PRAKTIKUM P E N C A P A N II
Disusun Oleh :
Group / Kel : 3K – 3 / 6
Yolanda I.,S.ST
BANDUNG
2013
Pencapan Discharge Pada Kain Kapas Menggunakan Zat Warna Bejana Pada
Dasar Reaktif
1.2. Tujuan
Zat warna dasar dipilih zat warna yang tidak tahan terhadap zat
perusak atau zat pengetsa, sedangkan untuk zat warna cap motif dipilih zat
warna yang tahan terhadap zat pengetsa. Zat warna yang digunakan sebagai
zat warna dasar biasanya terdiri dari kromofor gugus azo yang kurang /tidak
tahan terhadap zat pengetsa, meskipun rumus bangun zat warna keseluruhan
sangat menentukan ketahanan terhadap zat pengetsa.
Untuk pemilihan zat warna yang digunakan untuk motif dipilih zat
warna yang tahan terhadap zat pengetsa yang pada umumnya bergugus
antrakinon, ptalosianin atau trifelnilmetan, yang pemilihannya tergantung
dari yang diinginkan, zat pereduksi yang digunakan, dan bahan tekstilnya.
Zat pengetsa yang digunakan adalah zat pereduksi. Secara garis besar
ada beberapa jenis zat pengetsa yang dipergunakan. Hal ini tergantung dari
zat warna yang dipakai, dan serat tekstil yang digunakan. Zat pengetsa
berfungsi sebagai zat perusak zat warna dasar. Dalam pencapan etsa ini
jumlah penggunaan zat pereduksi optimum yang digunakan tergantung dari :
Serat Kapas
Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10%
dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan.
Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya
adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian
rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya
serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun)
bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas
(menyerap keringat).
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-
tumbuhan yang tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari
buahnya. Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk
dalam jenis Gossypium. Species yang berkembang menjadi tanaman industri
kapas ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebagai kapas Upland
atau kapas Amerika. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama
pembuat kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaos murah.
Pada satu biji kapas banyak sekali serat, yang saat tumbuhnya tidak
bersamaan sehingga menghasilkan tebal dinding yang tidak sama. Seperlima
dari jumlah serat kapas normal adalah serat yang belum dewasa. Serat yang
belum dewasa adalah serat yang pertumbuhannya terhenti karena suatu
sebab,misalnya kondisi pertumbuhan yang jelek, letak buah pada tanaman
kapas dimana bnuah yang paling atas tumbuh paling akhir, kerusakan karena
serangga dan udara dingin, buah yang tidak dapat membuka dan lain-lain.
Serat yang belum dewasa kekuatannya rendah dan apabila jumlahnya terlalu
banyak, dalam pengolahan akan menimbulkan limbah yang besar.
o Warna
Warna serat kapas secara umum adalah putih cream, tetapi sesungguhnya
terdapat bermacam-macam warna putih. Pengaruh mikroorganisme
menyebabkan warna kapas menjadi suram. Dalam kondisi cuaca yang jelek ,
warna kap[as menjadi sangat gelap abu-abu kebiruan. Kapas yang
pertumbuhannya terhenti akan berwarna kekuningan. Warna kapas
merupakan salah satu factor penentu grade.
o Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat,
panjang rantai dan orientasinya. Kekutan serat kapas perbundel rata- rata
adalah 96.700 pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum
116.000 pound per inci2. Kekuatan serat bukan kapas pada umumnya
menurundalam keadaan basah, tetapi sebaliknya kekuatan serat kapas dalam
keadaan basah makin tinggi.
o Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa
alam, kira-kira dua kali mulur rami. Diantara serat alam hanya sutera dan wol
yang mempunyai mulur lebih tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar 4 –
13 % bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-rata 7 %.
o Moisture Regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering
bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas
bervariasi dengan perubahan kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya.
Moiture regain serat kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 - 8,5 %
Pada pencapan kali ini kain dasar yang digunakan terlebih dahulu
dicelup dengan zat warna reaktif. Zat warna reaktif adalah suatu zat
warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat, sehingga zat warna
tersebut merupakan bagian daripada serat.Olehkarena itu hasil pencapan
dengan menggunakan zat warna reaktif mempunyai ketahanan cuci yang
sangat baik. Demikian pula karena berat molekul zat warna reaktif kecil
maka kilapnya akan lebih baik daripada zat warna direk. Zat warna ini
dapat bereaksi dengan selulosa atau protein sehingga memberikan tahan
luntur warna yang baik. Reaktifitas zat warna ini bermacam-macam,
sehingga sebagian dapat digunakan pada suhu rendah sedangkan yang lain
harus digunakan pada suhu tinggi.
Stuktur zat warna reaktif yang larut dalam air mempunyai bagian-
bagian dengan fungsi tertentu. Kromofor zat warna reaktif biasanya system
azoAkinon. Dengan berat molekul yang kecil menyebabkan daya serap zat
warnanya kecil dan menimbulkan warna –warna yang muda. Adanya gugus
penghubung dapat mempengaruhi daya serap dan ketahanan zat warna
terhadap asam dan basa. Gugusan –gugusan reaktif merupakan bagian zat
warna yang mudah bereaksi dengan serat.
Disamping terjadi reaksi antar zat
warna dan serat dengan membentuk ikatan
primer kovalen yang merupakan ikatan
pseudoester atau eter, molekul airpun dapat
juga mengadakan reaksi hidrolisa dengan
molekul zat warna, dengan memberikan
komponen zat warna yang tidak reaktif lagi.
Zat warna reaktif termasuk golongan zat
warna yang larut dalam air. Karena
mengadakan reaksi dengan serat selulosa,
maka hasil pencelupan zat warna reaktif
mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Demikian pula karena berat
molekul kecil maka kilapnya baik. Berdasarkan cara pemakaiannya, zat warna
reaktif digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :
Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan tinggi, dicelup pada
suhu rendah. Misalnya procion M, dengan sistem reaktif dikloro triazin.
Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan rendah, dicelup pada
suhu tinggi. Misalnya Procion H, Cibacron dengan sistem reaktif mono kloro
triazin, Remazol dengan sistem reaktif vinil sulfon.
D - Cl +H2O D – OH + HCl
o Zat warna yang tidak larut dalam air sehingga tidak dapat mewarnai
langsung serat selulosa, tapi jika diubah dulu menjadi garam leuko dengan
bantuan zat reduktro dan alkali akan mempunyai substantifitas terhadap
serat. Untuk mengembalikan ke bentuk semula diperlukan
pengoksidasian..
o Senyawa leuko zat warna golongan antrakuinon hanya larut dalam larutan
alkali kuat sedang golongan indigo larut dalam larutan alkali lemah.
o Tahan luntur warna baik.
o Zat warna bejana yang berbentuk leuko sangat peka terhadap suhu
pengeringan setelah pencapan. Jika suhu pengeringan rendah maka kain
hasil cap yang masih agak basah dapat bertambah panas terutama yang
bertumpuk di bagian tengah, sehingga mengakibatkan terjadinya reaksi
penguraian yang tidak merata. Akibatnya hasil pencapan akan belang.
Kalau suhu pengeringan terlalu tinggi, maka tidak ada kesempatan zat
warna bejana masuk ke dalam serat dan sukar untuk mengambil air
sehingga tidak akan terjadi reaksi oksidasi kembali dan akibatnya warna
sebenarnya tidak timbul.
Alkali yang biasa digunakan pada pencapan zat warna bejana adalah
kalium karbonat, soda abu, soda kostik dan kalium hidroksida Sedangkan zat
pereduksi zat warna bejana yang banyak digunakan adalah natrium sulfoksilat
formaldehida. Jenis ini banyak dijumpai dalam perdagangan dengan merk
dagang seperti Ronggalit C, Formosul G, dll. Natrium hidrosulfit, glukosa dan
dekstrin digunakan dalam skala terbatas.
Mekanisme masuknya zat warna reaktif pada serat kapas
Oleh karena itu, pada akhir proses pencucian dengan sabun untuk
mnghilangkan zat warna yang terhidrolisa dan tidak terfiksasi tersebut
sehingga diperoleh sifat tahan luntur yang lebih baik. Pencapan kapas (pada
kain poliester-kapas) dengan zat warna reaktif mengalami tahap-tahap sebagai
berikut :
1. Proses penyerapan
Pada tahap ini, molekul-molekul zat warna akan masuk kedalam, tetapi belum
mengadakan reaksi atau ikatan dengan serat. Mula-mula terjadi migrasi
molekul zat warna di dalam larutan. Molekul zat warna bergerak menuju
permukaan serat. Tahap selanjutnya terjadi proses adsorpsi pada permukaan
serat dengan adanya afinitas dari zat warna.
2. Proses fiksasi
Pada tahap ini, terjadi pemasukan zat warna dari permukaan serat kedalam
serat. Pada pencelupan kapas dengan zat warna reaktif akan terjadi ikatan
kovalen. Selain terjadi ikatan kovalen antara zat warna dengan serat, pada
proses fiksasi ini faktor yang harus diperhatikan adalah suhu baking.
Pada proses fiksasi ini terjadi pula reaksi hidrolisa zat warna reaktif
karena adanya reaksi antara zat warna, air dan alkali. Ketahanan zat warna
reaktif akan reaksi hidrolisa ini berbeda-beda. maka yang terjadi selanjutnya
adalah reaksi hidrolisa zat warna seperti reaksi :
III. PERCOBAAN
ALAT
1000
Resep rintang cap warna
- Zat warna bejana : 20 g/l
- Pengental induk : 700 g/l
- Sapolin / ronggalit : 140 g/l
- Na2S2O4 : 5 - 10 g/l
- Balance ( air ) : x
1000
Resep perhitungan :
Resep oksidasi
- H2O2 : 3 ml
- Suhu : 600C
- Waktu : 5 menit
V. DIAGRAM ALIR
proses pencapan
pencelupan pad Dry (etsa warna ) - pengeringan
(etsa putih)
6. Proses Pencapan
a. Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka
sempurna dan konstan pada meja cap.
b. Screen diletakkan tepat berada pada bahan yang akan dicap
c. Dengan bantuan rakel, pasta cap etsa putih pada screen pada bagian
pinggir kasa (tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh
permukaan.
d. Frame ditahan agar mengepres pada bahan, kemudian dilakukan
proses pencapan dengan cara memoles screen dengan pasta cap
menggunakan rakel.
e. Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke
bawah agar dapat mendorong zat warna masuk ke motif.
f. screen dilepaskan ke atas.
g. Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit mongering kemudian
angkat secara hati-hati
7. Setelah dicap dengan pasta cap, bahan dikeringkan pada mesin stenter
8. Dilakukan proses termofiksasi dicap pada suhu 180 °C selama 3 menit.
9. Untuk menghilangkan sisa pasta cap dan zat lainnya, dilakukan proses
pencucian kemudian dilakukan pula proses cuci reduksi setelah itu cuci
panas, cuci dingin pengeringan.
VII. FUNGSI ZAT
nilai evaluasi
variasi metoda pencapan
kerataan ketuaan ketajaman
Total
warna warna motif
Bahan 1 : Suhu thermofiksasi
7 6 7 20
1400C ( cap putih )
Bahan 2 : Suhu thermofiksasi
7 7 6 20
1500C ( cap putih )
Bahan 3 : Suhu thermofiksasi
7 8 5 20
1600C ( cap warna )
evaluasi bahan :
evaluasinya.
GRAFIK PERCOBAAN
bejana Pada dasar reaktif dengan variasi suhu termofiksasi ( 140, 150 dan 160
0C ); variasi metoda bahan 1, 2 (cap rintang putih) dan bahan 3 (cap rintang
kain dengan ketuaan warna yang paling rendah diantara 2 variasi resep yang
lain. Kerataan warna cukup baik. Ketajaman motif yang didapat cukup baik
dibanding 2 bahan lainnya karna warna dasar cap bloknya berwarna merah
(tua) sedangkan motifnya tidak berwarna / putih . Jadi motif paling baik
terlihat pada kain dengan suhu termofiksasi yang rendah karna semakin tinggi
suhu termofiksasi warna dasarnya akan semakin tua ( warna dasar juga
terfikfsasi) .
dengan ketuaan warna yang lebih baik dari resep pertama. Kerataan warna
sama dengan resep pertama dan ketiga. Kejataman motifnya cukup baik
karena suhu termofiksasi yang cukup tinggi sehingga warna dasar timbul
dengan warna yang hampir sama dengan motif. Motif yang timbul terlihat
lebih jelas disbanding dengan resep 1 hal ini bisa disebabkan karna
konsentrasi Na2S2O4 yang lebih banyak yaitu 10 g/l dibanding dengan resep
warna yang baik. Ketuaa warnanya paling tua karena suhu fiksasi yang lebih
tinggi dibandingkan kedua resep yang lain sehingga warna pada kain tua dan
cenderung menutupi motif. Resep ketiga ini memiliki ketajaman motif paling
rendah karena suhu fiksasi yang tinggi menyebabkan warna dasar menjadi
timbul dan menyamai warna motif sehingga motif hampir tidak terlihat hal ini
juga bisa disebabkan konsentrasi larutan yang sedikit hanya sebanyak 25 m/l
dibanding pencapan-pencapan yang lain yang biasanya menggunakan
konsentrasi 50 m/l, sehingga zat warna bejana hanya sebanyak 0,5 g yang
cenderung samar; hal ini lebih berpengaruh pada resep 3 dengan metoda cap
hampir tidak terlihat (tidak bangkit karna sedikitnya konsentrasi zat warna)
ditambah dengan tuanya warna dasar kain dengan suhu thermo 160 0C.
bahan contoh uji, bagian pertama setelah dilakukan cuci reduksi langsung
dikeringkan, bagian yang lain di cuci dengan menggunakan sabun dan cuci
panas. Ketuaan. Kerataan dan ketajaman motif warna pada bahan relatif
sama hanya sedikit menurun. Ketajaman motif setiap bahan turun satu
X. KESIMPULAN
dengan kalkulasi nilai sebesar 20 dengan nilai ketajaman motif paling tinggi
yaitu 7.
tua
Contoh uji bahan 1
Contoh uji bahan 2
Contoh uji bahan 3
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arifin Lubis, S. Teks., dkk, Teknologi Pencapan Tekstil, STTT, Bandung,
1998.
[3] Ir. Rasyd Djufri, M. Sc., dkk, Teknologi Pengelantangan Pencelupan dan
Bandung, 1