Flok Kol
Flok Kol
Disusun Oleh:
YOGYAKARTA
2017
Proses koagulasi-flokulasi merupakan secondary treatment atau
pengolahan tahap kedua dimana pengolahan tahap pertama dari proses pengolahan
air adalah pengendapan padatan pada bak prasedimentasi. Pengendapan padatan
pada bak prasedimentasi dan bak sedimentasi sedikit berbeda untuk jenis padatan
yang akan diendapkan meskipun kedua-duanya sama-sama merupakan proses
fisik yaitu memanfaatkan gaya gravitasi untuk mengendapkan padatan. Pada bak
prasedimentasi padatan yang dapat diendapkan dinamakan partikel diskret yaitu
partikel yang bisa diendapkan secara gravitasi dimana selama proses pengendapan
partikel diskret tidak mengalami perubahan baik dari segi ukuran maupun bentuk
partikel selama terjadinya proses pengendapan. Berbeda dengan bak sedimentasi,
partikel yang diendapkan merupakan partikel koloid yang sebelumnya melalui
proses koagulasi-flokulasi sehingga terbentuk flok-flok besar yang mudah untuk
diendapkan dan selama proses pengendapan flok-flok akan mengalami perubahan
ukuran masa jenis maupun bentuk akibat bergabung dengan flok lainnya.
Koagulasi flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi
kesatuan proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid
dan partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan
bahan kimia (disebut koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel
yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang
bermuatan positif dan negatif.
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum,
maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Pada proses penambahan koagulan, pH atau derajat keasaman memegang peranan
penting dalam menentukan efektivitas proses koagulasi-flokulasi selain itu pH
juga menentukan kelarutan dari inti flok dalam hal ini contohnya adalah alum
yang memiliki pH optimum berkisar antara 4 sampai dengan 8, karena pada
rentang pH tersebut aluminium hidroksida relatif tidak larut. Selain itu derajat
kekeruhan juga mempengaruhi efektivitas proses ini, jika kekeruhan cukup tinggi
dan alkalinitas memenuhi maka proses ini dapat berjalan dengan baik, namun ada
kalanya kekeruhan rendah namun masih melampaui baku mutu air minum dan
alkalinitas cukup, pada kondisi ini proses koagulasi-flokulasi kurang efektif
sehingga pada umumnya jika proses koagulasi-flokulasi dilakukan maka perlu
dilakukan penambahan kekeruhan buatan seperti senyawa silika.