Anda di halaman 1dari 5

A.

Latar Belakang
Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas,
membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu
(Alkatiri, 2007). Tujuan bantuan hidup dasar adalah untuk oksigenasi darurat secara efektif
pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai
paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief,
2009). Tindakan bantuan hidup dasar sangat penting khususnya pada pasien dengan sudden
cardiac arrest (SCA) atau henti jantung mendadak yang terjadi di luar rumah sakit (Berg,
2010).
Sudden cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk
mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ
vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
Sudden cardiac arrest (SCA) merupakan salah satu penyebab kematian. SCA terus
menjadi penyebab kematian utama di dunia meskipun beberapa kemajuan penting tentang
pencegahannya telah dapat dicapai (Berg, 2010). SCA bertanggung jawab terhadap kematian
lebih dari 60% orang dewasa yang menderita penyakit jantung koroner (ERC guidelines,
2010).
Sehubungan dengan pentingnya melakukan bantuan hidup dasar secara cepat
terhadap tingkat kelangsungan hidup penderita SCA (Orkin, 2013) maka setiap orang
seharusnya terlatih melakukan tindakan bantuan hidup dasar. Tindakan bantuan hidup dasar
yang dilakukan oleh orang yang berada di sekitar penderita out-of-hospital cardiac arrest
(OHCA) segera setelah kejadian dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup penderita
OHCA (Orkin, 2013).
Beberapa waktu yang lalu, di Indonesia terjadi kematian beberapa akibat serangan
jantung yang tidak segera mendapat pertolongan bantuan hidup dasar contohnya seperti Adjie
Massaid dan Basuki. Hal ini menegaskan bahwa pengetahuan masyarakat tentang bantuan
hidup dasar masih kurang.
Anak usia remaja, khususnya siswa setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
seharusnya sudah dapat melakukan tindakan bantuan hidup dasar dengan baik. Meissner
(2012) menyebutkan bahwa di Jerman anak umur 13 sampai 14 tahun telah dapat melakukan
resusitasi jantung paru sama baiknya dengan orang dewasa. Di Indonesia, Palang Merah
Remaja (PMR) sebagai organisasi di tingkat SMA yang bergerak dalam bidang kesehatan
seharusnya sudah memiliki anggota-anggota yang dapat melakukan tindakan bantuan hidup
dasar secara baik dan benar. Oleh karena itu, setiap orang seharusnya sudah terlatih dalam
pemberian pertolongan pertama atau bantuan hidup dasar.

B. Nama Kegiatan
Kegiatan ini bernama “Pelatihan Bantuan Hidup Dasar” yang kemudian disingkat
dengan Pelatihan BHD.

C. Tema Kegiatan
“”

D. Landasan Kegiatan
Adapun yang mendasari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Program kerja Kemahasiswaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo
2. Hasil rapat Panitia Pelaksana pada tanggal 2 Maret 2016

E. Tujuan kegiatan
Tujuan dari kegiatan Pelatihan BHD adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan gambaran tentang pengertian dan tujuan bantuan hidup dasar.
2. Mendidik para siswa SMA/MA tentang bagaimana urutan pelaksanaan (algoritma)
bantuan hidup dasar
3. Untuk memberikan penjelasan tentang indikasi penghentian bantuan hidup dasar

F. Bentuk Kegiatan
Kegaiatan ini akan dilaksanakan dalam bentuk:
1. Penyajian materi (materi dan penyaji terlampir dalam susunan acara)
2. Diskusi
G. Waktu dan Tempat
Kegiatan Pelatihan BHD Insya Allah akan dilaksanakan pada:
Hari : s/d
Tanggal : - April 2016
Tempat : Aula Umum Politeknik Kesehatan Gorontalo

H. Perincian Anggaran dan Sumber Dana


(Telampir)

I. Susunan Kepanitiaan
Kepanitia terdiri dari Ketua panitia, Sekretaris, Bendahara, dan Seksi-seksi:
1. Ketua Panitia : Abdi Wijaya Koniyo
2. Sekretaris : Sri Nur Ain Laliyo
3. Bendahara : Liansi Hutulo
4. Seksi Acara
a. Defriyanto Hudodo
b. Hasan Sandi Datau
c. Is Kuswanto Tunggali
d. Moh. Jefriyanto Abas
5. Seksi Kesekretariatan
a. Dewi Oktavia Ismail
b. Moh. Fani Ontalu
c. Nur Ain Tahir
d. Sri Wulandari Pratiwi Monoarfa
6. Seksi PubDekDok
a. Fahrizal Monoarfa
b. Fatrawati Kasamo
c. Moh. Iqbal Palanu
d. Nurain Mustapa
e. Parlan Mohamad
7. Seksi Konsumsi
a. Fiska Hadista Musa
b. Sitti Annisa H. Abdulah
c. Sakila I. Male
Yang di SK kan oleh Direktur Politeknik Kesehatan Gorontalo.

J. Penutup
Demikianlah proposal kegiatan ini di buat dengan kegiatan ini dapat berguna dan
dapat memberikan masukan yang berarti. Semoga dengan ridho Allah SWT Kegiatan ini
dapat berlangsung dengan baik.
LEMBARAN PENGESAHAN
PANITIA PELAKSANA PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR

Gorontalo, Maret 2016

Ketua Panitia Sekretaris

Abdi Wijaya Koniyo Sri Nur Ain Laliyo

NIM. PO3120013151 NIM. PO3124014112

Menyetujui, Mengetahui,
Kepala Direktur PUDIR III Kemahasiswaan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo

Drs. Sarifuddin, M.Kes Hj. Suwarly Mobiliu, S.Kep, M.Kep

NIP. 19621229 199003 1 002 NIP. 19610531 198311 2 001

Anda mungkin juga menyukai