Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN

KOAGULASI DAN FLOKULASI


Dosen Pengampu : Ratna Septi Hendrasari, S.T., M. Eng

Disusun Oleh:

INTAN PUSPITA RATNA SARI


5150811180

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2017
Proses koagulasi-flokulasi merupakan secondary treatment atau
pengolahan tahap kedua dimana pengolahan tahap pertama dari proses pengolahan
air adalah pengendapan padatan pada bak prasedimentasi. Pengendapan padatan
pada bak prasedimentasi dan bak sedimentasi sedikit berbeda untuk jenis padatan
yang akan diendapkan meskipun kedua-duanya sama-sama merupakan proses
fisik yaitu memanfaatkan gaya gravitasi untuk mengendapkan padatan. Pada bak
prasedimentasi padatan yang dapat diendapkan dinamakan partikel diskret yaitu
partikel yang bisa diendapkan secara gravitasi dimana selama proses pengendapan
partikel diskret tidak mengalami perubahan baik dari segi ukuran maupun bentuk
partikel selama terjadinya proses pengendapan. Berbeda dengan bak sedimentasi,
partikel yang diendapkan merupakan partikel koloid yang sebelumnya melalui
proses koagulasi-flokulasi sehingga terbentuk flok-flok besar yang mudah untuk
diendapkan dan selama proses pengendapan flok-flok akan mengalami perubahan
ukuran masa jenis maupun bentuk akibat bergabung dengan flok lainnya.
Koagulasi flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi
kesatuan proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid
dan partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan
bahan kimia (disebut koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel
yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang
bermuatan positif dan negatif.

Koagulasi merupakan penambahan zat kimia (koagulan) ke dalam air baku


dengan maksud mengurangi gaya tolak-menolak antar partikel koloid, sehingga
partikel –partikel tersebut dapat bergabung menjadi flok-flok halus. Koagulasi
terpenuhi dengan penambahan ion-ion yang mempunyai muatan berlawanan
dengan partikel koloid. Partikel koloid umunya bermuatan negatif oleh karena itu
ion-ion yang ditambahkan harus kation atau bermuatan positif. Kekuatan
koagulasi ion-ion tersebut bergantung pada bilangan valensi atau besarnya
muatan.

Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel


terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat
dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah
proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok
dengan ukuran lebih besar (makroflok). Pada flokulasi terjadi proses
penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel yang
ukurannya besar akan lebih mudah diendapkan daripada yang kecil. Agar partikel
menggumpal, gaya tolak menolak elektrostatik amtara partikelnya harus dikurangi
dan transportasi partikelnya harus menghasilkan kontak antara partikel yang
mengalami destabilisasi. Setelah partikel – partikel koloid mengalami
destabilisasi, sangat penting untuk membawa partikel – partikel tersebut ke dalam
suatu wadah berpengaduk antara satu dentan yang lainnya sehingga dapat
menggumpal dan membentuk partikel atau flok yang lebih besar.
Proses koagulasi flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk
lambat. Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk
lambat, terjadi pembentukan flok yang berukuran besar hingga hingga mudah
diendapkan pada bak sedimentasi. Koagulan yang banyak digunakan dalam
pengolahan air minum adalah alumunium sulfat atau garam – garam besi. Kadang
– kadang koagulan pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan untuk
memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat mengendap. Faktor utama
yang mempengaruhi proses koagulasi flokulasi air adalah kekruhan, padatan
tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi
dan tingkat agitasi selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika
diperlukan, koagulan pembantu. Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat
ditentukan berdasarkan studi laboratorium menggunakan jar test apparatus untuk
mendapatkan kondisi optimum.

Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:

Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum,
maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Pada proses penambahan koagulan, pH atau derajat keasaman memegang peranan
penting dalam menentukan efektivitas proses koagulasi-flokulasi selain itu pH
juga menentukan kelarutan dari inti flok dalam hal ini contohnya adalah alum
yang memiliki pH optimum berkisar antara 4 sampai dengan 8, karena pada
rentang pH tersebut aluminium hidroksida relatif tidak larut. Selain itu derajat
kekeruhan juga mempengaruhi efektivitas proses ini, jika kekeruhan cukup tinggi
dan alkalinitas memenuhi maka proses ini dapat berjalan dengan baik, namun ada
kalanya kekeruhan rendah namun masih melampaui baku mutu air minum dan
alkalinitas cukup, pada kondisi ini proses koagulasi-flokulasi kurang efektif
sehingga pada umumnya jika proses koagulasi-flokulasi dilakukan maka perlu
dilakukan penambahan kekeruhan buatan seperti senyawa silika.

Anda mungkin juga menyukai