yang sudah mempunyai inti yang jelas
atau sudah terdiferensiasi. 2) Prokaryota, yaitu kelompok mikroba yang tidak mempunyai
inti yang jelas atau tidak terdiferensiasi. Ciri-ciri utama suatu mikroorganisme yaitu:
Morfologi, Sifat Kimiawi, Sifat Biakan, Sifat Metabilisme, Sifat Antigenik, Sifat Genetik,
Patogenitas, Sifat Ekologi. Mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang
merugikan maupun yang menguntungkan yaitu: Peranan yang Merugikan : Penyebab
penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Misalnya Strptococcus pneumoniae
penyebab pneumonia dan Corynebacterium diphtheriae penyebab dipteri. Penyebab
kebusukan makanan (spoilage) Adanya kebusukan pada makanan dapat disebabkan oleh
beberapa jenis bakteri yang tumbuh dalam makanan tersebut. Beberapa di antara
mikroorganisme dapat mengubah rasa beserta aroma dari makanan sehingga dianggap
merupakan mikroorganisme pembusuk. Peranan yang Menguntungkan : Contoh dalam
bidang pertanian mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah
melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan hewan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Campbel, Neil. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 2 (diterjemahkan oleh Damaring
Tyas Wulandari). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Lehn inger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1 (diterjemahkan oleh Maggy
Thenawidjaja). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Starr Ceccie dkk. Biologi Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup (diterjemahkan
oleh Yenny Prasaja). Jakarta : Salemba Teknika.

Suryani, Yoni.2004. Biologi Sel dan Molekuler. Malang : Universitas Negeri


MalangSubandi dan Aditya Marianti. 2007. BIOLOGI SEL. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Yuwono, Triwibowo. 1998. Biologi Molekular. Jakarta : ErlanggaSubowo. 2011.


Biologi Sel. Jakarta : CV Sagung Seto16.

37

Anda mungkin juga menyukai