Anda di halaman 1dari 25

KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAJA TOMBOLOTUTU

NOMOR :

TENTANG

PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAJA TOMBOLOTUTU

Menimbang : a. bahwa dalam kegiatan Rumah Sakit berpotensi menimbulkan bahaya


fisik, kimia, biologi, ergonomik dan psikososial yang dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan baik terhadap Karyawan,
pasien, pengunjung maupun masyarakat di lingkungan Rumah Sakit.
b. bahwa untuk mencegah dan mengurangi bahaya kesehatan dan
keselamatan khususnya terhadap Karyawan, perlu dilakukan upaya-
upaya kesehatan dan keselamatan kerja dengan menetapkan
Peraturan Direktur tentang Panduan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) Rumah Sakit Umum Daerah Raja Tombolotutu.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970


tentang Keselamatan Kerja.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992


tentang Kesehatan.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003


tentang Ketenagakerjaan.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 tahun


2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion.
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1993
tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja.
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999
tentang Wajib Laporan Penyakit Akibat Hubungan Kerja.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Panduan Teknis Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Panduan Pengamanan
Dampak Radiasi.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar Operasional
Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan
Rumah Sakit.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis
pada Sarana Pelayanan Kesehatan.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.03/I/1072/2013 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit
Ibu dan Anak Sayang Ibu Kabupaten Agam Provinsi Sumatera
Barat.
14. Keputusan Kepala Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Kabupaten Agam Nomor 02/KPMPT-Ag/RS/2014
tentang Pemberian Izin Operasional Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


RAJA TOMBOLOTUTU TENTANG PANDUAN KESEHATAN
DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAJA TOMBOLOTUTU.

Kedua : Peraturan Direktur tentang Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Rumah Sakit (K3RS) Rumah Sakit Umum Daerah Raja Tombolotutu
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.

Ketiga : Peraturan Direktur tentang Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Rumah Sakit (K3RS) Rumah Sakit Umum daerah Raja Tombolotutu
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua harus dijadikan acuan
dalam menyelenggarakan kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah
Sakit Umum Daerah Raja Tombolotutu.

Keempat : Dengan dikeluarkannya Peraturan Direktur ini, apabila terdapat


peraturan yang bertentangan dengan Peraturan Direktur ini, maka
peraturan-peraturan yang terdahulu dinyatakan tidak berlaku..

Kelima : Apabila dikemudian hari terdapat kekurangan dan atau kekeliruan


dalam Peraturan Direktur ini, maka akan diadakan perubahan dan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Keenam : Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tinombo
Pada Tanggal : 28 Oktober
2018

Direktur,

RSUD Raja Tombolotutu

dr. Rustan Mangga


NIP. 197510182011011001

Lampiran 1

SK Direktur RSUD RAJA TOMBOLOTUTU

Nomor :
Tanggal : 28 Oktober 2018
TENTANG

PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAJA TOMBOLOTUTU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165: “Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit
termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang
bekerja di Rumah Sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Rumah Sakit.
Potensi bahaya di Rumah Sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Rumah Sakit yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi
listrik dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi
bahaya tersebut di atas jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para Karyawan di
Rumah Sakit, pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan Rumah Sakit.
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan lain-lain. Di Australia, diantara
813 Perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera
musculoskeletal 4.62/100 Perawat per tahun. Khusus di Indonesia, data penelitian
sehubungan dengan bahaya-bahaya di Rumah Sakit belum tergambar dengan jelas,
namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para Petugas di Rumah Sakit
sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada.
Di Indonesia, data Instalasi Bedah Sentral RSUD di Jakarta pada tahun 2006
menyebutkan bahwa gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20 kg.
Keluhan subjektif low back pain didapat pada 83.3% pekerja dengan rata-rata usia
terbanyak 30–49 tahun.
Gun (1983) juga menyatakan bahwa insiden akut secara signifikan lebih besar
terjadi pada Petugas Rumah Sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua
kategori (jenis kelamin, ras, umur dan status pekerjaan). Pekerja Rumah Sakit berisiko
1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain. Probabilitas penularan HIV setelah luka
tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV 4 : 1000. Risiko penularan HBV setelah
luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HBV 27 – 37 : 100. Risiko penularan
HCV setelah luka tusuk jarum suntik yang mengandung HCV 3 – 10 : 100.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu Rumah Sakit
dituntut untuk melaksanakan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat
dihindari.Agar penyelenggaraan K3RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan
sebuah Panduan manajemen K3 di Rumah Sakit, baik bagi pengelola maupun
Karyawan Rumah Sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk Sumber
Daya Manusia (Karyawan) Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah sakit
sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.

2. Tujuan Khusus
a. Bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan.
2) Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit.
3) Meningkatkan citra Rumah Sakit.
b. Bagi Karyawan Rumah Sakit
1) Melindungi Karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).
2) Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
c. Bagi pasien dan pengunjung :
1) Mutu layanan yang baik.
2) Kepuasan pasien dan pengunjung.

C. Ruang Lingkup
1. Karyawan Rumah Sakit.
2. Pasien.
3. Pengunjung.
4. Masyarakat sekitar Rumah Sakit.

BAB II

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT

A. Definisi
1. Kesehatan Kerja Menurut WHO/ILO (1995)
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara
ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaan atau jabatannya.

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.

3. Manajemen K3 Rumah Sakit


Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di Rumah
Sakit.

4. Konsep Dasar K3 Rumah Sakit


Upaya terpadu seluruh Karyawan Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar
orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah Sakit yang
sehat, aman dan nyaman baik bagi Karyawan, pasien, pengunjung/pengantar orang
sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit.

B. Upaya K3 di RS
Upaya K3 di Rumah Sakit menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan
merupakan resultan dari tiga komponen K3 yaitu:
1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
2. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik
maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat
diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non
fisik.
3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor
fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya.

C. Bahaya Potensial di Rumah Sakit


Potensial di Rumah Sakit dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat
kerja, yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur), faktor
kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi), faktor ergonomi (lingkungan kerja, cara kerja
dan posisi kerja yang salah), faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan
radiasi), faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama
Karyawan/Atasan).
Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di Rumah Sakit, diantaranya adalah
mikrobiologik, desain/fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan
risiko hukum/keamanan.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor
biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan
dalam dosis kecil namun terus-menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestasi pada
hati, faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fisik
dalam dosis kecil yang terus-menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem
reproduksi, radiasi pada sistem produksi darah), faktor psikologis (ketegangan di
kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan lain-lain).
Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk
menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya KAK
dan PAK.
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan seperti dalam tabel
berikut:
Bahaya Fisik Diantaranya: radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu
panas, suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan.
Bahaya Kimia Diantaranya: ethylene oxide, formaldehyde, glutaraldehyde,
ether, halothane, etrane, mercury, chlorine.
Bahaya Biologi Diantaranya: Virus (misal: Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza,
HIV), Bakteri (misal: S.Saphrophyticus, Bacillus sp.,
Parionibacterium sp., H.Influenzae, S.Pneumoniae,
N.Meningitidis, B.Streptococcus, Pseudomonas), Jamur
(misal: Candida) dan Parasit (misal: S.Scabiei).
Bahaya Ergonomi Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis, angkat-
angkut pasien, membungkuk, menarik, mendorong.
Bahaya Psikososial Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja,
post traumatic.
Bahaya Mekanik Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat,
tertusuk benda tajam.
Bahaya Listrik Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek,
kebakaran, petir, listrik statis.
Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam.
Limbah Rumah Diantaranya limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah,
Sakit darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (misal:
droplet, liur, sputum).

D. Respon Kegawatdaruratan di Rumah Sakit


Kegawat daruratan dapat terjadi di Rumah Sakit. Kegawatdaruratan merupakan
suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka serius bagi pekerja,
pengunjung ataupun masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha, mengganggu
operasi, menyebabkan kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial dan
citra Rumah Sakit.
Rumah Sakit mutlak memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai bagian dari
Manajemen K3 Rumah Sakit.
BAB III
SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH
SAKIT (K3RS)

A. Komitmen dan Kebijakan


Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah
dimengerti serta diketahui oleh seluruh Karyawan Rumah Sakit. Manajemen Rumah
Sakit mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti
pendanaan dan sarana untuk terlaksananya program K3 di Rumah Sakit.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3RS, perlu disusun strategi antara
lain:
1. Advokasi sosialisasi program K3RS.
2. Menetapkan tujuan yang jelas.
3. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen.
4. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif.

5. Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan dan


pencegahan.
6. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.

B. Perencanaan
Rumah Sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan meliputi:
1. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Faktor Risiko
a. Identifikasi Sumber Bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:

1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.


2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai
untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di Rumah Sakit Umum
Daerah Raja Tombolotutu, meliputi:
NO BAHAYA LOKASI PEKERJA YANG PALING
1 FISIK:
POTENSIAL Laundry, dapur, CSSD, Karyawan yang bekerja di lokasi
BERISIKO
genset tersebut
Bising

Getaran Ruang mesin-mesin Perawat, Cleaning Service dan lain-


dan peralatan yang lain.
Debu Genset, bengkel
menghasilkan kerja,
getaran Petugas Sanitasi, Petugas UPSRS
gudang Rekam Medis dan Rekam Medis
Panas CSSD, dapur, Laundry, Petugas CSSD, Petugas Dapur,
genset Petugas Laundry, Petugas Sanitasi
Radiasi Radiologi dan UPSRS
Radiografer
2 KIMIA: Semua area Petugas Kebersihan, Perawat
Desinfektan
Cytotoxics Farmasi, tempat Petugas Farmasi, Perawat, Petugas
Ethylene oxide pembuangan
Kamar limbah,
Operasi Kebersihan
Dokter, Perawat

Formaldehyde bangsal
Laboratorium, gudang Petugas Laboratorium dan Farmasi

Solvents Farmasi
Laboratorium, bengkel Teknisi, Petugas Laboratorium,
Gas-gas anestesi kerja,ruang
OK, semua area di
pemulihan Petugas Pembersih
Perawat, Dokter Operator,
3 BIOLOGIK: RumahKamar
(RR)
UGD, Sakit Operasi, Dokter/Perawat
Dokter, Perawat,Anestesi
Petugas
AIDS, Kamar Bersalin, Ruang Laboratorium, Petugas Sanitasi dan
Hepatitis B dan Rawatan, Laundry
Cytomegaloviru
Non A- Non B Ruang Kebidanan,
Laboratorium, Laundry Perawat, Dokter yang bekerja di
sRubella Ruang Anak
Ibu dan Anak bagian
Dokter Ibu
dandan Anak
Perawat
Tuberculosis Bangsal, Laboratorium, Perawat, Petugas Laboratorium
4 ERGONOMIK: Ruangpasien
Area Isolasidan tempat Petugas yang menangani pasien dan
Pekerjaan yang penyimpanan barang barang
dilakukan
Postur secara Semua
yang (gudang)
area Semua Karyawan
manual
salah dalam
Pekerjaan
melakukanyang Semua area Petugas Pembersih, Sopir, Operator
berulang
pekerjaan Komputer, yang berhubungan
dengan pekerjaan juru tulis
5 PSIKOSOSIAL:
Sering kontak
dengan pasien,
kerja bergilir,
kerja berlebih,
ancaman secara
fisik
b. Penilaian Faktor Risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan
penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.
c. Pengendalian Faktor Risiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan
bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat
risikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi dan alat
pelindung pribadi (APP).
2. Membuat Peraturan
Rumah Sakit Khusus Mata (RSKM) Padang Eye Center membuat, menetapkan dan
melaksanakan Standar Prosedur Operasional (SPO) sesuai dengan peraturan,
perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SPO ini dievaluasi,
diperbaharui dan dikomunikasikan serta disosialisasikan kepada Karyawan dan pihak
yang terkait.
3. Tujuan dan Sasaran
Rumah Sakit mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya potensial
dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan
jangka waktu pencapaian (SMART).
4. Indikator Kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3RS.

5. Program K3
Rumah Sakit Khusus Mata (RSKM) Padang Eye Center menetapkan dan
melaksanakan program K3RS. Untuk mencapai sasaran, dilakukan monitoring, evaluasi
serta pencatatan dan pelaporan pencapaian program.

C. Pelaksanaan
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) Rumah Sakit Khusus
Mata (RSKM) Padang Eye Center dilaksanakan secara terintegrasi ke dalam Unit masing-
masing.

D. Langkah-Langkah Penyelenggaraan
Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di Rumah Sakit, perlu langkah-langkah
penerapannya berupa:

1. Tahap Pelaksanaan
a. Penyuluhan K3 ke semua Karyawan Rumah Sakit.
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di dalam
organisasi Rumah Sakit. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu
agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk
akhir dari pelatihan.
c. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya:
1) Pemeriksaan kesehatan Petugas (calon Karyawan, berkala dan khusus).
2) Penyediaan Alat Pelindung Diri dan keselamatan kerja.
3) Penyiapan panduan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat.
4) Penempatan Karyawan pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan.
5) Pengobatan Karyawan yang menderita sakit.
6) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui monitoring
lingkungan kerja dari hazard yang ada.

2. Tahap Pemantauan dan Evaluasi


Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di Rumah Sakit adalah salah satu fungsi
manajemen K3RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan
menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3RS itu berjalan dan mempertanyakan
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3RS dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi meliputi:
a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan Rumah
Sakit
1) Pencatatan dan pelaporan K3.
2) Pencatatan semua kegiatan K3.
3) Pencatatan dan pelaporan KAK.
4) Pencatatan dan pelaporan PAK.
b. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum
dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di Rumah Sakit dilakukan secara berkala,
terutama oleh bidang terkait sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini
mungkin.

c. Melaksanakan audit K3
Tujuan audit K3
1) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.
2) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan.
3) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi,
penilaian risiko yang direkomendasikan kepada manajemen puncak.
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan untuk
menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.
E. Program K3RS Rumah Sakit Umum Daerah Raja Tombolotutu
Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta
meningkatkan produktivitas Sumber Daya Manusia (Karyawan) Rumah Sakit, melindungi
pasien, pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit.
Program Kerja K3RS Rumah Sakit Umum daerah Raja Tombolotutu sebagai berikut:

NO PROGRAM/KEGIATAN PELAKSANA
(UNIT/BIDANG)

1 Pembudayaan Perilaku K3RS


a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran
Rumah Sakit, baik bagi Karyawan Rumah Sakit,
pasien maupun pengunjung/pengantar pasien.
b. Penyebaran media komunikasi, informasi, BAGIAN SDM DAN

edukasi (KIE) melalui leaflet, poster dan lain- UMUM

lain.
c. Promosi K3 pada setiap Karyawan yang bekerja
di setiap Unit Kerja dan kepada pasien serta
pengunjung/pengantar pasien.
2 Pengembangan Karyawan K3
a. Pelatihan internal Rumah Sakit.
b. Pengiriman Karyawan untuk mengikuti BAGIAN SDM DAN

pendidikan formal/pelatihan UMUM

lanjutan/seminar/workshop yang berkaitan dengan


K3RS.
3 Pengembangan Standar Prosedur Operasional
a. Penyusunan Panduan Pelaksanaan Tanggap
Darurat di Rumah Sakit.
BAGIAN SDM DAN
UMUM
b. Penyusunan Petunjuk Teknis Pencegahan
Kecelakaan dan Penanggulangan Bencana.
c. Penyusunan Petunjuk Teknis Kontrol terhadap
Penyakit Infeksi.
d. Penyusunan SPO Angkat Angkut Pasien di
Rumah Sakit.
e. Penyusunan SPO Penanganan Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3).
f. Penyusunan SPO Kerja dan Peralatan di masing-
masing Unit Kerja Rumah Sakit.
4 Pemantauan dan Evaluasi Kesehatan Lingkungan
Tempat Kerja.
a. Mapping lingkungan tempat kerja yang dianggap
berisiko dan berbahaya, tempat kerja yang belum
melaksanakan program K3RS, tempat kerja yang
sudah melaksanakan program K3RS, tempat kerja
yang sudah melaksanakan dan
mendokumentasikan pelaksanaan program K3RS.
b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through
dan observasi, wawancara Karyawan, survei dan
kuesioner, checklist dan evaluasi lingkungan
tempat kerja secara rinci).

5 Pelayanan Kesehatan Kerja.


a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus bagi seluruh
Karyawan Rumah Sakit.
BAGIAN SDM DAN
b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta UMUM
rehabilitasi bagi Karyawan yang menderita sakit.
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental
(rohani) dan kemampuan fisik Karyawan.
d. Perlindungan spesifik dengan pemberian
imunisasi pada Karyawan yang bekerja pada area
yang berisiko dan berbahaya.
e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan
kerja.
6 Pelayanan Keselamatan Kerja
a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan dan
keamanan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan di Rumah Sakit.
b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan BAGIAN SDM DAN
UMUM
keselamatan kerja di Rumah Sakit.
c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana,
prasarana dan peralatan di Rumah Sakit.
Pengadaan peralatan K3RS.
7 Pengembangan program pemeliharaan,
pengelolaan limbah padat, cair dan gas.
a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan
BAGIAN SDM DAN
pengelolaan limbah padat, cair dan gas. UMUM
b. Pengelolaan limbah medis dan non medis.

8 Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya


a. Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan,
penyimpanan dan penanggulangan bila terjadi BAGIAN SDM DAN
UMUM
kontaminasi dengan acuan Lembar Data Keselamatan
Bahan (MSDS–Material Safety Data Sheet).
9 Pengembangan Manajemen Tanggap Darurat.
a. Menyusun rencana tanggap darurat.
b. Pembentukan Tim Tanggap Darurat.
c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan Petugas BAGIAN SDM DAN
UMUM
tanggap darurat.
d. Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan
berbahaya serta membuat denahnya.
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap
darurat.
f. Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan,
upaya pencegahan dan pengendalian bencana
pada tempat-tempat yang berisiko.
g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar
untuk evakuasi apabila terjadi bencana.
h. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Karyawan di tempat-tempat yang berisiko.
i. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh Karyawan.
j. Pembentukan sistem komunikasi internal dan
eksternal tanggap darurat.
k. Evaluasi sistem tanggap darurat.

10 Pengumpulan, Pengolahan, Dokumentasi Data


dan Pelaporan Kegiatan K3.
 Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan
serta penanggulangan kecelakaan kerja, PAK,
kebakaran dan bencana.
 Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan
tindak lanjutnya.
 Pendokumentasian data:
 Data seluruh SDM Rumah Sakit.
 Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang
dilayani.
 Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah
Sakit :
 Sebelum bekerja (Calon Karyawan)
 Berkala
 Khusus
 Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit.
 Angka absensi SDM Rumah Sakit.
 Kasus penyakit umum pada SDM Rumah
Sakit.
 Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan
pekerja Rumah Sakit.
 Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah
Sakit).
 Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM
Rumah Sakit).
 Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah
Sakit).
 Kasus kebakaran/peledakaan akibat bahan
kimia.
 Data kejadian nyaris cedera (near miss) dan
celaka.
 Data sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja.
 Data perizinan.
 Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja.
 Data pelatihan dan sertifikasi.
 Data pembinaan dan pengawasan terhadap
kantin dan pengelolaan makanan di Rumah
Sakit (dapur).
 Data promosi kesehatan dan keselamatan
kerja bagi SDM di Rumah Sakit, pasien dan
pengunjung/pengantar pasien.
 Data Karyawan Rumah Sakit yang
berpendidikan formal kesehatan kerja dan
sudah dilatih Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dan sudah dilatih tentang Diagnosis
PAK.
 Data kegiatan pemantauan APD (jenis,
jumlah, kondisi dan penggunaannya).
 Data kegiatan pemantauan kesehatan
lingkungan kerja dan pengendalian bahaya di
tempat kerja.

11 Review Program Tahunan.


a. Melakukan internal audit K3 dengan
menggunakan instrumen self assessment
akreditasi Rumah Sakit.
b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui
BAGIAN SDM DAN
wawancara langsung, observasi singkat, survei UMUM
tertulis dan kuesioner, dan evaluasi ulang.
c. Analisis biaya terhadap SDM Rumah Sakit atas
kejadian penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit.

F. Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan dan Pelaporan


1. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan K3RS di Rumah Sakit Umum Daerah Raja
Tombolotutu dilakukan melalui sistem berjenjang. Pembinaan dan pengawasan tertinggi
dilakukan oleh Direktur.
Pembinaan dapat dilaksanakan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis dan
lain-lain. Pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan internal oleh Kepala Bidang
masing-masing.
2. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara tertulis dari
masing-masing Unit Kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang
dilakukan oleh Bidang, dikumpulkan dan dilaporkan oleh Kepala Bidang kepada
Direktur.
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah menghimpun dan
menyediakan data dan informasi kegiatan K3, mendokumentasikan hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan K3, mencatat dan melaporkan setiap kejadian/kasus K3 dan
menyusun dan melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah mencatat dan
melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3 yang tercakup di dalam :
a. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
b. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan dan tindak
lanjutnya.
Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek K3 dilaksanakan
dengan membuat atau menggunakan formulir-formulir yang telah ada atau yang telah
ditetapkan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap waktu,


sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap waktu, sesuai dengan
jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dan atau pada saat terjadi
kejadian/kasus (tidak terjadwal).

Pelaporan terdiri dari:

a. Pelaporan berkala (bulanan, semester, tahunan).


b. Pelaporan sesaat/insidentil yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu pada
saat kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3.
Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun yang berkaitan dengan K3,
wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada Kepala Bidang terkait untuk
diteruskan kepada Direktur Rumah Sakit.
BAB IV

PENUTUP

Demikian Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) di Rumah Sakit
Umum Daerah Raja Tombolotutu ini disusun untuk dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Direktur,

RSUD Raja Tombolotutu

dr. Rustan Mangga


NIP. 197510182011011001

Anda mungkin juga menyukai