Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT)) akut,
biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007).Sebenarnya pneumonia bukan penyakit
tunggal.Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada sumber infeksi, dengan
sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun
partikel.Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah
muncul pada anak, orang tua dan penderita penyakit kronis (Elin, 2008).Pneumonia adalah
infeksi saluran nafas bagian bawah, penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh
mikroorganisme. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara
primer atau sekunder setelah infeksi virus.( Menurut Corwin, 2001).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut
parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti
virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru
disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis.

B. KLASIFIKASI
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003 menyebutkan
tiga klasifikasi pneumonia, yaitu:
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
 Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
 Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia)
 Pneumonia aspirasi
 Pneumonia pada penderita immunocompromised.

2. Berdasarkan bakteri penyebab:


 Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan
dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja,
dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien
yang terkebelakangan mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita
penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem
kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada
saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak
paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua
di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan
cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.Bakteri Pneumokokus
adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri
tersebut.Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas
yang ringan satu minggu sebelumnya.Misalnya, karena infeksi virus (flu).Infeksi
virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus
(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam
paru-paru.Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka,
misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi influenza.Pneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma, legionella, dan
chalamydia.
 Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan
bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa
menyebabkan pneumonia juga).Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama
seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan
kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah,
dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.Tipe
pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri.Hal itu
yang disebut dengan superinfeksi bakterial.Salah satu tanda terjadi superinfeksi
bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
 Pneumonia jamur,
Sering merupakan infeksi sekunder.Predileksi terutama pada penderita
dengan daya tahan lemah (immunocompromised).

3. Berdasarkan predileksi infeksi:


 Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar
dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi
pada berbagai tempat di paru.Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau
bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia,
kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan
demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan
mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita
kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah
terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian
keadaannya, tentu tambah sulit penyembuhannya.Penyebab penyakit pada kondisi
demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.
C. TANDA DAN GEJALA
Menurut Misnadiarly 2008, tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat dibagi
menjadi:
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel,
gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum : demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak berwarna
kehijauan seperti karet.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dam ronki
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi,
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas
batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi
bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi
meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
5. Tanda infeksi ekstrapulmonal

D. PATOFISIOLOGI
Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh setelah
menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi.Mekanisme pertahanan lanjut berupa
sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi
organisme bertambah.Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi
atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui
hematogen.Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas
bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak, mikroorganisme tersebut
mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan pada parenkim paru yang dapat
menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus. Hal tersebut dapat memicu
perkembangan edema paru dan eksudat yang mengisi alveoli sehingga mengurangi luas
permukaan alveoli untuk pertukaran karbondioksida dan oksigen sehingga sulit bernafas.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru yang
bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.Pneumonia bakteri dimulai dengan
terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar,
penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi
merah.Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas
vital.Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya
pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan
terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja
jantung.
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan disintegrasi progresif
dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu).Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi
setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan
dan dikeluarkan melalui batuk.Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura,
supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema.Resolusi dari reaksi pleura dapat
berlangsung secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan
pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).

E. POHON MASALAH
Infeksi saluran napas Virus, bakteri, jamur,
Sistem daya tahan tubuh protozoa masuk ke dalam
bawah
menurun tubuh

Virus Saluran napas


Sel darah bagian
merah,
bawah pneumokokus
leukosit, pneumokokus
Kapasitas vital, Leukosit + fibrin
compliance menurun, mengisi
Risiko
mengalamialveoli
kekurangan
Suhu tubuh konsolidasi
meningkat
hemoragik
Intoleransi aktivitas volumeLeukositosis
Alveoli
cairan
Eksudat masuk alveoli
Peradangan pada
bronkus menyebar ke
parenkim paru
Kuman patogen
mencapai bronkioli
terminalis merusak sel
epitel bersiia, sel gobet
Edema Terjadi
trakeal/faring konsolidasi dan
eal pengisian rongga
Cairan edema + leukosit alveoli oleh
ke alveoli eksudat
Peningkatan
produksi sekret
Konsolidasi paru
Penurunan
Batuk produktif jaringan efektif
paru dan
kerusakan
membrane
Penurunan alveolar-kapiler
kemampuan
batuk efektif

Ketidakefektifan Sesak napas


bersihan jalan
napas
Ketidakefektifan
pola nafas

Penekanan intra
Penekanan diafragma
abdomen

Kebutuhan nutrisi
Anoreksia kurang dari kebutuhan
tubuh

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural (missal : lobar, bronchial) dapat juga
menyatakan abses
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organism yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru – paru, menetapkan luas berat penyakit
dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopsi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Klien diposisikan dalam keadaan semi fowler dengan sudut 45o. Kematian sering kali
berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan penekanan susunan saraf pusat,
maka penting untuk dilakukan pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa
dengan baik, pemberian O2 yang adekuat untuk menurunkan perbedaan O2 di alveoli-arteri,
dan mencegah hipoksia seluler. Pemberian O2 sebaiknya dalam konsentrasi yang tidak
beracun untuk mempertahankan PO2 arteri sekitar 60-70 mmHg dan juga penting mengawasi
pemeriksaan analisa gas darah.
Pemberian cairan intravena IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk mencegah
penurunan dan volume cairan tubuh secara umum. Bronkodilator seperti aminofilin dapat
diberikan untuk memperbaiki drainase secret dan distribusi ventilasi.Kadang-kadang
mungkin timbul dilatasi lambung mendadak, terutama jika pneumonia mengenai lobus
bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Jika hipotensi terjadi, segera atasi hiposekmia
arteri dengan cara memperbaiki volume intravascular dan melakukan dekompresi lambung.
Kalau hipotensi tidak dapat diatasi, dapat dipasang kateter Swan-Ganz dan infus
Dopamin.Bila perlu dapat diberikan analgesic untuk menyatasi nyeri pleura.
Pemberian antibiotic terpilih seperti Penisilin diberikan secara intramuscular 2 x 600.000
unit sehari. Penisilin diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu sampai klien tidak
mengalami sesak napas lagi selama tiga hari dan tidak ada komplikasi lain. Klien dengan
abses paru dan empyema memerlukan antibiotic lebih lama.Untuk klien yang alergi terhadap
penisilin dapat diberikan eritromisin.Tetrasiklin jarang digunakan untuk pneumonia karena
banyak yang resisten.
Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi terhadap penisilin karena
dapat menyebabkan alergi hipersensitif silang terutama dari tipe alafilaksis.Dalam 12-36 jam,
setelah pemberian penisilin, suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan menurun serta nyeri
pleura menghilang.

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register dan
dx.medis.
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan
dan alamat.
2. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal klien.
3. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/demam.
4. Riwayat penyakit saat ini
Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa
lama keluhan batuk muncul.Pada klien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya
timbul medadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasa ada
dipasaran. Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulent kekuning-kuningan,
kehijau-hijauan, kecokelatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien
biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil.Adanya keluhan nyeri dada
pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorok, kongesti nasal,
bersin, dan demam ringan.
6. Psiko-sosio-spiritual
Pada konsidi klinis, klien dengan pneumonia sering mengalami kecemasan bertingkat
sesuai dengan keluhan yang dialaminya. Hal lain yang perlu ditanyakan adalah kondisi
pemukiman di mana klien bertempat tinggal, klien dengan pneumonia sering dijumpai
bila bertempat tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk.
7. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan :
a. Tekanan darah
b. Pulse rate
c. Respiratory rate
d. Suhu
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh lebih dari 40oC, frekuensi pernapasan meningkat dari frekuensi
normal, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu dan frekuensi
pernapasan, dan apabila tidak melibatkan infeksi sistemis yang berpengaruh pada
hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak masalah.
8. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan fokus,
berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
 Inspeksi
Gerakan pernapasan simetris.Pada klien denga pneumonia sering ditemukan
peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan
intercostal space (ISC).Napas vuping hidung pada sesak berat dialami.Saat
dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan
batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi secret dan sekresi sputum
yang purulen.
 Palpasi
Pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya
normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Taktil fremitus pada klien
dengan pneumonia biasanya normal
 Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.Bunyi redup perkusi pada klien
dengan pneumonia didapatkan apabila bronchopneumonia menjadi satu sarang
(kunfluens).
 Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.Penting bagi perawat pemeriksa untuk
mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.
b. B2 (Blood)
Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:
Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
Palpasi : denyut nadi perifer melemah
Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran
Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan.
c. B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, didapatkan
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.Pada pengkajian objektif,
wajah klien tampak meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.

d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal
dari syok
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penuruna
berat badan.
f. B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan
klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kerusakan jaringan paru ditandai
dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak
3. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan d.d
kurang minat pada makanan
5. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory

J. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC: Manajemen Jalan NIC: Manajemen Jalan
bersihan jalan asuhan keperawatan Nafas Nafas
napas b.d inflamasi selama 3x24 jam  Buka jalan nafas 1. Memberikan posisi
dan obstruksi jalan diharapkan bersihan dengan teknik chin lift yang efektif untuk
nafas jalan napas bersih atau jaw thrust, membuka jalan
dengan kriteria hasil: sebagaimana mestinya nafas
NOC:  Posiskan pasien untuk 2. Meninggikan posisi
Status pernafasan: memaksimalkan kepala untuk
kepatenan jalan ventilasi memudahkan
nafas bernafas atau dengan
1. Frekuensi memberikan posisi
pernafasan semi fowler
normal (16-20  Bantu pasien untuk 3. Napas dalam
x/menit) melakukan batuk memudahkan
2. Irama nafas efektif dan nafas ekspansi maksimum
normal dalamInstruksikan paru-paru. Batuk
3. Kedalaman bagaimana agar bisa adalah mekanisme
inspirasi dalam melakukan batuk pembersihan jalan
batas normal efektif napas alami
4. Menunjukkan  Monitor status 4. Takipnea,
jalan napas paten pernafasan dan pernapasan dangkal,
dengan napas oksigenasi dan gerak dada tak
bersih, tak ada simetris sering
dispnea, sianosis terjadi karena
ketidaknyamanan
gerakan dinding
dada dan/atau cairan
paru
NIC: Monitor Pernafasan NIC:Monitor Pernafasan
 Monitor kecepatan, 1. Menunjukkan
irama, kedalaman, dan terjadinya
kesulitan bernafas komplikasi (adanya
bunyi tambahan
menunjukkan
akumulasi
cairan/sekresi)
 Catat pergerakan dada, 2. Memastikan
catat kepatenan bersihan
ketidaksimetrisan, jalan nafas
penggunaan otot-otot
bantu nafas, dan
retraksi dada pada otot
supraclaviculas dan
intercostal
 Monitor suara nafas 3. Adanya bunyi
tambahan seperti tambahan
ngorok atau mengi menunjukkan
akumulasi
cairan/sekresi
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC: 1. Untuk melancarkan
pola napas asuhan keperawatan Terapi oksigen pernafasan yang
berhubungan selama ... x 24 jam,  Pertahankan posisi terganggu karena
dengan kerusakan diharapkan px pasien semi fowler penumpukan secret
jaringan paru memenuhi KH :  Kolaborasi pemberian 2. Mempertahankan Pa
ditandai dengan NOC: O2 sesuai indikasi O2 di atas 60 mmHg.
pasien mengeluh Status pernapasan: NIC:
sulit bernapas, ventilasi Monitor Pernafasan
tampak sesak 1. Menunjukkan  Kaji frekuensi, 1. Takipnea,
pola pernafasan kedalaman bernapas pernapasan dangkal
normal/efektif dan ekspansi dada sering terjadi karena
dengan ketidaknyamanan
2. Mempertahankan gerakan dinding
ventilasi adekuat dada dan atau cairan
3. Analisa Gas paru.
Darah dalam  Auskultasi bunyi nafas 2. Menunjukkan
rentang normal terjadinya
komplikasi (adanya
bunyi tambahan
menunjukkan
akumulasi
cairan/sekresi).
 Awasi Analisa Gas 3. Memonitor kadar
Darah. gas dalam darah
3. Kekurangan Setelah dilakukan NIC: 1. Peningkatan suhu
volume cairan b.d asuhan keperawatan Manajemen cairan meningkatkan laju
intake oral tidak selama ... x 24 jam,  Kaji perubahan tanda metabolik dan
adekuat, takipneu, diharapkan px vital kehilangan cairan
demam memenuhi KH : melalui evaporasi
NOC:  Kaji turgor kulit, 2. Indikator langsung
Keseimbangan kelembaban membran kekuatan volume
cairan mukosa cairan.
1. Menunjukkan  Catat laporan mual 3. Mengetahui
volume cairan muntah kehilangan cairan
adekuat yang terjadi
2. Membran  Pantau masukan dan 4. Untuk
mukosa lembab, keluaran, catat warna, menyeimbangkan
turgor normal, karakter urine cairan dan
pengisian kapiler mengetahui apakah
cepat cairan yang masuk
sudah cukup sesuai
indkator urine
5. Memenuhi
 Berikan cairan kebutuhan cairan
tambahan IV sesuai
keperluan 6. Memenuhi
 Asupan cairan kebutuhan cairan
minimal 2500 / hari 7. Berguna
menurunkan
 Kolaborasi pemberian
kehilangan cairan
antipiretik, antiemetik
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC: 1. Pilihan intervensi
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan Manajemen nutrisi tergantung pada
kebutuhan tubuh selama ... x 24 jam,  Identifikasi faktor faktor penyebab
b.d kurang asupan diharapkan px yang menimbulkan masalah.
makanan d.d memenuhi KH : mual muntah
kurang minat pada NOC:  Berikan wadah 2. Untuk mengurangi
makanan Status asupan nutrisi tertutup untuk sputum mual pada px yang
1. Menunjukkan dan buang sesering terjadi karena
peningkatan mungkin sputum
nafsu makan  Auskultasi bunyi usus 3. Bunyi usus mungkin
2. Berat badan menurun/tak ada
stabil atau bila proses infeksi
meningkat berat/memanjang.
 Beri makan porsi kecil 4. Tindakan ini dapat
tapi sering, termasuk meningkatkan nafsu
makanan yang makan meskipun
menarik untuk pasien lambat untuk
kembali.
 Kolaborasi pemberian 5. Diharapkan mampu
antiemetic mencegah muntah
 Evaluasi status nutrisi 6. Mengetahui
perkembangan
nutrisi pasien
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan NIC: Manajemen NIC: Manajemen
b.d isolasi asuhan keperawatan Lingkungan Lingkungan
respiratory selama …x24 jam  Ciptakan lingkungan 1. Mencegah cedera
diharapkan pasien yang aman bagi pasien pada pasien saat
dapat mencapai beraktivitas
kriteria hasil:  Singkirkan benda- 2. Menghindari hal-hal
NOC: Toleransi benda berbahaya dari yang dapat
terhadap aktivitas lingkungan membahayakan
1. Kemudahan pasien
bernafas ketika  Sediakan perangkat- 3. Memudahkan pasien
beraktifitas perangkat adaptif saat beranjak dari
2. Kekuatan tubuh (misalnya, bangku tempat tidur dan
bagian atas dan pijakan atau pegangan menjaga
bawah seimbang tangan), yang sesuai keseimbangan
3. Kemudahan pasien saat
dalam melakukan aktivitas
melakukan NIC: Bantuan Perawatan NIC: Bantuan
aktivitas hidup Diri Perawatan Diri
harian  Pertimbangkan budaya 1. Mengetahui
(Activities of pasien ketika kebiasaan pasien
Daily Living / meningkatkan dalam melakukan
ADL) aktivitas perawatan aktivitas perawatan
diri diri
 Monitor kemampuan 2. Merencanakan
perawatan diri secara intervensi dengan
mandiri tepat untuk
membantu ADL
 Dorong kemandirian 3. Pasien dapat
pasien, tapi bantu melakukan sendiri
ketika pasien tak kebutuhan
mampu melakukannya perawatan dirinya
sehingga dapat
terbiasa dengan
kondisinya
4. Melatih orang
 Ajarkan tua/keluarga dalam
orangtua/keluarga merawat anggota
untuk mendukung keluarga yang sakit
kemandirian dengan
membantu hanya
ketika pasien tak
mampu melakukan
(perawatan diri)

K. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi.

L. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu). (Poer, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Bennete, M.J. 2013.Pneumonia.http://Medicine.medcare.com/967822-overview

Bulechek, Goria M,. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Ed 6. United
Kingdom : Elsevier.

Corwin, J.E. 2001.Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.


Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia
Lanjut Edisi 1. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Moorhead, Sue,.Dkk. 2013.Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed 5. United Kingdom :


Elsevier.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan


Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika.

NANDA Internasional. 2015. Diagnosis


Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta : ECG.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN PNEUMONIA
OLEH

MILA CAHYANI HERYANTO

NIM. P07120216070

PRODI DIV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai