3/ Juni 2014
Abstrak
Pada dalam sistem 3 fasa, ketidakseimbangan beban transformator sangat sering terjadi. Hal ini merupakan
akibat beban listrik yang tidak sama maupun karena banyaknya penambahan beban-beban listrik yang tidak
memperhatikan ketidakseimbangan beban sistem. Pada saat perencanaan pembagian beban transformator pada
sisi R, S, T pada umumnya dirancang secara seimbang. Akan tetapi pada kenyataan yang terjadi, pembagian
bebannya tidak dapat seimbang. Apabila tidak diperhatikan dengan baik, beban listrik yang mengakibatkan
ketidakseimbangan beban pada transformator dapat juga menngakibatkan beban lebih pada sistem kelistrikan
serta rugi-rugi pada jaringan tegangan rendah. Bila hal ini terjadi kerja transformator menjadi tidak handal.
Perhitungan besarnya ketidakseimbangan beban transformator dibutuhkan untuk mengantisipasi terjadinya
beban lebih pada transformator akibat penambahanbebanlistrik yang tidak memperhatikan ketidakseimbangan.
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis ketidakseimbangan bebantransformator distribusi untuk identifikasi
beban lebihdan dapat juga mengetahui besarnya rugi-rugi pada jaringan tegangan rendah akibat arus netral,
setelah dilakukan perhitungan dan simulasi diperoleh persentase pembebanan tertinggi sebesar 127,02% pada
transformator ML 227, dan rugi-rugi jaringan tegangan rendah adalah sebesar 1,0 kW dan 13,0 kVAR pada
transformator ML059, serta ada 3 transformator yang di identifikasi berbeban lebih yaitu ML059, ML 354, dan
ML425.
trafo distribusi, untuk menurun tegangan Transformator distribusi merupakan alat yang
transmisi menjadi tegangan distribusi, trafo memegang peran penting dalam sistem
instrument, untuk pengukuran yang terdiri dari distribusi. Transformator distribusi mengubah
trafo tegangan dan trafo arus, dipakai tegangan menengah menjadi tegangan
menurunkan tegangan dan arus agar dapat rendah.Transformator distribusi yang umum
masuk ke meter-meter pengukuran. digunakan adalah transformator step-down
Trafo pada sistem tenaga untuk kapasitas yang 20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem
besar dapat dihubungkan 3 fasa dan untuk jaringan tegangan rendah adalah 380V. Karena
kapasitas yang kecil dapat dihubungkan 1 fasa. terjadi drop tegangan, maka pada rak tegangan
Dalam rangkaian elektronik trafo dipergunakan rendah dibuat di atas 380V agar tegangan pada
sebagai gandengan impedansi antara sumber dan ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V.
beban, memisahkan satu rangkaian dari Pada kumparan primer akan mengalir arus jika
rangkaian lain[1]. kumparan primer dihubungkan ke sumber
tegangan bolak-balik, sehingga pada inti
2. Prinsip Kerja Transformator tansformator yang terbuat dari bahan
ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis
Transformator terdiri atas dua buah gaya magnet (fluks = Ф). Karena arus yang
kumparan (primer dan sekunder) yang bersifat mengalir merupakan arus bolak-balik, maka
induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara fluks yang terbentuk pada inti akan mempunyai
elektris namun berhubungan secara magnetis arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika arus
melalui jalur yang memiliki reluktansi rendah. yang mengalir berbentuk sinusoidal, maka fluks
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan yang terjadi akan berbentuk sinusoidal pula.
sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak- Karena fluks tersebut mengalir melalui inti yang
balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, mana pada inti tersebut terdapat belitan primer
karena kumparan tersebut membentuk rangkaian dan sekunder, maka pada belitan primer dan
tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat sekunder tersebut akan timbul ggl (gaya gerak
adanya fluks di kumparan primer maka di listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi primer
kumparan primer terjadi induksi (self induction) berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder.
dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder Sedangkan frekuensi masing-masing tegangan
karena pengaruh induksi dari kumparan primer sama dengan frekuensi sumbernya[3].
atau disebut sebagai induksi bersama yang
menyebabkan timbulnya fluks magnet di 4. Arus Netral Akibat Beban Tidak
kumparan sekunder, maka mengalirlah arus Seimbang
sekunder jika rangkaian sekunder di bebani,
sehingga energi listrik dapat ditransfer Untuk arus tiga fasa dari suatu sistem yang
keseluruhan (secara magnetisasi) tidak seimbang dapat juga diselesaikan dengan
∅
e = (-) N (Volt) (1) metode komponen simetris. Dengan
menggunakan notasi-notasi yang sama seperti
Dimana ; e = gaya gerak listrik
N = Jumlah lilitan (turn) pada tegangan akan didapatkan persamaan untuk
∅ arus fasanya :
= perubahan fluks magnet = + + (2)
(weber/sec) = +a + (3)
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus =a + + (4)
bolak-balik yang dapat ditransformasikan oleh Dengan tiga langkah yang dijabarkan dalam
transformator, sedangkan dalam bidang menentukan tegangan urutan positif, urutan
elektronika, transformator digunakan sebagai negatif, dan urutan nol terlebih dahulu, maka
gandengan impedansi antara sumber dan beban arus-arus urutan juga dapat ditentukan dengan
untuk menghambat arus searah sambil tetap cara yang sama, sehingga didapatkan juga :
melakukan arus bolak-balik rangkaian. = ( +a + ) (5)
Tujuan utama menggunakan inti pada
transformator adalah untuk mengurangi = ( + +a ) (6)
reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian = ( + + ) (7)
magnetis [2].
Disini terlihat bahwa arus urutan nol adalah
3. Transformator Distribusi sepertiga dari arus netral atau arus baliknya akan
5. Ketidakseimbangan Beban
Jika I adalah besaran arus fasa dalam Data arus yang telah didapat baik dari hasil
penyaluran daya sebesar P pada keadaan pengamatan maupun pengukuran kemudian
seimbang, maka pada penyaluran daya yang dikumpulkan lalu direkap pada Tabel 1 untuk
sama tetapi tidak seimbang besarnya arus-arus mempermudah perhitungan dan analisa.
fasa dapat dinyatakan dengan koefsien a, b dan c
adalah sebagai berikut: Tabel 1. Data Pembebanan Transformator
[IR] = a [I] (17) Distribusi 200 kVA (ML059) Pada Siang Hari
[IS] = b [I] (18) LWBP JURUSAN
[IT] = c [I] (19) (Siang
Dengan IR, IS, dan IT berturut-turut adalah TIMUR 1 BARAT TIMUR 2
Hari)
arus fasa R, S dan T. telah disebutkan diatas R (Amp) 25 109 106
bahwa factor daya ketiga fasa dianggap sama
walaupun besarnya arus berbeda. Dengan S (Amp) 28 66 151
anggapan seperti ini, besarnya daya yang T (Amp) 25 68 168
disalurkan dapat dinyatakan sebagai [4]:
P = 3 (a + b + c) [I] cos (20)
Data arus yang telah didapat baik dari hasil
Apabila persamaan (14) dan persamaan IN =
pengamatan maupun pengukuran kemudian
3Iao menyatakan daya yang besarnya sama, maka
dikumpulkan lalu direkap pada Tabel 2 untuk
dari kedua persamaan tersebut dapat diperoleh
persyratan koefisien a,b, dan c adalah mempermudah perhitungan dan analisa.
a+b+c=3 (21)
Tabel 2. Data Pembebanan Transformator
Distribusi 200 kVA (ML059) Pada Malam Hari
WBP JURUSAN
8. Rugi-Rugi Pada Sistem Distribusi (Malam TIMUR 1 BARAT TIMUR 2
Hari)
Rugi-rugi daya listrik pada sistem distribusi R (Amp) 25 165 84
dipengaruhi beberapa faktor yang antara lain
faktor konfigurasi dari sistem jaringan distribusi, S (Amp) 32 83 191
transformator, kapasitor, isolasi dan rugi – rugi T (Amp) 49 119 167
daya listrik dikategorikan dua bagian yaitu rugi-
rugi daya aktif dan daya reaktif seperti
Persamaan (22) .
S = P ± jQ (VA) (22)
Untuk mengidentifikasi adanya beban lebih menggunakan program ETAP 4.0. Tabel 4
pada tiap-tiap phasa trafo distribusi maka harus menunjukan rugi-rugi pada trafo ML059.
dibandingkan dengan arus nominal dari trafo
dengan arus perphasanya. Untuk menghitung Tabel 4 Hasil Simulasi Pada Trafo ML059
arus nominal. TRAFO DAYA LOSSES
Trafo dengan daya 200 kVA, arus nominalnya
(KVA) LWBP WBP
S = √3.V.In ML059 200 kW kVAR kW kVAR
S = Daya Semu
V = Tegangan phasa-phasa 1,0 9,0 1,0 13,0
Maka ;
200.000 = √3.380.In Dari hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 4,
In = diperoleh rugi-rugi jaringan tegangan rendah
,
transformator ML059 luar waktu beban puncak
= 303,86 Amp
sebesar 1,0 kW dan9,0 kVAR serta waktu beban
Setelah diperoleh nilai arus nominal maka
penulis membandingkannya dengan arus tiap- puncak 1,0 kW dan 13 kVAR
tiap phasa pada trafo distribusi. Apabila arus
perphasa lebih besar daripada 80% dari nilai Kesimpulan
arus nominal, maka telah terjadi beban lebih
pada phasa tersebut. Dari hasil perhitungan dan simulasi maka
kesimpulannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Tabel Identifikasi Beban Lebih Trafo 1. Persentase pembebanan tertinggi adalah
Distribusi transformator 100 kVA (ML227) pada malam
Arus Arus hari yaitu sebesar 127,02%
No Trafo R S T Nominal Ket 2. Dari Hasil Identifikasi Beban Lebih, ada 3
80% transformator distribusi berbeban lebih
IR>In sepanjang penyulang atau feder KI 02 yaitu
1 ML059 274 306 335 243,09 IS>In transformator ML 059, ML354, dan ML425.
IT>In 3. Semakin besar ketidakseimbangan beban
IR>In suatu trafo, maka trafo tersebut akan mengalami
1 ML354 196 198 240 194,47 IS>In beban lebih (over load) satu phasa, Hal ini di
IT>In karenakan semakin besarnya arus yang mengalir
IR>In pada salah satu phasa pada trafo tersebut.
2 ML425 139 145 171 121,54 IS>In 4. Berdasarkam hasil simulasi ETAP 4.0 rugi-
IT>In rigi jaringan tegangan rendah pada penyulang
yang paling besar adalah pada trafo ML059
yaitu sebesar 1,0 kW dan 13,0 kVAR.
Dari Tabel 3 dapat dilihat besar masing-
masing arus fasa lebih besar dari arus nominal
sehingga terjadi beban lebih pada transformator Referensi
distribusi ML059, ML354, ML 425.
[1]. Berahim, Hamzah.,“Pengantar Teknik
Tenaga Listrik”, Yogyakarta : Andi, 1991.
9.4 Analisa Rugi-Rugi Pada Jaringan [2]. Zuhal, “Dasar Tenaga Listrik”, Bandung :
Tegangan Rendah ITB Bandung, 1991.
[3]. Rijono, Yon.,“Dasar Teknik Tenaga
Setelah menganalisa adanya beban lebih Listrik”, Yogyakarta : Andi, 2004.
pada trafo, maka penulis menganalisa besarnya [4]. Gonen, Turan, “Modern Power Sistem”,
rugi-rugi pada jaringan tegangan rendah dengan JohnWiley and Sons, Inc., Canada.1988.
menggunakan. Untuk menganalisa besarnya
rugi-rugi pada jaringan tegangan rendah penulis
menggunakan program ETAP 4.0.
Setelah mengetahui adanya beban lebih
pada trafo ML059, maka dilakukan simulasi