Anda di halaman 1dari 7

Teori Relativitas Umum dan Khusus

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia adalah spesies yang diciptakan oleh Tuhan dengan keingin-tahuan yang
sangat besar, yang kemudian mendorongnya untuk menemukan pengetahuan yang kemudian
dikenal dengan istilah “berfilsafat”. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, filosofi
dianggap sudah tidak mengimbangi kemajuan terkini dalam sains, terutama fisika. Para
ilmuwan telah menjadi pemegang obor penemuan dalam perjalanan pencarian pengetahuan.
Fisika abad ke-20 berbeda dangan fisika klasik. Terdapat dua perkembangan yang
paling menyolok. Pertama, relativitas (kenisbian) oleh Albert Einstein pada 1905 dan teori
kuantum oleh Max Planck pada 1900. Dua perkembangan ini adalah contoh revolusi ilmiah
yang telah mengubah cara pandang manusia mengenai alam semesta secara mendasar.
Teori klasik Newton mengenai ruang dan waktu yang sebelumnya telah dipelajari,
menyisakan keganjalan-keganjalan yang menggelitik rasa keingin- tahuan para ilmuwan
untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Memasuki abad ke-19, Sebuah peristiwa
yang cukup termahsyur yakni peristiwa dua orang kembar yang terpisah. Seseorang yang ada
di bumi setelah berpuluh tahun lamanya mendapati saudara kembaranya yang telah
melakukan perjalanan dari luar angkasa memiliki perberdaan umur dengan dirinya. Saudara
kembarnya berumur lebih muda dari pada dirinya. Apa yang terjadi? Pertanyaan seperti ini
tidak dapat di jawab dengan menggunakan teori ruang dan waktu oleh Newton yang
menyatakan bahwa waktu adalah mutlak dimanapun tempatnya.
Oleh karena itu diperlukan suatu gagasan baru mengenai konsep ruang dan waktu
serta pandangan baru mengenai konsep alam semesta. Untuk lebih memahami mengenai
gagasan-gagasan dan pandangan terbaru mengenai alam semesta tersebut maka kita
mempelajari teori terbaru di abad 19 yakni teori relativitas Einstein meliputi teori relativitas
khusus dan teori relativitas umum. Kedua teori inilah yang memberikan pemahaman yang
baru mengenai konsep ruang-waktu 4 dimensi serta bentuk alam semesta yang berhingga tapi
tak terbatas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah latar belakang lahirnya teori relativitas Einstein?
2. Bagaimanakah prinsip teori relativitas khusus ?
3. Bagaimanakah prinsip teori relativitas umum ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:


1. Untuk mengetahui latarbelakang lahirnya teori relativitas Einstein.
2. Untuk memahami konsep teori relativitas khusus yang sebenarnya.
3. Untuk memahami konsep teori relativitas umum yang sebenarnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Relativitas

Pada intinya teori relativitas adalah teori tentang medan yang melanjutkan
perkembangan teori medan Faraday dan Maxwell. Teori medan menekankan kemulusan
ruang dan waktu. Dalam teori relativitas, ruang dan waktu tidak melompat-lompat, tetapi
mengalir secara malar (continue). Sebaliknya, teori kuantum, justru berbicara tentang
ketidakmalaran (discontinue). Sebutir partikel tidak boleh mengubah energinya secara malar,
melainkan melompat-lompat. Bisa dikatakan bahwa kedua pendekatan ini bertolak belakang.
(Gerry 2004).
Teori medan elektromagnetik Faraday yang kemudian dikembangkan oleh
Maxwell pada 1865, masih mengganggu para ilmuwan masa itu. Sumber gangguan tersebut
adalah eter sebagai zat perantara gelombang elektromagnetik.
Eter sebagai medium rambat gelombang elektromagnetik mempunyai sifat yang sulit
dibayangkan secara fisika meski secara matematis dapat dijelaskan secara gemilang.
Semestinya eter bertabiat sebagai zat padat karena cahaya adalah gelombang transversal.
Jenis gelombang ini tidak dapat meramat dalam medium fluida (gas atau cairan).
Berdasarkan pengamatan, eter sebegitu halus sampai-sampai tidak menghambat Bumi
yang bergerak di dalamnya kendati sosoknya samar-samar, para ilmuwan menerima ide eter.
Oleh karena itu, salah satu tantangan utama fisika di penghujung abad ke-19 adalah
menjernihkan pemahaman tentang eter sesuai persamaan Maxwell.
Dalam konteks persoalan ini, kecepatan cahaya c jadi perkara. Dalam teori Maxwell,
c adalah kecepatan pengamat yang bergeming dalam eter.
Pada dasawarsa 1880-an Albert Abraham Michelson dan Edward Williams Morley
menyelidiki ketergantungan kecepatan cahaya terhadap kecepatan pengamat.(Gerry, 2004)
Gagasan mereka adalah membandingkan kecepatan cahaya di dua arah yang berbeda,
pada posisi siku-siku. Jika kecepatan cahaya bernilai tetap relatif terhadap eter, maka
pengukuran seharusnya mengungkapkan kecepatan cahaya yang berbeda-beda, tergantung
arah gerak cahaya. Tapi Michelson dan Moerley tak mendapat perbedaan.
Hasil percobaan Michelson-Morley jelas bertentangan dengan model gelombang
elektromagnetik yang bergerak melalui eter, dan seharusnya model eter ditinggalkan. Namun
tidak ada yang benar-benar berani menyimpulan bahwa eter tidak ada. (Stephen Hawking &
Leonard Mlodinow, 2010)
Ahli fisika Belanda Hendrik Antoon Lorentz menawarkan penjelasan untuk
penemuan Michelson dengan mengandaikan adanya seutas gaya antar-molekul yang bekerja
searah dengan “hembusan eter”. Gaya ini, menurut Lotentz, secara fisik dapat memendekkan
salah satu kaki alat pengukuran Michelson. Oleh karena itu kecepatan cahaya akan terukur
sama ke semua arah terhadap angin eter, walaupun menurut Lorentz sebenarnya berbeda.
Walaupun demikian ternyata saran Lorentz masih melanggar mekanika Newton di beberapa
hal. Poincare tahu persoalan itu tapi meyakini kebenaran anjuran Lorentz. Ia menekankan
perlunya menuju kenisbian murni.
Dari sinilah awal lahirnya teori relativitas yang dipopulerkan oleh Albert Einstein.
Secara mandiri Einstein mengembangkan penyelesaian seperti yang diusulkan Poincare. Ia
berangkat dengan dua asumsi yang bersahaja tapi jernih. Uraiannya menyelamatkan
persamaan Maxwell, sementara pengertian Newton tentang ruang-waktu mutlak tersingkir.
Walaupun demikian, pada kecepatan rendah, penyelesaian mendekati hasil hitung mekanika
klasik Newton.
Untuk mendapatkan penyelesaian itu, Einstein tidak memasukkan pembenaran ke
dalam system yang lama tapi justru menggubah pengertian ruang, waktu, dan masaa serta
membuat segalanya relative terhadap kecepatan kerangka.

B. Teori Relativitas Khusus

Pada tahun 1905, Einstein menerbitkan sebuah makalah mengenai elektrodinamika


benda bergerak, di dalamya Einstein membuat dua asumsi sederhana.
Asumsi pertama, adalah asas relativitas. Menurut asas ini, tidak mungkin untuk
membedakan satu system dari system yang lain jika kedua-duanya bergerak dengan
kecepatan tetap (tidak dipercepat). Sebagai contoh, Anda pernah berada dalam gerbong
kereta api, dan melihat kereta api lain lewat jendela. Waktu itu Anda tidak yakin mana yang
bergerak, kereta Anda atau kereta di sebelah? Tidak ada cara lain untuk mengetahui mana
yang bergerak sampai melongok keluar jendela. Semua hukum fisika, baik mekanika ataupun
elektromagnetisme, berlaku tanpa perubahan dalam setiap kerangka yang kecepatannya tetap.
Asumsi kedua, kecepatan cahaya dalam ruang kosong adalah tetap, bebas dari
gerakan sumber cahaya maupun pengamat. (Gerry, 2004). Ternyata gagasan ini menuntut
revolusi dalam konsep ruang dan waktu.
Untuk mengetahui alasannya, bayangkan dua peristiwa yang terjadi di tempat yang
sama tapi pada waktu yang berbeda, dalam pesawat jet. Bagi pengamat dalam pesawat jet,
kedua peristiwa itu tak terpisah jarak. Bagi pengamat kedua di darat, kedua peristiwa terpisah
jarak yang ditempuh jet pada waktu antara terjadinya kedua peristiwa. Itu menunjukkan
bahwa kedua pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain tak akan sepakat
mengenai jarak antara kedua peristiwa.
Berikutnya umpamakan kedua pengamat mengamati seberkas cahaya bergerak dari
ekor ke hidung pesawat. Seperti contoh di atas, mereka tak akan sepakat mengenai jarak yang
ditempuh cahaya dari kemunculannya di ekor sampai tiba di ujung. Karena kecepatan
diperoleh dari jarak yang ditempuh dibagi waktu yang diperlukan, artinya jika mereka
sepakat mengenai kecepatan gerak berkas cahaya, kecepatan cahaya, mereka tak akan sepakat
mengenai selang waktu antara awal dan akhir pergerakan.
Yang membuatnya jadi anehadalah walaupun kedua pengamat mengukur waktu yang
beda, mereka menyaksikan proses fisik yang sama. Einstein tidak mencoba membangun
penjelasan arifisial untuk itu. Dia menarik kesimpulan yang logis walau mengejutkan bahwa
pengukuran waktu, seperti pengukuran jarak, bergantung pada pengamat yang melakukan
pengukuran. Efek ini adalah salah satu kunci teori dalam makalah 1905 Einstein, yang
disebut relativitas khusus (special relativity).
Relativitas khusus menyatakan pemuluran waktu (Time Dilatation) yaitu jam berjalan
lebih cepat menurut pengamat yang diam relatif terhadap jam. Bagi pengamat yang tidak
diam relative terhadap jam, jam bergerak lebih lambat. Jika kita samakan berkas cahaya yang
bergerak dari ekor ke hidung pesawat dengan detak jam, maka kita lihat bahwa bagi
pengamat di darat, jam bergerak lebih lambat karena berkas cahaya harus menempuh jarak
lebih besar dalam kerangka rujukan itu. Tapi efeknya tak bergantung kepada mekanisme jam,
efek itu berlaku untuk semua jam, termasuk jam biologis kita.
Karya Einstein menunjukkan bahwa sebagaimana konsep diam, waktu juga tak bisa
mutlak atau absolute seperti dipikirkan Newton. Dengan kata lain, pada setiap peristiwa
mustahil menetapkan waktu yang akan disepakati semua pengamat. Sebaliknya, pengamata
memiliki pengukuran pengukuran waktu sendiri, dan waktu yang diukur dua pengamat yang
bergerak relatif terhadap satu sama lain tak akan sama. Gagasan ini berlawanan dengan
intuisi kita karena dampaknya tak bisa diamati pada kecepatan pada kecepatan yang biasa
kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Tapi gagasan ini telah terbukti benar dalam
percobaan. Salah satu percobaan yang telah membuktikan gagasan ini adalah percobaan yang
dilakukan pada Oktober 1971, satu jam atom (atomic clock) yang amat akurat diterbangkan
mengelilingi dunia searah rotasi bumi, dari barat ke timur. Jadi Anda bisa memperpanjang
hidup anda dengan terbang ke timur terus, walaupun efeknya amat kecil, sekitar 1/180 miliar
per detik untuk tiap kali keliling dunia (dan juga agak dikurangi efek perbedaan gravitasi).
Para ahli fisika menyebut gagasan ini sebagai penyatuan ruang dan waktu (space-
time) dengan waktu disebut sebagai dimensi keempat yang memiliki arah tergantung terhadap
kecepatan pengamat. Teori relativitas khusus Einstein mencampakkan konsep waktu mutlak
dan diam mutlak (yaitu diam terhadap eter yang bergerak).

C. Teori Relativitas Umum

Setelah sukses dengan teori relativitas khusus, tak lama kemudian Einstein menyadari
bahwa agar gravitasi sesuai dengan relativitas, diperlukan perubahan lain.
Sebelas tahun berikutnya Einstein mengembangkan teori gravitasi baru, yang dia
sebut relativitas umum (general relativity). Konsep gravitasi dalam relativitas umum sangat
berbeda dengan konsep gravitasi Newton. Konsep gravitasi umum didasarkan kepada usul
revolusioner bahwa ruang-waktu bukan datar sebagaimana diduga sebelumnya, melainkan
melengkung dan terdistorsi oleh massa dan energy di dalamnya.
Menurut hukum gerak Newton, benda seperti peluru meriam, dan planet bergerak
menyusur garis luerus kecuali jika terpengaruh gaya seperti gravitasi. Tapi gravitasi dalam
teori Einstein bukan gaya sebagaimana gaya lain; gravitasi justru konsekuensi kenyataan
bahwa massa mendistorsi ruang-waktu, menciptakan kelengkungan. Dalam teori Einstein,
benda bergerak mengikuti geodesika, yang merupakan pendekatan bagi garis lurus dalam
ruang melengkung. Garis adalah geodesika dii budang datar, dan lingkaran besar adalah
geodesika pada permukaan bumi. Tanpa adanya zat, geodesika pada ruang-waktu berdimensi
empat sepadan dengan garis pada ruang berdimensi tiga. Tapi ketika ada zat yang yang
mendistorsi ruang-waktu, jalur gerak benda dalam ruang berdimendi tiga menjadi
melengkung karena tarikan gravitasi menurut teori Newton. Ketika ruang-waktu tidak datar,
jalur benda tampak berbelok, sehingga memberi kesan ada gaya yang mempengaruhinya.
Penerapan teori relativitas umum dalah model alam semesta yang amat berbada, yang
memprediksi efek-efek baru seperti gelombang gravitasi dan lubang hitam. Teori relativitas
umum menyatakan jagat raya berhingga namun tak terbatas. Sebagaimana teori relativitas
khusaus, teori relativitas umum juga telah melalui uji sensitifitas dan semuanya menyatakan
sukses. Salah satu penjelasan yang telah teruji sukses adalah penjelasan mengenai perihelion
Planet Merkurius.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Relativitas Einstein muncul dari kesenjangan antara mekanika Newton tentang
perilaku zat (eter) dengan electromagnet Maxwell (kecepatan cahaya).
Teori relativitas khusus menyatukan ruang dan waktu menjadi ruang-waktu. Teori ini
menyatakan adanya pemuluran waktu sehingga waktu dinyatakan sebagai dimensi keempat
yang memiliki arah yang bergantung terhadap kecepatan pengamat.
Teori relativitas umum menyuguhkan konsep baru tentang gravitasi yang menyatukan
antara gravitasi dan relativitas yakni konsep gravitasi Einstein. Konsep gravitasi umum
menyatakan bahwa ruang-waktu bukan datar, melainkan melengkung dan terdistorsi oleh
massa dan energy di dalamnya.
Gagasan ini melahirkan pandangan bahwa alam semesta atau jagat raya berhingga namun tak
terbatas.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menambah khasanah pengetahuan
pembaca mengenai konsep ruang-waktu, relativitas, serta konsep alam semesta. Dengan
memahami konsep relativitas ini sekiranya dapat menambah keyakinan kita pada Sang
Pencipta akan adanya jagad raya yang diciptakan-Nya sedemikian rupa.

DAFTAR PUSTAKA

Albert, David Z.______. Philosophy of Physics. Colombia University. Colombia.

Einstein, Albert. 2005. The special and general theory (terjemahan oleh Liek Wilardjo). Grafika
Mardi Yuana. Bogor.

Russel, Bertrand. Teori Relativitas Einstein, Penjelasan Populer Untuk Umum. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

Hawking, Stephen & Mlodinow, Leonard. 2010. The Grand Design. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Van Kliken, Gerry. 2004. Revolusi Fisika : Dari alam Gaib ke ALam Nyata. Grafika Mardi Yuana.
Bogor

Anda mungkin juga menyukai