Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“HAM, KAM, dan Etos Kerja Dalam Perspektif Islam”

Disusun Oleh

Reyhan Saadi 221810557

POLITEKNIK STATISTIKA STIS

TAHUN AJARAN 2018/2019


Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah pendidikan agama
islam dengan judul "HAM, KAM, dan Etos Kerja Dalam Perspektif Islam" tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan dari
teman-teman, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
kami menerima saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya, penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Jakarta, 15 September 2018

Penyusun
Daftar Isi
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini, banyak sekali ditemukan tanda-tanda bahwa pemahaman tentang
agama mulai luntur. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kita.
Contohnya, banyak di antara kita mulai meninggalkan atau menunda-nunda ibadah.
Selain itu, banyak di antara kita mulai mengabaikan pertauran-peraturan dalam
kehidupan beragama. Oleh karena itu, diperlukan pegangan yang kuat tentang agama
khususnya Islam, supaya dalam praktiknya kita dapat memahami betul tentang
kehidupan beragama.
Untuk memahami tentang kehidupan beragama Islam, diperlukan tiga fondasi
utama dalam islam yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Aqidah, syariah dan akhlak pada
dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat
dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Aqidah sebagai sistem kepercayaan yg
bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat
agama. Sementara, syariah sebagai sistem nilai berisi peraturan yang menggambarkan
fungsi agama. Sedangkan, akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan
tujuan yang hendak dicapai agama. Muslim yang baik adalah orang yang memiliki
aqidah yang lurus dan kuat sehingga mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang
hanya ditujukan pada Allah. Sehingga tergambar akhlak yang terpuji pada dirinya.
Dalam praktiknya, dikenal istilah HAM, KAM, dan etos kerja. HAM adalah
hak yang dimiliki manusia sejak lahir karena semata-mata ia adalah manusia. Islam
menempatkan HAM sebagai konsekuensi dari pelaksanaan kewajiban terhadap Allah.
Sedangkan KAM adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh setiap manusia sebagai
makhluk hidup. Di dalam Islam KAM dapat diwujudkan dengan menjalankan
perintah-perintah Allah SWT. Selain itu, Agama Islam juga mengajarkan umatnya
untuk selalu berdoa dan berusaha untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini
dapat terwujud dengan adanya etos kerja yang dimiliki manusia.
1.2. Pengertian HAM, KAM, dan Etos Kerja

HAM (Hak Asasi Manusia) adalah Hak-hak yang dimiliki Oleh seseorang sejak ia
dalam kandungan. Dalam Penerapannya HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar Hukum
HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence
of USA) dan Juga Telah tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti tertuang
pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1. Islam
memandang HAM sebagai konsekuensi dari pelaksanaan kewajiban terhadap Allah.

KAM (Kewajiban Asasi Manusia) sesuatu yang wajib dilakukan oleh setiap
manusia sebagai makhluk hidup. Dalam islam hal ini selalu ditekankan. Contohnya,
aturan-aturan yang berisi larangan dan perintah dalam Islam dan kewajiban mentaati
perintah-perintah Allah SWT.

Etos Kerja dapat diartikan sebagai sikap dan semangat yang ada pada individu
atau kelompok tentang atau terhadap kerja. Etos kerja menyangkut masalah mentalitas
orang, kelompok atau bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “etos” adalah
pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sedangkan etos kerja adalah
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok. Dalam
agama Islam kita diajarkan untuk selalu berdoa dan berusaha untuk meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat. Hal ini dapat terwujud dengan adanya etos kerja yang dimiliki
manusia.

1.3. Batasan Uraian


Agar pembahasan makalah ini lebih terfokus, terarah, dan tidak melebar penulis
akan menguraikan beberapa ruang lingkup pembahasannya, yaitu sebagai berikut ini:
a. HAM (Hak Asasi Manusia)
- Sejarah HAM
- Perbedaah HAM menurut islam dan faham barat
- Pengaturan HAM dalam Islam
- HAM dalam hukum islam

b. KAM (Kewajiban Asasi Manusia)


c. Etos kerja
- Pengertian Etos Kerja
- Etos Kerja dalam Islam
- Prinsip Etos Kerja Islam
- Karakteristik Enterpreneur Islam
1.4. Tujuan
 Materi HAM, KAM
 Materi Etos Kerja
a. Menjelaskan pengertian etos kerja dan keluasan makna etos kerja dalam Islam.
b. Menjelaskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam tentang etos kerja.
c. Menjelaskan karakteristik entrepreneurship Islam.
BAB 2: PEMBAHASAN
2.1.Etos Kerja
2.1.1. Pengertian etos kerja
“Etos Kerja” dapat diartikan sebagai sikap dan semangat yang ada
pada individu atau kelompok tentang atau terhadap kerja. Etos kerja
menyangkut masalah mentalitas orang, kelompok atau bangsa. Jadi kalau
dikatakan “Etos kerja nasional”, berarti sifat karakter suatu bangsa yang
mencakup pandangan, sikapm dan penilaian bangsa tersebut terhadap makna
kerja.
Dari tulisan “Etos Kerja” dapat dipisah menjadi dua kata yaitu “Etos”
dan “Kerja”. Berikut beberapa pengertian dari berbagai sumber,
 “Etos” adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial.
Sedangkan, etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas
dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok (KBBI)
 Etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya adalah ethikos, yang
berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa Yunani
kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan
pikiran yang membentuk seseorang (Wikipedia,2016).
 Pada Webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition, etos
didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan,
keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat
dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika.
Etos kerja menyangkut semangat hidup, semangat bekerja, semangat
menuntut ilmu pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan agar dapat
membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan. Seseorang tidak akan
mampu meningkatkan taraf hidupnya, tanpa semangat kerja, tanpa ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Demikian pula suatu pekerjaan
tidak akan berlangsung dan berhasil dengan baik bila para pekerjanya tidak
memiliki etos kerja dan keterampilan yang baik. Besar kecilnya hasil yang
diperoleh seorang pekerja atau pegawai sangat erat kaitanya dengan etos kerja
serta keterampilan yang dimiliki dalam pelaksanaan pekerjaan.
Jadi dapat disimpulkan, etos kerja merupakan totalitas kepribadian
diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan
sesuatu yang bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih
amal yang optimal (high performance). Sedangkan , “Etos Kerja
Muslim” dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang
muslim bahwa bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga
sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang
luhur.
2.1.2. Etos kerja dalam Islam
Sudah menjadi kewajiban manusia untuk berusaha memenuhi
kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupannya. Seorang muslim haruslah
menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. Tidak semata hanya
berorientasi pada kehidupan akhirat saja, melainkan juga harus memikirkan
kepentingan kehidupannya di dunia. Untuk menyeimbangkan antara kehidupan
dunia dan akhirat, wajiblah seorang muslim untuk bekerja.
Agama Islam mengajarkan, agar umatnya selalu berdoa dan berusaha
untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat serta terhindar kesengsaraan siksa
neraka. Untuk memperoleh kebahagiaan dunia , tentu saja orang harus
berupaya bekerja dengan baik dan untuk memperoleh kebahagiaan akhirat
orang harus berupaya beribadah dengan baik. Sedangkan, untuk terhindar dari
kesengsaraan dunia dan akhirat orang harus menghindari kemalasan,
kemaksiatan, dan kejahatan.
Dalam al-Qur’an maupun hadis, ditemukan banyak literatur yang
memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan
melengkapi kebutuhan duniawinya. Salah satu perintah Allah Swt. Kepada
umat- Nya untuk bekerja termaktub dalam Q.S. at-Taubah/9:105 berikut ini;
Dalam Quran Surah At-Taubah ayat 105 disebutkan bahwa Allah
meminta kita untuk bekerja dengan penuh semangat. Yang mana dalam hal ini
dapat diartikan bekerja untuk melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya.
Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan
amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-
amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh manusia akan dikembalikan kepada
Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka
yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya itu. Mereka yang
berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan
selama hidup di dunia.
Dalam surah tersebut disebutkan bahwa Allah S.W.T akan membalas
semua amal yang kita kerjakan. Balasan ini bisa saja dalam bentuk pahala/
ganjaran atau surga Allah S.W.T. Hal ini adalah penegasan Allah S.W.T
bahwa motivasi atau niat bekerja itu harus benar.
Ayat ini pun berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu pun
nantinya akan diperlihatkan kelak di hari kiamat. Dengan demikian, akan
terlihatlah kebajikan dan kejahatan yang mereka lakukan sesuai amal
perbuatannya. Bahkan, di dunia ini pun sudah sering kita saksikan, bagaimana
gambaran orang-orang yang berbuat jahat seperti pencuri, penipu, koruptor,
dan lain sebagainya. Banyaknya berita tentang korupsi, dan bagaimana
seorang koruptor dipertontonkan di ruang publik. Ini menandakan bahwa di
dunia pun perbuatan kita sudah bisa dipertontonkan. Apalagi kelak di akhirat
yang pasti sangat nyata dan tidak bisa ditutup-tutupi.
Dalam hadist juga disebutkan tentang hal yang terkait dengan etos
kerja. Hadist tersebut berbunyi,
Dalam hadist tersebut, dapat kita lihat bahwa usaha atau kerja keras
yang kita lakukan sendiri akan lebih baik daripada memakan hasil usaha orang
lain. Contohnya, usaha kita untuk belajar dengan giat dan tidak mencontek
akan lebih baik hasilnya daripada kita mengambil jawaban dari orang lain.
2.1.3. Cerminan Etos Kerja dalam islam
Agama Islam mengajarkan, agar umatnya selalu berdoa dan berusaha
untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat serta terhindar dari siksa api
neraka. Untuk mendapat kebahagiaan dunia, orang harus bekerja dengan
baik. Sedangkan, untuk mendapat kebahagiaan akhirat orang harus
beribadah dengan baik. Dan untuk meninggalkan siksa dunia dan akhirat
seseorang harus menghindari kemalasan, kemaksiatan, dan kejahatan.
Jika dilihat, maka etos kerja dalam pandangan islam harus
mencerminkan beberapa hal berikut ini.
1. Mementingkan produktivitas dalam bekerja
Dalam bekerja seseorang harus memilik niat yang sungguh-sungguh.
Mereka yang memiliki niat yang sungguh-sungguh pasti akan bekerja
secara produktiv dan meningkatkan produktivitas mereka. Mereka yang
bekerja secara produktif akan memanfaatkan peluang atau celah yang
kecil untuk memaksimalkan pekerjaan mereka. Bekerja secara produktif
juga terdapat dalam hadist berikut ini,

“ Abu Hurairah r.a berkata, bahwa Nabi SAW telah bersabda: Siapa yang
memiliki tanah maka hendaknya menanaminya atau menyerahkan (untuk
ditanami) kepada saudaranya, jika tidak mau maka (pemerintah) boleh
menahanya. (Mutaffaq Alaih).

2. Bekerja penuh kegigihan dan kerja keras dan maksimal


Seseorang yang memahami betul apa arti sebuah etos kerja akan
bekerja dengan penuh kegigihan dan kerja keras. Mereka akan
menerapkan prinsip “jangan mudah menyerah”. Mereka akan bekerja
yang terbaik dalam melakukan kegiatan usaha, memberikan kesenangan
serta tidak merugikan dan mengganggu orang lain.
3. Memiliki dorongan dari dalam atau motivasi untuk mandiri
Dalam hal ini rasullullah juga memberikan motivasi untuk bekerja
cukup signifikan,

“ Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Jika seorang itu
pergi mencari kayu bakar , lalu dipikulkan kayu itu diatas punggungnya
(untuk dijual di pasar), maka itu lebih baik baginya daripada minta
kepada seseorang yang kadang-kadang di beri , kadang-kadang ditolak
(Mutaffaq Alaih).
4. Sikap hidup hemat atau tidak boros
Boros adalah akhlak tercela yang harus dihindari oleh kaum mu’min,
karena hal tersebut pada akhirnya akan merugikan diri sendiri. Kriteria
boros di sini merujuk kepada sifat membelanjakan hartanya melebihi
kebutuhannya. Hal ini bertentangan dengan seseorang yang faham betul
tentang arti etos kerja. Seseorang yang faham akan arti sebuah etos kerja
akan menggunakan hartanya sebaik mungkin untuk sebuah kebaikan.
5. Tangguh, tahan uji , dan tidak lemah
Orang seperti ini akan bekerja sekuat tenaga sebelum akhirnya
mengembalikan semua ikhtiarnya kepada Allah SWT. Ketangguhan
seorang mu’mi dapat diketahui dari kekuatan mereka secara fisik, psikis,
maupun moral dan mental yang tahan banting , tidak mudah menyerah.
Orang seperti ini akan lebih mampu memikul amanah sebagai khalifah1
di muka bumi dan merekalah yang memiliki kemungkinan untuk dapat
memikul taklif2.
2.1.4. Prinsip Etos Kerja dalam Islam
Dalam al-quran terdapat 360 ayat yang berbicara tentang “al-amal”
,109 ayat tentang “al-fi’il”, belum lagi tentang “al-kasab” sebanyak 67 ayat.
Semua ayat tersebut mengandung hukum yang berkaitan dengan kerja,
menetapkan sikap-sikap terhadap pekerjaan, memberi arahan, dan memotivasi,
bahkan contoh-contoh konkrit tentang tanggungjawab kerja.

1. Khalifah : Pemimpin
2. Taklif : Taklif dalam hukum Islam adalah pembebanan suatu kewajiban kepada seseorang, dengan
pengertian menghendaki adanya perbuatan yang terkandung di dalamnya suatu kesukaran
a. Islam mendorong kita untuk memiliki semangat kerja,
beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas
Hal ini sesuai sabda Rasulullah S.A.W,

“ Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat


malas, kikir. Hilang kesadaran, terlilit utang, dan dikendalikan
orang lain. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan
dari fitnah (ketika) hidup dan mati.” (HR Bukhari dan Muslim)

“Carilah oleh kalian semua rezaki di muka bumi.” (HR Tharbani)

b. Meninggalkan perbuatan yang melahirkan kemalasan dan


digantinya dengan amalan produktif . Hal ini sesuai sabda
rasulullah dalam hadist berikut ini,

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, Sebaik-baik islamnya


seorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.”(HR
Tirmidzi)

c. Bekerja dalam rangka mendapatkan rezeki yang halal dan


memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
merupakan bagian dari ibadahnya kepada Allah SWT.
d. Karena bekerja dan berusaha merupakan bagian dari ibadah, maka
aplikasi dan implementasi dari bekerja perlu ddikat dan dilandasi
oleh akhlak/etika, yang sering disebut dengan etika profesi. Etika
profesi itu antara lain tercermin dari kata-kata “SIFAT”, yaitu
Shidiq5, Istiqomah6, Fathanah7, Amanah8, dan tabliq9.

5. Shidiq : Benar
6. Istiqomah : Terus menerus
7. Fathanah : Cerdas
8. Amanah : Dapat dipercaya
9. Tabliq : Menyampaikan
2.1.5. Karakteristik enterpreneur muslim
Nabi Muhammad S.A.W adalah uswah hasanah bagi umat
Islam. Sejak masa mudanya, beliau telah melakukan kegiatan
wirausaha. Bersama pamanya Abu Thalib, beliau berwirausaha di
bidang perdagangan, tidak saja di daerah Makkah, tetapi sampai ke
luar daerah bahkan ke beberapa negeri lain. Beliau dikenal sebagai
seorang pedagang yang profesional, jujur , dan terpercaya. Sehingga,
mitra bisnisnya merasa puas dan saling memperoleh keuntungan.

Sebagai enterpreneur muslim seharusnya selalu berusaha


meneledani sifat, sikap, dan karakter beliau dalam kehidupan sehari-
hari, tidak saja dalam beribdah, tetapi juga dalam berwirausaha.
Beberapa ciri khas yang harus dimiliki oleh setiap enterpreneur
muslim, yang akan membedakan dengan enterpreneur lainya, adalah
sebagai berikut:
a. Selalu menjaga nilai-nilai Agama
b. Selalu senang memberi manfaat pada orang lain
c. Selalu bersikap adil dalam berbisnis
d. Selalu inovatif dan kreatif dalam berbisnis
e. Selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
f. Selalu mejalin kerjasama dengan pihak lain

Anda mungkin juga menyukai