Anda di halaman 1dari 20

PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

A. Pre Eklampsia

1. Definisi

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,

bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak

menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan

gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih

(Rustam Muctar, 1998).

Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah

140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir trisemester kedua sampai

trisemester ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.

Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa

menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan,

persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Menurut

Cunningham, et al (2005:630) faktor predisposisi Preek-lampsia adalah nulipara,

obesitas, usia > 35 tahun, faktor gene-tik dan faktor lingkungan. Dari beberapa

faktor yang ada faktor usia, status gravida, kenaikan berat badan merupa-kan

faktor yang dapat dikurangi atau dicegah dengan diagnosis dini dan pe-ngobatan

segera.

2. Klasifikasi Pre Eklampsia

a. Pre Eklampsia Ringan


1) Pengertian

Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai

proteinuria dan/atau edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih

pada masa nifas. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20

minggu pada penyakit trofoblas.

2) Gejala Klinis

Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi:

a) Hipertensi : sistol/diastol 140/90 mmHg.

b) Proteinuria : secara kuatitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau

secara kualitatif positif 2 (+2).

c) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau

tangan.

d) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklamsia

berat.

3) Pemeriksaan dan Diagnosis

a) Kehamilan 20 minggu atau kebih.

b) Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan

pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk

pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).

c) Edema pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah

atau tungkai.

d) Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).

4) Manajemen umum pre eklampsia ringan


Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu

dipertanyakan, bagaimana:

a) Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan atau

terapi medikamentosa

b) Sikap terhadap penyakitnya, berarti mau diapakan kehamilan ini

 Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?

Disebut perawatan kehamilan “konservatif” atau “ekspektatif”

 Apakah kehamilan akan diakhiri (diterminasi)?

Disebut perawatan kehamilan “aktif” atau “agresif”

5) Rawat jalan (ambulatoir)

Ibu hamil dengan preeclampsia ringan dapat dirawat secara rawat

jalan. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring),

tetapi tidak harus mutlak selalu tirah baring. Pada umur kehamilan diatas

20 minggu, tirah baring dengan posisi miring menghilangkan tekanan

rahim pada v. kava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan

akan menambah curah jantung.

b. Pre Eklamsia Berat

1) Pengertian

Pre eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai

dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria

dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.


2) Diagnosis

Diagnosis ditegskkan berdasar criteria preeclampsia berat sebagaimana

tercantum di bawah ini. Preeclampsia digolongkan preeclampsia berat bila

ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:

Ditandai oleh salah satu dibawah ini :

a) Tekanan darah sistolik atau a\sama 160 mmHg atau diastolik lebih

atau sama dengan 110 mmHg, tekanan darah ini tidak menurun

meskipun ibu hamil sudah rawat baring dirumah sakit.

b) Protein uria 5 gram atau lebih per 24 jam atau kualitatif positif 3

atau 4.

c) Oliguria yaitun produksi urine kurang dari 500 cc per 24 jam

disertai dengan kenaikan kreatinin plasma.

d) Gangguan visus dan cerebral.

e) Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen.

f) Edema paru cyanosis

g) Pertumbuhan janin intra uterin terlambat

h) Adanya HELLP syndrome (Hemolisis, Elevated liver function test

and Low Platelet count)

3) Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre

eklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

a) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi

ditambah pengobatan medicinal.


b) Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan

ditambah pengobatan medisinal.

4) Pembagian pre eklampsia berat

Pre eklampsia berat dibagi menjadi preeclampsia berat tanpa

impending eclamsia dan preeclampsia dengan impending eclamsia. disebut

impending eclamsia bila preeclampsia berat disertai gejala-gejala subjektif

berupa nyeri kepala hebat, gangguan virus, muntah-muntha, nyeri

epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

5) Perawatan dan pengobatan pre eklampsia berat

Pengelolaan pre eklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan

kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif

terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.

3. Patofisiologi

Pre-eklampsia merupakan gangguan progesif yang hanya terjadi saat

kehamilan dan dapat dipicu oleh plasentasi abnormal yang mengakibatkan

kerusakan endotel pembuluh darah. Kerusakan yang luas ini menyebabkan reaksi

sistemik pada ibu, sehingga terjadi kerusakan organ akhir dalam derajat tertentu,

dan efeknya dapat terlihat pada ibu daan bayi.

Pre eklampsia disebabkan oleh implantasi (penanaman) plasenta yang

abnormal dan invasi trofoblastik dangkal yang terjadi secara bersamaan

(Pijnenborg, 1994) yang mengakibatkan penurunan perfusi plasenta. Arteri spinal

ibu (disebut juga dengan arteri uterus) tidak mampu melakukan vasodilatasi
fisiologis normal; aliran darah akan semakin terhambat oleh adanya perubahan

aterotik yang menyebabkan obstruksi di dalam pembuluh darah.

Pre-eklampsia adalah gangguan multistem dengan etiologi kompleks yang

khusus terjadi selama kehamilan. Pre-eklamsia biasanya didefinisikan sebagai

peningkan tekanan darah dan proteinuria yang terjadi setalah usia kehamilan 20

minggu (Milne, et al. 2005). Namun, pre-eklamsia dapat memengaruhi system

tubuh yang berbeda dan mempersulit kehamilan pada wanita yang sudah memiliki

suatu kelainan patologis sebelumnya, mengakibatkan terjadinya berbagai macam

gejala pre-eklamsia yang tidak sesuai dengan definisi klasik diatas (Roberts dan

Cooper, 2001). Sibai et al. (2005) bahkan mendeskripsikan dua sindrom pre-

eklamsia: sindrom maternal (hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa

abnormalitas multi-sistem) dan sindrom janin (pertumbuhan janin terhambat,

penurunan cairan amnion, dan perfusi oksigen janin yang buruk). Pre-eklamsia

masih merupakan penyakit teori dan menjadi subjek dari banyak penelitian untuk

memahami etiologinya dan memperbaiki pendeteksian dan penatalaksanaannya.

Perubahan yang terjadi pada pre-eklamsia tampaknya disebabkan oleh

gabungan kompleks antara abnormalitas genetik, faktor imunologis, dan faktor

plasenta. Perubahan awal dengan cara plasenta terinplantasi di uterus merupakan

faktor predisposisi yang kuat dalam terjadinya penyakit sistematik (Simbai, et al.

2005). Terjadinya implantasi uterus dan miometrium, memodifikasi dan

memperbesar arter spiralis terus. Modifikasi ini melibakan penghancuran dinding

elastis pembuluh darah, yamg menurunkan resintensi dan menjamin suplai darah

yang baik ke plasenta dan janin. Agen inflamasi dai sistem imun bawaan seperti
sel natural killer (NK) dan sitokin baru-baru ini telah banyak diidentifikasi dalam

proses in (Sibai, et al. 2005). Pada pre-eklamsia, terjadi kelainan invasi oleh sel

trofoblas; yaitu arteri spiralis mempertahakan tonusnya dan berdilatasi hanya 40%

dari yang biasa terjadi pada kehamilan normal. Hasilnya adalah berkurangnya

perfusi plasenta dan terjadi hipoksia janin kronis.

Akibat plasentasi yang buruk (dan kemungkinan terjadi penurunan kondi

janin), terjadi disfungsi endothelial secara menyeluruh, berakibat pada gangguan

multi-organ dan terjadinya gambaran klasik pre-eklamsia, seperti kenaikan

tekanan darah dan proteinuria, bersama dengan gejala, septi sakit kepala,

gangguan penglihatan, dan nyeri epigastrik. Sel endotel yang melapisi pembuluh

darah ibu memerantarai respons imun dan nflamasi, mempertahanka integritas

kompartemen vaskular mencegah koagulasi intravaskular dan memodifikasi

respons kontraktil otot polos yang mendasarinya (Vander, et al. 2001). Disfungsi

endothelial pada pre-eklamsia mengakibatkan peningkatan permeabilitis sel,

peningkatan agrerasi trombosit, peningkatan trombosis, penurunan produksi

oksida nitrat (vasodilator kuat), dan ketidakseimbangan perbandingan tromboksan

A2 terhadap prostasiklin (Powrie dan Rosene-Montella, 2008; Walfisch dan

Hallak, 2006). Hasilnya adalah vasokontriksi yang berakibat pada hipoperfusi

organ, “kebocoran” pembuluh darah dan peningkatan pembuluh darah.

4. Etiologi

Penyebab pre eklampsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti, tapi

pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas
pada berbagai alat. Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus

arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.

Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,

akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang

menyertai preeklamsi.

a. Vasospasmus menyebabkan :

1) Hipertensi

2) Pada otak (sakit kepala, kejang)

3) Pada plasenta (solution placentae, kematian janin)

4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)

5) Pada hati (icterus)

6) Pada retina (amourose)

b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia

yaitu :

1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,

dan molahidatidosa.

2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.

3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin

dalam uterus.

4) Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.

c. Faktor Perdisposisi Pre eklampsi

1) Molahidatidosa

2) Diabetes melitus
3) Kehamilan ganda

4) Hidrocepalus

5) Obesitas

6) Umur yang lebih dari 35 tahun

5. Tanda Dan Gejala

Perkembangan pre-eklampsia seringkali ditandai sebagai diat hipertensi baru

yang muncul setelah minggu ke-20 kehamilan yang berkaitan dengan proteinuria.

Banyak suber menggunakan sistem klasifikasi yang diterima oleh International

Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP) ( Davey dan

MacGillivray, 1998). Definisi hipertensi berikut di adaptasi dari Churcill dan

beevers (1999), yang mencerminkan sistem ISSHP.

Hipertensi didefinisikan:

a. Tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg atau diatas dari 90 mmHg

pada 2 pemeriksaan berturut-turut dengan interval 4 jam

b. Muncul ambang pada tingkat sistolik dan diastolik

Nilai absolut tekanan darah bukan satu-satunya faktor penting, peningkatan

tekanan darah diatas pembacaan tekanan darah yang dicatat diawal kehamilan

juga perlu dipertimbangkan. Nilai ini mencakup peningkatan darah sistolik

sebesar 30mmHg atau lebih dan peningkatan sistolik sebesar 15 mmHg atau lebih

jika dibandingkan dengan tekanan darah pada trimester pertama, pada dua

pengukuran berturut-turut dengan interval 4 jam atau lebih (Churcill dan

Beevers,1999).
Batasan proteinuria berat, yaitu:

a. Proteinuria 1+ atau lebih pad dipstik. Nilai ini perlu dikonfirmasi melalui

uji terhadap urine 24 jam (perlu pertimbangan kembali menggunakan uji

dipstik untuk protein karena sangat tidak akurat)

b. Ekskresi protein total 300 mg atau lebih dalam uji terhadap urine 24 jam.

Berikut merupakan manifestasi klinis yang dapat berhubungan langsung

dengan patofisiologi pre-eklampsia dan menunjukkan keterlibatan organ akhir.

Banyak manifestasi ini merupakan tanda pemburukan kondisi dan bergantung

pada pengkajian klinis ibu.

a. Sakit kepala berat, gangguan penglihatan, fotofobia, perubahan perilaku,

iritabilitas, bicara inkoheren, konvulsi

b. Solusio plasenta

c. Ruptur, iritasi, pembengkakan kapsula hati akibat hipertensi yang

menyebabkan nyeri epigastrium, nyeri tekan hati, ikterus,mual dan

muntah, sindrom hemolisis, penigkatan enzim hati dan trombosit rendah

(HELLP)

d. Proteinuria

e. Edema yang semakin meningkat

Uji laboratorium juga dilakukan dan diambil dari Mckay (2000). Uji

hematologis abnormal:
a. Penurunan volume plasma yang mengakibatkan hemokonsentrasi

tercermin dalam peningkatan kadar hemoglobin

b. Penurunan hitung trombosit

Tes fungsi hati abnormal:

a. Peningkatan aspartat aminotransferasi (AST)

b. Peningkatan alanin aminotranferasi (ALT)

c. Peningkatan alkalin fosfatase

(perubahan tes fungsi hati daopat mengindikasikan Sindrom HELLP)

Tes fungsi ginjal abnormal:

a. Nilai berishan kreatinin (biasanya dikaji pada spesimen urine 24 jam)

dapat menurun akibat penurunan laju filtrasi glomerulus

b. Peningkatan kreatinin serum

c. Peningkatan kadar asam urat serum (penanda spesifik perkembangan

penyakit)

d. Peningkatan kadar urea

6. Penatalaksanaan

a. Pencegahan

Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya

preeklamsia pada perempuan hamil yang mempunyai resiko terjadinya

preeclampsia. Preeclampsia adalah suatu sindroma dari proses implantasi

sehingga tidak secara keseluruhan dapat dicegah. Pencegahan dapat dilakukan

dengan:
1) Pencegahan dengan nonmedical

Pencegahan nonmedical ialah pencegahan dengan tidak

memberikan obat. Cara yang paling sederhana ialah melakukan tirah

baring. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan pada mereka yang

mempunyai resiko tinggi terjadinya preeclampsia meskipun tirah baring

tidak terbukti mencegah terjadinya pre eklampsia dan mencegah

persalinan praterm. Restriksi garam tidak terbukti dapat mencegah

terjadinya preeclampsia. Hendaknya diet ditambah suplemen yang

mengandung minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh.

2) Pencegahan dengan medical

Pencegahan dapat pula dilakukan dengan pemberian obat

meskipun belum ada bukti yang kuat dan sahih. Pemberian diuretic tidak

terbukti mencegah terjadinya preeclampsia bahkan memperkuat

hipovolemia. Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya

preeclampsia.

b. Penanganan

Penanganan menurut klasifikasi :

1) Pre eklampsi ringan

a) Pengobatan hendaknya bersifat simtomatik dan selain rawat inap

maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang

yang sering misalnya 2x seminggu.


b) Penanganan pada penderita rawat inap atau rawat jalan adalah

istirahat di tempat tidur, diit rendah garam dan berikan obat –

obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3x sehari atau fenilbarbitol

tablet 30 mg dengan dosis 3x sehari.

c) Diuretika dan obat antihypertensi tidak dianjurkan, karena obat ini

tidak begitu bermanfaat bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre

eklampsi.

d) Dengan cara diatas biasanya pre eklampsi ringan jadi tenang dan

hilang. Ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih

sering dari biasanya.

e) Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap, monitor

keadaan janin. Bila keadaan mengijinkan barulah dilakukan

induksi persalinan pada kehamilan > 37 minggu.

1) Pre eklampsi berat

a) Pada usia kehamilan < 37 minggu, Jika janin menunjukkan

maturitas paru maka penanganannya adalah sebagai berikut :

 Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini

kemudikan disusul 4 gram im tiap 4 jam (selama tidak ada

komplikasi). Jika ada perbaikan jalannya penyakit pemberian

sulfat magnicus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai

dicapai kriteria pre eklampsi ringan (kecuali ada komplikasi).

Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor

serta berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan


sambil mengawasi gejala. Jika dengan induksi persalinan atau

tindakan lain sesuai keadaan.

 Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda

kematangan paru janin makan penatalaksanaan kasus sama

dengan kehamilan diatas 37 minggu.

b) Pada usia kehamilan > 37 minggu :

 Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar

isolasi, berikan diit rendah garam dan tinggi protein. Berikan

suntikan 5 gram / Im. 4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong kiri,

suntikan dapat diulang tiap 4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat

pemebriannya adalah reflek patela positif, diurisis 100 cc

dalam 4 jam terakhir, respirasi 16x/mnt dan harus tersedia

antidotumnya kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc, infus

dekstrose 5% dan RL.

 Berikan obat antihipertensi

 Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan

kegagalan jantung kogestif.

 Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi

persalinan dengan atau tanpa amniotomi.

 Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps

jadi ibu dilarang mengejan.

 Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan

atonia uteri.
 Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian

diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam post

partum.

 Bila ada indikasi obstetrik dilakukan secsio sesaria.

B. Eklampsia

1. Definisi

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa

nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau

koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong

Tjandra & John 2008 ).

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia yang disertai

dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeclampsia,

eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum

umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.

2. Klasifikasi

Eklampsia menjadi 3 bagian berdasarkan waktu terjadinya eklampsia, yaitu :

a. Eklampsia gravidarum

1) Kejadian 50% sampai 60 %

2) Serangan terjadi dalam keadaan hamil

b. Eklampsia parturientum

1) Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %


2) Saat sedang inpartu

3) Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat

mulai inpartu

c. Eklampsia puerperium

1) Kejadian jarang 10 %

2) Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir

3) Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :

(a) Tingkat awal atau aura

 Berlangsung 30 – 35 detik

 Tangan dan kelopak mata gemetar

 Mata terbuka dengan pandangan kosong

 Kepala di putar ke kanan atau ke kir

(b) Tingkat kejang tonik

 Berlangsung sekitar 30 detik

 Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat

diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam,

lidah dapat tergigit.

(c) Tingkat kejang klonik

 Berlangsung 1 sampai 2 menit

 Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik

 Konsentrasi otot berlangsung cepat

 Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus


 Mata melotot

 Mulut berbuih

 Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis

 Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan

(d) Tingkat koma

 Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas

 Diikuti yang lamanya bervariasi

3. Patofisiologi

Patologi eklampsia belum diketahui secara pasti. Vasospase dan

vasokontriksi otak dapat mengakibatkan penurunan perfusi yang mengakibatkan

isekia serebral, mengganggu sawar darah otak, dan mengakibatkan edema

serebral (Barton et al., 1992, Sallha dan Walker 1009). Proses ini dapat

mengakibatkan aktivitas listrik abnormal yang mengakibatkan konvulsi.

Vasokonstriksi dan intensitas tekanan darah dapat menyebabkan ruptur

pembuluh darah yang mengakibatkan perdarahan otak.

Eklampsia dapat ditandai tanda klasik sakit kepala, gangguan penglihatan,

dan nyeri epigastrik, iritabilitas, perubhan mental sementara, dan mual muntah

sebagai tanda peringaatan serangan kejang.

4. Etiologi

Etiologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum

sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya


penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama

yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya Preeklampsia adalah :

factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan keadaan dimana jumlah

throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi

throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua

5. Gejala Klinis

a. Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas

b. Tanda-tanda pre eklamsia (hipertensi, edema dan proteinuria)

c. Kejang-kejang dan/atau koam

d. Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.

6. Penatalaksanaan

a. Perawatan eklampsia

Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk

stabilitasi fungsi vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing,

Circulation (ABC), mengatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia

dan asedimia mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang,

mengendalikan tekanan darah, khusunya pada waktu krisis hipertensi,

melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.

Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eklampsia, merupakan

perawatan yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa

eclampsia ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan

mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu


seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan

cara yang tepat.

b. Obat untuk eklampsia

Magnesium sulfat menjadi obat pilihan dalam manajemen eklampsia dan

menjadi prakitk standar dirumah sakit diseluruh Inggris. CEMD (NICE,2001)

merekomendasikan memberikan dosis awal 4g magnesium sulfat intravena

selama 5-10minute yang diikuti dengan infusi rumatan 1-2g/jam berdasarkan

kebijaksanaan konsulen yang bertugas.

Magnesium sulfat merupakan rencana manajemen yang optimal untuk

eklampsia dibandingkan dengan diazepam dan fenitoin. Namun magnesium

sulfat tidak tersedia bebas ditatanan komunitas,tetapi kases terhadap diazemul

mugkin dapat ditemukan. Akan tetapi perlu dilakukan diskusi dengan dokter

obstetr senior di unit penerima mengenai ketepatan pemberian obat. Jika obat

digunakan, bidan perlu mengetahui tentang pemberian, dosis, dan efek

smaping dari obat tersebut.


Daftar Pustaka

Utama, Sri Yun. 2008. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Preeklampsia Berat

Pada Ibu Hamil Di RSD Raden Mattaher Jambi. Vol. 8, No.2. Jurnal Ilmiah

Universitas Batanghari

Jambi.

Anda mungkin juga menyukai