Struktur Iso
Struktur Iso
NOMOR :
TENTANG
Menetapkan :
Ditetapkan di : Tinombo
Pada Tanggal : 28 Oktober
2018
Direktur,
Lampiran 1
Nomor :
Tanggal : 28 Oktober 2018
TENTANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165: “Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit
termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang
bekerja di Rumah Sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Rumah Sakit.
Potensi bahaya di Rumah Sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Rumah Sakit yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi
listrik dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi
bahaya tersebut di atas jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para Karyawan di
Rumah Sakit, pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan Rumah Sakit.
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan lain-lain. Di Australia, diantara
813 Perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera
musculoskeletal 4.62/100 Perawat per tahun. Khusus di Indonesia, data penelitian
sehubungan dengan bahaya-bahaya di Rumah Sakit belum tergambar dengan jelas,
namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para Petugas di Rumah Sakit
sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada.
Di Indonesia, data Instalasi Bedah Sentral RSUD di Jakarta pada tahun 2006
menyebutkan bahwa gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20 kg.
Keluhan subjektif low back pain didapat pada 83.3% pekerja dengan rata-rata usia
terbanyak 30–49 tahun.
Gun (1983) juga menyatakan bahwa insiden akut secara signifikan lebih besar
terjadi pada Petugas Rumah Sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua
kategori (jenis kelamin, ras, umur dan status pekerjaan). Pekerja Rumah Sakit berisiko
1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain. Probabilitas penularan HIV setelah luka
tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV 4 : 1000. Risiko penularan HBV setelah
luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HBV 27 – 37 : 100. Risiko penularan
HCV setelah luka tusuk jarum suntik yang mengandung HCV 3 – 10 : 100.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu Rumah Sakit
dituntut untuk melaksanakan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat
dihindari.Agar penyelenggaraan K3RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan
sebuah Panduan manajemen K3 di Rumah Sakit, baik bagi pengelola maupun
Karyawan Rumah Sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk Sumber
Daya Manusia (Karyawan) Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah sakit
sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
2. Tujuan Khusus
a. Bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan.
2) Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit.
3) Meningkatkan citra Rumah Sakit.
b. Bagi Karyawan Rumah Sakit
1) Melindungi Karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).
2) Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
c. Bagi pasien dan pengunjung :
1) Mutu layanan yang baik.
2) Kepuasan pasien dan pengunjung.
C. Ruang Lingkup
1. Karyawan Rumah Sakit.
2. Pasien.
3. Pengunjung.
4. Masyarakat sekitar Rumah Sakit.
BAB II
A. Definisi
1. Kesehatan Kerja Menurut WHO/ILO (1995)
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara
ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaan atau jabatannya.
B. Upaya K3 di RS
Upaya K3 di Rumah Sakit menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan
merupakan resultan dari tiga komponen K3 yaitu:
1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
2. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik
maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat
diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non
fisik.
3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor
fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya.
B. Perencanaan
Rumah Sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan meliputi:
1. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Faktor Risiko
a. Identifikasi Sumber Bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
Formaldehyde bangsal
Laboratorium, gudang Petugas Laboratorium dan Farmasi
Solvents Farmasi
Laboratorium, bengkel Teknisi, Petugas Laboratorium,
Gas-gas anestesi kerja,ruang
OK, semua area di
pemulihan Petugas Pembersih
Perawat, Dokter Operator,
3 BIOLOGIK: RumahKamar
(RR)
UGD, Sakit Operasi, Dokter/Perawat
Dokter, Perawat,Anestesi
Petugas
AIDS, Kamar Bersalin, Ruang Laboratorium, Petugas Sanitasi dan
Hepatitis B dan Rawatan, Laundry
Cytomegaloviru
Non A- Non B Ruang Kebidanan,
Laboratorium, Laundry Perawat, Dokter yang bekerja di
sRubella Ruang Anak
Ibu dan Anak bagian
Dokter Ibu
dandan Anak
Perawat
Tuberculosis Bangsal, Laboratorium, Perawat, Petugas Laboratorium
4 ERGONOMIK: Ruangpasien
Area Isolasidan tempat Petugas yang menangani pasien dan
Pekerjaan yang penyimpanan barang barang
dilakukan
Postur secara Semua
yang (gudang)
area Semua Karyawan
manual
salah dalam
Pekerjaan
melakukanyang Semua area Petugas Pembersih, Sopir, Operator
berulang
pekerjaan Komputer, yang berhubungan
dengan pekerjaan juru tulis
5 PSIKOSOSIAL:
Sering kontak
dengan pasien,
kerja bergilir,
kerja berlebih,
ancaman secara
fisik
b. Penilaian Faktor Risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan
penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.
c. Pengendalian Faktor Risiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan
bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat
risikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi dan alat
pelindung pribadi (APP).
2. Membuat Peraturan
Rumah Sakit Khusus Mata (RSKM) Padang Eye Center membuat, menetapkan dan
melaksanakan Standar Prosedur Operasional (SPO) sesuai dengan peraturan,
perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SPO ini dievaluasi,
diperbaharui dan dikomunikasikan serta disosialisasikan kepada Karyawan dan pihak
yang terkait.
3. Tujuan dan Sasaran
Rumah Sakit mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya potensial
dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan
jangka waktu pencapaian (SMART).
4. Indikator Kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3RS.
5. Program K3
Rumah Sakit Khusus Mata (RSKM) Padang Eye Center menetapkan dan
melaksanakan program K3RS. Untuk mencapai sasaran, dilakukan monitoring, evaluasi
serta pencatatan dan pelaporan pencapaian program.
C. Pelaksanaan
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) Rumah Sakit Khusus
Mata (RSKM) Padang Eye Center dilaksanakan secara terintegrasi ke dalam Unit masing-
masing.
D. Langkah-Langkah Penyelenggaraan
Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di Rumah Sakit, perlu langkah-langkah
penerapannya berupa:
1. Tahap Pelaksanaan
a. Penyuluhan K3 ke semua Karyawan Rumah Sakit.
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di dalam
organisasi Rumah Sakit. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu
agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk
akhir dari pelatihan.
c. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya:
1) Pemeriksaan kesehatan Petugas (calon Karyawan, berkala dan khusus).
2) Penyediaan Alat Pelindung Diri dan keselamatan kerja.
3) Penyiapan panduan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat.
4) Penempatan Karyawan pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan.
5) Pengobatan Karyawan yang menderita sakit.
6) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui monitoring
lingkungan kerja dari hazard yang ada.
c. Melaksanakan audit K3
Tujuan audit K3
1) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.
2) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan.
3) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi,
penilaian risiko yang direkomendasikan kepada manajemen puncak.
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan untuk
menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.
E. Program K3RS Rumah Sakit Umum Daerah Raja Tombolotutu
Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta
meningkatkan produktivitas Sumber Daya Manusia (Karyawan) Rumah Sakit, melindungi
pasien, pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit.
Program Kerja K3RS Rumah Sakit Umum daerah Raja Tombolotutu sebagai berikut:
NO PROGRAM/KEGIATAN PELAKSANA
(UNIT/BIDANG)
lain.
c. Promosi K3 pada setiap Karyawan yang bekerja
di setiap Unit Kerja dan kepada pasien serta
pengunjung/pengantar pasien.
2 Pengembangan Karyawan K3
a. Pelatihan internal Rumah Sakit.
b. Pengiriman Karyawan untuk mengikuti BAGIAN SDM DAN
PENUTUP
Demikian Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) di Rumah Sakit
Umum Daerah Raja Tombolotutu ini disusun untuk dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Direktur,